penduduk yang tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan. Pengangguran adalah seorang yang
tergabung dalam angkatan kerja, dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum bisa memperolehnya.
Penganggur adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, sedang mencari pekerjaan, atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru. Sedangkan, tingkat pengangguran adalah perbandingan antara
jumlah penganggur, dan jumlah angkatan kerja dalam kurun waktu tertentu (dinyatakan dalam
persentase).
Jenis-jenis Pengangguran
1. Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang biasa terjadi secara musiman atau dalam kondisi
tertentu. Biasanya pengangguran ini terjadi pada sektor pertanian, misalnya di musim paceklik.
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi karena penawaran tenaga kerja lebih banyak,
daripada permintaan tenaga kerja atau tenaga kerja yang sudah bekerja tetapi menginginkan pindah
pekerjaan lain.
4. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan struktur
kehidupan masyarakat, misalnya dari agraris menjadi industri. Oleh sebab itu, banyak tenaga kerja yang
tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan perusahaan.
5. Pengangguran Voluntary
Yaitu pengangguran yang terjadi karena seseorang yang sebenarnya masih mampu bekerja tetapi secara
sukarela tidak mau bekerja dengan alasan merasa sudah mempunyai kekayaan yang cukup.
6. Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi kerena pergantian tenaga manusia dengan
tenaga mesin.
Pengangguran potensial adalah pengangguran yang terjadi apabila pekerja dalam suatu sektor dapat
ditarik ke sektor lain. Misalnya perubahan dari tenaga manusia menjadi tenaga mesin (mekanisasi).
Pengangguran konjungtur atau siklis adalah pengangguran yang berkaitan, dengan turunnya kegiatan
perekonomian suatu negara.
Dampak Pengangguran
•Menciptakan kesempatan kerja, terutama di sektor pertanian melalui penciptaan iklim investasi yang
lebih kondusif.
•Mengembangkan usaha mikro dan usaha kecil yang mandiri perlu keberpihakan kebijakan, termasuk
akses, pendamping, pendanaan usaha kecil dan tingkat suku bunga kecil yang mendukung.
•Pembangunan nasional dan kebijakan ekonomi makro yang bertumpu pada sinkronisasi kebijakan fiskal
dan moneter harus mengarah pada penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
•Perbaikan dan penyatuan kebijakan pemerintah pusat dengan kebijakan pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota.
•Penempatan tenaga kerja Indonesia, yang memiliki kompetensi dengan kualitas yang memadai di luar
negeri.
•Tekanan demografis, dengan jumlah dan komposisi angkatan kerja yang besar.
•Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja.
•Kecilnya jumlah lapangan kerja yang tersedia dari jumlah pencari kerja.
•Terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang disebabkan, akibat krisis ekonomi atau keamanan yang
kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor-impor, dan
sebagainya.
•Berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif, bagi pengembangan usaha.
•Perilaku proteksionis sejumlah negara maju dalam menerima ekspor dari negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.