Anda di halaman 1dari 17

Budaya Minum sebagai Anteseden dari Masalah Kecanduan Alkohol Pada Masyarakat

Tuban

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Proposal Penelitian

Mata Kuliah Psikologi Ulayat A-1

Disusun Oleh :

Gestal Diptya Baswara 111811133117


Diko Akbar Nugroho 111811133177
Ishlahul Khair 111911133036
Muhamad Arya 111911133090
Anugraha Bimantara Sakti 111911133133

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Fokus Penelitian
1.3 Signifikansi dan Keunikan Penelitian
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.2 Manfaat Praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Alkoholisme
2.1.1.1. Budaya Mengkonsumsi Alkohol
2.1.2 Masyarakat Tuban
2.1.3 Minuman Keras
2.1.3.1 Tuak
2.2 Perspektif Teoritis

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tipe Penelitian
3.2 Unit Analisis
3.3 Subjek Penelitian
3.4 Teknik Pengambilan Data
3.5 Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari Global Status Report on Alcohol and Health 2018, jumlah
konsusmsi alkohol di dunia terhitung sejak tahun 2016 mengalami penurunan yakni 57% dari
total seluruh penduduk dunia sudah tidak mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir.
Konsumsi alkohol merupakan hal yang lumrah di wilayah Eropa berdasarkan data dari Global
Status Report on Alcohol and Health 2018 mengungkapkan konsumsi alkohol masyarakat
sebesar 6,4 liter perkapita terhitung dari tahun 2016. Melihat kondisi demikian apakah
konsumsi alkohol juga terjadi di wilayah asia khususnya Indonesia ?. Di Indonesia sendiri
kasus prevelensi ketergantungan alkohol adalah 0,7% dari total seluruh penduduk Indonesia
baik pria maupun wanita. Jumlah ini tergolong kecil jika hanya berdasarkan persentase.
Namun, apabila dikalikan kurang lebih sebanyak 1.914.500 penduduk Indonesia mengalami
ketergantungan pada alkohol. Ketergantungan terhadap alkohol atau alkoholisme adalah
pengkonsumsian alkohol secara berlebihan dan diulang-ulang yang dapat membahayakan
peminum dan orang lain. Pengkonsumsian dilaksanakan secara impulsif dan diluar kontrol
dari individu sehingga dikategorikan sebagai adiksi dan masalah mental (Britannica, 2021).
Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap penggunaan alkohol sebagai
stimulan untuk sekedar menghangatkan tubuh atau digunakan dalam upacara adat. penelitian
yang dilakukan oleh Shigehiro Ikegami (1997) mengungkapkan bahwasannya budaya
mengkonsumsi alkohol pada masyarakat Batak Toba merupakan hal yang wajib dalam sebuah
upacara adat. Kebanyakan orang Indonesia yang beragama Islam tidak minum minuman yang
mengandung alkohol berasaskan ajaran agama tersebut. Akan tetapi tuak berposisi sebagai
minuman khas Batak Toba, karena sebagian besar orang Batak Toba menganut agama Kristen
yang tidak memantang minuman keras (Ikegami, 1997). Ikegami juga melakukan penelitian
di beberapa daerah misalnya di Tapanuli Utara. ia menemukan biasanya laki laki yang
menyelesaikan kerja berkumpul di kedai atau warung pada sore hari untuk sekedar
berbincang, bernyanyi, catur dan lain sebagainya sembari minum tuak. pada umumnya di
daerah tersebut petani biasa minum tuak beberapa gelas dalam sehari.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwasannya Islam melarang untuk
mengkonsumsi minuman beralkohol. Islam adalah agama mayoritas bagi penduduk
Indonesia. Terutama di wilayah Jawa Timur. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, penduduk di
Jawa Timur berjumlah 40,994 juta jiwa pada Juni 2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 39,85
juta jiwa (97,21%) beragama Islam atau mayoritas penduduknya adalah muslim. Tak
terkecuali di wilayah Kabupaten Tuban. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di
Jawa Timur yang terletak di kawasan jalur Pantura. Banyak sekali unsur sejarah, kebudayaan,
serta keagamaan yang terdapat di kota tersebut. Peran masyarakat dan hasil alam tidak pernah
penyokong utama sejarah yang ada di Tuban dan keduanya selalu digambarkan
berdampingan(Fatmawati, 2018). Hasil alam yang melimpah berupa aren atau nira inilah
yang merupakan bahan dasar pembuatan tuak sehingga peneliti memiliki ketertarikan untuk
lebih mendalami terkait budaya minum sebagai anteseden dari masalah kecanduan alkohol
pada masyarakat Tuban.
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas fokus penelitian dalam penelitian ini
adalah bagaimana peran budaya minum sebagai anteseden dari masalah kecanduan alkohol
pada masyarakat Tuban.
1.3 Signifikansi & Keunikan Penelitian
Pada penelitian yang kami lakukan mengenai peran budaya minum sebagai anteseden dari
masalah kecanduan alkohol pada masyarakat Tuban memiliki beberapa keunikan diantaranya
adalah penelitian mengenai budaya minum di Indonesia jarang dilakukan karena Indonesia
sendiri merupakan negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam sehingga hal yang
menyangkut alkohol merupakan sesuatu yang dilarang. penelitian ini juga menekankan pada
anteseden budaya minum ditinjau dari berbagai perspektif. kami juga menemukan
bahwasanya budaya minum merupakan suatu warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia
mulai dari zaman kerajaan sehingga hal yang menyangkut bertabraknya agama dan budaya
sangat menarik diteliti. Di sisi lain pula Kabupaten Tuban memiliki sumberdaya yang
melimpah khususnya produksi aren. berbagai macam olahan aren bisa kita temui apabila
berkunjung ke Kabupaten Tuban. dan bahan dasar dari tuak sendiri merupakan aren yang
tersebar di wilayah Kabupaten Tuban sehingga banyak ditemui orang yang menjual tuak di
wilayah Kabupaten Tuban. sehingga hal demikian yang kami anggap sebagai keunikan dari
penelitian yang kami ajukan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana budaya minum
sebagai anteseden dari masalah kecanduan alkohol pada masyarakat Tuban.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menjadi referensi atau bahan kajian dalam penelitian selanjutnya terkait topik
budaya minum
2. Memperluas kajian dalam bidang psikologi terkait topik budaya minum.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menggambarkan variabel yang mempengaruhi budaya minum sebagai


anteseden dari masalah kecanduan alkohol
2. Memberikan informasi mengenai kecanduan alkohol dan pengaruhnya
terhadap individu
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Alkoholisme
Alkoholisme didefinisikan sebagai pengkonsumsian alkohol secara berlebihan
dan diulang-ulang yang dapat membahayakan peminum dan orang lain.
Pengkonsumsian dilaksanakan secara impulsif dan diluar kontrol dari individu
sehingga dikategorikan sebagai adiksi dan masalah mental (Britannica,2021).
Menurut Monti dkk (1989) alkoholisme merupakan suatu perilaku yang
dipelajari melalui imitasi model karena efek positif (relaksasi, sosiabilitas yang
meningkat, dll) dari alkohol atau adanya ekspektasi alkohol akan memiliki efek positif
tersebut. Setelah mendapat efek positif dari alkohol, seorang individu akan bergantung
pada alkohol untuk mendapat efek tersebut lagi. Selain itu seorang individu akan
cenderung memilih alkohol sebagai cara coping karena kemudahan usaha untuk
menangani stres dan efek dari alkohol terasa cukup cepat (Kadden, 1994). Genetik
juga dapat menjadi salah satu penyebab dari alkoholisme, yang mana konfigurasi gen
dapat mempengaruhi resiko dari alkoholisme (Edenberg & Foroud, 2014).
Alkoholisme memiliki gejala apabila seorang individu memilikinya. Menurut
DSM-V gejala dari alkoholisme adalah tidak mampu mengendalikan keinginan untuk
mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak melakukan dan menolak ajakan aktivitas
sosial yang dulunya sering dilakukan, tidak mampu berhenti atau mengurangi
konsumsi minuman beralkohol tapi memiliki keinginan, mengkonsumsi minuman
beralkohol pada kondisi dengan resiko tinggi seperti mengemudi. Waktu yang
digunakan untuk mengkonsumsi minuman beralkohol cukup banyak, adanya toleransi
terhadap alkohol, mengidam minuman beralkohol meskipun tidak sedang minum,
mengalami gejala withdrawal yang mengganggu aktivitas, serta hidup terganggu
karena penggunaan alkohol tapi tetap mengkonsumsi minuman beralkohol.

2.1.1.1 Konsumsi Alkohol sebagai Budaya


Alkohol substansi yang telah menjadi bagian dari budaya manusia
selama berabad-abad. Masyarakat kuno hingga modern mengenal konsumsi
alkohol. Tiap adat dan budaya memiliki arti tersendiri terhadap perilaku minum
alkohol. Hal tersebut juga termasuk pada konsumsi alkohol secara individu
dikarenakan bagaimana budaya memandang alkohol juga dapat mendefinisikan
kepribadian dari individu (Mandelbaum, 1965).
Bagaimana budaya memandang alkohol, terdapat budaya yang
menganggap konsumsi alkohol sebagai tindakan tidak terpuji, terdapat juga
budaya yang menganggap konsumsi alkohol sebagai kewajiban. Pada budaya
dengan konsumsi alkohol, masing-masing memiliki pandangan masing-masing
mulai dari diperbolehkan minum tapi tidak dianjurkan hingga bagian wajib dari
ibadah (Mandelbaum, 1965).
Bales (1946) mengkategorisasikan bagaimana budaya memandang
alkohol karena hal tersebut mempengaruhi alkoholisme pada individu di
budaya tersebut. Bales membuat 4 kategori mengenai pandangan yaitu
Pelarangan (Budaya Muslim), Ritual (Yahudi Ortodoks), Utilitarian seperti
untuk pengobatan dan kepuasan diri (Irlandia), dan Convivial sebagai pencair
suasana tapi dapat menjadi utilitarian (Irlandia) (Savic, Room, Mugavin,
Pennay, & Livingston, 2016).

2.1.2 Masyarakat Tuban


Tuban merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang terletak di kawasan jalur
Pantura. Banyak sekali unsur sejarah, kebudayaan, serta keagamaan yang terdapat di
kota tersebut. Peran masyarakat dan hasil alam tidak pernah penyokong utama sejarah
yang ada di Tuban dan keduanya selalu digambarkan berdampingan (Fatmawati,
2018). Komposisi masyarakat Tuban sangatlah beragam, ada yang asli Pribumi, Arab,
Cina, Madura, serta beberapa suku lain. Pendidikan yang terdapat di kota ini pun juga
sangat beragam, semua tersedia mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini, Kabupaten Tuban banyak disinggahi oleh
pendatang baik itu dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini salah satu
penyebabnya lantaran Kabupaten Tuban pernah menjadi pusat penyebaran agama
Islam oleh para Wali Songo. Itulah yang membuat banyak sekali masyarakat yang
melakukan kegiatan keagamaan ataupun ziarah tak henti hentinya datang ke kabupaten
tersebut. Disamping itu pula, Tuban juga pernah menyandang predikat sebagai pusat
pelabuhan terbesar di dunia yang membuat kapal kapal dari luar sangat mudah untuk
berlabuh disana. Pada zaman dahulu, Tuban merupakan pelabuhan terpenting sejak
zaman Airlangga pada pertengahan abad ke 11 (Fatmawati, 2018). Inilah yang
memungkinkan bahwa orang orang india sangatlah mudah untuk menginjakkan
kakinya di Kabupaten tersebut guna berdagang serta melakukan penyebaran agama
Hindu Budha.
Kota Tuban memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah apabila
dibandingkan dengan kabupaten atau kota disekitarnya (Fatmawati, 2018).
Masyarakat disana, bahkan masyarakat sekitar Kabupaten Tuban sangatlah bergantung
kepada pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Untuk sumber daya alam yang
tersedia di Tuban sebut saja seperti; hasil laut, batu kapur, persawahan, perkebunan,
serta perusahaan yang berskala kecil sampai besar. Hal inilah yang membuat mobilitas
masyarakat di Kabupaten Tuban sangatlah tinggi dengan tujuan tak lain untuk
memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Dari pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh Masyarakat Tuban
tersebut menghasilkan tradisi yang masih eksis sampai sekarang. Tradisi tersebut
muncul lantaran untuk menunjukkan wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta juga untuk merekatkan rasa persaudaraan antar warga lokal maupun warga luar
daerah yang turut memiliki andil dalam kegiatan tersebut (Fatmawati, 2018). Tradisi
tradisi tersebut ada yang dinilai masih relevan atau mendapat pandangan yang positif
dan ada juga yang mendapat pandangan yang negatif, hal tersebut lantaran terdapat
adanya campur tangan yang sudah merubah kebiasaan dari tradisi tersebut.

2.1.3. Minuman Keras (Minuman Beralkohol)


Minuman Beralkohol merupakan minuman yang mengandung etanol dan
etanol sendiri merupakan psikoaktif dan apabila mengkonsumsinya akan
menyebabkan kesadaran yang menurun (Kusumaningrum & Muis, 2017). Alkohol
sendiri merupakan substansi yang dapat menimbulkan reaksi dari tubuh. Konsumsi
dari alkohol dapat menyebabkan efek mabuk mulai dari gejala ringan hingga gejala
berat, seperti: mabuk emosional, kontrol diri berkurang, bicara tidak jelas, penglihatan
berkurang, kurang rasa sensorik, jalan terhuyung, respon refleks berkurang,
penglihatan ganda, pingsan, kejang koma, hingga penekanan saraf pusat dan kematian
(Moula, 2008). Secara jangka pendek meminum minuman keras akan menimbulkan
beberapa efek yang tiap orang berbeda-beda tergantung toleransi alkohol seperti
perasaan rileks atau mengantuk, mabuk, mood yang berubah-ubah, hilangnya kendali
dalam perilaku, perkataan tidak jelas, hilangnya kendali pada tubuh, blackout, dan
dehidrasi serta efeknya (Healthline, 2021).
2.1.3.1. Tuak

Tuak adalah salah satu jenis minuman beralkohol hasil dari proses
fermentasi nira aren yang dijadikan ragi. Tuak dibagi menjadi dua yaitu tuak
keras yang mengandung banyak alkohol dan tuak manis yang alkoholnya lebih
sedikit (KBBI, 2022). Salah satu daerah yang terkenal dengan tuak adalah
daerah Tuban, yang mana sering dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut
(Liputan6, 2021). Meski demikian masih belum ada nomor kadar alkohol serta
standarisasi dari produksi tuak tersebut.

Menurut penelitian dari Ningsih dan Sumiatin (2020) yang meneliti


konteks sosial dari konsumsi tuak pada masyarakat Tuban yang mayoritas
beragama islam. Didapatkan hasil berupa nilai kultural dan gaya hidup
merupakan salah satu motivator utama dalam konsumsi Tuak di Tuban. Selain
itu, Tuak juga merupakan minuman yang biasanya diminum pada upacara adat
serta perayaan-perayaan.

2.2 Perspektif Teoritis


Dalam kehidupan bermasyarakat, tradisi akan selalu ada oleh karena tradisi
merupakan pertalian dari kehidupan masyarakat pada masa yang lalu atau singkatnya pada
masa nenek moyang hingga berjalan sampai yang mereka lalui saat ini. Masyarakat tidak
akan disebut sebagai masyarakat apabila mereka tidak memiliki kaitan dengan masa lalu dan
dalam hal ini basis kaitannya merupakan tradisi (Fatmawati, 2018). Tradisi bukan hanya
sekedar memberikan fakta bahwa segala hal yang terjadi pada masa kini merupakan buah dari
keberlangsungan yang berasal dari masa lalu, lebih dari itu, tradisi mencakup semua
keseluruhan hal yang ada pada masa lalu terhadap masa kini. Menurut (Fatmawati, 2018)
dalam pengertian yang lebih lengkap, tradisi merupakan keseluruhan benda material serta
gagasan yang asalnya dari masa lalu tetapi hingga saat ini masih ada, belum dihancurkan,
dirusak, maupun dilupakan.
Menurut (Ikawati & Affandi, 2013) tradisi memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan
bermasyarakat, juga dengan adanya tradisi beberapa kebutuhan universal, individu maupun
bermasyarakat akan terpenuhi yang diantaranya:
1. Tradisi menyediakan warisan historis yang bermanfaat.
2. Menyediakan sebuah legitimasi mengenai pandangan hidup, kepercayaan, tata
laku peraturan yang sudah ada
3. Memperkuat simbol primordial terhadap bangsa, komunitas serta kelompok
dengan menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan
4. Sebagai sarana dari pelarian, keluhan, ketidakpuasan serta kekecewaan dari
kehidupan modern.
Disamping memberikan fungsi yang positif seperti diatas, tradisi juga ada yang
akhirnya bersifat disfungsional, seperti:
1. Menghambat kreativitas serta semangat progresif pembaharuan dengan dalih
solusi siap pakai dari masalah yang kontemporer
2. Memiliki kecenderungan mempercayai hidup, metode pemerintah, dan strategi
ekonomi tradisional, meskipun telah terjadi perubahan yang sangat kontras
dalam keadaan historis
3. Bersifat disfungsional atau membahayakan, karena apapun di masa lalu di
sama ratakan dinilai baik
4. Tradisi dipelihara bukan dengan kesadaran penuh, melainkan karena itu sudah
menjadi kebiasaan semata.
Terdapat salah satu kebiasaan/tradisi yang cukup menarik di masyarakat Indonesia,
yaitu tradisi mengkonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi minuman beralkohol pada
beberapa daerah di Indonesia merupakan sebuah kebiasaan dan kebudayaan. Di Indonesia
sendiri banyak sekali dijumpai ragam jenis minuman beralkohol sebut saja seperti arak, tuak,
badek, sopi dan lainnya yang penggunaannya biasanya dilakukan bebarengan dengan
kegiatan atau tradisi lain. Kehadiran minuman beralkohol dalam setiap perayaan pesta adat
khususnya di Indonesia ini disebabkan oleh para leluhur masyarakat di suatu daerah dan
adanya keyakinan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman kehormatan (Riskiyani et
al., 2015).
Salah satu daerah yang memiliki memiliki tradisi mengkonsumsi minuman beralkohol
adalah Tuban. Di Tuban terdapat sebuah tradisi minum tuak bersama yang hingga sekarang
menjadi ikon daerah tersebut. Pada zaman dahulu, tradisi ini dilakukan berbarengan dengan
tradisi lain seperti sedekah laut, wayangan, tayuban, dan selametan yang dilakukan oleh
masyarakat Tuban (Fatmawati, 2018). Kebiasaan masyarakat Tuban meminum tuak ini sudah
berjalan sangat lama dan masyarakat setempat sudah menganggap bahwa hal tersebut
sudahlah biasa dan tradisi tersebut sudah sampai pada titik dimana minum tuak sebagai
pelengkap dalam setiap kegiatan yang dilakukan masyarakat Tuban.
Hadirnya budaya, lebih tepatnya bagaimana budaya memandang (attitude)
pengkonsumsian alkohol serta tradisi merupakan salah satu prediktor kuat atas hadirnya
alkoholisme atau penyalahgunaan alkohol (Sudhinaraset, Wigglesworth, & Takeuchi, 2016).
Selain itu, attitude suatu budaya dapat berbeda-beda satu sama lain oleh karena ada perlunya
untuk membuat tipologi. Tipologi tersebut dapat menjadi suatu prediktor dari masalah
alkoholisme dan penyalahgunaan alkohol (Bales, 1964; Savic, Room, Mugavin, Pennay, &
Livingston, 2016).
Salah satu tipologi adalah Tipologi Room dan Makela (2000) dengan dua dimensi
utama yaitu keseringan konsumsi alkohol dalam suatu budaya dan bagaimana budaya tersebut
memandang “mabuk”. Selanjutnya Room dan Makela menambah beberapa dimensi tambahan
yaitu kegunaan alkohol, ekspektasi perilaku saat mengkonsumsi alkohol, posisi tindakan
mengkonsumsi alkohol (posisi pengkonsumsi, grup pengkonsumsi, dan acara yang
mengkonsumsi alkohol), kontrol sosial dari tindakan mengkonsumsi alkohol, dan masalah
yang ditimbulkan dari pengkonsumsian alkohol serta penanganannya.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan indigenous
psychology. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang secara dasar
bergantung pada observasi terhadap manusia dalam lingkupnya sendiri dan erat dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya atau istilah di lingkungannya . Metode ini
berusaha untuk menggali keunikan individu, kelompok, dan masyarakat dalam kehidupan
sehari-harinya. Asumsi dasar penelitian kualitatif yakni bahwa kenyataan bersifat jamak
dan interaktif yang diinterpretasikan oleh individu itu sendiri. (Siyoto & Sodik, 2007).
Indigenous psychology adalah studi ilmiah yang mengenai perilaku dan proses
mental yang bersifat native diambil dari budaya atau suatu tempat tertentu. Asumsi dasar
dari pendekatan yakni bahwa pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan suatu
masyarakat harus dipandang dari keadaan masyarakatnya (Kim, Yang, Hwang, 2006).

3.2 Unit Analisis


Unit analisis dari penelitian ini adalah budaya minum tuak masyarakat Tuban
yang coba dihubungkan dengan masalah kecanduan alkohol di negara barat.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek penelitian merupakan individu-individu yang memenuhi kriteria sebagai
berikut.
1. Berusia lebih dari 21 tahun
2. Masyarakat Tuban asli dan telah menetap selama lebih dari 10 tahun
3. Aktif mengikuti budaya minum tuak.

3.4 Teknik Pengambilan Data


Dalam penelitian ini terdapat dua teknik yang digunakan, yaitu wawancara semi
terstruktur serta participant observation. Menurut Maccoby and Maccoby (1954) dalam
(Denzin & Lincoln, 2018), wawancara merupakan proses pertukaran verbal yang
dilakukan secara tatap muka, yang mana seseorang sebagai pewawancara berusaha untuk
memperoleh informasi ataupun ekspresi dari pendapat bahkan kepercayaan dari orang
lain. Definisi yang disampaikan oleh Maccoby and Maccoby ini dapat diaplikasikan pada
wawancara yang sifatnya terstruktur, tidak terstruktur, dan semu terstruktur. Wawancara
ini bertujuan untuk menggali deskripsi informasi dari kehidupan interviewee dengan
tujuan untuk dapat menginterpretasikan makna terkait fenomena tertentu. Dalam
psikologi indigenous, wawancara biasanya digunakan untuk cross check terhadap apa
yang telah disurvei dan diamati peneliti (Sahrah, 2020). Wawancara indegenous juga
tidak lupa harus menyesuaikan kebutuhan pemilik budaya tanpa melupakan keahlian
peneliti.
Menurut Hasanah (2016), observasi merupakan salah satu metode empiris yang
mendasarkan fakta-fakta lapangan maupun teks, melalui pengalaman panca indra tanpa
menggunakan manipulasi. Dalam melakukan metode observasi, pada penelitian ini akan
dibuat sebuah format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Blanko akan berisi
item mengenai kejadian atau perilaku yang sekiranya peneliti rasa akan terjadi. Observasi
memiliki berbagai jenis atau macam, disebutkan oleh Lull (1984) dalam (Hasanah, 2016)
observasi dapat dibagi menjadi dua atas dasar keterlibatan penelitinya, yaitu participant
observation, dan non participant observation. Pemilihan teknik participant observation
dipilih dengan tujuan peneliti dapat menggali data lebih dalam dengan terlibat dalam
kegiatan sehari-harinya.
Terakhir, validitas dan reliabilitas penelitian ini akan menggunakan beberapa
strategi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Validitas mengacu pada ketepatan data
yang diperoleh dengan hal-hal yang terjadi di lapangan secara langsung. Dalam
penelitian kualitatif, validitas juga mengacu pada seberapa jauh peneliti dapat mampu t
menginterpretasi makna yang sesuai dengan deskripsi partisipan (Sahrah, 2020). Hal
yang dilakukan untuk meningkatkan validitas pada penelitian ini akan dilakukan dengan
beberapa cara seperti pengumpulan data yang relatif lama, strategi multimetode,
menggunakan perekam demi pembuktian sesuai kenyataan, analisis kata perkata, dan
review oleh partisipan.
Reliabilitas adalah konsistensi skor dan stabilnya data dari instrumen penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas meliputi uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji
dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Hal yang dilakukan untuk meningkatkan
reliabilitas pada penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa cara seperti
memperpanjang pengamatan dengan tujuan memastikan keakraban, melakukan
pengecekan kembali atas data yang dikumpulkan, dan triangulasi (Sahrah, 2020).

3.5 Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data


Pengorganisasian data dilakukan dengan cara menyusun verbatim wawancara yang
telah dilakukan sebelumnya, kemudian dianalisis dengan salah satu teknis analisis data yaitu
analisis tematik Boyatzis (1998). Dalam analisis tematik terdapat tiga pendekatan yang
berbeda untuk mengembangkan kode tematik. Yaitu data driven (berdasarkan data), theory
driven (berdasarkan teori), dan prior research (berdasarkan penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Pendekatan yang digunakan adalah theory driven. Berdasarkan (Boyatzis, 1998),
penggunaan theory driven banyak digunakan dikarenakan peneliti dapat memulai dari
teorinya atau teori orang lain yang kemudian akan dilanjutkan untuk pengembangan kode
tematik dengan teori tersebut. Setelah peneliti menentukan teori yang akan digunakan dalam
penelitian, diperlukan hal-hal untuk diformulasikan guna mendukung teori tersebut, seperti
signal atau indikator dari bukti yang ada. Elemen dari kode yang akan dikembangkan berasal
dari hipotesis atau elemen dari teori (Boyatzis, 1998).
Analisis data merupakan suatu proses dalam mencari dan menyusun data dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga data lebih
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan ke orang lain (Sugiyono, 2013).
Analisis data dapat berguna untuk mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam
unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
(Sugiyono, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Adirin, A. (2021, April 14). Warga Tuban Dilarang Minum Tuak di Tempat Umum Saat

Ramadan. Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini di Surabaya dan Sekitarnya.

Retrieved January 4, 2022, from

https://surabaya.liputan6.com/read/4531586/warga-tuban-dilarang-minum-tuak-di-tem

pat-umum-saat-ramadan

Bales, R. F. (1946). Cultural differences in rates of alcoholism. Quarterly Journal of Studies

on Alcohol, 6, 480–499.

Bernstein, A. (2021, November 30). Effects of Alcohol on the Body. Healthline. Retrieved

January 4, 2022, from https://www.healthline.com/health/alcohol/effects-on-body

Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (Eds.). (2018). The SAGE Handbook of Qualitative Research.

SAGE Publications.

Edenberg, H. J., & Foroud, T. (2014). Genetics of alcoholism. Handbook of Clinical

Neurology, 125(5), 61-71. 10.1016/B978-0-444-62619-6.00032-X

Fatmawati, R. (2018, Maret). TRADISI MINUM TUAK DI DESA TEGALREJO

KECAMATAN MERAKUAK KABUPATEN TUBAN. SKRIPSI.

Hasanah, H. (2016). Teknik Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data

Kualitatif Ilmu Ilmu Sosial). Jurnal At-Taqaddum, Vol.8, no.1, 21-46.

Ikawati, K., & Affandi, M. A. (2013). Konstruksi Sosial Sub Culture Nitik (Minum Tuak)

Pada Masyarakat Sumurgung. 1.

Ikegami, S. (1997). Tuak in the Toba Batak Society: A Preliminary Report on the

Socio-cultural Aspect of Palm Wine Consumption. Annual Report of the University of

Shizuoka, Hamamatsu College, (Part-5), No. 11-3.

Kadden, R. M. (1994). Cognitive-Behavioral Approaches to Alcoholism Treatment. Alcohol

Health Res World, 18(4), 279-286. MID: 31798056; PMCID: PMC6876446.


Kim, U. (2000). Indigenous, Cultural, and Cross Cultural Psychology: A Theoretical,

Conceptual, and Epistimological Analysis. Asian Journal of Social Psychology,

265-287. https://doi.org/10.1111/1467-839X.00068

Kusumaningrum, R. A., & Muis, T. (2017). PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN

BERALKOHOL PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. Jurnal BK UNESA, 7, 3-4.

Maksud / Arti Kata tuak di Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). JagoKata.com. Retrieved

January 4, 2022, from https://jagokata.com/arti-kata/tuak.html

Mandelbaum, D. G. (1965, June). Alcohol and Culture. Current Anthropology, 6(3), 281-288.

https://doi.org/10.1086/200597

Moula, D. (2008, Januari). PERILAKU KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL: STUDI

KASUS PADA SUKU PAMONA PU'UMBOTO KECAMATAN PAMONA

SELATAN KAB. POSO. TESIS, 3-4.

Ningsih, W. T., & Sumiatin, T. (2020). Determinant Analysis of Factors Influencing Tuak

Consumption Culture on Guardian Earth Through the Leininger Model Sunrise

Approach Theory. Medico Legal Update, 20(4), 1429–1433.

https://doi.org/10.37506/mlu.v20i4.2032

Riskiyani, S., Jannah, M., & Rahman, A. (2015, Juni). ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA

KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL (TUAK) DI KABUPATEN TORAJA

UTARA. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia: The Indonesia Journal of Public

Health, 11, 4-5.

Rohsenow, D. J., Abrams, D. B., Cooney, N. L., Monti, P. M., & Kadden, R. M. (2002).

Treating Alcohol Dependence, Second Edition: A Coping Skills Training Guide (P. M.

Monti, Ed.). Guilford Publications.


Room, R., & Mäkelä, K. (2000). Typologies of the cultural position of drinking. Journal of

Studies on Alcohol, 61(3), 475–483. https://doi.org/10.15288/jsa.2000.61.475

Sahrah, A. (2020). Studi Indigenous dengan Metode Kualitatif. Gramasurya.

Savic, M., Room, R., Mugavin, J., Pennay, A., & Livingston, M. (2016). Defining “drinking

culture”: A critical review of its meaning and connotation in social research on

alcohol problems. Drugs: Education, Prevention and Policy, 223(4), 270-282.

https://doi.org/10.3109/09687637.2016.1153602

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). DASAR METODOLOGI PENELITIAN. Literasi Media

Publishing.

Sudhinaraset, M., Wigglesworth, C., & Takeuchi, D. T. (2016). Social and Cultural Contexts

of Alcohol Use Influences in a Social–Ecological Framework. Alcohol Research,

38(1), 35–45. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4872611/

Vaillant, G. E. (n.d.). alcoholism | Definition, Causes, & Associated Diseases. Britannica.

Retrieved January 4, 2022, from https://www.britannica.com/science/alcoholism

World Health Organization. (2019). Global Status Report on Alcohol and Health 2018. World

Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai