Bangsa Indonesia mengenal tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Mungkin banyak yang
belum mengetahui kenapa pada tanggal 10 November tersebut ditetapkan sebagai Hari Pahlawan dan apa
latar belakangnya.Tanggal 10 November 2016 bangsa Indonesia merayakan Hari Pahlawan. Momentum
perayaan ini tentunya bukan hanya sekedar hadiah, melainkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang
telah rela mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan
kemerdekaan.
Bila kita menengok sejarah masa lalu, perjuangan para pahlawan dalam mengusir penjajah di bumi
pertiwi ini, tidak bisa dibayar dalam bentuk apapun.Mereka rela bertempur mati-matian di medan perang,
dan tak pernah gentar meski nyawa menjadi taruhannya. Maka dari itu, kita wajib menundukkan kepala
untuk mengenang jasa-jasa mereka saat hari pahlawan 10 November ini.Yang melatarbelakangi tanggal
10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan adalah peristiwa pertempuran hebat yang terjadi di
Surabaya antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu NICA yang diboncengi Belanda.
Mantan pimpinan tertinggi gerakan Pemuda Republik Indonesia (PRI) Sumarsono yang juga ikut
ambil bagian dalam peperangan pada saat itu mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar menetapkan
legitimasi peran militer dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sehingga nilai kepahlawanan tersemat
dalam sebuah perjuangan melawan agresi militer. Dan untuk memobilisasi kepahlawanan secara
Sebuah ungkapan terkenal menyatakan bahwa, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati
pahlawannya. Dan Bangsa tanpa pahlawan sama artinya Bangsa yang tak memiliki sebuah kebanggaan.
Jika sebuah bangsa tidak memiliki tokoh yang bisa dibanggakan, maka bangsa itu adalah bangsa yang tak
memiliki harga diri. Bahkan bisa menjadi sebuah bangsa kelas teri, diremehkan oleh bangsa-bangsa lain.
Karena itu, sudah sepantasnya setiap bangsa memiliki tokoh yang disebut pahlawan.Seorang Pahlawan
akan menjadi sangat penting karena ia akan memberikan suatu inspirasi dan motivasi. Inspirasi untuk
selalu memperbaiki kondisi bangsa ini. Dan memotivasi agar bangsa ini terus bangkit, dan menjadi suatu
Mengapa tanggal 10 November dipilih sebagai Hari Pahlawan karena pada saat itu para pejuang
kemerdekaan bangsa kita bertempur dengan gagah berani bermodalkan bambu runcing untuk melawan
tentara Inggris di Surabaya. Padahal saat itu kita hanya mempunyai beberapa pucuk senjata api,
selebihnya para pejuang menggunakan bambu runcing. Namun para pejuang kita tak pernah gentar untuk
melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu yakni Bung Tomo yang
Setiap tahun kita mengenang akan berbagai macam jasa para pahlawan. Namun terasa, mutu
peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan.
Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat hanya seremonial saja. Memang kita tidak ikut
mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu.Tugas kita saat ini adalah
memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat
Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November. Akan tetapi kepahlawanan tidak
hanya sekedar itu saja. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan.Mari kita
meniru semangat juang para pahlawan yang telah gugur dengan berkontribusi terhadap perkembangan
bangsa Indonesia.
Pahlawan Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda merupakan sultan yang paling besar dalam masa Kesultanan Aceh, yang
berkuasa dari tahun 1607 hingga 1636. Iskandar Muda lahir di Aceh, Banda Aceh pada tahun 1593 atau
1590 dan wafat di Banda Aceh, Aceh pada 27 September 1636. Pada masa kepemimpinann Iskandar
semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.
Nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama bandar udara yaitu Bandar Udara Internasional
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal, dan dari pihak
leluhur ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam. Darul-Kamal dan Makota Alam
dikatakan dahulunya adalah dua tempat permukiman bertetangga yang terpisah oleh sungai dan yang
gabungannya merupakan asal mula Aceh Darussalam. Iskandar Muda seorang diri mewakili kedua
Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10; di mana sultan tersebut merupakan putra dari Sultan
Firman Syah, dan Sultan Firman Syah adalah anak atau cucu (menurut Djajadiningrat) Sultan Inayat
Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran dengan Sultan Mansur Syah, yaitu
putra dari Sultan Abdul-Jalil, di mana Abdul-Jalil adalah putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-
Sultan Iskandar Muda besar dalam lingkungan istana. Setelah cukup umur Iskandar Muda dikirim
ayahnya untuk belajar pada Teungku Di Bitai, yaitu salah seorang ulama dari Baitul Mukadis pakar ilmu
falak dan ilmu firasat. Iskandar muda mempelajari ilmu nahu dari beliau.
Selanjutnya, ayah Iskandar Muda mulai menerima banyak ulama terkenal dari Mekah dan Gujarat.
Diantaranya tiga orang yang sangat berpengaruh dalam intelektual Iskandar Muda, yaitu Syekh Abdul
Khair Ibnu Hajar, Sekh Muhammad Jamani dari Mekah dan Sekh Muhammad Djailani bin Hasan Ar-
Sri Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang Putri dari Kesultanan Pahang. Putri tersebut
dikenal dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan pada istrinya, Sultan
memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali atau Taman Istana sebagai tanda
cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap
kampung halamannya yang berbukit-bukit. Untuk itu Sultan membangun Gunongan untuk mengobati
rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan tersebut masih bisa disaksikan dan dikunjungi.
Masa Kekuasaan Sultan Iskandar Muda
Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda dimulai pada tahun 1607 hingga tahun 1636. Pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kesultanan aceh mencapai puncak kejayaannya. Meskipun pada sisi
lain kontrol ketat yang dilakukan oleh Iskandar Muda menyebabkan banyak pemberontakan dikemudian
Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang
penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta
Perkasa Alam, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau. Kekuasaan Aceh pula meliputi
hingga Perak.
Ketika Iskandar Muda mulai berkuasa pada tahun 1607, ia segera melakukan ekspedisi angkatan
laut yang menyebabkan ia mendapatkan kontrol yang efektif di daerah barat laut Indonesia. Kendali
kerajaan berjalan dengan lancar di semua pelabuhan penting di pantai barat Sumatra dan di pantai timur,
hingga ke Asahan di selatan. Pelayaran penaklukannya dilancarkan hingga jauh ke Penang, di pantai
timur Semenanjung Melayu, dan pedagang asing dipaksa untuk tunduk kepadanya. Kerajaannya kaya
Menurut tradisi Aceh, Iskandar Muda membagi wilayah Aceh ke dalam wilayah administrasi yang
dinamakan ulèëbalang dan mukim; ini dipertegas oleh laporan seorang penjelajah Perancis bernama
Beauliu, bahwa “Iskandar Muda membabat habis hampir semua bangsawan lama dan menciptakan
bangsawan baru.” Mukim pada awalnya adalah himpunan beberapa desa untuk mendukung sebuah
masjid yang dipimpin oleh seorang Imam (Aceh: Imeum). Ulèëbalang (Melayu: Hulubalang) pada
awalnya barangkali bawahan-utama Sultan, yang dianugerahi Sultan beberapa mukim, untuk dikelolanya
sebagai pemilik feodal. Pola tersebut dijumpai di Aceh Besar dan di negeri taklukan Aceh yang penting.
Hubungan Dengan Bangsa asing
Inggris
Pada abad ke-16, Ratu Inggris yaitu Elizabeth I, mengirimkan utusannya bernama Sir James
Lancester kepada Kerajaan Aceh dan mengirim surat yang ditujukan: “Kepada Saudara Hamba, Raja
Aceh Darussalam.” serta seperangkat perhiasan yang tinggi nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima
maksud baik “saudarinya” di Inggris dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah
kekuasaan Aceh. Bahkan Ratu Elizabeth I juga mengirim hadiah-hadiah yang berharga termasuk
sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang ditulis di atas kertas yang halus dengan tinta emas. Sir
Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut cuplikan isi surat Sultan Aceh, yang
masih disimpan oleh pemerintah kerajaan Inggris, tertanggal tahun 1585:“I am the mighty ruler of the
Regions below the wind, who holds sway over the land of Aceh and over the land of Sumatra and over all
the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset.”
(Hambalah sang penguasa perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah
Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang
terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam).Hubungan yang mesra antara Aceh dan
Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah
meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal
Belanda
Pangeran Maurits yaitu pendiri dinasti Oranje pernah mengirim surat dengan maksud
meminta bantuan Kesultanan Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dengan
mengirimkan rombongan utusannya ke Belanda. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuanku Abdul
Hamid.Rombongan tersebut dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang singgah di Belanda. Dalam
kunjungannya Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhirnya meninggal dunia. Ia dimakamkan secara besar-
besaran di Belanda dengan dihadiri oleh para pembesar Belanda. Akan tetapi karena orang Belanda
belum pernah memakamkan orang Islam, maka ia dimakamkan dengan cara agama Nasrani di
pekarangan sebuah gereja. Kini di makam ia terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Mendiang
Yang Mulia Pangeran Bernhard suami mendiang Ratu Juliana dan Ayah Yang Mulia Ratu Beatrix.
Utsmaniyah Turki
Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap Sultan
Utsmaniyah yang berkedudukan di Konstantinopel. Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering
maka utusan Kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual sedikit
demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka. Pada akhirnya saar mereka diterima
oleh sang Sultan, persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang
Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yang cakap
dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut masih ada hingga kini dikenal
dengan nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjutnya Sultan Ottoman mengirimkan sebuah
Perancis
Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Perancis. Utusan Raja Perancis tersebut
semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh akan tetapi
dalam perjalanan cermin tersebut pecah. Akhirnya mereka mempersembahkan serpihan cermin tersebut
sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam bukunya, Denys Lombard mengatakan bahwa Sultan Iskandar
Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya. Menurut Utusan Perancis tersebut, Istana Kesultanan
Aceh luasnya tak kurang dari dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Donya (kini
Meuligoe Aceh, kediaman Gubernur). Di dalamnya meliputi Medan Khayali dan Medan Khaerani yang
mampu menampung 300 ekor pasukan gajah. Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk menggali
sebuah kanal yang mengaliri air bersih dari sumber mata air di Mata Ie hingga ke aliran Sungai Krueng
Aceh di mana kanal tersebut melintasi istananya, sungai ini hingga sekarang masih dapat dilihat,
mengalir tenang di sekitar Meuligoe. Di sanalah sultan sering kali berenang sambil menjamu tetamu-
tetamunya.
Sultan Iskandar Muda mulai menduduki tahta Kerajaan Aceh pada usia yang terbilang cukup muda
(14 tahun). Ia berkuasa di Kerajaan Aceh antara 1607 hingga 1636, atau hanya selama 29 tahun. Kapan ia
mulai memangku jabatan raja menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Namun, mengacu pada
Bustan al-Salatin, ia dinyatakan sebagai sultan pada tanggal 6 Dzulhijah 1015 H atau sekitar awal April
1607.
Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda tersebut ini dikenal sebagai masa paling gemilang dalam
sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dikenal sangat piawai dalam membangun Kerajaan Aceh menjadi
suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, namun
juga oleh dunia luar. Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh termasuk dalam lima kerajaan terbesar di
dunia. Langkah utama yang ditempuh Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat kerajaan adalah dengan
membangun angkatan perang yang umumnya diisi dengan tentara-tentara muda. Sultan Iskandar Muda
pernah menaklukan Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, dan Nias sejak tahun 1612 hingga 1625.
Sultan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan.
Dalam wilayah kerajaan terdapat bandar transito (Kutaraja, kini lebih dikenal Banda Aceh) yang letaknya
sangat strategis sehingga dapat menghubungkan roda perdagangan kerajaan dengan dunia luar, terutama
negeri Barat. Dengan demikian, tentu perekonomian kerajaan sangat terbantu dan meningkat tajam.
Dalam bidang ekonomi, Sultan Iskandar Muda menerapakan sistem baitulmal. Ia juga pernah melakukan
reformasi perdagangan dengan kebijakan menaikkan cukai eksport untuk memperbaiki nasib rakyatnya.
Pada masanya, sempat dibangun juga saluran dari sungai menuju laut yang panjangnya mencapai
sebelas kilometer. Pembangunan saluran tersebut dimaksudkan untuk pengairan sawah-sawah penduduk,
termasuk juga sebagai pasokan air bagi kehidupan masyarakat dalam kerajaan. Sultan Iskandar Muda
dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan Eropa. Konon, ia pernah menjalin komunikasi yang
Pada masa pemerintahannya, terdapat sejumlah ulama besar. Di antaranya adalah Syiah Kuala
sebagai mufti besar di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Hubungan keduanya adalah
sebagai penguasa dan ulama yang saling mengisi proses perjalanan roda pemerintahan. Hubungan
tersebut diibaratkan: Adat bak Peutu Mereuhum, syarak bak Syiah di Kuala (adat di bawah kekuasaan
Sultan Iskandar Muda, kehidupan beragama di bawah keputusan Tuan Syiah Kuala). Sultan Iskandar
Muda juga sangat mempercayai ulama lain yang sangat terkenal pada saat itu, yaitu Syeikh Hamzah
Fanshuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatrani. Kedua ulama ini juga banyak mempengaruhi kebijakan
Sultan. Kedua merupakan sastrawan terbesar dalam sejarah nusantara. Sultan Iskandar Muda meninggal
di Aceh pada tanggal 27 Desember 1636, dalam usia yang terbilang masih cukup muda, yaitu 43 tahun.
Oleh karena sudah tidak ada anak laki-lakinya yang masih hidup, maka tahta kekuasaanya kemudian
dipegang oleh menantunya, Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Setelah Sultan Iskandar Tani wafat tahta
kerajaan kemudian dipegang janda Iskandar Tani, yaitu Sultanah Tajul Alam Syafiatudin Syah atau
Puteri Safiah (1641-1675), yang juga merupakan puteri dari Sultan Iskandar Muda.
1. Pemikiran
Sultan Iskandar Muda merupakan pahlawan nasional yang telah banyak berjasa dalam proses
pembentukan karakter yang sangat kuat bagi nusantara dan Indonesia. Selama menjadi raja, Sultan
kerajaan-kerajaan yang membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis, sebagai salah satu
penjajah pada saat itu. Sultan Iskandar Muda mempunyai karakter yang sangat tegas dalam
menghalau segala bentuk dominasi kolonialisme. Sebagai contoh, kurun waktu 1573-1627 Sultan
Iskandar Muda pernah melancarkan jihad perang melawan Portugis sebanyak 16 kali, maski
semuanya gagal karena kuatnya benteng pertahanan musuh. Kekalahan tersebut menyebabkan
jumlah penduduk turun drastis, sehingga Sultan Iskandar Muda mengambil kebijakan untuk
Pahang, Johor dan Melaka, Perak, serta Deli, untuk migrasi ke daerah Aceh inti.
Pada saat berkuasa, Sultan Iskandar Muda membagi aturan hukum dan tata negara ke dalam
empat bidang yang kemudian dijabarkan secara praktis sesuai dengan tatanan kebudayaan
masyarakat Aceh.
Pertama, bidang hukum yang diserahkan kepada syaikhul Islam atau Qadhi Malikul Adil.
Hukum merupakan asas tentang jaminan terciptanya keamanan dan perdamaian. Dengan
adanya hukum diharapkan bahwa peraturan formal ini dapat menjamin dan melindungi
Kedua, bidang adat-istiadat yang diserahkan kepada kebijaksanaan sultan dan penasehat.
Bidang ini merupakan perangkat undang-undang yang berperan besar dalam mengatur tata
menjadi adat istiadat (kebiasaan) dan diimpelentasikan melalui perangkat hukum dan adat.
Artinya, setiap peraturan yang tidak diketahui kemudian ditentukan melalui resam yang
Keempat, bidang qanun yang merupakan kebijakan Maharani Putro Phang sebagai
permaisuri Sultan Iskandar Muda. Aspek ini telah berlaku sejak berdirinya Kerajaan Aceh.
Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang sangat tegas dalam menerapkan syariat
Islam. Ia bahkan pernah melakukan rajam terhadap puteranya sendiri, yang bernama Meurah
Sultan Iskandar Muda juga pernah mengeluarkan kebijakan tentang pengharaman riba. Tidak
aneh jika kini Nagroe Aceh Darussalam menerapkan syariat Islam karena memang jejak
penerapannya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sultan Iskandar Muda juga sangat menyukai
tasawuf.
Sultan Iskandar Muda pernah berwasiat agar mengamalkan delapan perkara, di antaranya
Pertama, ia berwasiat kepada para wazir, hulubalang, pegawai, dan rakyat agar selalu ingat
Kedua, jangan sampai para raja menghina alim ulama dan ahli bijaksana.
Ketiga, jangan sampai para raja percaya terhadap apa yang datang dari pihak musuh.
Keempat, para raja diharapkan membeli banyak senjata. Pembelian senjata dimaksudkan
untuk meningkatkan kekuatan dan pertahanan kerajaan dari kemungkinan serangan musuh
setiap saat.
Kelima, hendaknya para raja mempunyai sifat pemurah (turun tangan). Para raja dituntut
Keenam, hendaknya para raja menjalankan hukum berdasarkan al-Qur‘an dan sunnah Rasul.
Di samping kedua sumber tersebut, sumber hukum lain yang harus dipegang adalah qiyas
dan ijma‘, baru kemudian berpegangan pada hukum kerajaan, adat, resam, dan qanun.
yang saleh, bijaksana, serta memperhatikan kepentingan agama, rakyat, dan kerajaan. Hamka
melihat kepribadian Sultan Iskandar Muda sebagai pemimpin yang saleh dan berpegangan teguh
Tentang kepribadian kepemimpinannya, Antony Reid melihat bahwa Sultan Iskandar Muda
sangat berhasil menjalankan kekuasaan yang otoriter, sentralistis, dan selalu bersifat ekspansionis.
Karakter Sultan Iskandar tersebut memang banyak dipengaruhi oleh sifat kakeknya. Kejayaan dan
kegemilangan Kerajaan Aceh pada saat itu memang tidak luput dari karakter kekuasaan monarkhi
karena model kerajaan berbeda dengan konsep kenegaraan modern yang sudah demokratis.
2. Karya
Surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris King James 1 pada tahun 1615 merupakan
salah satu karyanya yang sungguh mengagumkan. Surat (manuskrip) tersebut berbahasa Melayu,
dipenuhi dengan hiasan yang sangat indah berupa motif-motif kembang, tingginya mencapai satu
meter, dan konon katanya surat itu termasuk surat terbesar sepanjang sejarah. Surat tersebut ditulis
sebagai bentuk keinginan kuat untuk menunjukkan kepada dunia internasional betapa pentingnya
Kerajaan Aceh sebagai kekuatan utama di dunia. Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di samping
kebijakan reformatifnya, juga ditandai dengan luasnya cakupan kekuasaannya. Pada masanya,
wilayah Kerajaan Aceh telah mencapai pesisir barat Minangkabau dan Perak.
3. Penghargaan
Melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993,
Sultan Iskandar Muda dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintah RI serta mendapat
tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana (Kelas II). Sebagai wujud pernghargaan
terhadap dirinya, nama Sultan Iskandar Muda diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di
tanah air, misalnya sebagai nama jalan di Banda Aceh. Nama Iskandar Muda telah diabadikan
Membangun Angkatan Perang dengan mencari tenaga-tenaga muda untuk menjadi anggota
Penataan Pemerintah melalui pembagian wilayah yang disebut mukim dan membuat Peraturan
Sebagai raja dari sebuah kerajaan Islam dengan sendirinya beliau untuk pembangunan
perekonomian sangat besar. Pada tahun 1614 Sultan Iskandar Muda membangun Masjid Baitur
Rahman.
Selama menjadi Raja Aceh, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti penjajahan asing dan
sikap ini nampak terwujud di dalam menghadapi bangsa-bangsa asing yang datang ke Aceh. Ia
selalu menunjukkan sikap tegas dan berwibawa sebagai Raja dari sebuah Kerajaan ”Merdeka”.
pada tahun 1615. Akan tetapi kegagalan yang disertai oleh sekian banyak korban tidak
Kerajaan Aceh menjadi suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja disegani oleh kerajaan-
Sultan Iskandar Muda sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan.
Dalam wilayah kerajaan terdapat bandar transit yang letaknya sangat strategis (Banda Aceh)
Sultan Iskandar Muda dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan Eropa. Beliau
pernah menjalin komunikasi yang baik dengan Inggris, Belanda, Perancis, dan Ustmaniyah
Turki.