Anda di halaman 1dari 5

NAMA.

:WAWAN WAHYUDI
NIM. :I011211217
KELAS :ILMU BAHAN PAKAN A1

EKSPLORASI POTENSI BAHAN PAKAN LOCAL


PEMANFAATAN BAHAN PAKAN (rumput gajah dan
Gamal) SEBAGAI SUMBER FORMULASI PAKAN
TERNAK DI KABUPATEN ENREKANG

Perkembangan populasi sapi potong di ENREKANG


mengalami peningkatan. Untuk itu, perlu dilakukan
terobosan dan gerakan peningkatan populasi ternak besar
(sapi dan kambing) dalam rangka mendukung program
swasembada daging.
Untuk mendorong peningkatan populasi ternak besar,
perlu manajemen budidaya yang baik. Salah satu adalah
penyediaan bahan pakan/pakan ternak yang berkualitas.
Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung unsur gizi
yang cukup dan seimbang sesuai dengan kebutuhan ternak
untuk pertumbuhan dan berproduksi.
Produktivitas ternak sapi dan kerbau masih tergolong
rendah. Tingkat kebuntingan yang masih rendah, dan
panjangnya jarak beranak (calving interval) yang
dipengaruhi oleh pakan. Keterbatasan pakan dari segi
kuantitas dan kualitas serta mahalnya harga pakan. Hal ini
menjadi salah satu penyebab belum maksimalnya produksi
ternak lokal.
Kebutuhan pakan ternak sapi potong di kabupaten
Enrekang tidak hanya menggunakan hijauan.
Berbagai jenis bahan digunakan oleh peternak. Kebiasaan
menggunakan bahan lokal, merupakan kearifan lokal di
masing masing daerah. Kearifan lokal ini biasanya juga
sangat ditentukan oleh ketersediaan jenis bahan yang ada.
Bahan baku pakan lokal adalah setiap bahan yang
merupakan sumberdaya lokal Indonesia yang berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Penggunaan pakan lokal biasanya sesuai dengan lokasi dan
kebiasaan peternak setempat. Ketersediaan bahan pakan
yang cukup dan beragam, maka setiap peternak memiliki
formulasi pakan ternak yang berbeda pula. Peternak dalam
membuat formulasi pakan ternak diutamakan dengan
memanfaatkan bahan pakan lokal. Bahan pakan yang
digunakan biasanya dengan harga relatif lebih murah,
mudah diperoleh pada spesifik lokasi. Penggunaan bahan
pakan diharapkan tidak bersaing dengan kebutuhan untuk
konsumsi manusia, serta merupakan hasil ikutan pertanian
dan limbah industri ( Zainuddin, 2011).
Barbagai jenis bahan pakan seperti rumput gajah dan
Gamal yang tersedia berpotensi sebagai bahan pakan lokal.
Bahan- bahan pakan ini sudah dimanfaatkan oleh peternak
dan menjadi suatu kebiasaan setempat atau suatu kearifan
lokal. Pakan yang baik dan murah biayanya juga
diupayakan oleh peternak. Perlu dipelajari jenis jenis bahan
pakan lokal dan formulasi yang digunakan oleh peternak.
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi jenis jenis bahan pakan lokal dan
formulasi oleh peternak sebagai suatu kearifan lokal di
kabupaten Enrekang
1.rumput gajah
Rumput gajah merupakan bahan pakan hijauan yang di
tanaman oleh para peternak dan petani di kabupaten
Enrekang untuk mendukung kualitas ternak sapi
potong.rumput gajah merupakan sumber makanan utama
bagi ternak ruminansia untuk dapat bertahan hidup,
berproduksi serta berkembang biak. Kandungan nutrisi
pada rumput gajah. Rumput gajah merupakan hijauan yang
sangat penting di daerah tropis karena produktivitasnya
yang tinggi. Sangat cocok untuk memberi makan sapi dan
kerbau. Rumput gajah terutama digunakan dalam sistem
potong dan angkut ("zero grazing") dan diberi makan di
kandang, atau dibuat menjadi silase atau jerami. Rumput
gajah dapat digembalakan, asalkan dapat dipelihara pada
tahap vegetatif yang subur: ternak cenderung hanya
memberi makan daun yang lebih muda.

2.DAUN GAMAL
DAUN BERJENIS TANAMAN HIJAUAN INI KEBANYAKN DI
BERIKAN UNTUK TERNAK KAMBING POTONG,Kambing
potong merupakan salah satu komoditas
peternakan di Indonesia. Kambing potong adalah
salah satu penyumbang kebutuhan daging di
Indonesia. Dalam membangun usaha peternakan
kambing potong juga perlu menguasai ilmu
peternakan agar dalam menjalankan usaha
peternakan kambing potong bisa meningkatkan
produktivitas kambing potong sehingga
mendapatkan keuntungan yang maksimal. Potensi
pemanfaatan daun gamal di kabupaten enrekang
sebagai pakan kambing potong sangat
menguntungkan karena kandungan protein
kasarnya cukup tinggi yaitu 20-30%. Disamping
kandungan protein kasarnya cukup tinggi, daun
gamal juga memiliki serat kasar yang cukup tinggi
sebesar 15% serta mengandung zat antinutrisi.
Sehingga perlu dilakukan silase untuk mengurangi
kandungan serat kasar dan mengurangi zat
antinutrisi agar aman dikonsumsi dan nilai
kecernaannya bertambah. Daun gamal sebagai sumber
hijauan ternak biasanya diberikan langsung kepada hewan
ternak atau biasa juga ternak sendiri yang makan langsung di
pohonnya. Gamal beracun terhadap hewan monogastrik
seperti unggas dan kelinci. Tetapi pengaruh keracunan daun
gamal pada ternak ruminansia baik yang segar maupun yang
layu jarang dilaporkan Daun gamal juga lebih rendah kadar
tanninnya dari pada legum pakan lain seperti Calliandra
callothyrsus (kaliandara). Menurut beberapa peneliti,
pembatas utama daun gamal sebagai bahan pakan adalah
rendahnya palatabilitas yang disebabkan karena adanya bau
yang tidak disukai ternak yang dikeluarkan dari daunnya. Sapi
dan domba yang baru mengkonsumsi daun gamal mengalami
diare dan konsumsinya rendah selama tiga minggu pertama.
Tetapi segera setelah beradaptasi, tidak ada

Anda mungkin juga menyukai