Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andrias restu krisna waringa

NIM : 043055792
Kode/MK : ISIP4112/Pengantar Ilmu Ekonomi
Tugas : 1

1. Perbedaa antara ekonomi positif dan ekonomi


normative?
Perbedaan ekonomi positif dan normatif juga terletak
pada klarifikasi ekonominya. Ilmu ekonomi positif
memberi klarifikasi yang bersifat ilmiah dan dapat
diperhitungkan. Sedangkan ekonomi normatif lebih
didasarkan pada penilaian pribadi.

2. Saat ini dunia sedang mengalami krisis yang disebabkan


oleh pandemi Corona. Virus yang memiliki nama lain
COVID-19 ini pun berhasil merubah perilaku
masyarakat. Seperti contoh social distancing misalnya
yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumen di
masa pandemi Corona.
Perilaku konsumen sendiri memiliki arti sebagai proses
dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi
kebutuhan dan keinginan.

Dalam artikel yang diterbitkan McKinsey, konsumen


saat terjadi pandemi akan cenderung mengabaikan harga
dan lebih memperhatikan nilai.

Hal ini dapat diartikan ganda. Pertama adalah korelasi


dengan teori permintaan dimana semakin sedikit barang
maka semakin tinggi harga yang diberikan.

Konsumen pun akan cenderung menanggalkan persepsi


harganya. Contoh perubahan perilaku konsumen di masa
pandemi: mass buying produk sanitasi dan suplai
makanan yang ludes dalam beberapa jam.

Kedua, konsumen sebisa mungkin menahan uangnya dan


akan membeli barang yang dianggapnya memiliki nilai
yang sangat penting.

Contoh: Orang akan cenderung menahan untuk


mengkonsumsi produk komplementer seperti, paket
liburan, handphone, atau barang-barang hobi.

3. Pendekatan cardinal:
Pendekatan kardinak menganggap bahwa kepuasan
konsumen yang diperoleh dari kegiatan konsumsi barang
dan jasa dapat diukur secara kuantitatif, dengan kata lain
pendekatan cardinal menyatakan bahwa kepuasan
konsumen dapat diukur secara langsung ,melauli angka –
angka, seperti saat kita mngukur inggi badan, karena
kepuasan konsumen yang diperoleh dari hasil konsumsi
barang dan jasa sering disebut dengan utilitas, maka
pendekatan cardinal juga sering disebut dengan
pendekatan utilitas.

Asumsi dalam pendekatan cardinal adalah sebagai


berikut :
a. Konsumen betindak rasional maksudnya konsumen
akan berusaha utuk memaksimalkan kepuasan sesuai
dengan anggaran yang dimilikinya.
b. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen
merupakan fungsi dari kuantitas barang yang
dikonsumsi, maksudnya kepuasan total yang diperoleh
konsumen dipengaruhi oleh jumlah berbagai barang
yang dikonsumsi. Hal ini dengan hokum Gossen.
c. Tambahan kepuasan dari setiap unit tambahan barnag
yang dikonsumsi akan menurun.
d. Tingkat kepuasan konsumen dapat diukur secara
kuantitatif.
e. Uang memiliki nilai subjektif yang tetap.
Pendekatan Ordinal :
Dalam perkembangannya, paa ahli ekonomi menolak
gagasan tentang utilitas yang dapat diukur dengan angka-
angka, sehingga dikembangkan pendekatan baru untuk
menjelaskan prinsip memaksimumkan utilitass oleh
seorang konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Teori tersebut dikenal dengan teori utilitas ordinal. Teori
utilitas ordinal adalah teori yang menyatakan bahwa
utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat
dibandingkan
Asumsi yang dipergunkan dalam pendekatan ordinal
antara lain :
a. Konsumen bertindak rasional.
b. Konsumen dianggap mempunyain informasi yang
sempuran atas uang yang tersedia baginya serta
informasi harga-harga yang ada dipasar.
c. Konsumen permlu mempunyai preferensi yang
disususn atas dasar besar kecilnya nilai guna,
walaupun besarnya nilai guna itu sendiri secara
absolut tidak perlu diketahui , preferensi dalam hal
ini adalah pola menentukan pilihan terhadap barang
yang akan dikonsumsi.
d. Konsumen memiliki sejumlah uang tertentu;
e. Konsumen konsisten dengan pilihannya, jika ia
memilih A disbanding B, memilih B dibanding C,
maka Ia akan memilih A disbanding C.
f. Konsumen akan selalu ingin mengkonsumsi jumlah
barang yang lebih banyak karena konsumen tidak
pernah terpuaskan.

Anda mungkin juga menyukai