Anda di halaman 1dari 54

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 622/Ilmu Komunikasi

Bidang Fokus : Sosial Humaniora – Seni Budaya - Pendidikan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

FOTOGRAFI KEHUMASAN SEBAGAI MEDIA


PEMBENTUKAN CITRA YANG BAIK
(STUDI EKSPLORATORI FOTOGRAFER KEHUMASAN)

PENELITI
IKBAL RACHMAT, MT

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2017
ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 3 - 31
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 32 - 34
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………… 35 - 41
BAB V PENUTUP ………………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- BIODATA PENELITI
- JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
- ANGGARAN PENELITIAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual ……… 8
Gambar 2.3 Foto Seri/Esai ………………………………………………... 12
Gambar 2.4 Spot Foto …………………………………………………….. 13 - 14
Gambar 2.5 General News Photo .......……………………………………. 14
Gambar 2.6 People in the News Photo …………………………………… 15
Gambar 2.7 Daily Life Photo ……………………………………………. 16
Gambar 2.8 Art and Culture Photo ………………………………………. 17 – 18
Gambar 2.9 Social and Environment photo ……………………………… 18
Gambar 4.1 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37
Gambar 4.2 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37
Gambar 4.3 Event Documentation (fotografi kehumasan) ………………. 37
Gambar 4.4 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
Gambar 4.5 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
Gambar 4.6 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 38
Gambar 4.7 Corporate Documentation (fotografi kehumasan) ………… . 39

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu pengetahuan terus berkembang, membuahkan banyak manfaat bagi
segala sendi bidang kehidupan manusia. Merubah sebuah bentuk menjadi lebih
menarik, lebih dapat bertahan lama hingga memudahkan dalam menjalankan
rutinitas pekerjaan. Kegiatan menjadi menyenangkan, menjadi lebih efisien,
menjadi lebih praktis yang berujung pada efektifitas dalam pekerjaan. Salah satu
lingkup bidang pekerjaan dalam kegiatan komunikasi berupa kegiatan Public
Relations atau humas.
Humas memiliki tanggung jawab utama sebagai “penjaga citra/image”
positif baik bagi sebuah perusahaan. Selain fungsi eksternal humas juga memiliki
fungsi internal, fungsi yang mampu menjaga hubungan pekerja di dalam
perusahaan, agar tetap berjalan baik dan harmonis dalam hubungan antar
karyawan. Kegiatan humas eksternal dan internal ini tentu dilakukan dengan
beberapa kegiatan, dengan “peralatan” yang mencakup bidang kerja atau
tanggung jawab humas, yang dikenal dengan “tool of PR” sebagai batasan lingkup
tanggung jawab baik ke dalam maupun luar perusahaan.
Salah satu lingkup tanggung jawab humas yang terdapat dalam “tool of
PR” berupa using photograph. Kegiatan melukis dengan cahaya sebagai bagian
dari bidang seni yang dikenal dengan fotografi menjadi salah satu keahlian yang
harus dimiliki oleh public relations officer. Keahlian ini tentu perlu dipelajari
lebih dahulu, meskipun saat ini kita tahu bahwa kegiatan dokumentasi acara
dengan bukti foto sudah sangat mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena faktor
banyaknya para produsen handphone, gadget, smartphone dan sejenisnya telah
memfasilitasi kamera pada setiap produkya (dihampir semua merek dan jenis) saat
ini. Lalu apakah masih diperlukan kegiatan mempelajari pemotretan bagi seorang
humas dan bagaimana fotografi menjadi bagian dari “tool of PR” yang bahkan
keahlian ini menjadi sebuah ranah khusus dalam fotografi yakni fotografi

1
2

kehumasan, hal inilah yang menjadi dasar penelitian ini dilakukan dengan
mengangkat judul Fotografi Kehumasan Bagian Dari Seni Melukis Dengan
Cahaya Dan Reputasi Citra Positif (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penelitian Fotografi Kehumasan Sebagai
Media Pembentukan Citra Yang Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan)
meliputi :
1. Bagaimana relevansi fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi
kehumasan ?
2. Bagaimana peran fotografi dalam membuat reputasi citra yang baik ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi
Lasswel mendefinisikan komunikasi dengan : who says what-in which
channel-to whom-and with what effect. Maka komponen dalam komunikasi terdiri
dari:
1. Komunikator (siapa)
2. Pesan (mengatakan apa)
3. Saluran (melalui saluran apa)
4. Komunikan (kepada siapa)
5. Efek (dengan efek bagaimana)
Beberapa tujuan dari komunikasi adalah untuk :
1. Mempengaruhi
2. Menarik perhatian
3. Menarik simpati
4. Menimbulkan empati
5. Menyampaikan informasi
MakabBila dikaitkan dengan kegiatan Public Relations, maka PR harus
benar-benar memahami esensi dari kegiatan komunikasi itu sendiri agar tujuannya
(pencitraan) dapat tercapai.

2.2 Komunikasi Nonverbal Dan Bahasa Tubuh


Komunikasi nonverbal (Sasa Djuarsa) didefinisikan sebagai pesan-pesan
yang diekspresikan secara sengaja melalui gerakan/tindakan/perilaku atau suara-
suara atau vokal yang berbeda dari penggunaan kata-kata dalam bahasa.
Prinsip-prinsip yang sangat penting untuk kegiatan komunikasi :
1. Komunikasi nonverbal tidak sama dengan komunikasi verbal.
Komunikasi verbal harus dilakukan dengan sadar dan sengaja.

3
4

1. Prosesnya selalu dimulai dengan pemberian makna serta


perumusan pesan dan diakhiri dengan pengiriman pesan.
2. Pesan-pesan nonverbal bisa diekspresikan secara tidak sengaja
ataupun sengaja, dan secara sadar ataupun tidak. Jadi, secara tidak
sengaja atau secara tidak sadar bisa saja pesan-pesan nonverbalnya
keluar.

2.3 Fungsi Komunikasi Nonverbal


Dalam kegiatan berkomunikasi terdapat enam fungsi bahasa nonverbal,
fungsi-fungsi tersebut yakni:
1. Fungsi menekankan.
2. Fungsi melengkapi.
3. Menunjukkan kontradiksi.
4. Fungsi mengatur.
5. Fungsi mengulangi.
6. Fungsi mengganti.
Dan terdapat ciri utama komunikasi nonverbal, yaitu :
1. Isyarat nonverbal bersifat komunikatif.
2. Isyarat nonverbal bersifat kontekstual.
3. Isyarat nonverbal bersifat paket.
4. Isyarat nonverbal dapat dipercaya.
5. Isyarat nonverbal dikendalikan oleh aturan.
6. Isyarat nonverbal bersifat metakomunikasi.

2.3.1 Tiga Bagian Utama Komunikasi Nonverbal


1. Gerakan tubuh
a) Emblim (perilaku nonverbal yang langsung menggantikan
bahasa verbal).
b) Ilustrator (perilaku nonverbal yang berfungsi memberi
ilustrasi).
5

c) Affect display (isyarat nonverbal yang mengekspresikan


emosi seseorang).
d) Regulator (isyarat nonverbal yang bersifat mengatur).
e) Adaptor (perilaku nonverbal yang berfungsi memuaskan
kebutuhan tertentu).
2. Gerakan wajah
Pesan wajah dapat mengkomunikasikan kelompok emosi :
kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan
kemuakan/penghinaan.
3. Gerakan mata
a) Mencari umpan balik.
b) Menginformasikan pihak lain untuk bicara.
c) Mengisyaratkan sifat hubungan.
d) Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik.
e) Fungsi penghindaran kontak mata.
f) Pembesaran pupil mata.

Peran (strategis) media menyebarluaskan informasi (publik). Anggapan ini


adalah tidak berdasar, kedua belah pihak, baik Humas maupun journalist
(berbagai media) memiliki orientasi dan tujuan yang sama-sama mulia, dan
keduanya pun didukung oleh etika profesi masing-masing, sebagai panduan dalam
bertindak.
Beragam bentuk media bermunculan. lebih baik dibandingkan dengan
kondisi yang terjadi pada masa lampau. media semakin kondusif dengan UU No.
40 tahun 1999 tentang Pers, menjalankan fungsi komunikasi serta fungsi
ekonomi, di tengah masyarakat yang membutuhkan media, UU no 32 tahun 2002
media televisi berkembang semakin pesat.
Media konvensional dan media sosial semakin pesat. media online
memiliki keunikan, berbeda, (twitter, facebook dsb), memungkinkan praktisi
Humas memiliki ruang untuk menyampaikan informasi kepada publik dengan
lebih cepat dan mudah.
6

Sesungguhnya, dari perspektif komunikasi, tumbuh dan berkembangnya


berbagai media merupakan indikator bahwa bahwa kita hidup sebagai bangsa
yang kian demokratis. Kita memiliki berbagai sarana komunikasi untuk
mengekspresikan pikiran dan pendapat kita.
Pemetaan media, membantu para praktisi Humas mengetahui
gambaran/informasi karakteristik, jenis, serta kebijakan pemberitaan setiap media,
sehingga bisa menentukan, bagaimana seharusnya berhubungan dan
berkomunikasi dengan media.
Pemetaan media berfungsi untuk Menyusun, mengklasifikan serta
membuat dokumentasi menyangkut profil media massa, misal, segmentasi
khalayak yang berbeda berdasarkan geografis, status sosial ekonomi serta
pendidikan.
Pemetaan media sangat bergantung pada sejauh mana praktisi Humas
memiliki bekal berkaitan dengan riset dalam bidang media, baik riset kuantitatif
maupun secara kualitatif.

2.4 Fotografi dan Ilmu Komunikasi


Bicara mengenai keindahan tidak akan terlepas dari yang namanya seni.
Seni itu memiliki nilai relatif, yang tidak dapat di nilai sama baik, sama bagus dan
sama indah oleh setiap/sekelompok orang.
Fotografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk
mendokumentasikan momen penting. Hal ini kita ketahui dari sejarah kehidupan
manusia purba di zaman pra sejarah.
Pada zaman tersebut mereka memiliki aktifitas pada zamannya dari
kehidupan pribadi sampai kehidupan masyarakat, mereka berusaha setiap apa
yang mereka lakukan saat itu bisa mereka ceritakan kelak pada generasi mereka
selanjutnya, karena keterbatasan ilmu pengetahuan saat itu mereka hanya mampu
melakukan pekerjaan sebatas melukis pada dinding-dinding gua, menulis pada
bebatuan, dan atau pada kulit hewan dan pepohonan.
Seniman lukis menjadi bintang dunia gambar saat itu, namun para pelukis
belum mampu menggambar langit di malam hari dengan baik, selain dalam
7

bentuk-bentuk artistik pada benda-benda, ini dapat kita jumpai pada tempat-
tempat bersejarah maupun foto atau gambar-gambar bergerak dalam sebuah film.
Fotografi berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata Phos - Photo yang
memiliki arti Cahaya, dan kata Graphien – Graphy yang memiliki arti tulisan/tulis
/melukis, sehingga fotografi memiliki definisi :
1. Melukis dengan cahaya
2. Teknik membuat gambar sesuai dengan aslinya (dengan pengetahuan
dasar mengenai sifat cahaya dan penemuan zat-zat kimia)
3. Sedangkan menurut : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi
adalah seni dan proses penciptaan gambar dengan cahaya pada negatif dan
permukaan yang dipekakan.
Negatif film/roll negatif yang biasa kita kenal, terbuat dari bahan
selluloid/plastik transparan yang dilapisi bahan-bahan kimia, sedangkan
permukaan yang dipekakan lainnya adalah kertas foto yang biasa digunakan oleh
studio atau lab. cuci cetak pada umumnya.

2.4.1 Unsur dan Tujuan Fotografi


Dalam kegiatan pemotretan terdapat unsur-unsur yang mendukung
terciptanya visual, unsur utama fotografi adalah cahaya, dengan 3 medianya,
yakni :
1. Kamera
2. Lensa
3. Film
Sedangkan tujuan fotografi yakni menterjemahkan bahasa non-
verbal/bahasa visual. Bahasa verbal merupakan lisanatau tulisan seperti : Apa,
Kenapa, Bagaimana, sedangkan bahasa non verbal merupakan bahasa visual,
berupa visual, contohnya lambar marka jalan/marka lalu lintas.
8

Gambar 2.1
Marka Jalan/Marka Lalu Lintas Sebagai Bahas Visual

2.4.2 Komunikasi dan Seni


Komunikasi memerlukan media untuk dapat berinteraksi, begitu pula
berbicara mengenai fotografi, yang memiliki sifat sebagai karya dokumentasi
(memerlukan objek) yang nyata, atau fakta sesungguhnya, memerlukan suatu
bukti untuk dapat menyampaikan pesan kepada orang lain sehingga dapat
berinteraksi secara baik.
Seni lukis dapat dilakukan oleh siapa saja baik ada atau tidak adanya
media/objek/visual yang akan dilukis, dengan cara menggunakan imajinasi/daya
khayal. Berbeda dengan seni fotografi tidak dapat terjadi apabila objek/visual
potret tidak berwujud nyata. Media yang digunakan juga berbeda, telah
disebutkan sebelumnya ada 3 media dalam fotografi yakni Kamera, lensa dan
film, ketiga media tersebut harus ada untuk menghasilkan pekerjaan fotografi,
sedangkan seni lukis medianya adalah kanvas/kertas gambar, spidol, pensil, cat &
kwas, atau ballpoint gambar untuk menggoreskan kreatifitasnya.

2.5 Foto Dan Fotojurnalistik


Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa bertugas
sebagai alat dokumentasi (pribadi/resmi) sebuah institusi bahkan negara. Sebagai
alat dokumentasi, foto menjadi salah satu hal penggerak perubahan dunia, bahkan
hingga saat ini foto tetap menjadi salah satu media untuk merekam sebuah
peristiwa yang terjadi dalam sebuah waktu.
9

Agar sebuah foto bisa menjadi sebuah media dokumentasi yang berisi
informasi dan bisa diketahui oleh banyak pihak, foto membutuhkan sebuah tempat
yang bernama media massa. Di dalam media massa inilah foto diolah menjadi
sebuah berita untuk memberi ide, gagasan, atau tindakan kepada orang lain untuk
melakukan perubahan. Foto yang memuat sebuah berita inilah yang acap kali
dikenal dengan istilah foto jurnalistik.
Fotojurnalistik menghentikan waktu dan memberi kita gambaran nyata
bagaimana waktu membentuk sejarah lewat sebuah kejadian. Fotojurnalistik
menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambarnya yang sesuai
dengan fakta, sehingga fotojurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan
sebuah peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif.
Dalam dunia fotojurnalistik, efek yang ingin ditimbulkan oleh seorang
pembuat fotojurnalistik adalah efek sosial dari sebuah efek visual yang dibuatnya,
dan dari dalam sebuah fotojurnalistik yang tercipta tersimpanlah sebuah cerita
perubahan jaman yang di masa depan akan menjadi sebuah sejarah.
Jurnalistik/Jurnalisme adalah kegiatan/pekerjaan mencari, mengumpulkan,
mengolah dan menyebarkan berita/informasi melalui media massa. Foto adalah
potret/gambar yang dibuat dan di hasilkan dengan sebuah alat bernama kamera
dengan tujuan untuk menjadi sebuah alat penyimpan informasi (dokumentasi).

2.5.1 Foto Tunggal Dan Foto Seri


Editor majalah life Wilson Hicks yang mengatakan bahwa unit dasar dari
fotojurnalistik adalah foto tunggal dengan teks yang menyertainya yang disebut
single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita
atau features, sedangkan foto seri atau foto esai adalah foto-foto yang terdiri atas
lebih dari satu foto tetapi temanya satu. Biasanya foto esai atau foto seri hadir di
koran-koran atau majalah yang terbit untuk/pada hari minggu. Kelebihan foto esai
atau foto seri adalah lebih memudahkan pekerjaan fotografer dimana fotografer
dapat menjelaskan suatu peristiwa dalam beberapa jepretan foto, bukan hanya
dalam satu foto tunggal. Sementara kelemahannya foto seri atau foto esai ini
dikerjakan dalam waktu yang relatif lebih lama.
10

2.5.2 Teks Foto/Caption Foto


Teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan
untuk melengkapi suatu foto. Tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar
yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.
Bila foto tersebut berasal dari luar, harus ditulis nama fotografernya atau
sumber asal foto. Dengan memberi keterangan seperti, dokumentasi pribadi atau
nama instansi. Tanggal pemotretan : 2014/7/22 (penanggalan ini untuk
mempermudah pengelolaan database foto anda).
wajib diisi oleh setiap fotografer untuk keperluan dokumentasi. Karena dengan
keterangan yang lengkap pengelolaan database foto akan lebih tertata. Selain itu
akan memudahkan fotografer dalam mencari foto-foto yang pernah dibuat.

2.5.1.1 Syarat-Syarat Teks Foto


Dalam memuat sebuah foto jurnalistik, yang disertai teks foto harus
memuat beberapa syarat diantaranya :
1. Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat
2. Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya
menjelaska data yang dimiliki,
3. Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + 1H, yaitu who,
what, where, when, why dan how,
4. Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense),
5. Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu
tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto
disiarkan serta nama pembuat dan editor foto.
11

Gambar 2.2
Foto Tunggal

Foto : Ikbal Rachmat

Workshop UGM - Jakarta, 29/6, Workshop on Religion and Gender In Indonesia


yang diselenggarakan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies)
program Doctoral untuk kelas Internasional Universitas Gajah Mada
diselenggarakan di Hotel Cipta, Jakarta, Rabu 6 Juni 2012, workshop tahun ini
terkait dengan penelitian terkait “Dakwahtainment” yang di lakukan oleh para
penceramah pada umumnya yang sering muncul di layar TV. Kali ini
dikhususkan penceramah Mamah Dedeh yang sering berdakwah di stasiun TV
Indosiar maupun ANTV, kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena
sosial yang terjadi dalam masyarakat mengenai manfaat dakwahtainment
khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air. FOTO ICRS Media/Tim
Media/workshop juni/DSC 0014/2012.
12

Keterangan foto :
Hotel Cipta, Jakarta, 28/06 – Workshop UGM Yogyakarta = keterangan, tanggal
foto, serta judul foto
1. ICRS-UGM Yogyakarat = who
2. Workshop ( Workshop on Religion and Gender In indonesia) = what
3. Di Hotel Cipta , Jalan Sabang, Jakarta = where
4. Rabu = when
5. kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena sosial yang terjadi
dalam masyarakat kali ini untuk mengetahui manfaat dakwahtainment
khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air = How
6. FOTO ICRS Media/Ikbal/Workshop juni/DSC 0014/2012 = data foto, yang
dimuat dikoran internal, yang di buat oleh Tim Media dan sudah diedit dan
dilepas oleh editor serta tahun penyiarannya.

2.5.3 Foto Seri/Essay Photo

Gambar 2.3
Foto Seri/Foto Esai
13

2.5.4 Jenis - Jenis Fotojurnalistik


Menurut Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation)
Fotojurnalistik terkategori atas :
1. Spot Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak
terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh fotografer langsung
pada lokasi kejadian. Contohnya adalah foto peristiwa kecelakaan,
kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa
yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka
foto spot harus segera disiarkan. Fotografer harus memiliki
keberanian saat membuat foto serta dibutuhkan keberuntungan
dalam hal posisi untuk mendapatkan sudut yang bagus.
Memperlihatkan emosi subjek yang difoto untuk memancing emosi
pembacanya juga.

Gambar 2.4
Spot Foto
14

Foto : Slideshare

2. General News Photo adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa


yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya yakni politik, ekonomi dan
humor.

Gambar 2.5
General News Photo

Foto : Slideshare

3. People in the News Photo adalah foto tentang orang atau masyarakat
dalam suatu berita. Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok
orang menjadi berita itu. Bisa kelucuannya, nasib dsbnya. Tokoh –
tokoh pada kategori ini bisa tokoh populer ataupun tidak populer
tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.
15

Gambar 2.6
People in the News Photo

Foto : Slideshare
16

4. Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia


di pandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).

Gambar 2.7
Daily Life Photo

Foto : Slideshare
5. Portraiture adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara
close up dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada
wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.
6. Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena
olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan
penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan
17

perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta


kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan
ekspresi atlet serta ahal lainnya.
7. Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari
peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
8. Art and culture photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan
budaya

Gambar 2.8
Art And Culture Photo
18

Foto : Ikbal Rachmat

9. Social and Environment photo adalah foto-foto tentang kehidupan


sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.

Gambar 2.9
Social and Environment photo

Foto : Slideshare
19

2.6 Public Realtions/Humas


Menurut Edward Bernays dalam Indrawadi Tamin public Relations is the
relations of an individual, association, government or corporation with the
publics with it must take into consideration in carrying on its social function,
yang diterjemahkan sebagai hubungan publik/humas adalah hubungan individu,
asosiasi, pemerintah atau korporasi dengan publiknya yang harus
mempertimbangkan fungsi sosial dalam menjalankannya.

2.6.1 Fungsi Public Relations


Menurut pakar Humas Internasinal, Cutlip & Centre, and Canfield (1982)
dalam Rosady Ruslan fungsi Public Realtions diantaranya sebagai berikut:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama (fungsi melekat pada menejemen lembaga/organisasi)
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumba saran kepada
pimpinana manajemen demi tujuan dan manfaat bersama
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya
atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah
pihak.
2.6.2 Ruang Lingkup Public Relations
Ruang lingkup tugas PR dalam sebuah organisasi lembaga antara lain
meliputi aktivitas sebagai berikut :
1 Membina hubungan ke dalam (public internal), yang dimaksud
dengan public internal adalah public yang menjadi bagian dari
unit/badan/perusahaan atau organisasi itu sendiri.
20

2 Membina hubungan keluar (public eksternal), yang dimaksud public


eksternal adalah public umum (masyarakat). Mengusahakan
tumbuhnya sikap dan gambaran public yang positif terhadap
lembaga yang diwakilinya.

Secara operatif Humas merupakan fungsi khusus manajemen. Artinya,


PR/Humas membantu memelihara aturan bermain bersama melalui saluran
komunikasi kedalam dan keluar, agar tercapai saling pengertian atau kerja sama
antara organisasi dan publiknya. Selain itu berfungsi untuk menanggapi opini
public mengenai kebijaksanaan yang dibuat serta memenuhi fungsi manajemen,
yaitu untuk memonitoring, mengantisipasi dan memanfaatkan berbagai
kesempatan serta tantangan atau perbahan yang terjadi di dalam masyarakat atau
publiknya.
Humas atau Public Relations adalah menilai sikap masyarakat (public)
agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi atau
instansi. Humas terkait langsung dengan fungsi top manajemen. Fungsi
kehumasan dapat berhasil secara optimal apabila berada langsung dibawah
pimpinan atau mempunyai hubungan langsung dengan pimpinan atau tertinggi
pada orgtanisasi atau instansi bersangkutan. Untuk mengatasi kemungkinan
buruk, PR/Humas akan menjalankan fungsinya yaitu menjaga citra dan nama baik
organisasi dengan menggunakan cara-cara edukatif dan informatif serta persuasif,
yang mengandung arti suatu ajakan atau imbauan bukan merupakan paksaan.

2.6.3 Kemampuan PR Officer


Menjadi seorang PR/Humas harus memiliki empat kemampuan,
diantaranya yaitu:
1. Memiliki kemampuan mengamati dan menganalisa suatu persoalan
berdasarkan fakta di lapangan, perencanaan kerja, komunikasi dan
mampu mengevaluasi suatu problematika yang dihadapinya.
21

2. Kemampuan untuk menarik perhatian, melalui berbagai kegiatan


publikasi yang kreatif, inovatif, dinamis dan menarik bagi publiknya
sebagai target sasaran.
3. Kemampuan untuk mempengaruhi pendapat umum
4. Kemampuan menjalin suasana saling percaya

2.6.4 Program Kerja dan Aktivitas Humas


Tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas Public Relation
atau Humas di lapangan adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara
organisasi/perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder-
sasaran khalayak yang terkait. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya citra
positif, kemauan baik, saling menghargai, saling timbul pengertian, toleransi
antara kedua belah pihak.
Perencanaan, pengorganisasian, pengkomunikasian hingga pengevaluasian
suatu program kerja PR/Humas melalui berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh
public relation, contohnya special events, social marketing PR, advertising PR,
press & media relationship, business comunication PR, marketing PR, crisis
management & complaint handling PR, PR writing, PR campaign dan lain
sebagainya.
Scott M. Cutlip & Allen H. Center (Prentice-Hall, Inc. 1982:139), dalam
Rosady menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja melalui “proses
empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk
pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut :
1 Penelitian dan mendengarkan (research-listening)
Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi
dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan suatu organisasi. Setelah itu baru dilakukan
pengevaluasian fakta-fakta, dan informasi yang masuk untuk
menentukan keputusan berikutnya.
22

2 Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision)


Dalam tahap ini sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan
dengan kebijaksanaan serta penetapan program kerja organisasi yang
sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang
berkepentingan mulai diberikan.
3 Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (comminication-action)
Informasi yang berkenaan dengan langkah-langkah yang akan
dilakukan dijelaskan sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan
yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap
penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya.
4 Mengevaluasi (evaluation)
Pihak public relations/Humas mengadakan penilaian terhadap hasil-
hasil dari program-program kerja atau aktivitas humas yang telah
dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari teknik-
teknik manajemen dan komunikasi yang telah dipergunakan.
Membina Hubungan Media dan Pers (media & pers relations) merupakan
sebagai alat, pendukug atau media kerja sama untuk kepentingan proses publikasi
dan publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk kelancaran aktivitas
komunikasi humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan media dan
pers dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran (channel) dalam
penyampaian pesan maka upaya peningkatan pengenalan (awareness) dan
informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi humas merupakan prioritas
utama, hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah kekuatan
pembentukan opini (power of opinion) yang sangat efektif melalui media masa.
Definisi press relations menurut Rosady Ruslan, adalah suatu kegiatan
dari pihak public relations untuk melakukan komunikasi penyampaian pesan, atau
informasi tertentu mengenai aktifitas yang bersifat kelembagaan,
perusahaan/institusi, produk dan hingga kegiatan bersifat individual lainya yang
perlu di publikasikan melalui kerjasama dengan pihak pers atau media massa
untuk menciptakan publisitas dan citra positif. Dari hasil kerjasama yang baik
inilah diharapkan akan tercipta suatu opini publik yang positif sekaligus
23

memperoleh “citra yang baik” pula dari pihak publik sebagai khalayak sasaranya
(target audience) dan masyarakat luas lainya.
Publik relations dalam upaya menyebarkan pesan, informasi, publikasi
hingga mengeluarkan berita (news and press release) yang dapat bekerja sama
dengan pihak pers/wartawan menggunakan formula, Avoid publicities and
withdrawal news negative (hindari publisitas dan berita negatif). Artinya pihak
pejabat humas/PRO harus dapat memilah-milah dengan pasti mana diantara
informasi dan publikasi, atau berita tersebut yang boleh direlease (disiarkan), atau
mana diantara informasi tersebut tidak boleh diketahui secara umum, dan bahkan
tertutup untuk kalangan pers/wartawan.
Humas dan pers biasanya muncul semacam pertentangan antara kedua
belah pihak saat menunaikan tugasnya masing-masing. Pertentangan yang terjadi
atau saling berprasangka buruk antara pihak humas dan pers dapat diatasi
seandainya hubungan itu berlandaskan kepada prinsip-prinsip keterbukaan, serta
saling menghargai peran satu sama lainya dan saling mendukung. Serta setiap
pihak akan berfungsi serta bertindak sesuai dan terikat dengan kode etik
profesinya masing-masing.
1 Kontak formal : kontak resmi dengan pihak pers/wartawan adalah
yang dapat dikontrol dengan baik (under controlling) oleh pihak
humasnya.
2 Kontak Informal (tidak resmi) : publikasi atau pemberitaan di media
massa tidak dapat dikontrol penuh oleh pihak humas (uncontrolled),
karena yang membuat inisiatif membuat atau mengendalikan berita
ada ditangan wartawan yang bersangkutan.

2.6.5 Jenis dan media Public Relations


Pada umumnya ada dua jenis media yang sering dipergunakan dalam aktifitas
publikasi dari Public Relations yakni media lini atas dan media lini bawah. Media
lini atas (Above The Line) diantaranya sebagai berikut.
1 Media cetak yang bersifat komersial, misalnya surat kabar harian,
tabloid, majalah berita, dll. Kelebihan media berita (news media) :
24

Harga murah, berita menyeluruh, lengkap dan dapat menyebar


secara cepat serta efektif. Tetapi mempunyai kelemahan, seperti :
Komunikasi searah, umur atau jangka waktu berlakunya relatif
pendek/rentang hidupnya pendek (short life span).
2 Media elektronik (broadcast media), seperti Stasiun Radio dan TV,
baik di pemerintahan (TVRI dan RRI) maupun swasta (RCTI,
SCTV, ANTV, dll). Kelebihannya : pesan mudah didengar dan
diingat pemirsanya, (visualnya lebih hidup) serta kecepatan
penyampaian berita dan pengaruhnya cukup tinggi. Kelemahannya :
relatif lebih mahal (high cost), pengaruhnya langsung, khususnya
dapat bersifat negatif, dll.
Menurut Frank Jefkins (1988:154) dalam Rosady terdapat lima model
utama mengenai House Journal, yaitu The Sales Buletin, The Newsletter, The
Magazine, The Tabloid Newspaper, The Wall Newspaper. Selain itu terdapat
House Journal, yang berbentuk media elektronik yang baru dipakai mulai tahun
1980-an dan kini banyak digunakan dikalangan lembaga atau perusahaan-
perusahaan tertentu, seperti melalui saluran media (electronic channel media).
1 Video Cassets, media elektronik berbentuk kaset rekaman video
gambar atau film dokumentasi yang diproduksi dan didistribusikan
untuk dipasang melalui TV monitor ditempat yang strategis dan
mudah dilihat, atau dipresentasikan ke khalayak.
2 Audio Cassets Tape, informasi atau berita-berita yang direkam
menggunakan pita rekaman yang berisikan pidato, instruksi, pesan-
pesan tertentu, dan kemudian didistribusikan kepada karyawan,
pelanggan, atau relasi bisnis.
3 Viewdata House Journal, media surat kabar elektronik yang
mempergunakan perangkat saluran TV atau komputer untuk dapat
mengakses informasi atau berita-berita tertentu.
Jenis media yang digunakan Humas tersebut diatas biasanya tergolong
media tatap muka atau secara langsung yang mempunyai kelebihan, seperti
pesannya dua arah sehingga dapat melihat emosi audiensnya dalam upaya
25

membangun suatu pengaruh, pendidikan, pengenalan, pengertian atau


pemahaman, tetapi memiliki kelemahan, seperti biayanya cukup mahal dan tidak
merata dalam penyampaian pesan dan informasinya, karena keterbatasan tempat,
waktu dan publik sebagai sasarannya.
Jenis media lini bawah yang digunakan Humas antara lain berbentuk :
Presentasi pengenalan, Peduli masyarakat sekitarnya, Pameran, Berupa Display
barang, penjualan secara langsung dengan menawarkan langsung produk kepada
konsumen, membentuk alat pendukung kampanye Humas (Promosi atau barang
cetakan), Jenis Media Internal Humas (In-house journal) antara lain Magazine
(majalah) bulanan dan mingguan, tabloid dan bulletin perusahaan, News Letter
(siaran berita) press release (Siaran publisitas dasar, Siaran publikasi produk, dan
siaran keuangan) dan photo press. Media Internal ini berfungsi sebagai media
penhubung komunikasi internal dan eksternal, sebagai ajang komunikasi khusus
antar karyawan, sebagai sarana media untuk “pelatihan dan pendidikan” dalam
bidang tulis menulis bagi karyawan sehingga terdapat nilai tambah bagi
departemen Humas/PR.

2.6.5.1 In-House Journal Dan PR Writing


Dalam setiap penerbitannya, media internal humas melalui beberapa teknis
pembuatannya, teknis-teknis ini meliputi kegiatan berupa :
1. Teknik menulis Naskah Humas/PR
Bentuk-bentuk penulisan naskah kehumasan (PR Writing) yang
masing-masing memiliki karakter dan gaya penulisan (style) yang
berbeda, yaitu : Naskah (Script), Siaran (Release), Laporan (Report),
Profil (Profile), Promosi (Promotion).
2. Kiat, Teknik, dan Tujuan Penulisan Naskah Kehumasan, meliputi :
a. Praktisi PR memerlukan persiapan yang cukup ketika mulai
menggarap suatu tulisan, gaya bahasa, suatu topik atau isu, dan
hingga merancang tujuan publikasi, serta strategi pesan yang
hendak dicapai pada sebuah tulisan tersebut.
b. Segi akurasi informasi/berita
26

c. Bahasa yang dipergunakan harus mudah difahami dan sesuai


dengan acuan penulisan/bentuk bahasa baku yang
dipergunakan.
d. Eksklusifitas
e. Latar belakang penulisan (background).
f. ASSETO Formula (Audience, Structure, Style, Editing, Topic,
Objective).
g. SOLAADS (Subject, Organization, Location, Advantage,
Application, Details, Sources).
3. Tulisan yang Menarik
Beberapa hal diperlukan teknik tertentu untuk menjadikan sebuah
tulisan menarik, antara lain, Narasi, Deskripsi, Kalimat aktif dan
langsung, dan Eksposisi.
Berikut ini beberapa bentuk In-House Journal Dan PR Writing yang biasa
dipergunakan dalam media public relations, sebagai berikut :
1. Media Publik Relations
Fungsi dari In House Journal (House Organ) sebagai media PR atau
Media Internal Perusahaan yang telah dibahas sebelumnya, yaitu
media komunikasi, informasi, pendidikan, hiburan dan media
pengetahuan. Isi majalah perusahaan biasanya terdiri dari beberapa
hal, yaitu Master head, daftar isi majalah, kolom pembuka, Cover,
Editorial atau tajuk rencana, Iklan. Jenis media publikasi yang
digunakan perusahaan untuk menyampaikan pesan kepada publiknya
serta mampu meningkatkan citra, antara lain : House Jornal, Printed
Material, Media pertemuan (event), Broadcasting Media dan
Internet, Media Sarana Humas/PR, Media Personal.
2. Company Profile
Proses pembuatan, perencanaan, action plan, strategi penyampaian
pesan (komunikasi), pendistribusian mengenai Company Profile
tersebut tidak jauh berbeda dengan sistem pembuatan Annual
Report. Company Profile lebih banyak menampilkan aspek historis
27

perusahaan, susunan komisaris, jajaran direksi, sistem/struktur


organisasi dan menejemen, jumlah kantor cabang yang sudah ada,
jenis produk/barang yang dikelola, dsbnya.
Daftar isi Company Profile, biasanya berisikan : Introduksi, Kata
Pengantar atau sambutan dari dewan Komisaris/direktur utama,
Sejarah, dan Struktur Organisasi Perusahaan, Produk barang atau
jasa yang ditampilkan, Kinerja dan Menejemen perusahaan, Nilai
asset dan kekayaan perusahaan, Prospek dan tantangan yang
dihadapi perusahaan pada saat sekarang dan di masa-masa
mendatang (dapat berupa anilisa SWOT), Daftar Kantor Cabang,
Alamat, Telepon, dsbnya.
3. Annual Report
Sebuah Annual report harus menggambarkan cerita sukses
perusahaan untuk menarik minat investor. Diterbitkan sedemikian
rupa, menggambarkan kinerja perusahaan, memperlihatkan bahwa
perusahaan tersebut dikelola secara professional, menjadi salah satu
piranti media komunikasi untuk menarik mitra usaha, berisikan
laporan singkat dan sajian catatan tahunan keuangan perusahaan,
secara periodik, diadakan lomba penampilan dalam kegiatan “annual
report award”, pembentukan tim perencana pembuatan “Annual
report publication”.
4. Prospektus
Merupakan salah satu produk publikasi yang tengah menjadi trend di
suatu perusahaan yang akan “Go public” dan menjual sahamnya si
Pasar Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Pasar Bursa Surabaya (PBS).
Prospektus tersebut antara lain berisikan : tanggal efektif,
penawaran, penjatahan, dan penyerahan, hingga pada pencatatan di
pasar bursa efek, company profile, penawaran umum, pernyataan
utang, resiko ushaa, SWOT, dll.
28

Salah satu kegiatan PR adalah dokumentasi dan kliping yaitu berkaitan


dengan menelaah, menganalisis, dan kemudian mengevaluasi perkembangan
bisnis dari perusahaan, aktifitas, dan program acara tertentu baik komersial dan
non komersial yang dipublikasikan dalam media massa dan non massa. Manfaat
dari pembuatan dokumentasi dan kliping ialah sebagai bahan informasi terkini,
sebagai bahan referensi tertentu dan data/informasi penunjang, sebagai pedoman
atau acuan, sebagai sumber informasi dan data pesaing, sebagai tolak ukur tentang
keberhasilan, sebagai media komunikasi internal, sebagai dokumentasi
perusahaan/lembaga.
Selain dokumentasi dan kliping PR/Humas juga memiliki special events
(kegiatan khusus PR/Humas) yang merupakan salah satu kiat untuk menarik
perhatian media pers dan publik terhadap perusahaan atau produk tertentu yang
akan ditampikan dalam acara tersebut. Bentuk Special Events yang dilakukan,
antara lain Fair, Festival, Parade, Seminar, Open house. Event (acara/peristiwa)
yang dikenal dalam aktivitas kehumasan antara lain :
a Calendar of event.
b Momentum event.
c Special events (acara suatu peresmian, acara peringatan tertentu, acara
komersial).
Keberhasilan special event ini berkaitan dengan penyusunan jadwal,
personel yang terkait, tujuan dari special event tersebut (pengenalan “awareness”,
suatu proses publikasi melalui komunikasi timbal balik, memperlihatkan iktikad
baik dari lembaga/produk yang diwakilinya, mempertahankan penerimaan
masyarakat, memperoleh rekanan atau pelanggan baru)
Sebagai alat promosi Humas/PR dapat menggelar pameran yang secara
komunikologis yaitu dapat menyebarkan suatu peran, informatif, persuasif, dan
sebagai sarana komunikasi yang membuat publik tetap menjadi ingat dan
mengerti apa yang ditampilkan pada suatu pameran tertentu. Pameran merupakan
kegiatan yang menunjukkan sesuatu kepada orang banyak mengenai kelebihan
dan keunggulan yang dimiliki sesuatu tersebut. Klasifikasi pameran diantaranya
yakni:
29

1. Berdasarkan jenisnya pameran terbagi dua, yaitu Pameran Barang dan


Pameran kegiatan/jasa.
2. Berdasarkan sifatnya ada tiga jenis pameran, yaitu Pameran khusus,
Pameran bersama, dan Pameran umum.
3. Berdasarkan frekuensinya, yaitu Pameran berkala, Pameran Insidental
4. Berdasarkan lingkup Geografis, yaitu Pmeran local, pameran nasional, dan
Pameran Internasional (Exposition “EXPO”)

2.7 Citra
Pada umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki tujuan
organisasi/perusahaan, yang hal ini juga dipengaruhi oleh faktor citra. Citra
sendiri bernilai abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari
penilaian, baik berupa tanda respek dan rasa hormat dari publik sekelilingnya atau
masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan tersebut dilihat sebagai
sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan dapat diandalkan dalam
pembentukan pelayanan yang baik.
Tugas PR itu sendiri adalah menciptakan citra organisasi yang diwakilinya
sehingga tidak menimbulkan isu-isu yang merugikan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990:667), citra adalah pemahaman kesan yang timbul karena
pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Linggar dalam Teori dan
Profesi Kehumasan serta Aplikasinya (2000:69), bahwa “citra humas yang ideal
adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman,
pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya.”
Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa citra adalah sesuatu yang
ditonjolkan secara nyata yang timbul berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang ada. Citra yang dimaksud disini adalah kesan yang ingin diberikan oleh
perusahaan kepada publik atau khalayaknya agar timbul opini publik yang positif
tentang perusahaan tersebut.
Menurut Ruslan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen
Komunikasi dan Aplikasi (1998:63) menyebutkan bahwa landasan citra berakar
dari :
30

“Nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya diberikan secara individual dan


merupakan pandangan atau persuasi, serta terjadinya proses akumulasi dari
individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk
membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak, yaitu sering
dinamakan citra atau image.”
Frank Jefkins dalam Public Relations (dalam Munandar, 2004:17-19)
mengemukakan bahwa ada beberapa jenis citra yang penting untuk diketahui oleh
seorang PR. Jenis-jenis citra tersebut adalah :
1. Citra Bayangan (Mirror Image)
adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar
terhadap organisasinya.
2. Citra Yang Berlaku (Current Image)
adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi atau perusahaan.
3. Citra Yang Diharapkan (Wish Image)
adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya citra
yang diharapkan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang
ada.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image)
adalah citra dari suatu organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jadi
bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini
terbentuk oleh banyak hal. Hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan, antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang
gemilang dan lain sebagainya.
5. Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi atau perusahaan
yang memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit
dan individu memiliki perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara
sengaja atau tidak sengaja, mereka pasti memunculkan suatu citra yang
belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara
keseluruhan.
31

Kelima jenis citra tersebut penting untuk diketahui oleh seorang PR, yakni
untuk mengetahui penilaian terhadap organisasi atau perusahaan tersebut yang
tidak hanya dilihat dari segi fisiknya saja tetapi juga yang tidak terlihat namun
dirasakan baik dan memuaskan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain tipe penelitian kualitatif dengan fokus
kajian mengenai Fotografi Kehumasan Sebagai Media Pembentukan Citra Yang
Baik (Studi Ekploratori Fotografer Kehumasan), maka penelitian ini
menggunakan metode studi deskriptif, dengan pendekatan eksploratori.

3.2 Sumber Data


Jenis sumber data menurut H.B. Sutopo (2002:53) secara menyeluruh
meliputi manusia (responden), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda
termasuk beragam gambar dan rekaman, serta dokumen maupun arsip. Informasi
tersebut akan digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan
dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
a) Key Informan atau narasumber dalam penelitian ini yakni
fotografer kehumasan Bapak Benny S. Butar-butar M.Si, VP Corp.
Communications Garuda Indonesia.
b) Adapun Informan pada penelitian ini, yakni fotografer media
Indonesia, yakni Bapak Hariyanto dan Bapak Panca Syurkani dari
Dari Balik Lensa
c) Arsip atau dokumen resmi sebagai data pendukung yang dapat
memperjelas data utama, berupa materi seminar dan workshop dan
foto – foto bidang kehumasan dan liputan jurnalistik.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan antara lain :

32
33

1. Wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan


wawancara percakapan informal dengan sifat sangat terbuka dan
sangat longgar (tidak terstruktur).
2. Observasi, dilakukan peneliti dalam hal ini bersifat observasi non
partisipan, dengan cara melakukan observasi pengumpulan data dan
informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari
lingkungan/organisasi yang diamati. (Rosady Ruslan, 2004:36).
3.3.2 Data Sekunder
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data sebagai penguat data
primer yakni data sekunder yang diperoleh dari :
1. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan mempelajari dokumen, hasil karya
fotografi baik bidang kehumasan maupun fotografi Jurnalistik
sebagai hasil pemotretan dari para nara sumber, arsip-arsip, dan
literatur lainnya yang relevan.
2. Perekaman
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat
perekaman dengan menggunakan gambar hidup maupun gambar
diam (foto) serta perekaman audio (suara).

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi data (sering kali juga
disebut dengan triangulasi sumber), yaitu cara membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi atau data yang telah diperoleh melalui
wawancara dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait. Dari sini,
peneliti akan sampai pada salah satu kemungkinan yakni data yang diperoleh
ternyata konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan. Dengan cara begini peneliti
kemudian dapat mengungkapkan gambaran yang lebih memadai (beragam
perspektif) mengenai gejala yang diteliti (Pawito, 2007:99).
Pengambilan sampel dengan cara Nonprobability Sampling, yakni teknik
yang tidak memberikan peluang (kesempatan) yang sama bagi setiap unsur-unsur
34

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun cara yang dilakukan
dalam pengambilan sampel ini adalah Purposive Sampling (Sampel Purposif),
yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Rosady Ruslan, 2004:36).
Kriteria dari informan yang akan diwawancara ialah orang yang
mengetahui tentang pembuatan fotografi kehumasan, pakar atau ahli fotografi dan
baik forografi jurnalistik maupun fotografi kehumasan.

3.5 Analisa Data


Dalam proses analisis kualitatif, menurut Miles & Huberman (dalam
Sutopo, 2006:113) terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar
dipahami, yaitu:
1. Reduksi data, merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi dari semua catatan lapangan (fieldnote).
2. Sajian data, merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi
atau ditemukan di lapangan, untuk berbuat sesuatu pada analisis.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, merupakan hasil akhir dari
suatu penelitian kualitatif, dengan berusaha untuk memberikan
makna yang penuh dari data yang terkumpul, dengan model analisis
interaktif (interactive model of analysis) Miles dan Hubberman.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Dasar Analisis


Fotografi merupakan seni melukis dengan cahaya, dengan tujuan
menterjemahkan bahasa non verbal atau bahasa visual. Terkait dengan tool of PR
dimana PR memiliki peran dalam pembentukan citra, maka perlu diketahui
bagaimana fotografi kehumasan sebagai media pembentukan citra yang baik
(studi ekpsloratori fotografer kehumasan) dapat menjadi bagian dengan hasil
visual yang diciptakan.

1.2 Bagaimana relevansi fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi


kehumasan
Saat ini peran humas baik bagi internal maupun eksternal perusahaan yang
utama adalah menjadi jembatan antara kepentingan perusahaan dengan karyawan
ataupun perusahaan dengan pihak luar, dengan keterampilannya dalam menyikapi
segala hal yang dapat membentuk citra perusahaan, terutama sitra yang baik dan
positif walau terkadang perusahaan dalam kondisi citra negatif bagi publiknya.
Dalam menjalankan perannya humas memiliki perangkat/alat yang
digunakan sebagai dasar melaksanakan tanggung jawabnya, yang di kenal dengan
tool of PR. Tool of PR ini diantaranya adalah : External Media, Internal, Media
Relations, Community Relations, Government Realtions, Using Photograph,
Working With Individual Group, Using Advertising, Other Publicity Dan Direct
Methods Of Communication.
Berangkat dari hal inilah PR bekerja, diantara tool of PR tersebut adanya
Using Photograph. Menurut Benny “terdapat irisan antara fotografi dan Public
Relations, bahwa Foto dan ilustrasi merupakan bantuan penting bagi hubungan
masyarakat, foto dapat mengurangi kebosanan dan foto itu sendiri memiliki unsur
kelayakan yang lebih baru, artinya segala perubahan yang terjadi dapat disajikan

35
36

melalui foto, sehingga poin pertama yang harus diapresiasi adalah bahwa
foto selalu memberi keaslian”.
“Foto memberikan sebuah kekuatan dalam sebuah gambar, dimana gambar
dalam tersebut dapat menceritakan segala hal yang terjadi, dapat menjelaskan
apapun yang terjadi”, lanjut Benny. Senada dengan hal tersebut bahwa fotografi
dapat menggantikan ribuan bahkan jutaan kata hanya dengan sebuah foto,
sehingga dalam hal ini foto benar-benar memiliki kekuatan yang luar biasa,
dimana sebuah foto dapat memberikan gambaran nyata bagaimana waktu
membentuk sejarah lewat sebuah kejadian.
Fotografi pada kegiatan PR sering digunakan untuk mendukung kegiatan
press release. Menurut Benny “jenis gambar dan foto yang bagus untuk sebuah
siaran pers, tersebut diantaranya, adanya logo. Logo penting untuk disertakan
dengan siaran pers, dimana logo menarik perhatian dan menambahkan branding.
Bagan dan infografis dapat menyampaikan banyak gagasan dalam satu gambar.
Memanfaatkan penggunaan foto, dimana dalam siaran pers online penggunaan
multimedia termasuk foto diantaranya digunakan sepanjang kegiatan pers online
tersebut dipublikasikan/di onlinekan. Selalu gunakan caption foto untuk memberi
konteks pada foto, dan caption foto yang bagus tidak boleh melebihi 45 kata.
Gunakan rumusan 5 W (siapa, apa, dimana, kapan, dan mengapa) dan sertakan
URL situs perusahaan untuk memperkuat press release”.
37

Berikut contoh foto “Event Documentation (Benny)”


Gambar 4.1
Event Documentation (fotografi kehumasan)

Gambar 4.2
Event Documentation (fotografi kehumasan)

Gambar 4.3
Event Documentation (fotografi kehumasan)
38

Berikut contoh foto “Corporate Documentation (Benny)”


Gambar 4.4
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)

Gambar 4.5
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)
39

Berikut contoh foto “Corporate Documentation (Benny)”

Gambar 4.6
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)

Gambar 4.7
Corporate Documentation (fotografi kehumasan)
40

Pendapat yang juga disampaikan oleh Haryanto atas keterkaitannya bidang


fotografi dengan PR sehingga adanya fotografi kehumasan “bahwa kegiatan
fotografi kehumasan berangkat dari kegiatan fotografer jurnalistik, yang
menyajikan foto-foto yang memiliki “news value”, dimana foto yang diambil
bukan hanya dapat memperkuat pemberitaan namun foto-foto dalam pemberitaan
tersebut memiliki manfaat bagi khalayak. Apabila foto yang diperoleh memiliki
nilai “biasa”, maka foto tersebut tidak layak disajikan, begitu pula dengan
fotografi kehumasan dimana foto juga memiliki andil untuk menciptakan citra
perusahaan atau jasa dari produk yang dihasilkan”.
Sehingga dari dasar tersebut dapat diberikan sebuah pembenaran bahwa
fotografi sangat terkait dengan bidang kehumasan, selain sebagai tool of PR
fotografi juga mendukung tugas PR, perlunya keahlian dalam bidang fotografi
bagi seorang PR officer, yang bukan dapat memahami teknis penggunaan kamera
foto, teknik pemotretan agar dapat memberikan hasil foto yang baik dan fotografis
namun juga memahami peran PR itu sendiri sehingga dapat memberikan
gambaran melalui hasil fotografi yang dilakukan untuk konteks hubungan
masyarakat.

1.2 Bagaimana peran fotografi dalam membuat citra yang baik ?


Kegiatan humas menjangkau pihak internal dalam sebuah organisasi
maupun perusahaan hingga pihak eksternal perusahaan. Kegiatan ke dalam
perusahaan lebih diperuntukan bagi seluruh karyawan di berbagai divisi sebuah
perusahaan, sedang pihak eksternal umumnya berhubungan langsung dengan
berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan namun dapat juga pihak lainnya
yang tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan semisal dalam
kegiatan tanggung jawab sosial.
Dalam kontek ini Benny menyampaikan bahwa “fotografi adalah adalah
seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film, fotografi berarti proses
atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan
merekamnya, dewasa ini, fotografi menjadi lazim sebagai media komunikasi dan
bentuk ekspresi yang menggugah kehidupan manusia dalam visual sedangkan
41

Public Relations (PR) adalah proses komunikasi strategis yang membangun


hubungan saling menguntungkan antara organisasi dan publik mereka. PR
merupakan cara suatu organisasi, perusahaan, berkomunikasi dengan publik dan
media. Pesan yang dikomunikasikan kepada target audiens bertujuan menciptakan
dan menjaga reputasi dan citra positif sehingga mampu mengurangi
ketidakpastian”.
Lebih jauh Benny menjelaskan bagaimana citra baik/positif melalui
fotografi dapat diperoleh, dijelaskan bahwa ada perbedaan antara fotografi
kehumasan dengan fotografi periklanan, dimana keduanya sama-sama
membangun sebuah citra yang baik bagi publik eksternalnya, diantaranya,
fotografi PR adalah tentang menghasilkan fotografi editorial yang menempatkan
klien dalam cahaya yang menguntungkan dan meningkatkan pengenalan nama
mereka, sedangkan fotografi periklanan mencoba menjual sesuatu. Fotografi PR
hanya menggunakan fotografi editorial dan bukan fotografi iklan, karena secara
langsung akan mempengaruhi kredibilitas mereka, dimana fotografi editorial
mencoba memberikan informasi”.
Menurut Benny ada 4 alasan mengapa PR harus menggunakan foto dalam
membuat citra baik, yakni orang bereaksi terhadap foto secara instan, foto lebih
menarik dan menjaga pembaca, penglihatan oleh mata secara visual
mempengaruhi otak dan ruang berita membutuhkan gambar yang bagus. Ketika
semua unsur tersebut terpenuhi dari unsur foto citra yang baik bagi sebuah
organisasi atau perusahaan akan secara pasti dapat tercipta.
Membuat citra yang baik menurut Panca Syurkani juga dapat didukung
dari hasil gambar yang diperoleh dari sebuah pemotretan yang baik. Panca
menyampaikan bahwa “Surat kabar, terutama mingguan, sangat membutuhkan
foto bagus, stasiun TV membutuhkan gambar. Cerita tanpa gambar dapat
menguragi minat membaca, dengan menyajikan potongan kecil sebagai
gambar/foto yang biasa digunakan pembawa berita mengatakan satu atau dua
kalimat tentang sebuah cerita maka dapat dipastikan foto yang bagus tersebut
dapat menggantikan uraian yang disampaikan pembawa berita.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan terkait fotografi kehumasan sebagai media pembentukan citra
yang baik (studi ekploratori fotografer kehumasan) antara lain :
1. Fotografi mendukung kegiatan PR diantaranya dalam penyajian press
release, hal ini berangkat dari tool of PR yang menggunakan fotografi
sebagai salah satu medianya.
2. Perlunya memiliki keahlian teknis dan operasional terkait fotografi
bagi PR Officer, dimana aspek fotografi bagi kehumasan perlu
menyajikan hasil visual yang fotografis.
3. Fotografi menciptakan ranah fotografi kehumasan sebagai bentuk
keterkaitannya sebagai karya dokumentasi yang nyata sehingga citra
baik bagi organisasi atau perusahaan dapat terlihat langsung.

5.2 Saran
Adapun saran terkait penelitian fotografi kehumasan sebagai media
pembentukan citra yang baik (studi ekploratori fotografer kehumasan) antara lain :
1. Perlunya melakukan branding terkait fotografi kehumasan yang
menjadi salah satu tool of PR sehingga fotografi kehumasan dapat
lebih dikenal oleh khalayak.
2. Fotografi kehumasan memiliki peran dalam membentuk citra baik
sehingga para PR officer perlu membekali dengan keahlian dalam
bidang fotografi maupun kemampuan operasional penggunaan kamera
foto.

42
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Audy Mirza, 2004 Foto Jurnalistik, Jakarta : Bumi Aksara.


Ardiansyah, Yulian, 2005, Tips & Trik Fotografi, Jakarta : Grasindo.
Ardianto, et al., (2012), Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Bandung :
Simbiosa Rekatama Media.
Breakenridge, deirde, 2008. PR 2.0 : new media, new tools, new audience. new
jersey: pearson education
Broom, Cultip & Center, Effective Public Relations. 10th ed. New Jersey: Pearson
Pretince Hall
Brown, Rob. 2009. Public Relations and the social web: how to use social media
and web 2.0 in communication. london:kogan page
Freeman, John and Steve Luck, Digital and Classic Photography, 2009,
Blackfriars Road, London : Anness Publishing.
Freeman, Michael, 2010, The Photographer's DSLR Pocketbook, United
Kingdom : ilex Press.
Giwanda, Griand., 2001, Panduan Praktis Belajar Fotografi, Jakarta : Puspa
Swara.
Hamidi., (2010), Metode Penelitian dan Teori Komunikasi, Malang : UMM Press.
Jefkins Frank, 2004. Public Relations, Terjemahan oleh Haris Munandar, Jakarta:
Erlangga.
McGovern, Thomas, 2003, Fotografi Hitam Putih, Jogyakarta : Andi.
Morris, trevor & simon goldsworthy. 2012. pr today; the autoritative guide to
public relations UK; palgrave mcmillan.
Raco, J, R., (2010), Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, Jakarta : PT Grasindo.
Ruslan, R., (2004), Metode Penelitian : Public Realtions dan Komunikasi, Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada.
________, (2012), Manajemen Public Relations & Media Komunikasi – Konsepsi
Dan Aplikasi, Depok : Rajawali Press.
Sasa, D, et al. (1999). Pengantar Komunikasi : Universitas Terbuka.
Soedarso., (1992), Seni Patung Indonesia, Yogyakarta : BPISI.
________., (2006), Trilogi Seni : Penciptaan Eksistensi dan Kegunaan Seni,
Yogyakarta : BPISI.

Soelarko, Prof. Dr. R.M., 1982. Teknik Modern Fotografi, Bandung : PT. Karya
Nusantara.
Soetedja, Z, et al., (2014), Seni Budaya X, Jakarta : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Susanto, M., (2002), Diksi Rupa : Kumpulan Istilah Seni Rupa, Yogyakarta :
Kanisius.
Swedlund, Charles, 1974, Photography, Hand Book Of History, Materials and
Processes, Carbondale : Holt Rinehart Winston, Southern Illinois
University.
Tamin, Indrawadi, 2012, Public Relations ; Mitos dan Realitas, Jakarta : Fakultas
Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul.

Sumber lain :
• http://kamusbahasaindonesia.org
• Modul pembelajaran fotografi Fikom Esa Unggul
• Modul pembelajaran fotografi jurnalistik Fikom Esa Unggul
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Peneliti
A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Ikbal Rachmat, ST, MT


2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Jabatan Fungsional Lektor
4 NIP/NIK/Identitas Lain 0202090213
5 NIDN 0320107801
6 Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 20 Oktober 1978
7 E-mail ikbal.rachmat@esaunggul.ac.id
8 No. HP 08561044021
Alamat Kantor Jl. Terusan Arjuna No 9 Kebon Jeruk Jakarta
9
Barat
10 No. Telp/Faks 021. 5674223 / 021 5674159
11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= 50 Orang
12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Perkembangan Teknologi Komunikasi
2. Globalisasi Industri Media
3. Fotografi

B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS ESA UNIVERSITAS MERCU -
UNGGUL BUANA
Bidang Ilmu Teknik Industri Telekomunikasi -
Tahun Masuk – Lulus 1997- 2002 2009- 2012 -
Judul Skripsi/Thesis Analisa dan Analisis Perencanaan -
Perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran
Dalam Upaya Pada Layanan Baru IPTV
Pengembangan PT.Telkom di DCSBarat
Perusahaan Pada PT. Area Regional II Jakarta.
Sugih Harta Leather
Factory.
Nama Ir. Arief Kusuma, Dr. Iwan Krisnadi, MBA -
Pembimbing/Promotor MBA

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


(Bukan Skripsi, Tesis,dan Disertasi)
Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jumlah
“GERAKAN SOSIAL DI DRPM Ristek 50.000.000
INDONESIA: Identifikasi Kekerasan - Dikti
Nonkekerasan dalam Laman dan Media
1 2014
Sosial terhadap Isue-isue Nasional dan
Global Komunikasi Organisasi
Masyarakat”
Analisa Penerapan Pedoman Perilaku DRPM Ristek 50.000.000
Penyiaran Dan Standar Program Siaran Dikti
2 2015 (Studi Kasus Perspektif Antara Kpi
Pusat Dan Antv Pada Program Acara
Pesbukers)
3 2016 Penggunaan Media Sosial Youtube DRPM Ristek 50.000.000
Sebagai Pengelolaan Dokumen Rekam Dikti
Audio Visual ; Studi Exploratory
Penerapan P3 Dan SPS Pada Program
Pesbukers ANTV

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Sumber Jumlah
1 2012 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
2 2013 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
3 2014 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
4 2015 Pelatihan Dokumentasi dengan fotografi Mandiri 200.000
5 2016 Pelatihan Manajemen Penyiaran Radio Mandiri 1.000.000

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir


Nama Jurnal Volume/
No Tahun Judul Artikel Ilmiah Nomor/Tahun
2014 “GERAKAN SOSIAL DI Komunikologi Vol. 11, No. 02,
INDONESIA: Identifikasi September 2014,
Kekerasan - Nonkekerasan dalam ISSN : 1907-
1 Laman dan Media Sosial terhadap 8870.
Isue-isue Nasional dan Global
Komunikasi Organisasi
Masyarakat”
2015 Analisa Penerapan Pedoman Komunikologi Vol. 12, No. 01,
Perilaku Penyiaran Dan Standar Maret 2015,
Program Siaran (Studi Kasus ISSN : 1907-
2
Perspektif Antara Kpi Pusat Dan 8870.
Antv Pada Program Acara
Pesbukers)

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir


No Nama Temu Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
ilmiah/Seminar Tempat
Konferensi Analisa Penerapan Pedoman Perilaku 12 - 13 oktober
Nasional Penyiaran Dan Standar Program Siaran 2015, SOLO – Jawa
Komunikasi, (Studi Kasus Perspektif Antara Kpi Pusat Tengah
1 Konsep, Kerangka Dan Antv Pada Program Acara
Kerja, Kreativitas Pesbukers)
Karya Kaya Kultur,
KNK - ISKI
International Penggunaan Media Sosial Youtube 12 - 13 oktober
Conference Sebagai Pengelolaan Dokumen Rekam 2016, UNAIR -
2 Repository and Audio Visual ; Studi Exploratory Surabaya
Libraries, ICRL’s Penerapan P3 Dan SPS Pada Program
Pesbukers ANTV
G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir
No Judul Buku Tahun Jumlah Penerbit
Halaman
1 -

H. Perolehan HKI dalam 10 Tahun Terakhir


No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 -

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 10


Tahun Terakhir
No Judul/Tema Rekayasa Sosial Tahun Tempat Respon
Lainnya Yang Telah Penerapan Masyarakat
Diterapkan
1 -

J. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir (dari Pemerintah, asosiasi atau institusi


lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1 -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Penugasan Penelitian Dasar Unggulan Perguruan
Tinggi.

Jakarta, 14 Februari 2018


Pengusul,

(Ikbal Rachmat)
NIP/NIK. 202090213
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
BULAN
NO KEGIATAN JAN MAR - JUNI - SEPT - NOV
FEB MEI AGUSTUS OKT DES
1 Persiapan
2 Penelitian
3 Analisis data
4 Laporan
5 Publikasi
Lampiran 3. Anggaran Penelitian
1. Anggaran Pelaksana
No. Nama/Kegiatan/Alokasi waktu Biaya (Rp.)
1. Ikbal Rachmat, MT 4.800.000
Peneliti : Rp. 400.000,-/bulan; 12 bulan
JUMLAH 4.800.000
2. Anggaran Instrumen
No. Nama alat dan spesifikasi Kegunaan Biaya (Rp.)
1. Digital Voice recorder Wawancara 1.500.000
(Creative)
JUMLAH 1.500.000
3. Bahan Habis Pakai
No. Nama Bahan Kegunaan Biaya (Rp.)
1. Memory SD Card 1 bh @ Rp. 150.000,- Wawancara 150.000
2 USB 4 G 1 buah @ Rp. 150.000,- Proses Data 150.000
2. Kertas A4 4 rim @ Rp. 50.000,- Laporan 200.000
3. Tinta Printer 2 set @ Rp. 400.000,- Laporan 800.000
JUMLAH 1.300.000
4. Anggaran Perjalanan
No. Jenis Keperluan Biaya (RP.)
Pengeluaran
1. Perjalanan Penelitian Lapangan 6.500.000
wawancara
JUMLAH 6.500.000
5. Anggaran Lain-lain
No. Jenis Pengeluaran Biaya (RP.)
1. Studi Literatur/internet 1.500.000
2. Pembuatan Laporan 1.500.000
3. Biaya Seminar dan akomodasi 4.500.000
4. Publikasi 2.000.000
JUMLAH 9.500.000

TOTAL ANGGARAN
No. Jenis Rincian Anggaran Yang Diusulkan (Rp.)
Pengeluaran TAHAP I
1. Pelaksana 4.800.000
2. Instrumen 1.500.000
3. Bahan Habis Pakai 1.300.000
4 Anggaran Perjalanan 6.500.000
5. Anggaran Lain-lain 9.500.000
Total Anggaran 23.600.000
(Dua Puluh Tiga Juta Enam Ratus Ribu Rp)

Anda mungkin juga menyukai