Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGANTAR ILMU POLITIK

Dosen pengampu :
Anyualtha Haridison, M.Si

Disusun oleh :
Jhony Tira Anugrahnu (223020703095)
Prodi : Ilmu Pemerintahan (A)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2022/2023

1
Jhony Tira Anugrahnu
2
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Palangkaraya
tirajhoni@gmail.com
SOAL:
Coba temukan dan deskripsikan makna hak
asasi manusia serta peran negara dalam memenuhi indikator keberhasilan HAM
(11) dan jelaskan peran sosialiasi politik terhadap tingkat partisipasi politik
masyarakat dalam negara beserta faktor penghambat dan pendukungnya (12).
Temukan dengan melakukan penelusuran terhadap pustaka jurnal dan informasi
literatur akademik lainnya Ketik di HVS maksimal 10 halaman dan upload paling
lambat 31 Oktober 2022!

JAWABAN
Yang pertama akan saya bahas yaitu mengenai, HAM(Hak Asasi Manusia)
mendeskripsikannya serta menjelaskan peran negara dalam memenuhi indicator HAM.

Hak Asasi Manusia merupakan wacana yang mulai menggejala bersamaan


dengan munculnya gerakan demokratisasi di Indonesia. Untuk memahami
perbincangan tentang Hak Asasi Manusia tersebut, maka pengertian dasar
tentang hak menjadi penting. Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi
sebagai pedoman berprilaku dan melindungi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya. Secara umum, hak mempunyai 3 (tiga) unsur utama, yakni pemilik
hak, ruang lingkup penerapan hak, dan pihak yang bersedia dalam penerapan
hak. Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian dasar tentang hak. Setiap
individu memiliki hak yang dalam penerapannya berada dalam ruang lingkup
hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara
individu atau dengan instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh.

Dalam kaitan dengan pemerolehan hak ini, paling tidak ada 2 (dua) teori yaitu
teori McCloskey dan teori Joel Feinberg. Mc Closkey menyatakan bahwa
pemberian hak adalah untuk dilakukan, dimiliki, dinikmati atau sudah dilakukan.
Suatu hak penuh tidak perlu menentukan siapa yang menanggung beban untuk
memungkinkan tersedianya hak itu dan suatu hak sering menimbulkan
kewajiban serta pemberian hak merupakan seperangkat alasan yang kuat dan
berakar serta eksis dalam diri manusia. Sementara Joel Feinberg menyatakan
bahwa pemberian hak yang penuh merupakan kesatuan dari klaim yang absah
(keuntungan yang didapat dari pelaksanaan hak yang disertai pelaksanaan
kewajiban). Dengan demikian, keuntungan dapat diperoleh dari pelaksanaan
hak bila disertai dengan pelaksanaan kewajiban. Berdasarkan teori tersebut
perolehan hak harus diikuti dengan pelaksanaan kewajiban. Hal ini berarti
bahwa antara hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan dalam perwujudannya.
Dalam terminologi Barat, Hak Asasi manusia semula dikenal dengan “right of
man”, yang menggantikan istilah “natural right”. Istilah “right of man” ternyata
tidak secara otomatis mengakomodasi pengertian yang mencakup “right of
women”. Karena itu “right of man” diganti dengan istilah “human rights” oleh
Eleanor Roosevelt yang dipandang lebih netral dan universal. Setelahnya peran
negara dalam memenuhi indikator HAM, Kerja sama hak asasi manusia dalam negeri
adalah suatu kesepakatan untuk menghormati, memenuhi, memajukan, dan melindungi HAM
dengan mitra kerja sama dalam negeri. Kerja sama dalam negeri harus dilakukan formal
institusional, yang dituangkan ke dalam dokumen bersifat kontraktual berupa Memorandum
of Understanding (MoU) dan kontrak kerja sama. Penandatanganan dilakukan oleh para
pihak dan bersifat non-kontraktual yang dituangkan ke dalam surat kesepakatan para pihak.
Proses penandatanganan dokumen kerja sama harus juga mempertimbangkan kesetaraan
jabatan para pihak yang mengikat kerja sama. Kerja sama juga dapat mendorong percepatan
penyelesaian kasus HAM di kawasan, yang berdampak pada perlindungan warga negara
Indonesia. Forum dialog yang dilakukan terus menerus pada akhirnya mampu membangun
kesamaan pemahaman dan kesamaan tujuan tentang P-5 HAM. Berbagai isu HAM di dalam
negeri seperti konflik kebebasan beragama, konflik pertanahan, konflik kemanusiaan,
maupun akses informasi tentu membutuhkan peran kerja sama yang baik dari banyak pihak.
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi pokok dari
kekuasaan politik. Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Negara adalah organisasi yang dalam suatu wilayah yang dapat
memaksakan kekuasaannya dengan sah terdahap semua golongan dan dapat menetapkan
tujuan-tujuan dari kehidupan bersama-sama, akan tetapi kekuasaan itu sendiri perlu diatur
dan dibatasi sebagai mana mestinya. Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai
dimana kekuasaan dapat digunakan dalam kehidupan Bersama, baik oleh individu,golongan
atau asosiasi, maupun oleh negara sendiri. Dengan demikian negara mengintegrasikan dan
membimbing serta mengarahkan kegiatan-kegiatan sosial kearah tujuan Bersama.

Kemudian saya juga akan menjelaskan yaitu, peran sosial politik terhadap tingkat partisipasi
politik masyarakat dalam negara serta factor penghambat dan pendukungnya. Banyak yang
berpikir bahwa politik hanya soal kekuasaan, padahal lebih dari itu. Esensi politik
kan sebenarnya adalah usaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, Allan
Fatchan menyampaikan, definisi Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan,
kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya
tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Adapun terkait tujuan dan fungsi Ormas hal ini telah diatur dalam Pasal 5 dan 6 UU Ormas.
Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) juga telah memberikan kebebasan
dan melindungi kedudukan Ormas. Namun, permasalahannya bukan dalam segi pengaturan,
melainkan dari kemauan Ormas itu sendiri untuk mau berkiprah turut mengkritisi kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya.

Allan Fatchan mengatakan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi eksistensi Ormas,
Pertama, regulasi. Negara tidak boleh melakukan intervensi pada kegiatan Ormas, sepanjang
kegiatannya tidak mengganggu ketertiban atau keamanan negara. Kedua, sumber daya
manusia (SDM)/ kapasitas. Penting bagi suatu Ormas untuk diisi oleh orang-orang yang
memiliki kapasitas dan kompetensi yang memadai, dengan demikian Ormas dapat lebih aktif
dalam merespon isu-isu sosial.

Berikutnya, Ketiga, kelembagaan dan program nyata. Ada agenda nyata yang dilaksanakan
oleh Ormas-Ormas itu sendiri, dan keempat, terkait pendanaan/keuangan. Dalam hal ini
menurutnya Ormas memiliki perhatian lebih untuk merespon isu-isu terkait pendanaan, sebab
hal ini berkaitan dengan kebutuhannya.

“Ketika kami mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait Peraturan Daerah (Perda)
tertentu, jarang ada Ormas yang hadir. Tapi kalau perda yang mengatur mengenai bantuan
keuangan Ormas, datang semua. Tapi kalau soal isu-isu lingkungan, tata ruang, tidak ada
satupun yang hadir, daftar hadir kosong,” ujarnya.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Allan menyebutkan beberapa gagasan yang dapat
dilakukan Ormas untuk turut berpartisipasi aktif dalam negara demokrasi, yaitu: 1) Ormas
harus turut aktif dalam perubahan sosial dan penyelesaian berbagai persoalan bangsa. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan advokasi, mengekspresikan gagasan melalui forum
media, diskusi, dan ruang publik lainnya.

Selanjutnya, 2) Ormas tidak boleh berpangku tangan melihat kondisi sosial yang jauh dari
ekspektasi publik. Hal ini dapat dilakukan dengan terus menawarkan gagasan dan melakukan
tindakan untuk memperbaiki situasi sosial dan politik tanah air. 3) Gagasan dan tindakan
Ormas harus didasari oleh ideologi yang sesuai dengan realitas dan cita-cita kebangsaan.

Bentuk Partisipasi politik Bentuk partisipasi politik ada beberapa macam diantaranya,
partisipasi dalam kegiatan pemilihan bak pemilu legislatif maupun pemilihan wali nagari/
kepala desa samapai kepala daerah dan kepala negara. Kemudian kegiatan lobby, komunikasi
dengan pegiat politik, berorgansiasi dan berdiskusi tentang kebijakan negara dan
keputusannya serta aktivitas seperti demontrasi dan aksi kekerasan lainnya termasuk dalam
bentuk partisipasi politik. Dalam hal ini golput juga termasuk partisipasi politik karena ikut
mempengaruhi pengambilan keputusan dan kebijakan dalam politik. Merujuk padabuku
Huntington & Nelson (1994 : 16), Lebih lanjut bentuk-bentuk partisipasi politik di bagi
dalam 5 bagian :1) Kegiatan Pemilihan, kegiatan seperti pemberian suaradalam pemilu,
menyediaan dan mengatur dana yang terkait dengan kegiatan pemilihan, menjadi tim sukses ,
melakukan kegiatan dalam rangka mencari dukungan suara dalam pemilu dan sebagainya.

2) Lobby, upaya yang dilaakuan seseorang atau kelompok untuk berinteraksi dengan pihak
pimpinan atau pihak yang memiliki pengaruh dengan tujuan untuk mempengaruhi suatu
kebijakan dalam negara dan daearah termasuk issue yang di kembangkan

3) Aktivitas organisasi, partisipasi individu baik sebagai anggota dan pengurus dalam suatu
organisasi dengan tujuan terpengaruhi suatu kebijakan dan keputusan dalam negeri

4) kontak adalah langkah dan strategi yang dilakukan seseorang atau kelompok untuk
membangun jaringan dengan orang yang memiliki kekuasaan dan wewnang dalam proses
pengambilan keputusan dan kebijakan politik

5) Demontrasi dan kekerasan , adalah aktivitas untuk mempengaruhi kebijakan politik


dengan menguinakan keeuatan fisik seperti huru hara, pemberoNtakan, evolusi dan
sebagainya Gabriel Almond membedakan atas dua bentuk partisipasi politik yaitu bentuk
konvensional yang terdiri dari pemberian suara (voting), diskusi kelompok, kegiatan
kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, komunikasi individual
dengan pejabat politik/administratif dan pengajuan petisi. Sedangkan bentuk
nonkonvensional antaraberdemonstrasi, konfrontasi pemogokan, tindakan kekerasan politik
terhadap harta benda, perusakan, pemboman dan pembakaran,tindak kekerasan politik
manusia penculikan/pembunuhan, perang gerilya/revolusi. Untuk Faktor Penghambat dan
Pendorongnya yang saya ketahui diantaranya adalah:

Yang pertama Faktor Penghambatnya, adalah ideologi negara,perbedaan kepentingan yang


membuat lambatnya pergerakan dalam sosial politik karna bedanya kepentingan pada
masing-masing individu, kemudian perbedaan kebijakan politik dan perbedaan mata uang.
Setelahnya Faktor Pendorongnya, adalah persamaan dan perbedaan wilayah setelah itu
perbedaan perkembangan teknologi dan terakhir perbedaan dan persamaan budaya.

Anda mungkin juga menyukai