Anda di halaman 1dari 7

NAMA : YOVITA DWI LESTARI

PRODI : D3 PERPAJAKAN

UPBJJ : PANGKALPINANG

MATKUL : PAJAK PENGHASILAN

Pertanyaan :

Rekan Mahasiswa, silahkan anda diskusikan tentang Jenis-jenis tarif pajak, Penerapan tarif Pajak
Penghasilan wajib Pajak Orang pribadi di Indonesia. Apakah penerapan tarif pajak sudah
memberikan unsur keadilan bagi WP, Silahkan saudara analisa dengan sudut pandang mahasiswa
sendiri !

Jawaban:

Pengertian Tarif Pajak


Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi tanggung jawab wajib
pajak. Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Ada berbagai
jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak yang berbeda-beda. Dasar
pengenaan pajak merupakan nilai dalam bentuk uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak
terutang.

Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:

1. Tarif Progresif (a progressive tax rate).


2. Tarif Degresif (a degressive tax rate).
3. Tarif Proporsional (a proportional tax rate).
4. Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).

Penjelasannya:

1. Tarif Progresif

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya.Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk
pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, seperti:

 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
2. Tarif Degresif

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang
persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau,
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat.Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin
besar.

3. Tarif Proporsional

Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap
dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.Contohnya
adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.

4. Tarif Tetap/Regresif

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak
yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai
dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.Pada dasarnya tarif pajak dipungut
berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak.

Nah, mari simak ulasan pengelompokan pajak di bawah ini.

Pengelompokan Pajak

Berdasarkan golongannya pajak terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak tidak langsung
merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan oleh pihak lain (contoh: Pajak Pertambahan Nilai).

Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi 2 sifat, yakni pajak subjektif dan pajak objektif.

Pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memerhatikan keadaan wajib pajak. Jadi, pajaknya
berpangkal pada subjeknya (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak objektif memiliki arti
sebaliknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM)).

Selanjutnya, berdasarkan lembaga pemungutannya. Lembaga pemungutan pajak terbagi menjadi 2,


yaitu pusat dan daerah.

- Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajaknya digunakan
untuk biaya pengeluaran atau biaya rumah tangga negara (contoh: PPh, PPN, Bea Meterai,
dan PPnBM).
- Sedangkan pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah untuk biaya rumah tangga
daerah.Pajak daerah sendiri terdiri dari Pajak Provinsi (contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota (contoh:
Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan).
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP adalah objek pajak orang penghasilan pribadi dengani
cara hitung, bayar dan lapor SPT yang beda. Mekari Klikpajak akan mengulas tentang Pajak
Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP mulai dari pengertian, objek, subjek, perhitungan, cara bayar
dan lapor pajaknya. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) Adalah?

Secara mendasar, Pajak Penghasilan Orang Pribadi ini terbagi menjadi 2 yakni orang pribadi yang
bekerja sebagai karyawan, dan orang pribadi yang melakukan pekerjaan atau usaha
(pengusaha).Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh Orang Pribadi (PPh OP) adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak Orang Pribadi (OP) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak.Orang Pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang
mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia.

Sebagai subjek yang dikenakan pajak atas pendapatan yang diperoleh, wajib membayar dan
melaporkan pajaknya. Untuk lebih jelasnya tentang objek, subjek, perhitungan, cara bayar dan lapor
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP.

Subjek PPh Orang Pribadi atau PPh OP Adalah?

Sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah
orang atau pihak yang bertanggung jawab atas pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak.Artinya, subjek pajak penghasilan yakni orang yang
harus membayar PPh dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP), yang ditetapkan melalui kepemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).Namun subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP ini
terbagi menjadi 2 jenis, yakni:

a. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri

Merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, subjek PPh Orang Pribadi Dalam
Negeri adalah WP Orang Pribadi yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara
Asing (WNA), yang:

- Bertempat tinggal di Indonesia


- Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- Atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
tinggal di Indonesia

PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ini dikenakan pada bagi WP OP yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

b. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Luar Negeri

Masih sesuai UU Cipta Kerja, sedangkan subjek PPh Orang Pribadi Luar Negeri WP Orang Pribadi,
yang:

- Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia


- WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan serta
memenuhi persyaratan

Objek Pajak Penghasilan Pribadi

Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan yang merupakan setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang pribadi, baik berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Jenis-Jenis Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Merujuk Pasal 4 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008, berikut jenis-jenis objek PPh Orang Pribadi:

a. Penghasilan dari Pekerjaan

Penghasilan yang merupakan objek PPh Orang Pribadi dari pekerjaan ini meliputi:

- Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
- Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
- Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas

Objek PPh Orang Pribadi yang merupakan penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas adalah:

- Laba usaha
- Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan atau pekerjaan bebas.

b. Penghasilan dari Modal (Investasi)

Penghasilan dari modal atau investasi yang merupakan objek pajak penghasilan orang pribadi / PPh
Orang Pribadi diantaranya:

1. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk

- Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
- Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan
harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota
- Keuntungan pengalihan harta dalam likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha; atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa
pun
- Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keaagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro kecil, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak-pihak yang bersangkutan
- Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

3. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian laba dari sisa hasil usaha koperasi

4. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

c. Penghasilan lain-lain

Sedangkan penghasilan lain-lain yang masuk dalam kategori objek pajak penghasilan orang pribadi /
PPh Orang Pribadi adalah:

- Hadiah dari undian


- Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
- Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
- Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
- Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
- Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
- Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
- Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai KUP
- Surplus Bank Indonesia

Dari penegasan bahwa tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak merupakan objek pajak kecuali ditetapkan sebaliknya.

Penghasilan yang Dikenai Pajak Bersifat Final

Dalam pasal 4 ayat (2) ditentukan bahwa jenis-jenis penghasilan tertentu pajaknya ditetapkan secara
final, diantaranya:

- Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan Surat Utang
Negara (SUN), dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
- Penghasilan berupa hadiah undian
- Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
- Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, PPh Pasal 4
ayat 2 jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
- Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP)
Dalam UU Nomor 7 Tahun 1983 stdd UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
diatur beberapa tarif pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia. Salah satunya adalah tarif
yang tercantum dalam Pasal 17 undang-undang tersebut.

Pasal 17 membahas dua jenis tarif utama terkait PPh yang bersifat tidak final, yaitu tarif PPh WP
orang pribadi dan perusahaan (badan) dalam negeri.

Tarif Pajak Penghasilan WP Orang Pribadi Dalam Negeri

Untuk PPh WP orang pribadi, tarifnya bersifat progresif berdasarkan lapisan penghasilan
tertentu. Simak tabel berikut.

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, tarif PPh-nya menjadi lebih tinggi 20%
dari tarif normalnya. Sebagai contoh, jika tarif normalnya adalah 5%, bagi WP orang pribadi yang
tidak memiliki NPWP tarifnya menjadi 6% (5% x 120%), dan seterusnya.

Penerapan Tarif PPh WP Orang Pribadi Dalam Negeri

Contoh:

Tahun 2018, Tuan H diketahui memiliki Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sebesar Rp85.000.000,00.
Tuan H memiliki NPWP. [Ingat, Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan bruto setelah
dikurangi komponen pengurang dan PTKP]. Silakan Anda baca panduan cara menghitung PPh
karyawan untuk komponen penghasilan dan pengurang yang lebih lengkap.

Maka penghitungan PPh terutangnya adalah sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak 85.000.000

PPh Terutang

5% x 50.000.000 2.500.000

15% x 35.000.000 5.250.000+

Jumlah 7.750.000
Contoh lain:

Tahun 2018, Tuan J diketahui memiliki Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp420.000.000,00.
Namun, Tuan J tidak memiliki NPWP. Maka penghitungan PPh terutangnya adalah sebagai
berikut:

Penghasilan Kena Pajak 420.000.000

PPh Terutang

5% x 120% x 50.000.000 3.000.000

15% x 120% x 200.000.000 36.000.000

25% x 120% x 170.000.000 51.000.000+

Jumlah 90.000.000

Tarif Pajak Penghasilan WP Perusahaan (Badan) Dalam Negeri

Ketentuan dalam pasal 17 UU PPh menyatakan bahwa pajak penghasilan WP Badan dalam
negeri memiliki tarif tunggal, yaitu sebesar:

28%, berlaku sebelum tahun pajak 2010

25%, berlaku mulai tahun pajak 2010 (masih berlaku sampai sekarang).

Tarif tersebut berlaku juga untuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Penerapan Tarif PPh WP Badan Dalam Negeri

Contoh:

Tahun 2017, PT AAA memiliki Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sebesar Rp90 Miliar. Maka PPh
terutangnya adalah sebesar: 25% x Rp90.000.000.000 = Rp22.500.000.000,00.

Sumber referensi :

- likpajak.id/blog/jenis-tarif-pajak-pengelompokan-tarif-pajak-dan-contohnya/
- https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-orang-pribadi/
- https://www.topikpajak.com/tarif-pajak-penghasilan/
- https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak

Anda mungkin juga menyukai