1. Topik 1 “ Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Simulasi dan Aspek Perkembangan
anak”
Topik 2 “Permainan Edukasi sebagai media pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini”
Topik 3 “Konsep dan Teori Pendidikan Anak Usia Dini”
Topik 4 “Psikologi Perkembangan dan Pendidikan Abnak Usia Dini”
Topik 5 “Kreativitas Anak Usia Dini”
(2) Rujukan Pustaka yang dapat Bu Irma peroleh dari buku buku mengenai teori Pendidikan anak
berkebutuhan khusus di perpustakaan, artikel, serta dari peneliti sebelum,nya yang pernah menulis karya
ilmiah dengan topik yang sama.
(3) Apabila Bu Irma menemukan artikel dengan topik yang sama mengenai “Mengatasi Belajar pada
Anak Berkebutuhan Khusus”, maka beliau harus mengkaji artikel tersebut serta menuliskan informasi-
informasi penting yang dapat membantu penelitiannya. Bu Irma juga bisa menambahkan artiket tersebut
menjadis ebuah kutipan yang dicantumkan dalam tulisannya.
(4) Berikut contoh kutipan yang bisa Bu Irma tulis yang didapat dari sebuah buku.
• “Anak berkebutuhan khusus juga dapat di maknai sebagai anak yang karena
kondisi fisik, mental, sosial, dan/ atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa
memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran (Wardani, 2013 : 1.5).”
• “Guru kelas di sekolah dasar selain mempunyai tugas dan tanggung jawab
terhadap anak didiknya, juga bertugas untuk menyelenggarakan pelayanan
bimbingan bagi seluruh anak didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
Seorang guru kelas hendaknya mampu mengembangkan pribadi anak didik dan
segenap potensi yang dimiliki anak agar dapat berkembang secara optimal. Untuk
itu diperlukan strategi-strategi khusus yang harus dilaksanakan oleh guru.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam menangani anak berkebutuhan
khusus dan anak reguler dalam kelas inklusif menurut Ormrod (2008 : 261-263)”.
(5) Berikut contoh kutipan yang bisa Bu Irma tulis yang didapat dari seorang ahli.
• Kustawan dan Hermawan (2013: 151) mengatakan bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan orang yang mengalami kelainan/
menyimpang fisik atau mental yang menggangu dan merupakan rintangan
dan hambatan untuk melakukan aktifitas secara layak.
• Ilahi (2013: 137) mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan berarti anak
yang kelainan fisik atau anak luar biasa, melainkan memiliki pandangan yang lebih luas
dan positif bagi anak dengan keberagaman yang berbeda. Keberagaman dalam setiap
pribadi anak berkaitan dengan perbedaan kebutuhan yang sangat esensial dalam
menunjang masa depan terutama kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang layak.
• Ilham (2013: 140) mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat
menetap (permanen) adalah anak yang memiliki hambatan belajar dan perkembangan
akibat langsung karena kecacatan, atau bawaan sejak lahir, misalnya tunanetra,
tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, lamban belajar, anak berbakat, anak berkesulitan
belajar, gangguan berkomunikasi, tunalaras, atau gangguan emosi dan perilaku.