Visi dan Misi ditetapkan pemilik rumah sakit; Kebijakan dan program kegiatan untuk mencapai Visi dan Misi
sudah ditetapkan disertai dengan adanya evaluasi berkala terhadap program kegiatan.
Program Kerja dibeberapa rumah sakit dapat dibaca dalam bentuk Rencana Strategik, Bussiness Plan,
Rencana Tahunan dan lain sebagainya.
Yang dimaksudkan dengan konsistensi ialah hubungan langsung antara Visi dan Misi dengan kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan di rumah sakit yang dapat dibaca dalam tujuan dan sasaran-sasaran berbagai
program yang dirancang dan dilaksanakan.
Yang dimaksudkan dengan kebijakan ialah ketetapan tertulis dalam bentuk peraturan atau pedoman untuk
melandasi dan mendukung bagaimana dan dengan cara apa Visi dan Misi dapat dicapai. Contoh kebijakan ini
antara lain, ketetapan dalam bidang SDM, keuangan (tarif, dll), peningkatan mutu pelayanan, pengembangan
pelayanan unggulan, dlsb.
Yang dimaksud dengan program kegiatan adalah Program Kerja dalam jangka waktu tertentu memuat
berbagai kegiatan dan sasaran yang mengacu pada Visi dan Misi rumah sakit. Program Kerja ini harus
ditetapkan pimpinan rumah sakit dilengkapi dengan Kerangka Acuan Program (Terms of Referrence = TOR).
-SK Direktur RS ttg penetapan unit organisasi yang mempunyai tugas dan fungsi memberikan
informasi , penjelasan dan penyuluhan kepada pasien, pengunjung dan masyarakat lainnya. Unit
mana yang ditetapkan oleh direktur, diserahkan ke masing 2 RS a unit yang telah ada,. Unit
tersebut bisa dibentuk baru tetapi bisa juga yang telah ada misalnya unit humas unit PKMRS
yang diberi tugas mengelola informasi tersebut.
1
Jadwal waktu pelayanan diberikan, misalnjya jam buka klinik, jam kunjungan, gawat
darurat 24 jam, laboratorium 24 jam, radiology 24 jam, dll
Tata cara memperoleh pelayanan (prosedur pasien masuk untuk rawat jalan, rawat inap
dan gawat darurat, prosedur pasien untuk periksa lab, radiology , dll.
Nama2 dokter yang memberikan pelayanan
Brosur/leaflet yang berisi ttg jenis pelayanan, jadwal waktu, biaya , dll -> brosur
diletakkan di admision office
- Evaluasi pelaksanaan kegiatan -> melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemberian
informasi kepada pasien, pengunjung dan masyarakat lainnya
Catatan:
Yang dimaksud dengan Hospital Bylaws (HBL) lengkap, atau Peraturan Internal Rumah Sakit atau Statuta
Rumah Sakit, adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang mengatur tentang organisasi, kedudukan, peran, tugas,
kewajiban 3 (tiga) unsur pokok dari entitas rumah sakit, yaitu pemilik, pengelola rumah sakit dan staf medik
fungsional (medical staff).
Hospital Bylaws adalah produk hukum yang dibuat dan ditetapkan “taylor made” dalam arti setiap rumah
sakit menetapkan Hospital Bylaws secara spesifik mengacu pada Visi, Misi, budaya dan lingkungan rumah
sakit itu sendiri.
Pedoman yang digunakan menetapkan HBL, adalah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff
Bylaws) di Rumah Sakit atau Pedoman yang diterbitkan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI).
- Yang dimaksud dengan “sosialisasi” pada skor 5 ialah kegiatan untuk menjelaskan isi Hospital Bylaws
kepada semua pihak terkait agar dipahami isinya dan dilaksanakan dengan benar, terutama sosialisasi
kepada staf medis
S2 (P3) Kerjasama antara Pengelola / Direktur rumah sakit dengan pihak ketiga diadakan secara tertulis.
2
terserah kebijakan masing2 RS. RS bisa menetapkan satu orang untuk mengelola semua
kerja sama yang dilakukan RS atau beberapa staf yang mempunyai tugas dan fungsi
mengelola kerja sama dengan pembagian tugas dan disesuaikan dengan tugas utama, misalnya
untuk mengelola kerja sama pendidikan ditunjuk perawat, untuk pelayanan ditunjuk dokter,
untuk pengadaan ditunjuk bagian umum, dll
- Dokumen perjanjian kerja sama:
• Pendidikan -> misalnya dengan Akademi Keprawatan, FK, sekolah2 lainnya, lembaga riset,
dll
• Pelayanan -> Asuransi kesehatan, Perusahaan , RS lain, dll
• Pemasok -> pengadaan obat/alkes, makanan, dll
• Pemasok (supplier) maupun perorangan
- SOP kerja sama
- Dokumen evaluasi dan tindak lanjut
S2 (P4) Direktur rumah sakit menetapkan unit kerja dan penanggung jawab untuk mengelola program Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS).
Penetapan unit kerja dan penanggung jawab program KPRS harus dibuat dengan Keputusan Direktur Rumah
Sakit. Kedudukan unit kerja dalam struktur organisasi rumah sakit diserahkan pada kebijaksanaan Direktur
Rumah Sakit misalnya unit kerja dapat berada dibawah Komite Medis, dibawah direktur langsung atau
ditempat lain.
Program aksi KPRS harus dibuat dengan kerangka acuan jelas. Format kerangka acuan (TOR) mengacu pada
penjelasan D.O. S.1.P1, Standar 1, Falsafah dan Tujuan dari Standar Pelayanan ADMINISTRASI DAN
MANAJEMEN
3
S 4 (P1) Sarana, Prasarana dan Peralatan (SPP) rumah sakit yang tersedia harus memenuhi persyaratan dan harus
didukung dengan Program Pemeliharaan (PP) yang handal.
Ada program dan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan rumah
sakit
Dokumen yang harus ada :
- Organisasi pelaksana pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan-> (IPSRS)
- Kebijakan pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan (medis dan non
medis) -> mana yang dikerjakan sendiri oleh RS dan mana yang dikerjakan/dikontrakkan pada
pihak lain
- Program/Jadwal kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
- SOP/juklak untuk memelihara dan memperbaiki sarana, prasarana dan peralatan.
- Bukti pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan
Dokumen evaluasi dan tindak lanjut
Tersed
Ada raTersedia rambu, marka, petujunjuk yang mudah dan jelas terbaca oleh setiap orang di berbagai
S4 (P2)
tempat dalam lingkungan rumah sakit
Yang diartikan dengan “disemua tempat” apabila rambu, marka dan petunjuk dibuat paling kurang di jalan
menuju UGD, tempat rawat jalan, rawat inap, apotik, kamar jenazah, laboratorium, radiologi, jalan masuk
untuk pasien, tempat pendaftaran, counter penerangan, tempat pembayaran, tempat parkir kendaraan, daerah
terlarang untuk pasien/pengunjung.
Yang dimaksud dengan “jelas terbaca” jika rambu, marka petunjuk menggunakan huruf cukup besar, warna
terang dan ditempatkan sedemikian rupa hingga cepat dapat terbaca paling kurang dalam jarak 10 meter.
Papan peta atau billboard harus memuat denah rumah sakit dengan penjelasan tempat-tempat pelayanan yang
penting diketahui oleh masyarakat, misalnya lokasi UGD, lokasi rawat jalan. Papan peta harus ditempatkan di
halaman depan rumah sakit sedemikian rupa agar masyarakat cepat dapat mengetahui begitu mereka masuk
ke halaman rumah sakit
S 5 (P1) Masalah Mediko – Legal (ML) dan Etik di rumah sakit dikelola sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Yang diartikan dengan masalah ML adalah kejadian/kasus medis, masalah etik / disiplin yang berpotensi
menjadi masalah hukum perdata atau pidana dan berimplikasi pada rumah sakit sebagai entitas organisasi
maupun pegawai rumah sakit, termasuk pimpinan rumah sakit. Untuk mencegah hal ini terjadi, setiap pegawai
rumah sakit perlu diberikan pemahaman tentang semua aspek ML dengan tujuan agar kejadian atau kasus
yang berpotensi menjadi kasus hukum tidak terjadi. Pemahaman ini diberikan dalam bentuk sosialisasi aspek
ML dari pelayanan yang diberikan di rumah sakit, tata cara menyelesaikan masalah ML jika sudah terlanjur
4
terjadi dan upaya-upaya untuk mencegahnya. Sosialisasi diberikan dalam bentuk lokakarya, pertemuan
berkala, simposium, penerbitan edaran.
Yang dimaksud dengan “unit kerja” dapat berbentuk panitia, komite etik yang diberi fungsi dan tugas
membahas dan membuat rekomendasi tentang menangani masalah ML dan Etik yang timbul. Unit kerja harus
dilengkapi dengan uraian tugas anggota-anggotanya, tata cara menyelesaikan masalah ML dan Etik.
Yang diartikan dengan “ketentuan” adalah kebijakan, tata cara, SOP tertulis merujuk pada peraturan
perundangan yang berlaku atau pedoman etika kedokteran, etika rumah sakit serta peraturan kepegawaian
yang berlaku di rumah sakit.
Yang dimaksud dengan Etik adalah etik profesi kedokteran dan kepera
Masalah etik dan keluhan lainnya yang timbul di rumah sakit dikelola sesuai peraturan dan
perundangan yang berlaku
Dokumen yang harus ada:
- Struktur organisasi unit / kelompok/pokja yang menangani etik dan keluhan lainnya ->komite
etik, panitia etik, dll. Lengkapi dengan uraian tugasnya. Etik yang dimaksud adalah etik RS
dan etik Profesi.
- Kebijakan dan prosedur untuk menangani etik dan keluhan lainnya -> alur penanganan
masalah. Acuannya adalah kode etik RS, kode etik kedokteran, kode etik perawat dan kode
etik profesi lainnya.
- Kebijakan dan prosedur agar diedarkan kesemua unit -> ada surat edaran dan buku
ekspedisi/tanda terima edaran dari unit-unit
- Bukti pelaksanaan kegiatan untuk menangani etik dan keluhan lainnya, misalnya rapat komite
etik
- Dokumen evaluasi dan tindak lanjut
Ko
Komun Mekanisme selalu diselenggarakan dilingkungan rumah sakit Dokumen yang harus ada :
S 5 (P2)
SK Direktur tentang penetapan jadwal rapat direktur dengan kepala bidang, Direktur dengan
Ka bidang dan Ka Sie, Direktur dengan komite medik
- Undangan rapat/edaran
- Notulen dan laporan rapat
- Daftar hadir
Bukti telah dibuat rekomendasi dan tindak lnjut. Rekomendasirapat bisa tertuang di dalam
laporan rapat, sedangkan tindak lanjut adalah merupakan tindak lanjut dari rekomendasi
tersebut. Sebagai contoh rekomendasi rapat perlu dibuat SOP maka bukti tindak lanjutnya
adalah adanya SOP
S5 (P3) Manajemen keuangan diselenggarakan untuk menjamin pelayanan di rumah sakit dikelola secara efisien.
Pedoman menyusun anggaran adalah petunjuk, kriteria dan langkah-langkah untuk menyusun anggaran
operasional/rutin dan anggaran investasi.
Yang diartikan dengan “analisis keuangan” adalah evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran
operasional/investasi dalam kurun waktu tertentu. Anggaran operasional meliputi anggaran belanja dan
pendapatan rumah sakit (revenue). Sebagian rumah sakit menggunakan berbagai rasio keuangan untuk
melakukan analisis keuangan ini, misalnya current ratio, rate of return on investment (roi) atau rasio lainnya.
5
Audit yang harus dilakukan adalah audit keuangan dan atau audit manajemen yang dilakukan oleh auditor
internal atau auditor publik dari luar rumah sakit.
Perhitungan biaya satuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan tehnik Cost Finding, atau
metode lainnya
Ditetapkan bahwa Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) wajib memberi pendidikan
S5 P4
kepada pasien tentang kewajibannya terhadap rumah sakit.
Yang dimaksud a. dengan kebijakan tertulis adalah jika ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit.
b. Yang dimaksud dengan kebijakan lengkap adalah jika kebijakan memuat :
1. keharusan DPJP bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan kepada pasien
tentang kewajibannya.
2. rumah sakit menyediakan pendidikan kepada pasien tentang kewajibannya.
3. hal-hal yang menjadi kewajiban pasien adalah :
3.1. memberi informasi yang benar, jelas dan jujur.
3.2. mengetahui kewajibannya dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3.3. mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
3.4. memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
3.5. mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.
3.6. memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
3.7. memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
Ditetapkan koordinasi pelayanan dan transfer informasi antar profesi kesehatan untuk mendukung program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS).
Yang dimaksud dengan KPRS adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk assessment risiko, identitas dan pengelolaan hal-hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Yang dimaksud dengan “transfer informasi” adalah komunikasi tertulis memuat proses pelayanan pasien yang
dilakukan antar penanggung jawab pelayanan dan antar profesi kesehatan.
Yang dimaksud dengan “koordinasi” adalah pengaturan tentang bagaimana hubungan fungsional antar
penanggung jawab pelayanan diatur dalam kaitannya dengan pelaksanaan program keselamatan pasien.
Termasuk dalam pengaturan “koordinasi” ini adalah fungsi dan tanggung jawab profesi kesehatan agar tejadi
6
kesinambungan pelayanan untuk mendukung program keselamatan pasien. Pengaturan “koordinasi” ini harus
ditetapkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), SPO (SOP) dan ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Rumah Sakit.
Yang dimaksud dengan “evaluasi” adalah identifikasi masalah atau kelemahan pelaksanaan koordinasi di
lingkungan unit kerja atau dilingkungan rumah sakit.
S 6 (P1) Program pendidikan dan pelatihan (Diklat) pegawai dikelola dengan efisien.
Yang dimaksud dengan “unit kerja” ialah satuan organisasi yang diberi fungsi dan tugas merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi berbagai program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan di rumah
sakit (inhouse) maupun diluar rumah sakit.
Program Diklat lengkap ialah program yang mencakup pendidikan berkelanjutan dan pelatihan orientasi bagi
pegawai baru.
Program Diklat terstruktur ialah jika program direncanakan oleh berbagai unit kerja didalam rumah sakit dan
kemudian diajukan ke unit kerja Diklat rumah sakit untuk dikoordinasikan dengan berbagai unit kerja terkait
dan untuk diajukan kebutuhan biayanya.
Pelatihan orientasi bagi pegawai baru meliputi orientasi tentang keadaan umum rumah sakit (organisasi,
keadaan lingkungan, tata tertib rumah sakit, pengenalan terhadap pejabat, hak dan kewajiban pegawai, dlsb).
Orientasi umum ini diselenggarakan oleh unit kerja Diklat. Setelah orientasi umum selesai pegawai baru
ditempatkan di unit kerja untuk mengikuti orientasi khusus bersifat on the job training. Orientasi khusus harus
dirancang oleh masing-masing unit kerja.
Kedua program Diklat (Umum dan Khusus) harus dilengkapi dengan kerangka acuan dengan format seperti
dijelaskan di D.O, S.1.P.1.
- Yang dimaksud dengan “Sasaran Program Tercapai …. % “ adalah pencapaian sasaran dari jumlah
semua pegawai yang ada di rumah sakit.
S6 P2 Unit kerja pendidikan dan pelatihan (Diklat) menyelenggarakan pelatihan berkala dengan topik khusus
“Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)”.
Yang dimaksud dengan ”teratur” adalah jika pelatihan diadakan dengan jadwal tertentu sepanjang tahun
(setiap tribulan, semester, setiap tahun).
Yang dimaksud dengan ”unit kerja Diklat” adalah satuan kerja dalam struktur organisasi rumah sakit dengan
7
tugas dan fungsi mengelola pendidikan dan pelatihan bagi pegawai di rumah sakit atau pelatihan diluar rumah
sakit.
Struktur organisasi RS, kerangka acuan pelatihan, jadwal, peserta pelatihan, laporan
pelaksanaan pelatihan
S 7 (P1) Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Yang dimaksud “unit kerja” disini dapat berbentuk Komite Mutu, Sub Komite Mutu, Panitia Mutu yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit dengan fungsi dan tugas menyusun
program peningkatan mutu dan mengkoordinasikan pelaksanaan program di berbagai unit kerja dilingkungan
rumah sakit, melakukan evaluasi pelaksanaan program dan membuat laporan serta rekomendasi sebagai
tindak lanjutnya.
Paling sedikit ada 2 (dua) buah program peningkatan mutu pelayanan harus dilaksanakan indikator klinik,
yaitu :
1). Evaluasi Kepuasan Pasien dalam kurun waktu 2 (dua) tahun berturut-turut.
2). Pengumpulan dan analisis terhadap Indikator Klinik, 1. Angka Pasien dengan Decubitus, 2. Angka
Kejadian Infeksi Karena Jarum Infus, 3. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat, 4. Angka
Infeksi Luka Operasi, 5. Angka Kejadian Penyulit/Infkesi karena Transfusi Darah, dan 6. Angka Kematian
Ibu karena Sepsis. Rujukan yang digunakan dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis Indikator
Klinik adalah Buku Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit (World Health
Organization – Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2001). Analisis indikator
klinik harus dilakukan 3 (tiga) bulan sekali secara terus menerus dengan kesimpulan kecenderungan dari
angka-angka dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir.
Baik Program Evaluasi Kepuasan Pasien maupun Program Indikator Klinik harus dibuat dengan Kerangka
Acuan (Terms of Referrence = TOR). Komite Mutu / Sub Komite Mutu / Panitia Mutu menetapkan unit kerja
dilingkungan rumah sakit sebagai pelaksana program evaluasi kepuasan pasien, program indikator klinik dan
program peningkatan mutu lainnya.
Dibeberapa rumah sakit dibentuk Quality Manager sebagai padanan dari Komite / Sub Komite / Panitia
Mutu.
8
1). Grafik Barber Johnson berikut dengan analisis dan rekomendasi;
2). Rasio keuangan yang lazim digunakan, misalnya ROI, Current ratio, dll;
- 3). Perhitungan beban kerja untuk menetapkan pola ketenagaan di beberapa unit kerja tertentu.
S 7 (P3) Ketetapan Direktur Rumah Sakit tentang sistem pencatatan dan pelaporan KTD.
Dokumen laporan KTD.
S 7 (P4) Tersedia informasi tentang hasil analisis masalah kejadian “Kejadian Nyaris Cedera” atau (Near Miss) dan
“Kejadian Sentinel” atau (Sentinel Event).
Yang dimaksud dengan ”Kejadian Nyaris Cedera” (Near Miss) adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena faktor “keberuntungan” (misalnya pasien
terima obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat, karena ada upaya “pencegahan” (suatu obat dengan
overdosis letal akan diberikan, beruntung staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan),
atau “peringanan” (suatu obat dengan overdosis letal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidote-
nya).
Yang dimaksud dengan “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak
dapat diterima, seperti operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “Sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi (misalnya amputasi pada kaki yang salah) dlsb., sehinga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada tatanan kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
Tujuan penyebarluasan informasi adalah untuk pembelajaran dan diharapkan berguna untuk melakukan
perubahan atau koreksi terhadap sistem, kebijakan atau SOP dari pelayanan.
Kewajiban untuk melakukan analisis dan penyebarluasan informasi tentang “Kejadian Nyaris Cedera” dan
“Kejadian Sentinel” ada pada unit kerja yang dibentuk di rumah sakit untuk mengelola program keselamatan
pasien seperti pada Parameter S.2.P.4, Standar Pelayanan ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN.