Anda di halaman 1dari 16

PAHLAWAN

Nama : Silvia Zahara


NPM : 1905102010035
Prodi/Fakultas : Agribisnis/Pertanian

Universitas Syiah Kuala, 2019


1.Hari Pahlawan

Bangsa Indonesia mengenal tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Mungkin banyak yang

belum mengetahui kenapa pada tanggal 10 November tersebut ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan apa

latar belakangnya.Tanggal 10 November 2016 bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan. Momentum

perayaan ini tentunya bukan hanya sekedar hadiah, melainkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang

telah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan

kemerdekaan.

Bila kita menengok sejarah masa lalu, perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah di bumi

pertiwi ini, tidak bisa dibayar dalam bentuk apapun.Mereka rela bertempur mati-matian di medan perang,

dan tak pernah gentar meski nyawa menjadi taruhannya. Maka dari itu, kita wajib menundukkan kepala

untuk mengenang jasa-jasa mereka saat hari pahlawan 10 November ini.Yang melatarbelakangi tanggal

10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan adalah peristiwa pertempuran hebat yang terjadi di

Surabaya antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA yang diboncengi Belanda. 

Mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) Sumarsono yang juga ikut

ambil bagian dalam peperangan pada saat itu mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar menetapkan

tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Momentum peperangan di Surabaya tersebut menjadi

legitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat

dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer. Dan untuk memobilisasi kepahlawanan secara

militeristik, makanya 10 November dijadikan Hari Pahlawan.

2. Makna Arti Hari Pahlawan

Sebuah ungkapan terkenal menyatakan bahwa, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati

pahlawannya. Dan Bangsa tanpa pahlawan sama artinya Bangsa yang tak memiliki sebuah kebanggaan.

Jika sebuah bangsa tidak memiliki tokoh yang bisa dibanggakan, maka bangsa itu adalah bangsa yang tak
memiliki harga diri. Bahkan bisa menjadi sebuah bangsa kelas teri, diremehkan oleh bangsa-bangsa lain. 

Karena itu, sudah sepantasnya setiap bangsa memiliki tokoh yang disebut pahlawan.Seorang Pahlawan

akan menjadi sangat penting karena ia akan memberikan suatu inspirasi dan motivasi. Inspirasi untuk

selalu memperbaiki kondisi bangsa ini. Dan memotivasi agar bangsa ini terus bangkit, dan menjadi suatu

bangsa yang bisa dibanggakan

Mengapa tanggal 10 November dipilih sebagai Hari Pahlawan karena pada saat itu para pejuang

kemerdekaan bangsa kita bertempur dengan gagah berani bermodalkan bambu runcing untuk melawan

tentara Inggris di Surabaya. Padahal saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api,

selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk

melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang

mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya.

 Setiap tahun kita mengenang akan berbagai macam jasa para pahlawan. Namun terasa, mutu

peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan.

Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja. Memang kita tidak ikut

mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu.Tugas kita saat ini adalah

memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat

memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. 

Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Akan tetapi kepahlawanan tidak

hanya sekedar itu saja. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan.Mari kita

meniru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontribusi terhadap perkembangan

bangsa Indonesia.
Pahlawan Sultan Iskandar Muda

1.Biografi Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda merupakan sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang

berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636. Iskandar Muda lahir di Aceh, Banda Aceh pada tahun 1593 atau

1590 dan wafat di Banda Aceh, Aceh pada 27 September 1636. Pada masa kepemimpinann Iskandar

Muda, Kesultanan atau Kerajaan Aceh mencapai kejayaannya, dimana daerah kekuasaannya yang

semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.

Nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama bandar udara yaitu Bandar Udara Internasional

Sultan Iskandar Muda di Aceh.

Profil Singkat Sultan Iskandar Muda

Nama: Sultan Iskandar Muda

Lahir: Banda Aceh, 1593

Meninggal: Banda Aceh, 27 Desember 1636

Orang Tua: Puteri Raja Inderabangsa, Mansur Syah

Anak: Safiatuddin dari Aceh, Merah Pupok

Asal Usul Keluarga dan Masa Kecil Sultan Iskandar Muda

Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal, dan dari pihak

leluhur ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam. Darul-Kamal dan Makota Alam

dikatakan dahulunya adalah dua tempat permukiman bertetangga yang terpisah oleh sungai dan yang

gabungannya merupakan asal mula Aceh Darussalam. Iskandar Muda seorang diri mewakili kedua

cabang tersebut yang berhak sepenuhnya menuntut takhta.


Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa yang juga dinamai Paduka Syah Alam adalah anak dari

Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10; di mana sultan tersebut merupakan putra dari Sultan

Firman Syah, dan Sultan Firman Syah adalah anak atau cucu (menurut Djajadiningrat) Sultan Inayat

Syah, Raja Darul-Kamal.

Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran dengan Sultan Mansur Syah, yaitu

putra dari Sultan Abdul-Jalil, di mana Abdul-Jalil adalah putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-

Kahhar yang juga Sultan Aceh ke-3.

Sultan Iskandar Muda besar dalam lingkungan istana. Setelah cukup umur Iskandar Muda dikirim

ayahnya untuk belajar pada Teungku Di Bitai, yaitu salah seorang ulama dari Baitul Mukadis pakar ilmu

falak dan ilmu firasat. Iskandar muda mempelajari ilmu nahu dari beliau.

Selanjutnya, ayah Iskandar Muda mulai menerima banyak ulama terkenal dari Mekah dan Gujarat.

Diantaranya tiga orang yang sangat berpengaruh dalam intelektual Iskandar Muda, yaitu Syekh Abdul

Khair Ibnu Hajar, Sekh Muhammad Jamani dari Mekah dan Sekh Muhammad Djailani bin Hasan Ar-

Raniry dari Gujarat.

Pernikahan Sultan Iskandar Muda

Sri Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang Putri dari Kesultanan Pahang. Putri tersebut

dikenal dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan pada istrinya, Sultan

memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali atau Taman Istana sebagai tanda

cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap

kampung halamannya yang berbukit-bukit. Untuk itu Sultan membangun Gunongan untuk mengobati

rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan tersebut masih bisa disaksikan dan dikunjungi.
Masa Kekuasaan Sultan Iskandar Muda

Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda dimulai pada tahun 1607 hingga tahun 1636. Pada masa

pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan aceh mencapai puncak kejayaannya. Meskipun pada sisi

lain kontrol ketat yang dilakukan oleh Iskandar Muda menyebabkan banyak pemberontakan dikemudian

hari setelah mangkatnya Sultan.

Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang

penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta

Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Kekuasaan Aceh pula meliputi

hingga Perak.

Ketika Iskandar Muda mulai berkuasa pada tahun 1607, ia segera melakukan ekspedisi angkatan

laut yang menyebabkan ia mendapatkan kontrol yang efektif di daerah barat laut Indonesia. Kendali

kerajaan berjalan dengan lancar di semua pelabuhan penting di pantai barat Sumatra dan di pantai timur,

hingga ke Asahan di selatan. Pelayaran penaklukannya dilancarkan hingga jauh ke Penang, di pantai

timur Semenanjung Melayu, dan pedagang asing dipaksa untuk tunduk kepadanya. Kerajaannya kaya

raya dan menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Kontrol Di Dalam Negeri

Menurut tradisi Aceh, Iskandar Muda membagi wilayah Aceh ke dalam wilayah administrasi yang

dinamakan ulèëbalang dan mukim; ini dipertegas oleh laporan seorang penjelajah Perancis bernama

Beauliu, bahwa “Iskandar Muda membabat habis hampir semua bangsawan lama dan menciptakan

bangsawan baru.” Mukim pada awalnya adalah himpunan beberapa desa untuk mendukung sebuah

masjid yang dipimpin oleh seorang Imam (Aceh: Imeum). Ulèëbalang (Melayu: Hulubalang) pada

awalnya barangkali bawahan-utama Sultan, yang dianugerahi Sultan beberapa mukim, untuk dikelolanya

sebagai pemilik feodal. Pola tersebut dijumpai di Aceh Besar dan di negeri taklukan Aceh yang penting.
Hubungan Dengan Bangsa asing

 Inggris

Pada abad ke-16, Ratu Inggris yaitu Elizabeth I, mengirimkan utusannya bernama Sir James

Lancester kepada Kerajaan Aceh dan mengirim surat yang ditujukan: “Kepada Saudara Hamba, Raja

Aceh Darussalam.” serta seperangkat perhiasan yang tinggi nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima

maksud baik “saudarinya” di Inggris dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah

kekuasaan Aceh. Bahkan Ratu Elizabeth I juga mengirim hadiah-hadiah yang berharga termasuk

sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang ditulis di atas kertas yang halus dengan tinta emas. Sir

James pun dianugerahi gelar “Orang Kaya Putih”.

Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut cuplikan isi surat Sultan Aceh, yang

masih disimpan oleh pemerintah kerajaan Inggris, tertanggal tahun 1585:“I am the mighty ruler of the

Regions below the wind, who holds sway over the land of Aceh and over the land of Sumatra and over all

the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset.”

(Hambalah sang penguasa perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah

Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang

terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam).Hubungan yang mesra antara Aceh dan

Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah

meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal

dengan nama Meriam Raja James.

 Belanda

Pangeran Maurits yaitu pendiri dinasti Oranje pernah mengirim surat dengan maksud

meminta bantuan Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dengan

mengirimkan rombongan utusannya ke Belanda. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul
Hamid.Rombongan tersebut dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang singgah di Belanda. Dalam

kunjungannya Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ia dimakamkan secara besar-

besaran di Belanda dengan dihadiri oleh para pembesar Belanda. Akan tetapi karena orang Belanda

belum pernah memakamkan orang Islam, maka ia dimakamkan dengan cara agama Nasrani di

pekarangan sebuah gereja. Kini di makam ia terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Mendiang

Yang Mulia Pangeran Bernhard suami mendiang Ratu Juliana dan Ayah Yang Mulia Ratu Beatrix.

 Utsmaniyah Turki

Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap Sultan

Utsmaniyah yang berkedudukan di Konstantinopel. Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering

maka utusan Kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual sedikit

demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka. Pada akhirnya saar mereka diterima

oleh sang Sultan, persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang

Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yang cakap

dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut masih ada hingga kini dikenal

dengan nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjutnya Sultan Ottoman mengirimkan sebuah

bintang jasa kepada Sultan Aceh.

 Perancis

Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Perancis. Utusan Raja Perancis tersebut

semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh akan tetapi

dalam perjalanan cermin tersebut pecah. Akhirnya mereka mempersembahkan serpihan cermin tersebut

sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam bukunya, Denys Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskandar

Muda amat menggemari benda berharga.


Pada masa itu, Kerajaan Aceh merupakan satu-satunya kerajaan Melayu yang memiliki Balee

Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya. Menurut Utusan Perancis tersebut, Istana Kesultanan

Aceh luasnya tak kurang dari dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Donya (kini

Meuligoe Aceh, kediaman Gubernur). Di dalamnya meliputi Medan Khayali dan Medan Khaerani yang

mampu menampung 300 ekor pasukan gajah. Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk menggali

sebuah kanal yang mengaliri air bersih dari sumber mata air di Mata Ie hingga ke aliran Sungai Krueng

Aceh di mana kanal tersebut melintasi istananya, sungai ini hingga sekarang masih dapat dilihat,

mengalir tenang di sekitar Meuligoe. Di sanalah sultan sering kali berenang sambil menjamu tetamu-

tetamunya.

2. Riwayat Perjuangan Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda mulai menduduki tahta Kerajaan Aceh pada usia yang terbilang cukup muda

(14 tahun). Ia berkuasa di Kerajaan Aceh antara 1607 hingga 1636, atau hanya selama 29 tahun. Kapan ia

mulai memangku jabatan raja menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Namun, mengacu pada

Bustan al-Salatin, ia dinyatakan sebagai sultan pada tanggal 6 Dzulhijah 1015 H atau sekitar awal April

1607.

Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda tersebut ini dikenal sebagai masa paling gemilang dalam

sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dikenal sangat piawai dalam membangun Kerajaan Aceh menjadi

suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, namun

juga oleh dunia luar. Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh termasuk dalam lima kerajaan terbesar di

dunia. Langkah utama yang ditempuh Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat kerajaan adalah dengan

membangun angkatan perang yang umumnya diisi dengan tentara-tentara muda. Sultan Iskandar Muda

pernah menaklukan Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, dan Nias sejak tahun 1612 hingga 1625.
Sultan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan.

Dalam wilayah kerajaan terdapat bandar transito (Kutaraja, kini lebih dikenal Banda Aceh) yang letaknya

sangat strategis sehingga dapat menghubungkan roda perdagangan kerajaan dengan dunia luar, terutama

negeri Barat. Dengan demikian, tentu perekonomian kerajaan sangat terbantu dan meningkat tajam.

Dalam bidang ekonomi, Sultan Iskandar Muda menerapakan sistem baitulmal. Ia juga pernah melakukan

reformasi perdagangan dengan kebijakan menaikkan cukai eksport untuk memperbaiki nasib rakyatnya.

Pada masanya, sempat dibangun juga saluran dari sungai menuju laut yang panjangnya mencapai

sebelas kilometer. Pembangunan saluran tersebut dimaksudkan untuk pengairan sawah-sawah penduduk,

termasuk juga sebagai pasokan air bagi kehidupan masyarakat dalam kerajaan. Sultan Iskandar Muda

dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan Eropa. Konon, ia pernah menjalin komunikasi yang

baik dengan Inggris, Belanda, Perancis, dan Ustmaniyah Turki

Pada masa pemerintahannya, terdapat sejumlah ulama besar. Di antaranya adalah Syiah Kuala

sebagai mufti besar di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Hubungan keduanya adalah

sebagai penguasa dan ulama yang saling mengisi proses perjalanan roda pemerintahan. Hubungan

tersebut diibaratkan: Adat bak Peutu Mereuhum, syarak bak Syiah di Kuala (adat di bawah kekuasaan

Sultan Iskandar Muda, kehidupan beragama di bawah keputusan Tuan Syiah Kuala). Sultan Iskandar

Muda juga sangat mempercayai ulama lain yang sangat terkenal pada saat itu, yaitu Syeikh Hamzah

Fanshuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatrani. Kedua ulama ini juga banyak mempengaruhi kebijakan

Sultan. Kedua merupakan sastrawan terbesar dalam sejarah nusantara. Sultan Iskandar Muda meninggal

di Aceh pada tanggal 27 Desember 1636, dalam usia yang terbilang masih cukup muda, yaitu 43 tahun.

Oleh karena sudah tidak ada anak laki-lakinya yang masih hidup, maka tahta kekuasaanya kemudian

dipegang oleh menantunya, Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Setelah Sultan Iskandar Tani wafat tahta

kerajaan kemudian dipegang janda Iskandar Tani, yaitu Sultanah Tajul Alam Syafiatudin Syah atau

Puteri Safiah (1641-1675), yang juga merupakan puteri dari Sultan Iskandar Muda.
1. Pemikiran

Sultan Iskandar Muda merupakan pahlawan nasional yang telah banyak berjasa dalam proses

pembentukan karakter yang sangat kuat bagi nusantara dan Indonesia. Selama menjadi raja, Sultan

Iskandar Muda menunjukkan sikap anti-kolonialismenya. Ia bahkan sangat tegas terhadap

kerajaan-kerajaan yang membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis, sebagai salah satu

penjajah pada saat itu. Sultan Iskandar Muda mempunyai karakter yang sangat tegas dalam

menghalau segala bentuk dominasi kolonialisme. Sebagai contoh, kurun waktu 1573-1627 Sultan

Iskandar Muda pernah melancarkan jihad perang melawan Portugis sebanyak 16 kali, maski

semuanya gagal karena kuatnya benteng pertahanan musuh. Kekalahan tersebut menyebabkan

jumlah penduduk turun drastis, sehingga Sultan Iskandar Muda mengambil kebijakan untuk

menarik seluruh pendudukan di daerah-daerah taklukannya, seperti di Sumatera Barat, Kedah,

Pahang, Johor dan Melaka, Perak, serta Deli, untuk migrasi ke daerah Aceh inti.

Pada saat berkuasa, Sultan Iskandar Muda membagi aturan hukum dan tata negara ke dalam

empat bidang yang kemudian dijabarkan secara praktis sesuai dengan tatanan kebudayaan

masyarakat Aceh.

 Pertama, bidang hukum yang diserahkan kepada syaikhul Islam atau Qadhi Malikul Adil.

Hukum merupakan asas tentang jaminan terciptanya keamanan dan perdamaian. Dengan

adanya hukum diharapkan bahwa peraturan formal ini dapat menjamin dan melindungi

segala kepentingan rakyat.

 Kedua, bidang adat-istiadat yang diserahkan kepada kebijaksanaan sultan dan penasehat.

Bidang ini merupakan perangkat undang-undang yang berperan besar dalam mengatur tata

negara tentang martabat hulu balang dan pembesar kerajaan.


 Ketiga, bidang resam yang merupakan urusan panglima. Resam adalah peraturan yang telah

menjadi adat istiadat (kebiasaan) dan diimpelentasikan melalui perangkat hukum dan adat.

Artinya, setiap peraturan yang tidak diketahui kemudian ditentukan melalui resam yang

dilakukan secara gotong-royong.

 Keempat, bidang qanun yang merupakan kebijakan Maharani Putro Phang sebagai

permaisuri Sultan Iskandar Muda. Aspek ini telah berlaku sejak berdirinya Kerajaan Aceh.

Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang sangat tegas dalam menerapkan syariat

Islam. Ia bahkan pernah melakukan rajam terhadap puteranya sendiri, yang bernama Meurah

Pupok karena melakukan perzinaan dengan istri seorang perwira.

Sultan Iskandar Muda juga pernah mengeluarkan kebijakan tentang pengharaman riba. Tidak

aneh jika kini Nagroe Aceh Darussalam menerapkan syariat Islam karena memang jejak

penerapannya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sultan Iskandar Muda juga sangat menyukai

tasawuf.

Sultan Iskandar Muda pernah berwasiat agar mengamalkan delapan perkara, di antaranya

adalah sebagai berikut.

 Pertama, ia berwasiat kepada para wazir, hulubalang, pegawai, dan rakyat agar selalu ingat

kepada Allah dan memenuhi janji yang telah diucapkan.

 Kedua, jangan sampai para raja menghina alim ulama dan ahli bijaksana.

 Ketiga, jangan sampai para raja percaya terhadap apa yang datang dari pihak musuh.

 Keempat, para raja diharapkan membeli banyak senjata. Pembelian senjata dimaksudkan

untuk meningkatkan kekuatan dan pertahanan kerajaan dari kemungkinan serangan musuh

setiap saat.
 Kelima, hendaknya para raja mempunyai sifat pemurah (turun tangan). Para raja dituntut

untuk dapat memperhatikan nasib rakyatnya.

 Keenam, hendaknya para raja menjalankan hukum berdasarkan al-Qur‘an dan sunnah Rasul.

Di samping kedua sumber tersebut, sumber hukum lain yang harus dipegang adalah qiyas

dan ijma‘, baru kemudian berpegangan pada hukum kerajaan, adat, resam, dan qanun.

Wasiat-wasiat tersebut mengindikasikan bahwa Sultan Iskandar Muda merupakan pemimpin

yang saleh, bijaksana, serta memperhatikan kepentingan agama, rakyat, dan kerajaan. Hamka

melihat kepribadian Sultan Iskandar Muda sebagai pemimpin yang saleh dan berpegangan teguh

pada prinsip dan syariat Islam.

Tentang kepribadian kepemimpinannya, Antony Reid melihat bahwa Sultan Iskandar Muda

sangat berhasil menjalankan kekuasaan yang otoriter, sentralistis, dan selalu bersifat ekspansionis.

Karakter Sultan Iskandar tersebut memang banyak dipengaruhi oleh sifat kakeknya. Kejayaan dan

kegemilangan Kerajaan Aceh pada saat itu memang tidak luput dari karakter kekuasaan monarkhi

karena model kerajaan berbeda dengan konsep kenegaraan modern yang sudah demokratis.

2. Karya

Surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris King James 1 pada tahun 1615 merupakan

salah satu karyanya yang sungguh mengagumkan. Surat (manuskrip) tersebut berbahasa Melayu,

dipenuhi dengan hiasan yang sangat indah berupa motif-motif kembang, tingginya mencapai satu

meter, dan konon katanya surat itu termasuk surat terbesar sepanjang sejarah. Surat tersebut ditulis

sebagai bentuk keinginan kuat untuk menunjukkan kepada dunia internasional betapa pentingnya

Kerajaan Aceh sebagai kekuatan utama di dunia. Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di samping

kebijakan reformatifnya, juga ditandai dengan luasnya cakupan kekuasaannya. Pada masanya,

wilayah Kerajaan Aceh telah mencapai pesisir barat Minangkabau dan Perak.
3. Penghargaan

Melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993,

Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI serta mendapat

tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana (Kelas II). Sebagai wujud pernghargaan

terhadap dirinya, nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di

tanah air, misalnya sebagai nama jalan di Banda Aceh. Nama Iskandar Muda telah diabadikan

sebagai nama Kodam-1.

4.Ringkasan Perjuangan Sultan Iskandar Muda

 Membangun Angkatan Perang dengan mencari tenaga-tenaga muda untuk menjadi anggota

Angkatan Perang di daerah kekuasaannya.

 Penataan Pemerintah melalui pembagian wilayah yang disebut mukim dan membuat Peraturan

Perekenonomian Negara. Untuk mengatur maslah perekenonomian terdapat sebuah Lembaga

Negara yang disebut Baitulmal.

 Sebagai raja dari sebuah kerajaan Islam dengan sendirinya beliau untuk pembangunan

perekonomian sangat besar. Pada tahun 1614 Sultan Iskandar Muda membangun Masjid Baitur

Rahman.

 Selama menjadi Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti penjajahan asing dan

sikap ini nampak terwujud di dalam menghadapi bangsa-bangsa asing yang datang ke Aceh. Ia

selalu menunjukkan sikap tegas dan berwibawa sebagai Raja dari sebuah Kerajaan ”Merdeka”.

 Memimpin serangan besar-besaran melawan bangsa Portugis yang berkedudukan di Maluku

pada tahun 1615. Akan tetapi kegagalan yang disertai oleh sekian banyak korban tidak

mematahkan semangat Sultan Iskandar Muda. 


 Pada tahun 1635 Sultan Iskandar Muda menyerang Panang, alasan penyerangannya karena

Panang membantu Portugis pada waktu kerajaan Aceh menyerang Portugis.

5.Dampak Perjuangan Sultan Iskandar Muda Terhadap Kerajaan Aceh

 Kerajaan Aceh menjadi suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja disegani oleh kerajaan-

kerajaan lain di nusantara, namun juga oleh dunia luar.

 Sultan Iskandar Muda sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan.

Dalam wilayah kerajaan terdapat bandar transit yang letaknya sangat strategis (Banda Aceh)

sehingga dapat menghubungkan dunia luar, terutama negeri Barat. perekonomian kerajaan

sangat terbantu dan meningkat tajam.

 Sultan Iskandar Muda dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan Eropa. Beliau

pernah menjalin komunikasi yang baik dengan Inggris, Belanda, Perancis, dan Ustmaniyah

Turki.

 Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti-kolonialismenya. Ia bahkan sangat tegas

terhadap kerajaan-kerajaan yang membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis.

Anda mungkin juga menyukai