Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dinda Amalia

NPM : 2106104210005
MK : Filsafat Pendidikan
Unit : 02

Resume :
Landasan Ontologis Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini
Landasan ontologi merupakan bidang filsafat yang mengkaji hakikat keberadaan
sesuatu sesuai dengan tata hubungan yang sistematis berdasarkan hukum sebab akibat. Kata
Ontologi berasal dari kata “Ontos” yang berarti “berada (yang ada” dan kata “Logia” artinya
pengetahuan. Ontologi artikan sebagai cabang metafisika untuk memperlakukan sifat
kewujudan. Ontologi merupakan kajian filosofi tentang sifat alamiah kewujudan (being),
menjadi (becaming) keberadaan (existence) atau realitas sebaik kateri-kateri dasar kewujudan
dan hubungannya. Secara singkat, ontologi merupakan pengetahuan tenntang apa yang ada.
Ontologi sebagai cabang filsafat merujuk pada realitas sekitar kita, tidak tergantung
bagaimana pandangan kita sendiri terhadapnya. Dengan demikian, ontologi mengharuskan
seseorang untuk membuat perbedaan yang tegas antara subjek yang mengamati dan objek
yang diamati.
Menurut Susanto (2011:91) Ontologi adalah hakikat tentang keberadaan yang
meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Konsep ontologi
pendidikan karakter adalah upaya untuk membahas tentang keberadaan pendidikan budi
pekerti. Ontologi dalam kajian pendidikan karakter lebih menekankan pada aspek hakikat
keberadaan, yang dimaksud keberadaan di sini adalah keberadaan pendidikan karakter.
Dalam konteks ini yang berusaha di bahas oleh ontologi pendidikan karakter adalah mencoba
mencari hakikat pendidikan budi pekerti dan hakikat manusia.
Dari pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontologi pendidikan
berakar dari kebutuhan hidup manusia yang berhubungan dengan proses berpikir. Manusia
harus mengetahui mana yang baik dan yang buruk dan membedakan antara yang baik dan
yang buruk. Mengetahui yang baik berarti mengembangkan kemampuan untuk
menyimpulkan atau meringkaskan suatu keadaan yang baik untuk dilakukan dan kemudian
melakukannya. Persoalan ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam bidang filsafat,
yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada
sesuatu kebenaran.
Pada anak usia dini, Hiryanto dkk., 2013, menjelaskan bahwa pada usia 4 tahun
kapabilitas kecerdasan manusia mengalami perkembangan sekitar 50%, pada usia 8 tahun
menjadi 80%, selanjutnya usia 18 tahun perkembangan kecerdasan mencapai puncaknya.
Penemuan ini menyiratkan bahwa periode empat tahun pertama begitu luar biasa karena
sebanding dengan perkembangan otak pada 14 tahun berikutnya, kemudian selanjutnya
mengalami masa latent, maka diri itu usia dini dikenal dengan masa keemasan (golden age).
Jika periode ini terlewatkan begitu saja, berapapun tingkat intelegensi yang dicapai individu
tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut Aral dkk. (Yuksel dkk.,
2014)usia dini merupakan periode perkembangan yang sangat pesat baik secara fisik,
maupun psikologis.
Secara umum setiap kelompok usia mengalami perkembangan yang sama, akan
tetapi setiap anak memiliki karakteristik yang unik. Keunikan yang ada pada masing-
masing anak sebagai sebuah keniscayaan individual differences,yang patut dihargai, oleh
karena itu orang tua maupun guru selayaknya mengerti keistimewaan dari masing-masing
anak. Mereka, selain membutuhkan pemenuhan fisiologis, perlu juga optimalisasi
kebutuhan psikologis, hal ini sejalan dengan pendapat Anime (Wediningsih dan Astarini:
2013) kebutuhan asih meliputi, kasih sayang, perhatian, rasaaman, dan kehangatan dalam
keluarga. Asuh meliputi perawatan, pemenuhan makan, minum, kebersihan dan
kesehatan. Asah merupakan pemenuhan stimulasi mental seperti pendidikan sehingga anak
memiliki kemandirian dalam menjalani proses kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai