3.10 Perencanaan Program Humas
3.10 Perencanaan Program Humas
akan dijalankan. Sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan dan bantu membantu diantara
satu dengan yang lain kepada pencapaian sesuatu tujuan program itu. Organisasi mengandung
satu atau lebih program dan tujuan tiap – tiap program itu adalah tidak serupa, tetapi saling
menyumbang kepada satu tujuan sebuah organisasi itu. Program kerja adalah sebagai suatu
rencana kegiatan dan suatu organisasi yang terarah terpadu dan tersistematis yang dibuat
untuk rentang waktu yang telah ditentutan oleh suatu organisasi. Program kerja ini akan
menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan rutinitas roda organisasi. Program
kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan cita – cita organisasi. 3.2 Ruang
Lingkup Program Kerja Public Relations Program berhubungan dengan tujuan
keorganisasian, maka seorang praktisi Public Relations harus memahami apa yang sedang
dilakukan oleh manajemen, bahwa mereka adalah bagian dari tim manajemen. Program
merupakan suatu rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Program kerja
PR adalah rancangan yang dibuat untuk menjalankan kegiatan PR. Dengan melaksanakan
metode program kerja secara bertahap dan menggunakan media komunikasi yang tepat.
Public Relatians dapat membantu melancarkan jalannya kegiatan perusahaan. Dalam hal ini
banyak permasalahan yang perlu menjadi pemikiran Public Relations, antara lain : Internal
Relation Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan karyawan Memelihara kekompakan
kerja serta menyalurkan kreativitas para karyawan Ikut mengawasi dan menjaga perusahaan
dari gangguan – gangguan penyelewengan Ekternal Relation Memelihara hubungan baik
antara perusahaan/institusi dengan masyarakat (public), terutama dengan public sekitar temat
dimana perusahaan/ institusi itu berada. Membina kepercayaan dan simpati masyarakat
terhadap kegiatan perusahaan. Pada dasarnya tujuan umum dari program kerja dan berbagai
aktivitas PR adalah cara menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau perusahaan
yang diwakilinya dengan publiknya atau stakeholder sasaran khalayak yang terkait. Tujuan
dari proses perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas PR tersebut dapat
diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen yang dikelola secara
professional dan dapat dipertanggungjawabkan hasi atau sasarannya. 3.3 Perencanaan
Program Kerja Public Reletions Definisi perencanaan kerja, menrut pakar Public Relations,
Frank Jeskins (2004 : 13), “ Public Relations consists off all from of planned communications
outwards and inwards between an organization and its public for the purpose of achieving
specific objectives concerning mutual understanding”. Secara umum pengertian dari
perencanaan program kerja public relations yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan
perencanaan komunikasi baik kegiatan ke dalam maupun ke luar antara organisasi dan
publiknya yang tujuannya untuk mencapai saling pengertian. Perencanaan program kerja
public relations tersebut, berkaitan dengan pengertian perencanaan, wujud rencana kerja dan
alasan dilakukannya perencanaan kerja program PR, termasuk manfaat dan klasifikasi
perencanaan kerja tersebut. Maka penjelasannya sebagai berikut Perencanaan kerja, yaitu
terdiri dari : Perencanaan, seseorang yang memanfaatkan atau menginterpretasikan segala
informasi, materi dan data yang tersedia baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk di
analisis, diseleksi dan diproses sebagai bahan perenacaan kerja yang akan datang. Hasil yang
akan diperoleh relevan dengan hal-hal yang berkaitan dengan peran dan fungsi kegiatan
dalam suatu organisasi. Perencanaan kerja PR, yang berkaitan dengan : Fungsi dan teknis
manajemen humas yang profesional, dinamis serta proaktif. Merupakan metode terbaik untuk
mempersiapkan pihak organisasi dalam menghadapi perubahan yang sering terjadi. Penilaian
(evaluasi) atau meriview hasil perkembangan kegiatan masa lalu, sekarang dan masa yang
akan datang. Mengantisipasi dan mengahadapi, tantangan atau resiko yang akan terjadi
melalui suatu proses untuk menentukkan tujuan dan sasaran jangka pendek dan jangka
panjang secara periodik dan strategis. Manfaat yang diperoleh dari pembentukan perencanaan
kerja PR, yaitu : 1. Membantu pihak manajemen organisasi untuk mampu beradaptasi
terhadap lingkungan yang berubah-ubah 2. Mengefektifkan dan mengefesienkan koordinasi
atau kerjasama antara departemen dan pihak terkait lainnya. 3. Menghindari resiko kegagalan
dengan tidak melakukan perkiraan atau perencanaan tanpa arah yang jelas dan konkret 4.
Mampu melihat secara keseluruhan kemampuan operasional organisasi 5. Menetapkan
klasifikasi rencana kerja PR, yaitu renacana strategi, rencana tetap dan rencana tertentu.
Dalam pembentukan perencanaan program kerja PR, dimana perlunya seorang praktisi
khusus harus terlebih dahulu mengetahui dan dapat memahami tujuan yang akan dicapai oleh
organisasinya, jika tidak memahami dan mengetahui dengan pasti tujuan organisasi sebelum
melakukan perencanaan program PR, akibatnya timbul hambatan-hambatan, yaitu : 1.
Kegagalan manajemen menyertakan para pelaksana untuk turut serta mempertimbangkan
perumusan kebijakasanaan dan program kerja organisasi 2. Kurang tercapainya kesepakatan
mengenai tujuan-tujuan dari pelaksanaan program PR. 3. Kurang waktu karna tersita oleh
pembahasan-pembahasan mengenai permasalahan sehari-hari 4. Keterlambatan dan frustasi
yang dialami pelaksana karna kurangnya koordinasi departemen terkait Tujuan dari proses
perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas manajemen humas tersebut
yang diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen humas yang dikelola
secara profesional dan dapat dipertanggung jawabkan hasil dan sasarannya. Secara umum
pengertian dari perencanaan humas yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan,
wujud rencana kerja dan alasan dilakukannya perencanaan kerja humas. 3.4 Pentingnya
Perencanaan Program Public Relations Rencana program PR sama pentingnya dengan
menciptakan suatu fondasi yang kuat untuk sebuah bangunan. Menrut Frank Jefkins (2002 :
56) ada empat alasan yang paling penting bagi perlunya suatu perencanaan PR. Keempat
alasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Untuk menetapkan target – target operasi PR yang
nantinya akan menjadi tolok ukur atas segenap hasil yang diperoleh 2. Untuk
memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan 3. Untuk menyusun
skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan 4. Untuk menentukan
kemungkinan pencapaian tujuan – tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan : • Staf
pendukung atau personil yang mencukupi • Dukungan dari berbagai peralatan fisik seperti
alat –alat kantor, mesin ceta, kamera dll • Anggaran dana ya
Sumber : https://photograph-21.blogspot.co.id/2016/01/program-kerja-humas.html
Sumber : http://hidayatafdolhanif.blogspot.co.id/2013/11/program-kerja-dan-aktifitas-
humas.html
PROSES PERENCANAAN PROGRAM KERJA PR dan Studi Kasus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Research Listening (penelitian dan mendengarkan). Dalam tahapan ini public relations
officer mempelajari opini, sikap. Dan reaksi publik terkait terhadap kebijakan atau produk
organisasi. Dalam tahap ini ditetapkan suatu fakta dan informasi yang berkaitan langsung
dengan kepentingan organisasi, yakni What’s our problem?
2. Palnning Decission (perencanaan pengambilan keputusan). Memberikan sikap, opini, ide,
dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan. Dilakukan pula penetapan program, kerja
organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak berkepentingan.
Here’s what what we can do?
3. Communications – Actions (mengkomunikasikan dan melaksanakan). Menjelaskan dan
sekaligus menfasirkan informasi mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan, diharapkan
bisa mempengaruhi pihak-pihak tertentu yang penting dan berpotensi mendukung program
organisasi. Here’s what we did and why?
4. Evaluation (mengevaluasi). Mengadakan penilaian evaluasi terhadap program dan hasil
kerja aktivitas public relations. How did we do?
Keempat tahapan tersebut, satu sama lain berkaitan sangat erat. Artinya guna
mendapatkan hasil maksimal, semua tahapan harus senantiasa dilalui/dilaksanakan dengan
baik. Setiap tahap dalam program kerja public relations yang efektiv.
Jika diuraikan lebih rinci, keempat tahapan menurut M Cultiv & Center tersebut,
adalah sebagai berikut:
2. Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap kelompok terhadap organisasi.
3. Menganalisa tingkat opini publik, baik yang intern (internal public) maupun yang ekstern
(external public).
6. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah perilaku
masyarakat sasaran. Termasuk membuat budget/anggaran biaya operasionalnya.
7. Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai dengan program yang telah
direncanakan.
Program adalah suatu rancangan mengenai asas suatu usaha yang akan dijalankan.
Sekumpulan aktivitasyang salingberkaitan dan bantu membntu diantara satu dengan yang lain
kepada pencapaian seseuatu tujuan program itu. Organisasi mengandung satu atau lebih
program dan tujuan tiap – tiap program itu adalah tidak serupa, tetapi saling menyumbang
kepada satu tujuan sebuah organisasi itu.
Program kerja adalah sebagai suatu rencana kegiatan dan suatu organisasi yang terarah
terpadu dan tersistematis yang dibuat untuk rentang waktu yang telah ditentutan oleh suatu
organisasi. Program kerja ini akan menjadi pegangan bagi organisasi dalam menjalankan
rutinitas roda organisasi. Program kerja juga digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan
cita – cita organisasi. Ada 2 alasan mengapa program kerja perlu disusun oleh suatu
organisasi :
Dengan melaksanakan metode program kerja secara bertahap dan menggunakan media
komunikasi yang tepat. Public Relatians dapat membantu melancarkan jalannya kegiatan
perusahaan. Dalam hal ini banyak permasalahan yang perlu menjadi pemikiran Public
Relations, antara lain :
a. Ke dalam
Pada dasarnya tujuan umum dari program kerja dan berbagai aktivitas PR adalah cara
menciptakan hubungan harmonis antara organisasi atau perusahaan yang diwakilinya dengan
publiknya atau stakeholder sasaran khalayak yang terkait.
Tujuan dari proses perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas PR
tersebut dapat diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui manajemen yang dikelola
secara professional dan dapat dipertanggungjawabkan hasi atau sasarannya.
Defenisi perencanaan kerja, menrut pakar Public Relations, Frank Jeskins (2004 : 13),
Public Relations consists off all from of planned communications outwards and inwards
between an organization and its public for the purpose of achieving specific objectives
concerning mutual understanding. Secara umum pengertian dari perencanaan program kerja
public relations yaitu terdiri dari semua bentuk kegiatan perencanaan komunikasi baik
kegiatan ke dalam maupun ke luar antara organisasi dan publiknya yang tujuannya untuk
mencapai saling pengertian.
Dalam pembentukan perencanaan program kerja PR, dimana perlunya seorang praktisi
khusus harus terlebih dahulu mengetahui dan dapat memahami tujuan yang akan dicapai oleh
organisasinya, jika tidak memahami dan mengetahui dengan pasti tujuan organisasi sebelum
melakukan perencanaan program PR, akibatnya timbul hambatan-hambatan, yaitu :
a. Kegagalan manajemen menyertakan para pelaksana untuk turut serta mempertimbangkan
perumusan kebijakasanaan dan program kerja organisasi
Tujuan dari proses perencanaan program kerja untuk mengelola berbagai aktivitas
manajemen humas tersebut yang diwujudkan jika terorganisasi dengan baik melalui
manajemen humas yang dikelola secara profesional dan dapat dipertanggung jawabkan hasil
dan sasarannya. Secara umum pengertian dari perencanaan humas yaitu terdiri dari semua
bentuk kegiatan perencanaan, wujud rencana kerja dan alasan dilakukannya perencanaan
kerja humas.
Apapun jenis perencanaan, akan selalu mengikuti langkah-langkah tertentu, dimana
langkah-langkah tersebut sebaga berikut :
a. Menentukkan kebutuhan, kemudian memprioritaskan satu atau beberapa yang menjadi
tujuan perencanaan
Perencanaan program kerja PR harus dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan. Sehubungan
dengan hal tersebut terdapat dua program PR yang bersifat mendasar yaitu program PR yang
bersifat preventif dan program suatu program yang direncanakan untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan oleh organisasi, sedang program remedial sehubungan dengan
perbaikan situasi dan kondisi yang terjadi pasca krisis. Perencanaan kerja PR, berkaitan
dengan :
a. Tiga Dasar
Ada tiga dasar yang hakiki agar Rencana Program PR dapat berhasil baik, yaitu :
1. Rencana program kerja harus dibuat dengan teliti dan harus didukung oleh pihak
manajemen
1. Untuk menetapkan target – target operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur
atas segenap hasil yang diperoleh
2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan
3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan jumlah program dan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan segenap program PR yang telah diprioritaskan
4. Untuk menentukan kemungkinan pencapaian tujuan – tujuan tertentu sesuai dengan
ketersediaan :
1. PengenalanSituasi
Situasi PR biasanya menyangkut hal-hal yang dihadapi oleh para praktisi PR.Pada situasi
ini tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah empat sikap negative menjadi empat sikap
positif.Melalui pengubahan tersebut diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu
pengetahuan yang dapat menumbuhkan pemahaman. Pengenalan situasi dilihat dari sikap
negative antaralain :
Setiap tujuan organisasi dalam pengertian yang luas akan jauh lebih mudah dijangkau
apabila usaha mencapainya juga disertai dengan kegiatan-kegiatan humas, baik itu yang
dilakukan oleh unti/departemen humas internal maupun lembaga konsultasi humas eksternal.
Seperti masalah keterbatasan sumberdaya, khususnya tidak semua tujuan tersebut bisa
dicapai.
Media danTeknikHumas
Media dan teknik humas sangat bervariasi.Bila kita membandingkan media humas dan
media iklan, akan muncul beberapa hal menarik yaitu :
Humas
1. Para praktisi humas cenderung pada media-media yang bercakupan lebih luas.
2. Para praktisi humas berhubungan dengan para editor, jurnalis, serta para produser TV
dan Radio.
3. Kolom dan waktu siar untuk artikel humas terkadang tidak harus dibayar.
4. Kampanye humas bersedia menggunakan media apa saja, asalkan bisa menjangkau
sebanyak mungkin khalayak.
5. Program-program humas secara umum tidak terlalu pilih-pilih media seperti iklan.
Periklanan
1. Condong pada media-media yang punya ciri khas, menarik atau glamor sesuai dengan
karakteristik khalayak yang hendak dituju.
2. Para praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan manajer iklan dari
berbagai perusahaan dan petugas iklan di media massa.
3. Kampanye periklanan biasanya dilakukan terbatas pada media-media yang
biasdiharapkanakanmembuahkanhasilmaksimaldenganbiayaserendah-rendahnya.
4. Duniaperiklananselalumemilihtempat-tempattertentu yang paling
menjanjikankeberhasilan.
a. PentingnyaAnggaran
Adapunartipentingdaripenyusunananggaranbersumberdariadanyabeberapaalas anyaitu :
Pada umunya suatu anggaran humas memiliki unsur-unsur atau pos pengeluaran pokok
sebagai berikut : (Anggoro, 2008;88)
a. TenagaKerja
b. BiayaTetap
c. MateriatauPeralatan
d. Kaskecil
Ada 3 halterpentingberkenaandenganpengkuranhasilini.
a. Teknik-teknik yang digunakan untuk menganalisis situasi sering kali juga dimanfaatkan
guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan- kegiatan humas
yang telah dilaksanakan.
d. Mengevaluasi
Pihak humas mengadakan penilaian terhadap hasil- hasil dari program-program kerja
atau aktivitas humas yang telah dilaksanakan. Termasuk mengevaluasi keefektivitasan dari
teknik- teknik manajemen dan komunikasi yang telah diperlukan: bagaimana yang telah kita
lakukan ?
Tahap yang paling sering diabaikan adalah penelitian, perencanaan dan evaluasi. Sebaliknya
di antara mereka yang terlalu banyak memfokuskan pekerjaannya pada publisitas, yang
sebenarnya akan secara otomatis muncul apabila program PR dirangcang berdasarkan
penelitian, perencanaan dan evaluasi yang serius.
Di era sekarang ini, media memiliki peran dalam menyampaikan berita fakta ataupun
sebagai penyebar informasi dari berbagai pihak yang berkepentingan. Disinilah peran media
harus jelas dan berimbang, disatu sisi media berperan sebagai jembatan masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar, sebaliknya disisi lain media juga berperan menyebarkan
suatu informasi tertentu untuk kepentingan pihak tertentu kepada masyarakat.
Pada zaman sekarang telah berkembang pesat berbagai macam jennies media massa.
Mulai dari televise, radio, surat kabar, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai media
di era informasi media untuk saat sekarang. Sehingga media merupakan bagian dari
kehidupan kita sehari-hari.
Peran media yang sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi yang
benar adalah hal utama yang harus dilakukan media, dari sisnilah asas orang-orang media
yang independent, non-partisipan, menjunjung kode etik jurnalis dijalankan. Lebih dari pada
itu, seorang jurnalis atau wartawan harus memiliki berbagai pengetahuan yang merata
disegala bidang, terutama dibidang dimana seorang wartawan ditempatkan.
Untuk kedepannya kedua pihak harus terus bekerjasam, karena dengan itulah salah
satu alternative dari kedua belah pihak dapat tercapai, yaitu publikasi yang didapatkan
perusahaan, khususnya pihak public relations untuk menjelaskan secara detail tentang
perusahaannya diberbagai media, sedangkan lingkungan media terus mendapatkan tantangan
dengan semkin berkembangnya era informasi, sehingga liputan berkualitas yang dapat
memberikan informasi kepada perusahaannya diberbagai media, sedangkan lingkungan
media terus mendapatkan tantangan dengan semakin berekembangnya era informasi,
sehingga liputan berkualitas yang dapat memberikan informasi kepada masyarakat dapat
dipenuhi.
Bila kita membandingkan media humas dan media iklan, akan muncul lima hal menarik:
1) Kampanye periklanan dan kampanye humas sama-sama bisa menggunakan berbagai macam
media.
2) Para praktisi humas berhubungan dengan para editor, jurnalis, serta para produser TV dan
radio, sedangkan para praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan para manager
iklan dari berbagai perusahaan, petugas iklan di media massa (radio, koran, televisi, majalah,
dan sebagainya).
4) Kampanye periklanan biasanya dilakukan terbatas pada media-media yang bisa diharapkan
akan membuahkan hasil maksimal (misalnya lonjakan penjualan) dengan biaya serendah-
rendahnya. Sedangkaan kampanye humas bersedia menggunakan media apa saja, asalkan
bisa menjangkau sebanyak mungkin khalayak.
5) Tidak seperti dunia periklanan, dunia kehumasan dapat menggunakan berbagai media khusus
seperti jurnal-jurnal internal, buletin atau sekedar majalah dinding.
Media ini terdiri dari berbagai macam koran yang beredar di masyarakat secara umum, baik
yang berskala regional maupun nasional atau bahkan internasional, koran-koran gratis,
majalah-majalah, yang diterbitkan secara umum maupun hanya dalam jumlah terbatas untuk
kalangan tertentu; buku-buku petunjuk khusus; buku-buku tahunan dan laporan-laporan
tahunan dari berbagai lembaga yang sengaja dipublikasikan untuk umum.
b) Audio-visual
Media ini terdiri dari slide dan kaset video, film-film dokumenter.
c) Radio
Kategori ini meliputi semua jenis radio, mulai dari yang berskala lokal, nasional hingga
internasional baik yang dipancarkan secara luas maupun yang dikemas secara khusus.
d) Televisi
Televisi sebagai media humas tidak hanya televisi nasional atau regional tapi juga televisi
internasional, termasuk pula sistem-sistem teletex.
e) Pameran (exhibition)
Yakni berbagai macam bahan cetakan yang bersifat mendidik, informatif, dan menghibur
yang disebarkan dalam berbagai bentuk guna mencapai tujuan humas tertentu.
Isi buku ini bisa bermacam-macam, misalnya saja mengenai seluk-beluk organisasi, petunjuk
lengkap mengenai cara penggunaan produk-produknya atau bisa juga mengenai keterangan
tentang berbagai aspek yang berkenaan dengan produk atau organisasi itu sendiri.
Surat humas seperti ini tidak saja ditujukan kepada tokoh atau pribadi-pribadi tertentu saja,
tetapi juga kepada berbagai macam lembaga yang sekiranya relevan, atau untuk dipajang di
tempat-tempat umum.
Penyampaian pesan humas juga bisa dilakukan melalui komunikasi langsung atau tatap
muka.
Suatu organisasi atau perusahaan bisa pula menjalankan kegiatan humasnya melalui
penyediaan dana atau dukungan tertentu atas penyelenggaraan suatu acara seni, olahraga,
ekspedisi, beasiswa universitas, sumbangan amal, dan sebagainya. Kegiatan penyediaan
sponsor ini juga sering dilakukan dalam rangka melancarkan suatu iklan atau mendukung
usaha-usaha pemasaran.
Suatu bentuk terbitan dari sebuah perusahaan atau organisasi yang sengaja dibuat dalam
rangka mengadakan komunikasi dengan khalayaknya.
Anggarannya yaitu:
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengenali situasi sering juga dimanfaatkan guna
mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dari segenap kegiatan-kegiatan humas yang
telah dilaksanakan.Metode pengumpulan pendapat atau uji sikap (attitude test) merupakan
dua metode yang paling lazim digunakan.
Unsur lain yang bisa digunakan sebagai metode tolak ukur adalah liputan oleh media
massa. Sikap-sikap media massa yang lebih simpatik terhadap suatu organisasi bisa pula
dipandang sebagai salah satu bukti keberhasilan atas segenap kegiatan humas yang telah
dilaksanakan oleh organisasi itu.
Hal terakhir yang perlu ditegaskan di sini adalah setiap kegiatan humas harus dilaksanakan
secara sungguh-sungguh dan profesional.Sebelumnya, segala sesuatunya harus sudah
direncanakan secara cermat, dengan mengacu pada tujuan-tujuan yang hendak dicapai.Segala
sesuatunya harus dibuat sepraktis mungkin agar mudah dipahami dan diterima (disetujui)
oleh pihak manajemen.
menyelenggarakan acara atau kegiatan khusus (special events), humas tersebut harus mampu
menarik perhatian dari publik terhadap perusahaan atau produk tertentu, yang ingin
ditampilkan melalui aktivitas special events itu sendiri. Dalam hal ini, maka kegiatan special
events dari Humas/PR tersebut akan mampu memuaskan bagi pihak-pihak lain yang terlibat
atau terkait untuk berperan-serta dalam suatu kesempatan pada acara khusus Humas, baik
selera (pleasure), dan menarik simpati atau empati sehingga mampu menumbuhkan saling
pengertian bagi kedua belah pihak. Pada akhirnya, kegiatan ini dapat menciptakan citra
pengertian dari peristiwa khusus (special events) adalah suatu kegiatan public
relations, yang cukup penting dalam upaya memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam
publiknya.
umum.
2. Event, sesuatu kejadian penting atau peristiwa khusus, baik yang terjadi secara internal,
lokal, maupun nasional, bahkan berkaitan dengan suatu peristiwa (event) secara internasional.
Jadi, special events tersebut merupakan suatu peristiwa istimewa atau khas yang
tengah berlangsung, dan dirancang secara khusus dalam program acara kehumasan, yang
dikaitkan dengan event tertentu (specials event PR programme). Ciri-ciri khas dari fungsi
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam pencapaian tujuan organisasi dan menciptakan citra
dan kepercayaan.
2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya (publik eksternal
dan internal).
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, yaitu menyebarluaskan informasi melalui
berbagai macam program acara dari organisasi kepada publik, dan menyalurkan opini public
kepada organisasi.
4. Melayani keinginan publiknya, dan mampu menasihatkan pimpinan organisasi demi
tercapainya tujuan kebaikan bersama.
Sehubung dengan penjelasan fungsi PR atau kehumasan tersebut di atas, dan jika
dikaitkan dengan kegiatan kehumasan dalam special events tersebut, maka fungsinya adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi secara langsung (bertatap muka), dan mendapatkan hubungan
timbal balik yang positif dengan publiknya melalui program kerja atau acara-acara yang
sengaja dirancang, dan dikaitkan dengan event (peristiwa khusus) dalam kegiatan serta
program kerja kehumasan tertentu.
2. Sebagai media komunikasi dan sekaligus publikasi, dan pada akhirnya masyarakat atau
publik sebagai target sasarannya akan memperoleh pengenalan , pengetahuan, dan pengertian
yang mendalam. Diharapkan dari acara khusus tersebut dapat tercipta citra positif terhadap
perusahaan/lembaga, atau produk yang diwakilinya.
Bentuk special events, biasanya, manajemen harus melihat acara kalender tahunan,
melihat pada tahun (calendar of event) dari tahun tertentu, kemudian menyusun rencana kerja
suatu acara-acara program khususnya (special event), baik menyangkut perusahaan, maupun
produk yang ingin dipublikasikan dengan teknik atau pendekatan jurnalistik (press
relationship), dan promosi periklanan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa khusus
(event) tertentu, yang secara sengaja dirancang atau ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan
perencanaan dan program/acara Humas yaitu, regular and special events of PR programme.
Misalnya, bulan agustus tanggal 17 merupakan peristiwa khusus untuk menyambut
hari nasional, yang berkaitan dengan peringatan hari proklamasi RI. Acara tersebut
diperingatkan secara periodik oleh Negara Indonesia. Begitu seterusnya menjelang akhir
tahun, aka nada pula event tertentu, misalnya untuk menyambut Hari Natal dan Tahun Baru,
serta menyambut Bulan Suci Ramadhan (bulan puasa), dan akan diikuti kegiatan keagamaan
hari Lebaran untuk umat islam.
Rencana atau aktivitas kerja Humas dimulai dari menentukan suatu daftar acara
tahunan tertentu (regular of yearly event), yang kemudian dikaitkan dengan peristiwa-
peristiwa khusus (special events) yang akan terjadi berulang-ulang, dan sepanjang pergantian
tahun dan secara periodik, secara konstan. Misalnya, bentuk-bentuk special events yang telah
dikenal sebagai berikut (Ardianto, 2009:106) :
a. Festival
b. Parade
c. Fair
d. Seminar
2009:106). Misalnya:
a. Calendar of events, yaitu acara rutin (regular events) yang dilaksanakan pada hari, bulan,
tahun tertentu secara periodik, dan berulang-ulang (rutin) diselenggarakan sepanjang tahun
kalender.
b. Momentum events, yaitu acara yang sifatnya khusus yang dilaksanakan pada momen-
momen tertentu di luar acara rutin tersebut. Misalnya, peluncuran produk barang/jasa
pelayanan tertentu, pembukaan kantor baru, ulang tahun perusahaan, dan sebagainya, yang
dianggap sebagai momen oleh pihak lembaga atau Humas untuk mengadakan suatu acara
Kategori Special events (Ardianto, 2009:106) tersebut secara garis besar ada tiga
jenis, yakni:
c. Acara komersial (Profit Making) atau non komersial (Social Community Relations)
a. Penyusunan jadwal, mulai dari persiapan, pelaksanaan atau kegiatan dari special
events itu sendiri, dukungan dana (budget), fasilitas, personel (manajemen), serta kemudian
evaluasinya.
b. Personel yang terkait, bagaimana (how) kesiapan dari pengisi tim acara atau penuntut acara
(master of ceremony). Siapa (who) pengunjung yang hadir, dan apakah terdiri dari para
pembeli undangan, pejabat tinggi, atau eksekutif. Mungkin, masyarakat umum, yang tanpa
melalui undangan resmi atau cukup melalui pengumuman tertentu, juga datang. Pihak
sponsor, rekanan, atau business relations dari lembaga atau instansi tertentu yang dirangkul
untuk kerja sama. Kalangan donatur, dermawan, dan perorangan yang disesuaikan dengan
apa, mengapa, dan bagaimana (What, Why, dan How) dari tujuan, maksud, dn tema dari
special events itu diselanggarakan oleh pihak humas dan pejabat humas tersebut.
komunikasi timbal balik, yang pada akhirnya memperoleh publisitas yang positif.
Memperlihatkan itikad baik dari lembaga, yaitu produk yang diwakilinya, dan sekaligus
memberikn kesan atau citra positif terhadap masyarakat sebagai publik sasarannya. Upaya
acara special events yng dirancang secara menarik, informatif, dan kreatif.
F. STUDI KASUS
Kehadiran media sosial telah mengubah cara para praktisi dalam berpikir dan melaksanakan
praktek-prakteknya dan beranggapan bahwa hal ini merupakan sebuah kekuatan revolusioner
dalam bidang PR. Melalui optimalisasi potensi media sosial maka praktek PR akan lebih
mendunia, lebih strategis, semakin bersifat komunikasi dua arah dan interaktif, simetris
atau d ialogis serta lebih bertanggungjawab
secara sosial. Hal ini cukup dapat mendasari bahwa pada era baru ini media sosial
dapat menjadi salah satu media yang digunakan dalam strategi PR untuk berkomunikasi
dengan publiknya (Grunig, 2009).
Namun media sosial tidak semata sebagai sebuah alat komunikasi. Artinya, peran PR
yang berhubungan dengan media sosial tidak hanya dalam level teknis k omunikasi. Adanya
media sosial memungkinkan PR juga melakukan peran manajerial, di mana praktisi PR
terlibat dalam pengambilan keputusan strategis o rganisasi serta memberikan masukan
kepada jajaran manajemen atas (Grunig, 2009). Kehadiran media sosial memungkinkan PR
untuk terlibat dalam peran manajemen strategis o rganisasi (McDonald dan Hebbani, 2011).
Praktisi PR yang punya kompetensi menggunakan media sosial mendapatkan pengakuan
dalam proses pengambilan keputusan o rganisasi atau perusahaan (Diga dan Kelleher, 2009).
Salah satu peran manajerial PR berkaitan dengan media sosial adalah keterlibatan dalam
penyusunan peraturan media sosial untuk kalangan internal perusahaan. Peran sebagai
pembuat kebijakan media sosial, menurut pandangan Breakenridge, memang belum terlalu
populer namun hal tersebut mendesak untuk dilakukan: “[A] once less known and vacant spot
needs to be lled quickly” (2012, h. 8).
Media sosial memang ibarat ”pedang bermata dua” bagi perusahaan atau organisasi.
Di satu sisi memang memudahkan berkomunikasi dengan publik baik itu internal mau pun
eksternal.
Namun di sisi lain, karyawan kadang tak mempertimbangkan risiko penggunaan media
sosial. Karena ketidakhati-hatian tersebut, karyawan mungkin mem-posting informasi
sensitif atau menuliskan hal-hal yang buruk terkait perusahaan sehingga merusak reputasi
perusahaan tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan perlu memiliki kebijakan
terkait media sosial.
Kebijakan tersebut disusun setelah melihat tingginya lalu lintas informasi para pegawai PLN
melalui akun media sosial masing-masing individu tersebut dalam kurun waktu dua hingga
tiga tahun terakhir. Pihak PLN melihat bahwa informasi yang disampaikan ada yang positif,
netral, negatif.
nikasi korporat –bidang di PT PLN yang menjalankan aktivitas PR– berperan dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Inisiator dan koordinator penyusunan kebijakan ini
adalah bidang komunikasi korporat PT PLN Persero. Adapun proses penyusunan kebijakan
tersebut melibatkan tiga departemen/divisi/satuan kerja yakni bidang komunikasi korporat,
Sumber Daya Manusia, dan Teknologi Informasi.
Penelitian ini membahas peran manajerial departemen komunikasi korporat PT PLN Persero
dalam penyusunan kebijakan terkait penggunaan media sosial di lingkungan perusahaan.
Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Direksi Nomor 015E/DIR/2012 mengenai
“Etika Berkomunikasi Melalui Media sosial dan Media Digital di Lingkungan PT PLN
(Persero)”.
Pada umumnya literatur membahas tentang bagaimana PR menggunakan media sosial dengan
baik untuk berkomunikasi, padahal media sosial tidak hanya sekadar piranti k omunikasi
semata. Tugas PR tidak hanya merancang dan menyebarkan pesan- pesan dari organisasi
melalui media sosial.
Di sisi lain, PR bisa memberikan kontribusi lebih bagi o rganisasi, yakni di tataran
manajerial. Kontribusi tersebut baru bisa terwujud ketika PR berperan dalam pengambilan
keputusan organisasi. Ketika PR berpartisipasi atau memiliki akses kepada pengambilan
keputusan, kontribusi PR adalah mengidentifi kasi konsekuensi, pemangku kepentingan,
publik, dan hasil dari keputusan atau hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian
manajemen. Misalnya, media sosial atau media digital menawarkan pemantauan isu yang
lebih luas dibanding jika hanya memantau berita- berita di media konvensional seperti surat
kabar atau televisi (James 2007; Grunig, 2009).
PEMBAHASAN ( Analisa)
Pengakuan formal dari o rganisasi tetap merupakan faktor utama yang menentukan
peran PR dalam organisasi, apakah peran teknis komunikasi saja atau peran manajerial.
Pengakuan formal penelitian ini mengacu pada dokumen Keputusan Direksi Nomor
418.K/DIR/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Komunikasi Perusahaan PT PLN Persero.
Peraturan tersebut tak menyebutkan peran manajerial yang mungkin dilakukan k omunikasi
korporat. Tugas dan peran komunikasi korporat adalah produksi dan penyebaran informasi
serta menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan, menjalankan k omunikasi dengan
publik internal dan eksternal, sebagai pusat informasi perusahaan, dan sebagai pusat layanan
informasi.
Bagaimana dengan prakteknya? Dalam rapat rutin dengan jajaran manajemen atas,
kehadiran manajer senior komunikasi korporat bersifat fakultatif. Komunikasi korporat
cukup untuk mengetahui isu- isunya saja, sebagai materi untuk melak- sanakan tugas sebagai
salah satu juru bica ra perusahaan. Sementara dari Sekper (yang menjadi induk komunikasi
korporat) yang wajib hadir adalah Sekper itu sendiri, hu- bungan kelembagaan dan hubungan
investor.
Meski mendapat pengakuan secara informal, namun pengakuan formal tetap merupakan
sesuatu yang penting, karena pengakuan formal akan dapat me- maksimalkan kerja
komunikasi korporat. Kurangnya pengakuan formal dapat me- ngakibatkan terjadinya
tumpang tindih dengan fungsi lain dalam organisasi. Tumpang tindih mengakibatkan komu-
nikasi korporat tidak dapat maksimal menjalankan peran manajerial. Dalam kebijakan terkait
etika penggunaan media sosial, terjadi tumpang tindih kewenangan antara komunikasi
korporat dengan SDM terkait pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kebijakan. Komunikasi
korporat berpandangan hal tersebut merupakan kewenangan SDM, karena kebijakan tersebut
merupakan peraturan kepegawaian.
Selain itu dalam peraturan tersebut ada pasal yang mengatur tentang sanksi dan
penghargaan bagi pegawai yang belum dirumuskan dengan detil. Komunikasi korporat tidak
berwenang untuk memberikan sanksi dan penghargaan. Untuk pelaksanaan kebijakan,
komunikasi korporat memang melakukan apa yang tercantum dalam kebijakan terkait etika
penggunaan media sosial namun itu masih dilakukan secara individual. Dari pengamatan
penulis, hanya satu staf komunikasi korporat yang relatif sering memposting informasi
berkaitan dengan perusahaan di akun pribadi miliknya. Sedangkan untuk pengawasan
kebijakan, tidak tertulis hal tersebut menjadi kewajiban siapa. Alhasil tumpang tindih ini
membuat evaluasi mengenai kebijakan terkait etika penggunaan media sosial masih belum
berjalan.
Sudah banyak kasus yang terjadi bahwa konsentrasi dan waktu tim PR internal sudah
tersita untuk mengerjakan tugas-tugas k omunikasi rutin, sehingga mereka tidak memiliki
waktu untuk memberikan kontribusi strategis bagi organisasi. Dari data yang penulis
peroleh, prioritas dari komunikasi korporat PLN adalah melakukan hubungan kepada
publik- publik eksternal dan diseminasi informasi. Dalam program kerja dua tahun terakhir,
yakni tahun 2011 dan 2012 juga didominasi kegiatan-kegiatan diseminasi i nformasi
perusahaan kepada publik. Untuk kegiatan internal yang berkaitan dengan penguatan peran
manajerial bidang komunikasi korporat hanya satu yakni pengembangan pengelolaan
kliping pemberitaan media berbasis web.
Poin terakhir adalah melakukan komunikasi dua arah dan simetris. Ber dasarkan
konsep Excellence PR, komunikasi dua arah dilakukan terhadap pihak-pihak yang akan
terpengaruh sebelum dan sesudah keputusan perusahaan ditetapkan. Perihal kebijakan terkait
etika penggunaan media sosial, pihak yang paling terpengaruh adalah pegawai (kalangan
internal). Bagaimana komunikasi yang dilakukan bidang komunikasi korporat dengan
pegawai selama penyusunan kebijakan ini? Ketika hendak merumuskan kebijakan, tidak
semua pegawai diajak berkomunikasi, namun melalui sampel saja yakni anggota mailing list
yang terdiri dari pegawai muda PLN.
Pada saat kebijakan sudah selesai, cara mengomunikasikannya adalah satu arah yakni
melalui surat elektronik dan majalah internal “Fokus”. Komunikasi korporat mengirimkan
melalui email. Memang, dalam beberapa kali terbitan majalah “Fokus” membahas tentang
media sosial, meski tidak secara spesifi k membahas kebijakan tersebut. Hal tersebut
menunjukkan upaya komunikasi korporat memberikan pemahaman kepada pegawai tentang
pentingnya media sosial. Kebijakan terkait etika penggunaan media sosial juga disampaikan
melalui pertemuan- pertemuan internal. Pesannya tidak secara spesifik tentang peraturan,
tetapi sekadar mengingatkan bahwa pegawai bisa memberikan nilai tambah kepada
perusahaan melalui media sosial. Pelaku yang menjadi komunikator tidak harus dari
komunikasi korporat, namun bisa juga dari pihak lain bahkan Direktur Umum.
Bidang komunikasi korporat menilai komunikasi satu arah yang mereka lakukan
sudah cukup, karena tujuannya adalah pegawai sekadar mengerti tentang kebijakan ini.
Kebijakan ini bukan merupakan kebijakan dengan nilai urgensi yang tinggi berbeda dengan
kebijakan mengenai peraturan kepegawaian misalnya sehingga pengomunikasian kepada para
pegawai tidak perlu terlalu intensif.
Sumber : http://wamaramaita05.blogspot.co.id/2016/12/proses-perencanaan-program-kerja-
pr-dan.html