Anda di halaman 1dari 3

Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik

dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan


pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
Di Indonesia, pajak progresif diterapkan pada pajak penghasilan untuk wajib
pajak orang pribadi, yakni:[1]

Untuk lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai dengan Rp 50 juta,


tarif pajaknya 5%

Untuk lapisan PKP di atas Rp 50 juta hingga Rp 250 juta, tarif pajaknya
15%

Untuk lapisan PKP di atas Rp 250 juta hingga Rp 500 juta, tarif pajaknya
25%
Untuk lapisan PKP di atas Rp 500 juta, tarif pajaknya 30%.

^ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_progresif

Pajak mempunyai peranan penting dalam kehidupan bernegara, tidak hanya


berfungsi sebagai sumber pendapatan negara namun juga memiliki fungsi
distribusi pendapatan. Pajak Penghasilan orang pribadi merupakan salah satu
instrumen untuk mengatasi ketimpangan distribusi pendapatan antara
masyarakat yang berpenghasilan tinggi dan yang berpenghasilan rendah.
Kemiskinan, baik relatif dan mutlak, menimbulkan beberapa kendala bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Kesenjangan sosial di
antara anggota masyarakat yang paling miskin dapat menyebabkan
ketidakstabilan politik dan ekonomi bagi bangsa secara keseluruhan. Sehingga
kesulitan yang dialami oleh anggota masyarakat termiskin pada akhirnya
dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Untuk mewujudkan fungsi distribusi pendapatan, tarif pajak penghasilan pribadi
di Indonesia mengenakan tarif pajak progresif dimana masyarakat yang
berpenghasilan tinggi akan dikenakan tarif pajak yang lebih tinggi. Pengenaan
tarif pajak progresif ini sekaligus merupakan wujud dari teori daya pikul dimana
pajak dibebankan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan ekonominya.
Tarif pajak penghasilan orang pribadi yang berlaku saat ini di Indonesia adalah
sebagai berikut:

Penghasilan sampai dengan Rp50 juta 5%


Di atas Rp50 juta s.d. Rp250 juta 15%
Diatas Rp250 juta s.d. Rp500 juta 25%
Diatas Rp500 juta 30%
Tarif pajak penghasilan orang pribadi meningkat seiring dengan meningkatnya
penghasilan. Prinsip yang mendasari pajak progresif adalah bahwa mereka yang
memiliki kemampuan lebih (kaya) harus menanggung beban yang lebih besar
dari total penerimaan pajak negara dari mereka yang kurang mampu. Jadi orang
pribadi berpenghasilan rendah tidak hanya membayar pajak lebih sedikit, tetapi
mereka membayar persentase yang lebih kecil dari pendapatan mereka dalam
bentuk pajak. Dari berbagai jenis pajak, pajak penghasilan progresif inilah yang
paling sejalan dengan tujuan meningkatkan kesetaraan pendapatan.
Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Undang-undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa penghasilan merupakan
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam konteks orang
pribadi, penghasilan dapat berasal kegiatan usaha, pekerjaan bebas ataupun
penghasilan-penghasilan lainnya.
Dalam hal orang pribadi menjalankan kegiatan usaha dan melaksanakan
pembukuan, penghasilan neto dihitung dengan mengurangkan peredaran usaha
dengan harga pokok penjualan dan biaya usaha. Penghasilan neto dari kegiatan
usaha selanjutnya akan dilakukan beberapa penyesuaian fiskal baik positif
maupun negatif. Penyesuaian ini adalah penyesuaian penghasilan neto komersial
dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan Undang-Undang

Pajak Penghasilan beserta peraturan pelaksanaannya, yang dapat bersifat


menambah maupun mengurangi penghasilan kena pajak.
Dalam hal wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
namun peredaran usahanya atau peredaran brutonya kurang dari Rp4,8 miliar
setahun maka Wajib Pajak dapat menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto. Selain itu Wajib Pajak yang memiliki pekerjaan bebas
seperti dokter, pengacara, notaris, akuntan, konsultan, penilai, aktuaris dan
arsitek juga wajib melaporkan penghasilan brutonya dan Pajak Penghasilannya.
Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan
Penghasilan Pajak dapat juga yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan dari yang berhubungan dengan pekerjaan yang berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain. Dalam hal ini penghitungan pajak
akan mengacu pada ketentuan Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 21.
Penghasilan yang diterima sehubungan dengan pekerjaan pajaknya
akan dipotong oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, atau penyelenggara
kegiatan.
Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya
Selain berbagai penghasilan yang telah disebutkan diatas, Wajib pajak juga wajib
melaporkan penghasilan dalam negeri lainnya seperti bunga, dividen, royalti,
sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari penjualan/pengalihan harta,
dan penghasilan lain-lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sendiri, istri,
dan anak/anak angkat yang belum dewasa dalam tahun pajak bersangkutan.
Dengan berbagai uraian di atas, jelaslah bahwa Pajak Penghasilan Orang Pribadi
adalah salah satu instrumen untuk mewujudkan keadilan. Ayo bayar pajak dan
wujudkan keadilan di negeri ini!
http://www.pajak.go.id/content/pajak-penghasilan-orang-pribadi-untuk-keadilan

Anda mungkin juga menyukai