AKHLAK PRIBADI
Tugas Mata Kuliah akhlak
Dosen pengampu:
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5:
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
3.1 Kesimpulan………………………………..……….. 14
3.2 Saran…………………………………………………..……… 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….…………..…….. 15
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui dalam agama islam mempunyai rukun
islam yang salah satu didalamnya ialah puasa, yang mana puasa merupakan rukun
islam yang ke empat. Ibadah puasa terdapat hamper seluruh agama. Oleh karena
itu ibadah puasa ini telah dikenal di kalangan orang-orang agama budaya dulu
kala. Hal tesebut tercermin dalam firman Allah SWT
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Syaja’ah
1. pengertian syaja’ah
Asy Syaja’ah adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di
jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul
(optimisme).Lawan dari sifat syaja’ah adalah jubun (pengecut atau penakut).
Pemberani adalah orang yang berani membela kebenaran dengan resiko apa pun
dan takut untuk berbuat yang tidak benar. Sebaliknya, penakut adalah orang yang
takut membela kebenaran.
DALIL SYAJA’AH
QS
Al Imran : 139
Artinya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.
2. bentuk-bentuk keberanian
3. sumber keberanian
2.2 TAWADHU’
2. keutamaan tawadhu’
Sikap tawadhu' tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah,
malah akan dihormati dan dihargai. Masyarakat akan senang dan tidak ragu
bergaul dengannya. Bahkan lebih dari itü derajatnya di hadapan Allah SWT
semakin tinggi. Rasulullah SAW bersabda:
"Tawadhu', tidak ada yang bertambah bagi seseorang hamba kecuali ketinggian
(derajat). Oleh şebab itü tawadhu'lah kamu niscaya Allah akan meninggikan
(derajat) mu...” (HR. Dailami: 53)
Di samping mengangkat drajatnya, Allah memasukkan orang-orang
yang tawadhu' ke dalam kelompok hamba-hamba yang mendapatkan kasih
sayang dari Allah Yang Maha Penyayang. Firman Nya:
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itü (ia/ah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati...”
(QS. Al-Furqan [251: 63) Bentuk-bentuk Tawadhu'
3. Bentuk-Bentuk Tawadhu’
Sikap tawadhu' dalam pergaulan bermasyarakat dapat terlihat
antara lain dalam bentuk-bentuk berikut ini:
a. Tidak menonjolkan diri dari orang-orang Yang level atau statusnya sama,
kecuali apabila sikap tersebut menimbulkan kerugian bagi agama atau
umał Islam .
b. Berdiri dari tempat duduknya dałam suatu majlis untuk menyambut
kedatangan orang yang lebih mulia dan lebih berilmu daripada dirinya,
dan mengantarkannya ke pintu keluar jika yang bersangkutan
meninggalkan mejlis.
c. Bergaul dengan orang awam dengan ramah dan tidak memandang dirinya
lebih darł mereka.
d. Mau mengunjungi orang lain sekalipun lebîh rendah status sosialnya.
e. Mau duduk-duduk bersama dengan fakir miskin, orang-orang cacat tubuh,
dan kaum dhu'afa lainnya, serta bersedia mengabulkan undangan mereka.
f. Tidak makan minum dengan berlebihan dan ridak memakai pakaian yang
menunjukkan kemegahan dan kesombongan. (Raid Abd A-L Hadi, I I I B:
197-198)
Sifat sombong adalah sifat warisan İblis yang menolak perintah Allah untuk
sujud kepada Adam AS. İblis mengklaim dirinya lebih mulia dari Adam, karena
Adam diciptakan dari tanah sedangkan dia diciptakan dari api, padahal-menurut
İblis api lebih mulia dari tanah (baca QS. Al-Baqarah [21: 34; Al-Hijr [15]: 28-
35). Karena kesombongannya itü kemudian İblis dikutuk oleh Allah, dan karena
kesombongannya itü pula dia tidak berniat untuk meminta ampun kepada Allah
SWİ Oleh şebab itü para Ulama mengatakan sifat sombong adalah induk dosa-
dosa.
Sebenarnya apa yang dibanggakan oleh orangorang yang sombong itu? Harta,
ilmu, pangkatl keturunan? Bukankah semuanya itü hanya titipan dari Allah SWT?
Lagi pula sekalipun dia memiliki harta yang banyak, kedudukan yang tinggi, tapi
bukankah masih ada orang lain yang memiliki harta yang lebih banyak
daripadanya, dan menduduki jabatan yang lebih tinggi Iagi darinya. Dalam hal ini
perlu direnungkan oleh orang-orang yang sombong ucapan seorang filsuf kepada
seorang majikan yang sombong:
“ Bila tuan sombong kepadaku dengan kudamu yang gagah dan indah, maka
yang gagah dan indah itu adalah kudamu. Bila tuan sombong dengan pakaian dan
perhiasan yang bagus itu adalah pakaian dan perhiasanmu. Dan bila tuan sombong
dengan jasa dan kemuliaan bapak-bapakmu, maka yang mulia dan berjasa itu
adalah mereka, bukan kamu". (Ahmad Muhammad Al-Hufi, 1995: 391)
Bentuk-Bentuk Takabur
Kesombongan dapat terlihat dari sikap dan kata-kata dengan alasan yang
berbeda-beda. Para wanita misalnya, menyombongkan kecantikannya, orang-
orang kaya menyombongkan harta kekayaannya, para pemimpin
menyombongkan pengikutnya yang banyak, bahkan para penjahatpun
menyombongkan kejahatan dan kemaksiatan yang dilakukannya.
Berikut ini adalah beberapa contoh bentuk-bentuk kesombongan dalam
pergaulan bermasyarakat:
1. Kalau mendatangi suatu majlis, dia ingin dan senag kalau para hadirin
berdiri menyambutnya, padahal rasulullah saw menyatakan:
“ barang siapa menyenangi orang-orang berdiri menghormatinya maka
bersiap-siaplah dia menempati tempat duduknya di neraka”.
(HR.MUSLIM: 2755)”
2. Kalau berjalan dia, dia ingin ada orang yang berjalan di belakangnya,
untuk menunjukkan bahwa dia lebih hebat dan lebih mulia dari yang
lainnya.
3. Tidak mau mengunjungi orang yang statusnya dianggap lebih rendah
statusnya itu duduk berdampingan dengannya atau berjaln disisinya
4. Merasa malu dan hina mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan kalau
berbelanja tidak mau membawa sendiri barang belanjaannya karena
akan merendahkan derajatnya.
Demikianlah. Seyogyanya seorang muslim selalu berusaha menjadinorang
yang tawadhu’ dan menjauhi segala bentuk kesombongan atau takbur dalam
seluruh aspek kehidupannya.
2.3 MALU
Kata malu dalam bahasa Arab disebut (alhaya') adalah sifat atau perasaan
yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik.
(Ahmad Warson Munawwir, 1997: 316) orang yang memiliki rasa malu,
apabila melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan
terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa
malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun.
Diceritakan oleh seorang sahabat yang bernama Abu Sa'd al-Khudry bahwa
Rasulullah SAW jika melihat sessuatu yang tidak disukainya warna muka Nabi
Muhammad SAW akan berubah
“ Adalah Rasulullah SAW lebih pemalu dari gadis pingitan. Bila melihat
sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengetahuinya dari wajah beliau.”
(HR. Bukhari: 3562)
Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan ajaran Islam.
Rasulullah SAW
"Sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlak, dan akh/ak Islam itu
adalah sifat malu.” (HR, Malik)
Rasa malu adalah sumber utama kebaikan dan unsur kemuliaan dalam setiap
pekerjaan. Rasulullah SAW bersabda:
"Kekejian itu sela/u membuat sesuatu mendadi jelek, sebaliknya malu itu
selalu membuat segala sesuatu menjadi bagus.” (HR. Tirmidzi: 1974)
Bahkan menurut Raulullah SAW, andai kata sifat malu itu berbentuk manusia,
dia akan tampil sebagai bentuk yang saleh.
Sifat malu dapat dibagi kepada tiga jenis. Pertama, malu kepada Allah SWT;
kedua, malu kepada diri sendiri; dan yang ketiga, malu kepada orang lain,
Seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan perintah-Nya,
tidak menjauhi larangan nya, serta tidak mengikuti petunjuk-Nya. Orang yang
malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu terhadap dirinya sendiri, Ia malu
mengerjakan perbuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat atau
mendengarnya. penolakan datang dari dalam dirinya sendiri. Ia akan
mengendalikan hawa nafsunya dari keinginankeinginan yang tidak bailk. Setiap
keinginan untuk mengerjakan perbuatan yang rendah muncul, ia tertegun,
tertahan, dan akhirnya membatalkan keinginan tersebut. Setelah malu pada
dírínya sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
( Anwar Masya’ari, 1990: 90)
Ketiga rasa malu di atas harus ditumbuhkan dan dipelihara terus menerus oleh
seorang Muslim. Lebih-lebih lagi malu terhadap Allah SWT, karena malu
kepada Allah inilah yang menjadi sumber dari dua jenis malu lainnya. Dan
malu kepada Allah adalah malu yang bersumber dari iman, dari keyakinan
bahwa Allah SWT selalu melihat, mendengar dan mengawasi apa saja yang dia
lakukan.
Malu adalah salah satu refleksi iman, bahkan malu dan iman akan selalu hadir
bersama-sama. Apabila salah satu hilang yang lain juga ikut hilang. semakin kuat
iman seseorang, semakin tebAllah rasa malunya, demikian pula sebaliknya.
Perhatikan beberapa hadits berikut ini:
“ iman itu mempunyai tujuh puluh cabang yang pssling utama adalah
(perkataan) tiada tuhan melainkan allah, dan yang paling rendah ialah
menyingkirkan duri dari tengah jalan. Dan malu adalah salah satu bagian dari
iman.” (HR. Bukhari: 9).