PRODI : D3 PERPAJAKAN
UPBJJ : PANGKALPINANG
Pertanyaan :
Rekan Mahasiswa, silahkan anda diskusikan tentang Jenis-jenis tarif pajak, Penerapan tarif Pajak
Penghasilan wajib Pajak Orang pribadi di Indonesia. Apakah penerapan tarif pajak sudah
memberikan unsur keadilan bagi WP, Silahkan saudara analisa dengan sudut pandang mahasiswa
sendiri !
Jawaban:
Penjelasannya:
1. Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik sebanding
dengan dasar pengenaan pajaknya.Di Indonesia itu sendiri, tarif pajak progresif ini diterapkan untuk
pajak penghasilan (PPh) wajib pajak orang pribadi, seperti:
Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
2. Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif pajak yang
persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak tinggi. Atau,
persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin
meningkat.Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya semakin
besar.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan terhadap
dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak, persentasenya akan tetap.Contohnya
adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun objek pajaknya.
4. Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa memerhatikan
jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak
yang akan selalu tetap sesuai dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai
dengan nilai atau nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.Pada dasarnya tarif pajak dipungut
berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak.
Pengelompokan Pajak
Berdasarkan golongannya pajak terbagi menjadi 2, yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung merupakan pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak tidak langsung
merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan oleh pihak lain (contoh: Pajak Pertambahan Nilai).
Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi 2 sifat, yakni pajak subjektif dan pajak objektif.
Pajak subjektif adalah pajak yang melihat dan memerhatikan keadaan wajib pajak. Jadi, pajaknya
berpangkal pada subjeknya (contoh: Pajak Penghasilan (PPh)). Sedangkan pajak objektif memiliki arti
sebaliknya (contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM)).
- Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajaknya digunakan
untuk biaya pengeluaran atau biaya rumah tangga negara (contoh: PPh, PPN, Bea Meterai,
dan PPnBM).
- Sedangkan pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah untuk biaya rumah tangga
daerah.Pajak daerah sendiri terdiri dari Pajak Provinsi (contoh: Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota (contoh:
Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan Pajak Hiburan).
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP adalah objek pajak orang penghasilan pribadi dengani
cara hitung, bayar dan lapor SPT yang beda. Mekari Klikpajak akan mengulas tentang Pajak
Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP mulai dari pengertian, objek, subjek, perhitungan, cara bayar
dan lapor pajaknya. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) Adalah?
Secara mendasar, Pajak Penghasilan Orang Pribadi ini terbagi menjadi 2 yakni orang pribadi yang
bekerja sebagai karyawan, dan orang pribadi yang melakukan pekerjaan atau usaha
(pengusaha).Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh Orang Pribadi (PPh OP) adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak Orang Pribadi (OP) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak.Orang Pribadi adalah subjek pajak penghasilan yang
mencakup orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Sebagai subjek yang dikenakan pajak atas pendapatan yang diperoleh, wajib membayar dan
melaporkan pajaknya. Untuk lebih jelasnya tentang objek, subjek, perhitungan, cara bayar dan lapor
Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP.
Sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah
orang atau pihak yang bertanggung jawab atas pajak penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam Tahun Pajak maupun bagian Tahun Pajak.Artinya, subjek pajak penghasilan yakni orang yang
harus membayar PPh dan disebut sebagai Wajib Pajak (WP), yang ditetapkan melalui kepemilikan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).Namun subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP ini
terbagi menjadi 2 jenis, yakni:
Merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, subjek PPh Orang Pribadi Dalam
Negeri adalah WP Orang Pribadi yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara
Asing (WNA), yang:
PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ini dikenakan pada bagi WP OP yang telah menerima atau
memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Masih sesuai UU Cipta Kerja, sedangkan subjek PPh Orang Pribadi Luar Negeri WP Orang Pribadi,
yang:
Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan yang merupakan setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang pribadi, baik berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Merujuk Pasal 4 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008, berikut jenis-jenis objek PPh Orang Pribadi:
Penghasilan yang merupakan objek PPh Orang Pribadi dari pekerjaan ini meliputi:
- Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
- Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
- Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas
Objek PPh Orang Pribadi yang merupakan penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas adalah:
- Laba usaha
- Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan atau pekerjaan bebas.
Penghasilan dari modal atau investasi yang merupakan objek pajak penghasilan orang pribadi / PPh
Orang Pribadi diantaranya:
- Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
- Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan
harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota
- Keuntungan pengalihan harta dalam likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha; atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa
pun
- Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keaagamaan, badan pendidikan, badan sosial, termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro kecil, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
di antara pihak-pihak yang bersangkutan
- Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
3. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian laba dari sisa hasil usaha koperasi
c. Penghasilan lain-lain
Sedangkan penghasilan lain-lain yang masuk dalam kategori objek pajak penghasilan orang pribadi /
PPh Orang Pribadi adalah:
Dari penegasan bahwa tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak merupakan objek pajak kecuali ditetapkan sebaliknya.
Dalam pasal 4 ayat (2) ditentukan bahwa jenis-jenis penghasilan tertentu pajaknya ditetapkan secara
final, diantaranya:
- Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan Surat Utang
Negara (SUN), dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
- Penghasilan berupa hadiah undian
- Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
- Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, PPh Pasal 4
ayat 2 jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
- Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP)
Dalam UU Nomor 7 Tahun 1983 stdd UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,
diatur beberapa tarif pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia. Salah satunya adalah tarif
yang tercantum dalam Pasal 17 undang-undang tersebut.
Pasal 17 membahas dua jenis tarif utama terkait PPh yang bersifat tidak final, yaitu tarif PPh WP
orang pribadi dan perusahaan (badan) dalam negeri.
Untuk PPh WP orang pribadi, tarifnya bersifat progresif berdasarkan lapisan penghasilan
tertentu. Simak tabel berikut.
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memiliki NPWP, tarif PPh-nya menjadi lebih tinggi 20%
dari tarif normalnya. Sebagai contoh, jika tarif normalnya adalah 5%, bagi WP orang pribadi yang
tidak memiliki NPWP tarifnya menjadi 6% (5% x 120%), dan seterusnya.
Contoh:
Tahun 2018, Tuan H diketahui memiliki Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sebesar Rp85.000.000,00.
Tuan H memiliki NPWP. [Ingat, Penghasilan Kena Pajak adalah penghasilan bruto setelah
dikurangi komponen pengurang dan PTKP]. Silakan Anda baca panduan cara menghitung PPh
karyawan untuk komponen penghasilan dan pengurang yang lebih lengkap.
PPh Terutang
5% x 50.000.000 2.500.000
Jumlah 7.750.000
Contoh lain:
Tahun 2018, Tuan J diketahui memiliki Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp420.000.000,00.
Namun, Tuan J tidak memiliki NPWP. Maka penghitungan PPh terutangnya adalah sebagai
berikut:
PPh Terutang
Jumlah 90.000.000
Ketentuan dalam pasal 17 UU PPh menyatakan bahwa pajak penghasilan WP Badan dalam
negeri memiliki tarif tunggal, yaitu sebesar:
25%, berlaku mulai tahun pajak 2010 (masih berlaku sampai sekarang).
Contoh:
Tahun 2017, PT AAA memiliki Penghasilan Kena Pajak (PhKP) sebesar Rp90 Miliar. Maka PPh
terutangnya adalah sebesar: 25% x Rp90.000.000.000 = Rp22.500.000.000,00.
Sumber referensi :
- likpajak.id/blog/jenis-tarif-pajak-pengelompokan-tarif-pajak-dan-contohnya/
- https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-orang-pribadi/
- https://www.topikpajak.com/tarif-pajak-penghasilan/
- https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tarif-pajak