Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS CURAHAN WAKTU TENAGA KERJA RUMAH TANGGA

PETERNAK BABI DI DESA WAE RI’I KECAMATAN WAE RI’I


KABUPATEN MANGGARAI

Genoveva Irminoya Nimun, Maria Reni Darmiati, Arnoldus Jansen, Aprianus Candra Wak,
Hendrikus Balzano

Fakultas Pertanian dan Peternakan

Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng

Email :Renidarmiati@gmail.com
1. PENDAHULUAN

Peternakan Babi merupakan Usaha membudidayakan babi untuk mendapatkan


dagingnya. Babi bisa diternakkan secara jelajah bebas di pelihara di sekitar ladang di dalam
kandang tradisional, hingga didalam peternakan pabrik.Ternak babi adalah salah satu sumber
daging dan merupakan sumber pemenuhan gizi yang efesien sehingga arti ekonomi sebagai
ternak potong cukup tinggi.Secara ekonomis ternak babi sangat menguntungkan bila diilhat dari
sistem reproduksinya karena babi merupakan hewan polific ( mampu beranak banyak ) dan
dalam setahun dapat beranak dua kali. Hal ini dapat dicapai dengan reproduksi,manajemen
pakan, ketepatan perkawinan ,calvng interfal,presentase konsepsi,dan perbaikan genetic
( Gintnig dan Artonang ,1988).

Tujuan utama dari seseorang produsen ternak babi adalah mengusahakan agar
diperboleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan stock bbit,biibt sapihan,babi potong atau
hasil ternak babi.Tujuan keduai mungkin termiasuk melestarikan suatu tradisi keluarga,
memenuhi corak kehidupan desa dan berpartisipasi aktif dalam pengadaan pangan nasional dan
internasioanal ( Sihombing,1997 ).

Perkawinan yang baik akan menghasilkan jumlah anak atau presentase

pembuahan yang tinggi. Perkawinan yang baik yakni pada waktu yang tepat,

sehingga dicapai pembuahan yang optimal. Pembuahan optimal dapat terjadi

apabila dilakukan pengaturan perkawinan oleh peternak dengan tepat. Pembuahan

optimal tejadi pada saat biarahi. Pengaturan perkawinan untuk mendapatkan

waktu yang tepat antara sperma dan ovum dapat bertemu, dan terjadi pembuahan

ovum dalam waktu yang bersamaan, antara sperma dan ovum masih dalam

keadaan sehat (fresh) (Anonimus, 1981).

Kandang babi Tradisional umumnya tinggal sedikit dan babi lebih banyak diternakkan
secara intensif. Saat ini, sebagain besar peternakan babi skala besar memelihara lebih dari lima
ribu ekor didalam bangunan dan 100 juta ekor babi disembelih setiap tahunnya. Upaya
pengembangan usaha peternakan babi di desa Wae Ri’i kecamatan Wae Ri’i merupakan salah
satu upaya pembangunan masyrakat pedesaan itu sendiri. Peternakan babi merupakan salah satu
sub sektor peternakan yang ada di perekonomian Indonesia.

Di desa Wae Ri’i memiliki peluang dalam pengembangan sektor peternakan karena
didukung oleh ketersediaan sumber daya alam dan kondisi geografis yang letaknya sangat
strategis. Dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki maka peluang yang sangat besar bagi
masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada melalui usaha ternak babi sehingga
masyarakat di desa wae ri’i sebagaian besar memiliki usaha ternak babi walaupun dalam skala
kecil.

Usaha ternak babi yang merupakan usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
banyak ditekuni oleh masyarakt desa wae ri’i. Salah satu alasan serta sudah menjadi kebiasaan
yakni Ternak babi sering digunakan dalam ritual adat budaya manggarai. Dan juga masyarakat
memiliki usaha ternak untuk menyekolahkan anaknya. Dengan adanya alasan serta kebutuhan
yang terus meningkat maka warga masyrakat desa wae ri’i memilih usaha ternak babi sebagai
usaha sampingan.

Keterlibatan anggota keluarga pada suatu usaha dapat berpengaruh terhadap berjalannya
usaha tersebut, terutama pada ketersediaan tenaga kerja. Apalagi usaha ternak yang dijalankan
masih sangat sederhana .Analisa ketenagakerjaan pada usaha ternak babi didominasi oleh tenaga
kerja keluarga. Kondisi tersebut merupakan fenomena yang umumnya terjadi dalam pengelolaan
usaha peternakan pada wilayah desa wae ri’i kabupaten manggarai.

Anda mungkin juga menyukai