DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dengan judul
“Posisi Meneran Pada Kala II persalinan”
Sebagai makhluk ciptaan tuhan, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun agar dalam penyusunan mkalah berikutnya akan lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umunya dan bagi
mahasiswa khususnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3
2.1 Defenisi..................................................................................................................................3
2.2 Posisi Tegak pada persalinan Pada Kala II............................................................................4
1. Jurnal yang berjudul “Tinjauan dan perbandingan posisi ibu yang umum selama kala dua
persalinan”.......................................................................................................................................6
2. Jurnal dengan judul “Posisi pada kala II persalinan untuk wanita tanpa anestesi epidural”.......7
BAB III............................................................................................................................................9
PENUTUP.......................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Posisi ibu tertentu selama kala II persalinan memiliki manfaat potensial dalam
meningkatkan hasil ibu dan bayi yang optimal. Keakraban dalam pengelolaan posisi ibu
selama tahap ini sangat penting untuk praktik kebidanan. Beberapa pedoman berbasis bukti
menyarankan bahwa posisi ibu berfungsi sebagai intervensi non-medis untuk memfasilitasi
kemajuan persalinan. Untuk masa nifas mengasumsikan posisi ibu yang tepat dapat
meningkatkan rasa kontrol mereka dan memungkinkan mereka untuk menumbuhkan
pengalaman persalinan yang positif. Sehingga membuat penanganan persalinan lebih mudah
dan dan mengurangi implikasi psikologis negatif. Beberapa jenis posisi ibu dapat
mempersingkat durasi kala II persalinan , sehingga kemungkinan meminimalkan resiko
komplikasi . posisi ibu tertentu bahkan dapat di terapkan untuk menangani komplikasi
obsetrik.sebaliknya, jika mengambil posisi yang tidak menguntungkan, wanita mungkin
menderita serangkaian hasil negatif, seperti trauma perenium yang parah, inkontinensia urin
pasca melahirkan dan kehilangan darah yang lebih besar, janin atau bayi baru lahir juga
menghadapi peningkatan resiko komplikasi.
Karena tidak ada bukti yang mendukung posisi ibu yang paling ideal untuk setiap wanita,
posisi ibu telah menjadi kontropersi dalam waktu yang lama. Pada masa-masa awal, posisi
yang paling yang paling umum selama persalinan adalah beberapa bentuk posisi tegak ( atau
vertikal). Sampai pertengahan abad ketujuh belas, seorang dokter kandungan prancis Francois
Mauiceau memperkenalkan posisi semi-recumbent kepada wanita selama persalinan untuk
4
memudahkan akses dalam menerapkan forsep. Kemudian, posisi ini di populerkan kebanyak
negara maju dan berkembang di seluruh dunian dan secara bertahap berkembang menjadi
posisi telentang atau litotomi ( atau posisi horizontal ). Meskipun tampaknya posisi horizontal
telah menjadi norma, banyak penelitian menemukan keuntungan dalam posisi horizondal
lebih besar dari pada kerugian nya. Organisai kesehatan dunia merekomendasikan posisi
tegak pada tahun 1996 dan menyatakan wanita harus memilih posisi ibu sesuai preferensi
mereka. Meskipun banyak penelitian menjelaskan penggunaan posisi ibu yang berbeda
selama kala II persalinan, tetapi pro dan kontra dari setiap posisi mungkin tidak terlihat.
Dipercaya bahwa melahirkan dalam posisi tegak bermanfaat bagi ibu dan bayi karena
beberapa alasan fisiologis. Posisi tegak membantu rahim berkontraksi lebih kuat dan efisien,
bayi mendapatkan posisi yang lebih baik dan dengan demikian dapat melewati panggul lebih
cepat. Posisi tegak dan lateral memungkinkan fleksibilitas di panggul dan memfasilitasi
perpanjangan outlet. Sebelum menerapkan perubahan posisi persalinan di klinik kami, kami
perlu meninjau bukti yang tersedia dan konteks yang valid terkait dengan durasi kala dua
persalinan dan posisi melahirkan. Oleh karena itu tinjauan ini bertujuan untuk mengkaji
pengaruh posisi sakrum fleksibel ibu melahirkan terhadap lama kala II persalinan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
A. KALA II PERSALINAN
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi
lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk
di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan
dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro
dkk, 2005).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang
dianggap normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung
paritasnya. Durasi kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan
menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam
tahap ini adalah 25-57 menit (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi kala II
yaitu 50 menit (Kenneth et al, 2009).
terjadi tekanan pada otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan,
karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II
pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada permulaan kala II,
umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang menonjol biasanya akan pecah
6
sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih
kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
Posisi ibu tertentu selama kala dua persalinan memiliki manfaat potensial dalam
meningkatkan hasil ibu dan bayi yang optimal. Keakraban dalam mengelola posisi ibu selama
tahap ini sangat penting untuk praktik kebidanan. Beberapa pedoman berbasis bukti
menyarankan bahwa posisi ibu berfungsi sebagai intervensi non-medis untuk memfasilitasi
kemajuan persalinan.(Perpustakaan Kesehatan Reproduksi WHO. Organisasi Kesehatan
Dunia; Jenewa: 2018.)
Untuk masa nifas mengasumsikan posisi ibu yang tepat dapat meningkatkan rasa kontrol
mereka dan memungkinkan mereka untuk menumbuhkan pengalaman persalinan yang
positif. Sehingga membuat penanganan persalinan lebih mudah dan dan mengurangi
implikasi psikologis negatif. Beberapa jenis posisi ibu dapat mempersingkat durasi kala II
persalinan , sehingga kemungkinan meminimalkan resiko komplikasi . posisi ibu tertentu
bahkan dapat di terapkan untuk menangani komplikasi obsetrik.sebaliknya, jika mengambil
posisi yang tidak menguntungkan, wanita mungkin menderita serangkaian hasil negatif,
seperti trauma perenium yang parah, inkontinensia urin pasca melahirkan dan kehilangan
darah yang lebih besar, janin atau bayi baru lahir juga menghadapi peningkatan resiko
komplikasi.
Karena tidak ada bukti yang mendukung posisi ibu yang paling ideal untuk setiap wanita,
posisi ibu telah menjadi kontropersi dalam waktu yang lama. Pada masa-masa awal, posisi
yang paling yang paling umum selama persalinan adalah beberapa bentuk posisi tegak ( atau
vertikal). Sampai pertengahan abad ketujuh belas, seorang dokter kandungan prancis Francois
Mauiceau memperkenalkan posisi semi-recumbent kepada wanita selama persalinan untuk
memudahkan akses dalam menerapkan forsep. Kemudian, posisi ini di populerkan kebanyak
negara maju dan berkembang di seluruh dunian dan secara bertahap berkembang menjadi
posisi telentang atau litotomi ( atau posisi horizontal ). Meskipun tampaknya posisi horizontal
telah menjadi norma, banyak penelitian menemukan keuntungan dalam posisi horizondal
lebih besar dari pada kerugian nya. Organisai kesehatan dunia merekomendasikan posisi
tegak pada tahun 1996 dan menyatakan wanita harus memilih posisi ibu sesuai preferensi
mereka. Meskipun banyak penelitian menjelaskan penggunaan posisi ibu yang berbeda
selama kala II persalinan, tetapi pro dan kontra dari setiap posisi mungkin tidak terlihat.
7
horizontal, wanita terutama berbaring di tempat tidur dengan berat badannya ditopang oleh
punggungnya.( Pembelajaran Jones & Bartlett; Burlington: 2018. Kebidanan Varney) M
Melahirkan dalam posisi tegak dapat menguntungkan ibu dan bayi karena beberapa
alasan fisiologis (Penelitian BioMed Internasional. 2014; 2014 :1–7. ) Ketika seorang wanita
bersalin berada dalam posisi tegak untuk melahirkan, risiko kompresi aorta ibu lebih kecil,
yang berarti suplai oksigen ke bayi lebih baik (Sistem Basis Data Cochrane Rev. 2013;8.)
osisi tegak juga membantu rahim berkontraksi lebih kuat dan efisien sehingga membantu bayi
mendapatkan posisi yang lebih baik (antangan dalam mengejan secara spontan. ( J Perinat
Neonat Nur. 2009; 23 (1):31–39. doi: 10.1097/JPN.0b013e318196526b). Singkatnya, tujuan
penerapan posisi tegak adalah untuk meningkatkan kontraksi rahim, kondisi janin, dan
meningkatkan kenyamanan ibu (Obstet Ginekologi Klinik N Am. 1985; 65 (4):481–486.)
Posisi sakrum fleksibel (FSP = lutut-berdiri, merangkak, duduk di kursi lahir dan lateral)
adalah di mana berat badan diambil dari sakrum, sehingga memungkinkan pintu keluar
panggul untuk berkembang dengan baik (Sistem Basis Data Cochrane
Rev. 2017; 2 :Cd008070).
1. Jurnal yang berjudul “Tinjauan dan perbandingan posisi ibu yang umum selama kala
dua persalinan”.
8
Menyimpulkan bahwa Selama kala dua persalinan, posisi tegak dan lateral
mungkin memiliki lebih banyak manfaat potensial dalam meningkatkan hasil ibu dan
bayi serta menangani komplikasi kebidanan tertentu. Namun, ketika ibu melahirkan
dalam posisi tegak, terutama dalam posisi jongkok dan duduk, bidan harus
memperhatikan perineum dengan cermat untuk mencegah trauma perineum. Selain
itu, karena bukti yang ada menunjukkan bahwa posisi tegak mungkin berkorelasi
dengan kehilangan darah lebih dari 500 ml, bidan harus mempertimbangkan hal ini
dan bersiap menghadapi keadaan darurat apa pun. Dalam hal posisi terlentang dan
litotomi, kecuali wanita merasa nyaman dalam posisi ini, jika tidak, posisi litotomi
dan terlentang harus dihindari untuk meningkatkan risiko trauma perineum yang
parah, persalinan yang relatif lebih lama, nyeri yang lebih besar, dan pola denyut
jantung janin yang lebih banyak.
2. Jurnal dengan judul “Posisi pada kala II persalinan untuk wanita tanpa anestesi
epidural”
9
3. Jurnal dengan Judul “ Mengevaluasi efek posisi ibu saat melahirkan: Tinjauan-
tinjauan sistematis cochrane”.
manfaat dibandingkan dengan bahaya bagi wanita dengan asumsi posisi tegak saat
melahirkan. Namun, SR yang disertakan melaporkan variasi yang luas dengan sedikit atau
tanpa informasi tentang definisi yang tepat dan posisi optimal selama persalinan. Selain itu,
ada ketidakpastian tentang bagaimana posisi tegak dapat bekerja atau komponen yang
bertanggung jawab untuk memiliki efek pada hasil kelahiran dan apakah efektivitas RCT
dapat direplikasi dalam praktik klinis atau penelitian. Masih ada ketidakpastian mengenai
efek penggunaan posisi tegak dibandingkan dengan posisi horizontal pada durasi persalinan
dan kelahiran, dan kelahiran operatif. Luasnya efek tegak dibandingkan dengan posisi
horizontal memerlukan definisi yang akurat dari setiap posisi dan konsekuensi biomekanik
ibu mereka untuk memungkinkan replikasi yang aman dari metode ini. Oleh karena itu,
sampai pengaruh setiap posisi melahirkan pada hasil kelahiran lebih dipahami dengan studi
yang dirancang dengan baik, wanita harus didorong untuk melahirkan dalam posisi apa pun
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro dkk, 2005. Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004. Kenneth et al, 2009.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6839002/?report=classic
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6484432/pdf/CD002006.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8678923/pdf/EJM-5-57.pdf.
12