Anda di halaman 1dari 104

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN LINGKUNGAN SUB

TEMA LINGKUNGAN KELUARGA UNTUK KEMAMPUAN

SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK USIA DINI

DI PAUD TERPADU CITRA BAKTI

SKRIPSI

ELISABETH MEO NGODHU


NIM. 201703020

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

CITRA BAKTI

2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Elisabeth Meo Ngodhu telah direvisi dan disetujui oleh

pembimbing untuk mengikuti ujian skripsi.

Malanuza, Juli 2022

Pembimbing I

Marsianus Meka, S.Pd., M.Pd


NIDN. 0830068203

Pembimbing II

Gde Putu Arya Oka, M.Pd


NIDN. 0817087301
PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan penyertaan-nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal
ini dengan judul “Pengembangan Video Pembelajaran Lingkungan Sub Tema
Lingkungan Keluarga untuk Kemampuan Sosial Emosional Pada Anak Usia
Dini Di Paud Terpadu Citra Bakti” tepat pada waktunya.
Proposal ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan studi di STKIP CITRA BAKTI NGADA, Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD). Kerja keras bukan
satu-satunya jaminan terselesaikannya proposal ini, tetapi uluran tangan dari
berbagai pihak, baik secara material maupun non material, telah menjadi energi
tersendiri, sehingga proposal ini dapat terwujud, walaupun belum sempurna. Oleh
sebab itu, pada lembar-lembar awal proposal ini, izinkan penulis menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:

1) Wilfridus Muga, S.E., M.Pd selaku ketua Yayasan Pendidikan Citra


Masyarakat Mandiri yang telah menyelenggarakan pendidikan di Kabupaten
Ngada.
2) Dr. Dek Ngurah Laba Laksana, M.Pd, sebagai ketua STKIP CITRA BAKTI
yang telah mengarahkan, dan memberikan motivasi yang demikian bermakna,
sehingga penulis mampu melewati berbagai kerikil dalam perjalanan studi
dan penyelesaian proposal ini.
3) Koordinator Program Studi PG-PAUD dan staf dosen pengajar yang telah
banyak membantu dan memotivasi penulis selama perjalanan studi dan
penyusunan proposal ini.
4) Marsianus Meka., M.Pd sebagai pembimbing I, yang dengan gaya dan pola
komunikasi yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan penulis
selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga proposal ini dapat terwujud
dengan baik sesuai harapan.
5) Gde Putu Arya Oka., M.Pd sebagai pembimbing II, yang dengan gaya dan
pola komunikasi yang khas, telah melecut semangat, motivasi, dan harapan
penulis selama penelitian dan penulisan naskah, sehingga proposal ini dapat
terwujud dengan baik sesuai harapan.
6) Rekan-rekan seangkatan yang dengan karakternya masing- masing telah
banyak menyumbangkan ide dalam membantu penulis selama menjalani studi
dan penyelesaian proposal ini.
7) Keluargaku tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan
baik material maupun moril sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
ini.
8) Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan demi kelancaran proses penyusunan
proposal ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini belum dapat dikatakan sempurna.
Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.

Malanuza, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii


PRAKATA.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3

1.3 Tujuan Pengembangan.................................................................................4

1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan...........................................................4

1.5 Pentingnya Pengembangan.........................Error! Bookmark not defined.

1.6 Amsumsi dan Keterbatasan Pengembangan................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................6


2.1 Kajian Teori.................................................................................................6

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan........................................................29

2.3 Kerangka Berpikir......................................................................................31

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................33


3.1 Jenis penelitian Dan Model Penelitian.......................................................33

3.2 Prosedur Pengembangan............................................................................34

3.3 Uji Coba Produk.........................................................................................39

3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data................................................40

3.5 Metode Analisis Data.................................................................................46


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jenis Data dan Instrumen 40


Tabel 3.2 Instrumen Ahli Materi Video Pembelajaran Lingkungan 41
Tabel 3.3 Instrumen Ahli Media Video Pembelajaran Lingkungan 42
Tabel 3.4 Instrumen Ahli Desain Video Pembelajaran Lingkungan 43
Tabel 3.5 Instrumen Uji Coba Perseorangan 44
Tabel 3.6 Instrumen Uji Coba Kelompok Kecil 45
Tabel 3.7 Tingkat Validasi 47
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir……………………………………………..32


Gambar 3.1 Tahapan Model ADDIE………………………………………………......34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun non formal.

Sedangkan makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Secara pedagogis arah pendidikan terkait dengan

pengembangan pendekatan dan metodologi proses pendidikan dan pembelajaran

yang memanfaatkan berbagai sumber belajar (multi learning resources).

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik,

pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan

oleh dirinya dan masyarakat.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah Jenjang Pendidikan sebelum pendidikan

dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun (Permendikbud, 2014). Pemberian

rangsangan pendidikan tersebut untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar

pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan dan sosial emosional, kognitif,

seni dan bahasa. PAUD merupakan fondasi awal anak untuk mengembangkan

kemampuannya yang meliputi kognitif, fisik-motorik, bahasa, sosial emosional,

nilai agama dan moral serta seni.

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus di

kembangkan.anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis antusias dan ingin tahu

terhadap apa yang dilihat, didengar,dirasakan mereka seolah-olah tidak pernah

bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris,memiliki rasa ingin tahu secara

alamiah,merupakan mahkluk sosial unik, kaya dengan fantasi,memiliki daya

perhatian pendek, dan merupakan masa yang paling pontesial untuk belajar.

Menurut Maya, (2013:459). Salah satu aspek yang sangat penting bagianak

usiadiniadalahaspek sosial emosional,dimanaaspeksosio-emosional merupakan

aspek yang sangat penting bagi anak karena merupakan salah satu faktor

kesuksesan dimasa depan. Perkekembangan sosial dapat diartikan kemampuan

anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya,orang dewasa,dan masyrakat luas

agar dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan

negara.

Tugas perkembangan mencakup kebutuhan hidup baik individu

maupun sosial dan juga sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu,

proses pembelajaran menjadikan manusia selalu berubah sesuai dengan tugas

perkembangannya. Pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang melibatkan


interaksi antara guru dan siswa. Interaksi ini memerlukan berbagai cara agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Berbicara tentang

perkembangan sosial emosional menurut Suyadi (2010: 108-109), anak sebagai

salah satu aspek dalam perkembangan anak sejatinya tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Dengan kata lain, membahas perkembangan emosi harus

bersinggungan dengan perkembangan sosial anak. Demikian juga sebaliknya,

membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosi. Sebab keduanya

terintegrasi dalam bingkai kejiwaan yang utuh.

Menurut Morisson (2012: 221), Perkembangan sosial emosi yang positif

memudahkan anak untuk bergaul dengan sesamanya dan belajar dengan lebih

baik, jugadalam aktifitas lainnya di lingkungan sosial. Pada saat anak masuk

kelompok A, mereka mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia

baru. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dari suasana emosional yang

aman, kekehidupan baru yang tidak dialami anak pada saat mereka berada di

lingkungan keluarga. Dalam dunia baru yang dimasuki anak, ia harus pandai

menempatkan diri diantara teman sebaya, guru dan orang dewasa di sekitarnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi di PAUD Terpadu Citra Baklti

pada anak kelompok B ditemukan hal-hal sebagai berikut. (1). Mengenal identitas

diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah dan masyarakat, mengetahui

dirinya merupakan bagian dari warga negara Indonesia,pada PAUD Terpadu Citra

Bakti ada 10 orang anak ternyata ditemukan hanya6 orang anak yang mampu

mengenal anggota keluarga, sedangkan 4 orang anak belum mampu mengenal

lingkungan keluarganya.(2) Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan


sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial, di PAUD Terpadu

Citra Bakti ada 7 anak yang sudah mampu membedakan lingkungan keluarga

dengan lingkungan sekitarnya anak mampu mngenali emosi, mampu

mengendalikan keinginannya sebagai sikap menghargai keinginan orang lain dan

mampu berinteraksi dengan teman sebaya, Sedangklan 3 orang anak belum

mampu membedakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar serta mengenali

atau berinteraksi dengan teman sebayanya.

Berdasarkan masalah di atas, maka perlu adanya pengembangan video

pembelajaran lingkungan khususnya pada sub tema lingkungan keluarga, karena

dengan adanya video pembelajaran mengenal lingkungan keluarga dapat

memperkaya kehidupan sosial dan emosional anak. Maka, penulis perlu untuk

mengadakan penelitian pengembangan dengan judul “Pengembangan Video

Pembelajaran Lingkungan Sub Tema Lingkungan Keluarga Untuk Kemampuan

Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini di PAUD Terpadu Citra Bakti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam

penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana Desain Pengembangan Video Pembelajaran Lingkungan Sub

Tema Lingkungan Keluarga KD. 3.7 mengenal lingkungan sosial (keluarga,

teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi)untuk kemampuan

sosial emosional pada anak usia dini di paud terpadu citra bakti?

2. Bagaimana tanggapan pandangan para ahli atau expect tentang video

pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluargaKD. 3.7 mengenal


lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya,

transportasi)untuk kemampuan sosial emosional pada anak usia dini di paud

terpadu citra bakti?

1.3 Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian

pengembangan ini yaitu sebagai berikut.

1) Mengetahui rancangan pengembangan video pembelajaran lingkungan sub

tema lingkungan keluarga keluarga KD. 3.7 mengenal lingkungan sosial

(keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi)untuk

kemampuan sosial emosional pada anak usia dini di paud terpadu citra bakti.

2) Mengetahui tanggapan pandangan para ahli atau expect tentang video

pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluarga keluarga KD. 3.7

mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat ibadah,

budaya, transportasi)untuk kemampuan sosial emosional pada anak usia dini

di paud terpadu citra bakti?

1.4 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan video

pembelajaran lingkungan keluarga ini adalah:

1. Aspek tampilan/fisik

Tampilan fisik dari kaset CD berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter

dalam ukuran 0,6mm dngan ketebalan kaset CD 0,5 mm. Kemudian kaset

CD dibuat cover dengan tampilan gambar.

2. Aspek isi
Video ini berisikan materi tentang lingkungan keluarga padaKD. 3.7

mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman, tempat tinggal, tempat

ibadah, budaya, transportasi) untuk Kemampuan Sosial Emosional Pada

anak usia dini di paud terpadu citra bakti.

3. Aspek penggunaan

Video ini dapat diputar menggunakan Labtop atau Komputer. Anak dapat

menonton media video ini dengan cara mengamati dan mendengar (indera

pandang dengar), dimana didalam video tersebut berisikan tayangan tentang

lingkungan keluarga meningkatkan aspek sosial emosional anak.

1.5Amsumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.5.1 Asumsi-Asumsi Pengembangan

Pengembangan video pembelajaran untuk mengenal lingkungan keluarga di

paud terpadu citra bakti ini memiliki beberapa asumsi, yaitu sebagai berikut:

1) Dalam penelitian ini peneliti mengembangkan kemampuan mengenal

lingkungan keluarga pada anak melalui video pembelajaran. Berbagai program

pengembangan dicapai melalui berbagai stimulasi pendidikan secara

terintegrasi dengan menggunakan tema-tema yang sesuai dengan kondisi

lembaga PAUD atau satuan pendidikan dan anak. Pada pelaksanaanya tema

dan kompetensi dasar dikembangkan menjadi muatan pembelajaran. Muatan

pembelajaran adalah cakupan materi yang ada pada kompetensi dasar sebagai
bahan yang akan dijadikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai kompetensi

sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. Mengidentifikasi

tema, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan tema yaitu (1)

kedekatan, (2) kemenarikan, (3) kesederhanaan, dan (4) keisidentalan. Dalam

pengembangan video pembelajaran ini harus sesuai dengan prinsip-prinsip

pengembangan tema tersebut dan terjadi interaksi dengan siswa.

1.5.2 Keterbatasan Pengembangan

Keterbatasan yang terdapat di video ini adalah video tidak bisa diputar

tanpapengawasan dari guru, jadi harus di jaga dengan baik. Video ini hanya

dikhusukan kepada anak usia dini di paud terpadu citra bakti.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Anak Usia Dini

2.1.1.1 Pengertian Anak Usia Dini

Menurut Mursid (2017: 78), anak usia dini adalah kelompok manusia yang

berusia 0-6 tahun dan mereka adalah kelompok anak yang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan, inteligensia, sosial emosional, bahasa dan


komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Menurut Mansur (2005: 88), anak usia dini adalah kelompok anak yang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau

golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan anak

usia dini adalah anak yang dimulai saat periode kelahiran hingga usia delapan

tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat,

sehingga diperlukan untuk meningkatkan tumbuh kembang anak mulai dari dari

perkembangan intelektual, sosial emosional, bahasa serta perkembangan fisik

anak. Semua aspek perkembangan tersebut penting untuk dikembangkan karena

antara perkembangan yang satu dengan yang lainnya saling terkait, sehingga harus

dilaksanakan secara terpadu.

2.1.1.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek

fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas dan bahasa yang berbeda dengan

orang dewasa, selain itu anak adalah individu yang memiliki karakteristik yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Menurut Rusdinar dkk, (2005: 35), anak usia 5-6 tahun memiliki ciri-ciri

sebagai berikut: 1) anak masih berada pada tahap berpikir pra operasional
sehingga belajar melalui benda atau pengalaman yang konkret, 2) anak suka

menyebutkan nama benda, mendefenisikan kata-kata dan suka bereksplorasi, 3)

anak belajar melalui bahasa, sehingga pada usia ini kemampuan berbahasa anak

berkembang sangat pesat, 4) anak membutuhkan struktur kegiatan yang jelas dan

spesifik.

Selanjutnya, Hartati (dalam Aisyah, 2018: 4) juga mengungkapkan bahwa

karakeristik anak usia dini meliputi : 1) anak memiliki rasa ingin tahu yang besar,

2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa

paling potensial untuk belajar, 5) menunjukkan sifat egosentris, 6) memiliki

rentang daya konsentrasi yang pendek, 7) sebagai bagian dari mahluk sosial,

sedangkan Eliyawati (2005: 45), mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki

karakteristik yang menonjol yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki

rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan

prilaku relatif spontan, kaya dengan fantasi atau khayalan, mudah frustrasi, kurang

pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih

pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta

semakin menunjukan minat terhadap teman.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksudkan dengan

karakteristik-karakteristik anak usia dini antara lain anak bersifat unik baik secara

lahiriah maupun tumbuh kembangnya, bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu dan

imajinasi yang tinggi, suka berteman dan memiliki daya perhatian yang rendah.

Oleh karena itu sebagai seorang pendidik haruslah pandai-pandai memilih dan
membuat kegiatan agar mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki

anak baik kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional maupun moral agama.

2.1.2 Hakekat Pembelajaran Anak Usia Dini

2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Anak Usia Dini

Pembelajaran anak usia dini (AUD) menurut Hartati (2005: 28) merupakan

proses interaksi antara anak, orang tua atau orang dewasa dalam suatu lingkungan

untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut

merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang

akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan

dimana anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses

belajar dapat berlangsung dengan lancar. Menurut Vigotsky (Hartati, 2005: 29)

berpendapat bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi

perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat

terbentuk melalui interaksi dengan orng lain. Pembelajaran akan menjadi

pengalaman yang bermakna bagi anak jika anak dapat melakukan sesuatu atas

lingkungannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan

kesempatan bagi anak untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.

Greenberg (Hartati, 2005: 29) berpendapat bahwa anak akan terlibat dalam

belajar secara lebih intensif jika ia membangun sesuatu daripada sekedar

melakukan atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Greenbeg
menggambarkan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui

bekerja, bermain, dan hidup bersama dengan lingkungannya.

Oleh karena itu pembelajaran pada Anak Usia Dini pada dasarnya adalah

bermain. Sesuai dengan karakteristik Anak Usia Dini yang bersifat aktif dalam

melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain

merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan pada

pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti

kemampuan berbahasa, sosail-emosional, fisik motorik dan kognitif (intelektual).

Bredekamp (Masitoh, Dkk, 2009: 4) mengatakan:“play is an important

vehicle for children, social, emotional and cognitive development”. Artinya

bermain merupakan wahana yang penting untuk perkembangan sosial, emosi dan

kognitif anak yang direfleksikan pada kegiatan.

Untuk terlakasananya pembelajaran yang optimal di Pendidikan anak usia

dini (PAUD), diperlukan program yang terencana yang menyediakan sejumlah

pengalaman belajar yang dapat mengembangkan seluruh potensi dan aspek

perkembangan secara optimal. Sebagai rencana, kurikulum harus benar-benar

memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Kurikulum

termasuk kurikulum pendidikan anak usia dini (PAUD) selalu dinamis selalu

berubah seiring dengan lajunya perkembangan masyarakat dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Keberhasilan proses pembelajaran anak usia dini (AUD) ditandai dengan

pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (AUD) secara optimal
dan dengan hasil pembelajaran yang mampu menjadi jembatan bagi anak usia dini

(AUD) untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangan

selanjutnya.

2.1.2.2 Pentingnya Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah

pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik

kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

spiritual), sosial emosional (sikap dan berperilaku serta beragama), bahasa dan

komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui

oleh anak usia dini pada masa perkembangannya.

Mulyasa (dalam Najib, dkk, 2016; 100) mengartikan pendidikan anak usia

dini (PAUD) sebagai upaya menanamkan akidah dan keimanan, disiplin,

pembentukan dan pembiasaan perilaku positif, serta pengembangan potensi yang

dimiliki. Oleh karena itu melalui kehadiran lembaga pendidikan anak usia dini

(PAUD), dalam lingkungan masyarakat semestinya mampu memberikan

pengertian bagi masyarakat tentang bagaimana cara memperlakukan atau

mendidik anak usia dini (AUD) sesuai tahapan perkembangannya.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip PAUD

Pendidikan anak Usia dini merupakan salah satu bentuk pendidikan yang

utama dimasa golden age.peran pendidikan PAUD dirasa sangat penting dalam
masa pertumbuhan seorang anak dalam tingkat dasar. Sehingga, anak dapat

mempersiapkan diri dalam memasuki jenjang pendidikan yang selanjutnya,

Menurut Asmani (2009: 47) beberapa prinsip dalam melaksanakan

pendidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut.

1. Pendidikan haruslah berorientasi pada kebutuhan anakdan semua aspek

perkembangannya.Kebutuhan dan perkembangan anak baik fisik maupun

psikis yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosionalnya anak dan tidak

hanya berorientasi pada satu siswa saja melainkan diperlukan nondiskriminasi

antara siswa dan guru. Adanya non diskriminasi sangatlah penting dalam

sebuah lembaga pendidikan. Agar semua anak dpat mengenyam pendidikan

tanpa harus membedakan bangsa, bahasa, jenis kelamin, tingkat sosial. Dan

agama.maupun anak yang berkebutuhan khusus.

2. Belajar haruslah didasari dengan bermain sesuai dengan karakter anak dalam

usia perkembangan. Anak dalam usia dini ini sesuai dengan teorinya peaget

bahwa anak harus belajar secara konkrit, selain itu anak usia dini ini blum bisa

mengontrol gerakannya, ia masih suka bermain, sehingga dalam pembelajaran

harus dilakukan dengan bermain. Itu dpat dilihat ketika di dalam kelas seorang

siswa tidak akan mampu duduk selama 1 jam pun mereka jika tidak kuad akan

beraktifitas sendiri. Dengan cara berlari atau berjalan didalam kelas.

3. Lingkungan yang kondusif yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui

bermain. Seorang anak diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan

akan membantu seorang anak dalam mengembangkan potensi dirinya secara

maksimal. selain itu anak dalam proses belajar dengan mengeksplorasi semua
inderanya baik penciuman, persa, peraba, penglihatan dan pendengaran melalui

sebuah lingkungan dalam bermain.

4. Menggunakan pembelajaran terpadu melalui tema yang menarik dan bersifat

kontekstual.Tema yang bagus adalah tema yang dapat menarik perhatian siswa

dalam proses belajar didalam kelas, sebuah tema harus disusun dengan

semenarik mungkin dan bersifat kontekstual,

5. Mengembangkan kecakapan anak dengan cara mengembangkan ketrampilan.

Ketrampilan yang dimiliki oleh anak agar dapat dibiasakan dalam kehidupan

sehari-hari agar anak mampu bertanggung jawab, mandiri dan memiliki

disiplin diri. Seorang anak mampu membangun pengetahuannya sendiri

melalui pengalaman dan pengetahuannya yang dialaminya sejak lahir dan

pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.

6. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar yakni media yang

digunakan haruslah nyata tidak abstrak agar anak lebih memahami dan tidak

sekedar membayangkan saja.Anak dapat berfikir dengan sebuah benda konkrit

saja. Jika anak diberikan gambar yang abstrak tentu saja akan kebingungan.

Sesuai dengan karakteristi anak usia ini akan lebih mengingat pada benda yang

sudah mereka lihat, maupun dipegang. Sebab anak usia dini dapat menyerap

pengalaman dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat konkrit.

Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Yakni Pembelajaran bagi

anak usia dini harus berdasarkan konsep yang sederhana dan dekat dengan

anak agar mudah dikuasai.

2.1.3 Hakikat Media Pembelajaran


2.1.3.1 Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian Kata media berasal dari bahasa latin yakni medius yang secara

harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Gerlach & Ely (dalam Arsyad,

2006:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah

“manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian

ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Gagne (dalam Sadiman dkk., 2005:6) menyatakan bahwa media adalah

“berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya

untuk belajar.

Pengertian media menurut Gerlach & Ely (dalam Tegeh dan Suastra,

2010:6)media dapat diartikan sebagai komponen sumber belajar atau wahana fisik

yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

Santyasa (2007:3) menyatakan “media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga

dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan

belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan media

pembelajaran adalah segala bentuk sesuatu yang dapat menyalurkan informasi

(materi) dari sumber informasi (guru) kepada penerima informasi (siswa)

sehingga dapat menciptakan suatu kondisi yang dapat merangsang siswa untuk

belajar dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru.


2.1.3.2 Manfaat Media Pembelajaran

Manfaat utama sebuah media pembelajaran dalam proses pembelajaran yakni

dapat mempertinggi proses belajar siswa yang pada akhirnya dapat mempertinggi

hasil belajar yang dicapai. Sudjana & Rivai (2005:2) menyebutkan beberapa

alasan yang berkaitan dengan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar

siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkan untuk menguasai dan mencapai

tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, dan tidak semata-mata didasarkan

atas komunikasi verbal melalui kata-kata.

4. Siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, dan tidak

hanya mendengarkan saja tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan,

melakukan langsung, memerankan, dan lain-lain. Selain itu, Kemp and

Dayton (dalam Daryanto, 2010:6) mengemukakan kontribusi media

pembelajaran antara lain: (1) penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih

terstandar; (2) pembelajaran dapat lebih menarik; (3) pembelajaran menjadi

lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar; (4) waktu pelaksanaan

pembelajaran dapat diperpendek; (5) kualitas pembelajaran dapat

ditingkatkan; (6) proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan

dimanapun diperlukan; (7) sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran


serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan; (8) peran guru dapat berubah

kearah yang positif.

2.1.3.4 Fungsi Media pembelajaran

Menurut Sadiman, dkk. (2005:17), dalam bukunya menyampaikan fungsi

media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: 1) memperjelas

penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan

ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang terlalu besar, objek yang

terlalu kecil, gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, kejadian atau peristiwa

di masa lalu, objek yang terlalu kompleks, dan konsep yang terlalu luas; 3)

meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri

berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; 4)

memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman, dan dapat

menimbulkan persepsi yang sama. Fungsi media, khususnya media visual juga

dikemukakan oleh Levie dan Lentz (dalam Arsyad 2006:16) bahwa media

tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif,

dan fungsi kompensatoris. 1) Fungsi atensi Fungsi media dapat menarik dan

mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi kepada isi pelajaran. 2)

Fungsi afektif Fungsi media dapat diamati dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar atau membaca sebuah teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbol

secara visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. 3) Fungsi kognitif Fungsi

media melalui gambar atau lambang secara visual dapat mempercepat pencapaian

tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang

terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. 4) Fungsi kompensatoris


Fungsi media dapat memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya

lemah dalam memahami dan mengingat kembali materi informasi dalam teks.

2.1.3 Hakikat Media Video Pembelajaran

2.1.4.1 Pengertian Media Video Pembelajaran

Menurut K. Prent (dalam Sukiman 2017: 187) Secara empiris kata video

berasal dari sebuah singkatan yang dalam Bahasa Inggris yaitu visual dan audio.

Kata Vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata

Deo adalah singkatan dari audio yang berarti Suara. Ada juga pendapat yang

mengatakan Video sebenarnya berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang

artinya melihat (mempunyai daya pengelihatan).

Video merupakan suatu media audio visual yang sifatnya linier dan biasanya

dimaksudkan untuk memberikan presentasi secara ekspositori. Menurut Heinich

(dalam Hamzah, 2013: 78) menjelaskan bahwa media video adalah semua format

media elektronik yang menggunakan gambar bergerak untuk menyampaikan

pesan. Format video yang sangat umum digunakan adalah video tape, DVD,

Video disk dan internet video. Sedangkan menurut Daryanto (2013: 34) media

video adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat

dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial.Program video dapat

dimanfaatkan dalam program pembelajaran karena dapat memberikan pengalaman

yang tidak terduga kepada siswa, selain itu program video dapat dikombinasikan
dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk membantu menyampaikan materi

yang bersifat dinamis. Menurut Rasyid dkk (2011: 88),video merupakan

serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu kesatuan

yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan- pesan didalamnya untuk ketercapaian

tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpangan pada media pita

atau disk.

Video pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis

dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam

pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga

program tersebut memungkinkan peserta didik mencermati materi pelajaran

secara lebih muda dan menarik. Secara fisik video pembelajaran merupakan

program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video dan disajikan dengan

menggunakan peralatan VCD player serta TV monitor. Kemampuan media ini

dianggap lebih baik dan lebih menarik sebab mengandung kedua unsur jenis

media yang pertama dan kedua.

Menurut Riyana (2007: 34) media video pembelajaran adalah media yang

menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang

berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu

pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan

pembelajaran tampak dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena

unsur dengar (audio) dan unsur visual/video (tampak) dapat disajikan serentak.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksudkan dengan

media video adalah media elektronik yang menggunakan gambar bergerak untuk

m enyampaikan pesan secara ekspositori. Program video dapat dimanfaatkan

dalam program pembelajaran karena kaya akan informasi dan lugas, tampilan

video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu

media video juga memiliki kelemahan tidak dapat menampilkan ukuran obyek

yang sesungguhnya. Video pembelajaran adalah suatu media yang digunakan

untuk menyajikan materi yang dapat dilihat dan didengar yang mengandung unsur

gambar dan suara.

2.1.4.2 Manfaat Video pembelajaran Anak Usia Dini

Menurut Fitria (2004: 44) manfaat media video pembelajaran untuk anak

usia dini dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan sebagai

media audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat

digunakan sebagai alat bantu mengajar pada bidang studi. Kemampuan video

untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk

melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas. Objek-

objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapt

dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya dibelahan bumi lain, dapat

dihadirkan melalu media video.

Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapat

mengandalkan video. Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan

membantu dengan pemanfaatan media video. Dengan kemampuaan menyajikan

gerakan lambat (slow motion), media video membantu pengajar untuk


menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang

dapat dilatihkan melalui media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja,

tetapi juga keterampilan interpersonal, seperti keterampilan dalam psikologi dan

hubungan masyarakat. Disamping itu, keterampilan manajerial juga dapat

dilatihkan melalu pemanfaatan media video. Pengajar dapat memilih program-

program video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian

menyaksikan bersama-sama diruang kelas, selanjutnya membahas serta

mendiskusikannya. Selain digunakan untuk melihat program-program yang telah

siap pakai, media video juga dapat dimanfaatkan untuk merekam aktivitas peserta

didik yang tengah berlatih menguasai keterampilan interpersonal, kemudian hasil

rekaman tersebut dibahas dan dianalisis oleh sesama rekan peserta didik dan

pengajar. Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual

dalam bentuk program documenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam

mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan

mendiskusikannya diruang kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksudkan dengan pemanfaatan

media video dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan hal yang

biasa. Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video

dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada bidang studi.

2.1.4.3 Unsur- unsur Video Pembelajaran

Menurut Silberman (2005: 1-3) Unsur-unsur yang terdapat dalam video

pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Suara
Bunyi atau audio dalam multimedia bunyi yang memainkan peranan penting

dalam teknologi multimedia saat ini. Terdapat berbagai cara yang digunakan

agar dalam suatu multimedia terdapat suara manusia. Antara lain dengan cara

merekam menggunakan microphone atau pengeras suara yang telah tersedia.

Format yang mendukung suara adalah mp3, voc, sound. Di dalam sebuah

tampilan slide multimedia pembelajaran bisa kita sisipkan berbagai macam

suara yang bisa menjadikan tampilan itu lebih menarik untuk diikuti.

2. Animasi

Animasi adalah salah satu elemen multimedia yang cukup menarik, karena

animasi membuat sesuatu seolah-olah bergerak. Animasi merupakan

rangkaian berupa gambar yang ditampilkan secara bergantian. Animasi tidak

hanya berguna untuk film saja, dalam dunia situs web, animasi digunakan

untuk memberikan sentuhan manis pada situs. Sedangkan dalam dunia

pendidikan, animasi dapat digunakan sebagai alat bantu penjelasan agar

orang-orang yang diajar bisa lebih memahami maksud atau konsep.

3. Grafik

Grafik boleh didefinisikan sebagai sebuah lukisan, percetakan, gambar atau

huruf dengan menggunakan berbagai media scara manual atau menggunakan

teknologi computer. Seni grafik berkomputer digunakan secara meluas dalam

industry berat, animasi dan perfilman.

4. Teks

Teks adalah sejenis data yang paling mudah dan memerlukan sedikit ruang

untuk mengingat. Teks boleh digunakan dalam berbagai sub bidang untuk
member penjelasan kepada suatu perkara dalam bentuk bacaan. Teks

berfungsi untuk memperkokoh media-media lain. Teks merupakan sarana

penyampaian informasi. Penggunaan teks dalam multimedia tergantung pada

karakteristik multimedia tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan Audio atau bunyi

merupakan peranan penting dalam teknologi multimedia saat ini.Sedangkan

Animasi ialah satu elemen multimedia yang cukup menarik, karena animasi

membuat sesuatu seolah-olah bergerak.Selain itu grafik merupakan sebagai

sebuah lukisan, percetakan, gambar atau huruf dengan menggunakan berbagai

media secara manual atau menggunakan teknologi computer.Sedangkan Teks

adalah sejenis data yang paling mudah dan memerlukan sedikit ruang untuk

mengingat.

2.1.4.4 Pemilihan Video Pembelajaran Anak Usia Dini

Pemilihan video pembelajaran untuk anak usia dini sebaiknya

mempertimbangkan kemampuan: (1) mengakomodasikan penyajian stimulus yang

tepat (visual audio), (2) mengakomodasikan respons siswa yang tepat (tertulis,

audio, dan kegiatan fisik), (3) pemilihan video utama dan sekunder untuk

penyajian informasi atau stimulus. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapainya,

diperlukan dukungan dari video pembelajaran. Namun dalam memilih video

pembelajaran, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memilih media


Video yang terbaik untuk mewujudkan tujuan pembelajaran bukan merupakan

pekerjaan yang mudah.

Dengan kriteria pemilihan video, guru diharapkan dapat lebih mudah

memilih video mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna

mempermudah tugas-tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

Kehadiran video pembelajaran jangan terlalu dipaksakan bila hal tersebut dapat

mempersulit tugas guru sebagai pengajar, tapi harus sebaliknya, yakni dapat

mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam penelitian

ini memilih video yang menampilkan huruf yang sudah diberi warna serta

dengan symbol/huruf yang melambangkannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa Pemilihan

video pembelajaran untuk anak usia dini sebaiknya mengakomodasikan stimulus

yang tepat dan respons siswa yang tepat. Agar kegiatan pembelajaran dapat

berjalan dengan efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan yang hendak

dicapainya.

2.1.4.5 Karakteristik Video Pembelajaran

Menurut Warsita (2013: 5) karakteristik-karakteristik video pembelajaran

adalah sebagai berikut. (1) Video mampu memperbesar objek yang kecil, terlalu

kecil bahkan tidak dapat dilihat secara kasat mata. Misalnya, mikro organis dalam

tubuh dapat dengan jelas terambil oleh kamera dan dapat dilihat video, (2)

dengan teknik editing objek yang dihasilkan dengan pengambilan gambar oleh

kamera dapat diperbanyak, (3) video juga mampu memanipulasi tampilan gambar,

sesekali objek perlu diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan
yang ingin disampaikan sebagai contoh objek-objek yang terjadi pada masa

lampau dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa sekarang, (4) video mampu

membuat objek menjadi still picture artinya gambar atau objek yang ditampilkan

dapat disimpan dalam durasi tertentu dalam keadaan diam, (5) daya tariknya yang

luar biasa video mampu mempertahankan perhatian siswa yang melihat video

tersebut. Hasil penelitian menunjukkan siswa bisa bertahan lebih lama hingga 1

sampai 2 jam untuk menyimak video dengan baik dibandingkan dengan

mendengarkan saja yang hanya mampu bertahan dalam waktu 25 sampai 30 menit

saja, (6) Video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling

baru, hangat (actual immediacy) atau terkini.

Menurut Belawati (2003: 70) karateristik dalam proses pembelajaran yang

dimaksud adalah sebagai berikut. (1) Video pembelajaran mampu menyajikan

gambar bergerak dan suara secara simultan sangat bermanfaat untuk pemahaman

materi yang diajarkan, (2) Video mampu memvisualisasikan materi efektif untuk

membantu seorang guru dalam menyampaikan materi yang bersifat dinamis, (3)

Video mampu menarik minat dan perhatian peserta didik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik video pembelajaran adalah video mampu memperbesar objek yang

kecil, terlalu kecil bahkan tidak dapat dilihat secara kasat mata dan Video

pembelajaran mampu menyajikan gambar bergerak dan suara serta daya tariknya

yang luar biasa dan video mampu mempertahankan perhatian siswa yang melihat

video tersebut sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh atau

bosan.
1.1.4.6 Kelebihan Video Pembelajaran

Menurut Arsyad (2006: 49) video pembelajaran memiliki kelebihan

diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Video dapat melengkapi pengalaman-

pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi,

berpraktik dan lain-lain, (2) video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat

yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu, (3) video

mendorong dan meningkatkan motivasi dan menanamkan sikap dan segi-segi

afektif lainya, (4) video yang mengandung nilai-nilai poisitif dapat mengundang

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik, (5) video dapat

menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar

gunung berapi atau perilaku binatang buas, (6) video dapat ditunjukkan kepada

kelompok besar atau kelompok kecil kelompok yang heterogen maupun

perorangan.

Menurut Winataputra (dalam Arindawati, 2004: 47-48) bahwa kelebihan

video pembelajaran diantara sebagai berikut. (1) Ukuran tampilan video sangat

fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, (2) video merupakan bahan

ajar non cetak yang kaya akan informasi, (3) mampu menambah suatu dimensi

baru terhadap pembelajaran, (4) video dapat melengkapi pengalaman pengalaman

dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi dan berpraktik, (5)

video dapat ditunjukan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok

yang heterogen, maupun perorangan.

Dari pendapat para ahli di atas, maka kelebihan dari video pembelajaran

dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka


membaca, berdiskusi, berpraktik dan video dapat menggambarkan suatu proses

secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu,

serta mendorong dan meningkatkan motivasi dan menanamkan sikap dan segi-

segi afektif lainya dan dapat ditunjukan kepada kelompok besar atau kelompok

kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan.

1.1.4.7 Kekurangan Video Pembelajaran

Menurut Zainudin (2012: 54), kekurangan video pembelajaran

diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Fine Details artinya media tayang tidak

dapat menampilkan obyek sampai yag sekeci-kecilnya dengan sempurna, ( 2) size

information artinya video tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran yang

sebenarnya, (3) third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video

umumnya bebentuk dua dimensi, (4) opposition artinya pengambilan yang kurang

tepat dapat menyebabkan timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan

gambar yang dilihatnya, (5) setting artinya jika kita tampilkan dengan dua orang

yang sedang bercakap-cakap diantara kerumunan banyak orang, akan sulit orang

menebak dimana kejadian tersebut berlangsung, (6) material pendukung video

membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan gambar yang ada

didalamnya, (7) budget artinya biaya untuk program video membutuhkan biaya

yang tidak sedikit.

Menurut Arsyad (dalamSukiman, 2017: 189) media video memiliki

kekurangan diantaranya adalah sebagai berikut. (1) Pengadaan video umunya

memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak, (2) pada saat video

dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua peserta didik


mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui video tersebut, (3)

video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dan belajar

yang diinginkan, kecuali video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk

kebutuhan sendiri.

Dari pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan kekurangan video

pembelajaran adalah video tidak dapat menampilkan obyek sampai yag sekeci-

kecilnya dengan sempurna dan tidak dapat menampilkan obyek dengan ukuran

yang sebenarnya dan harus membutuhkan alat proyeksi untuk dapat menampilkan

gambar yang ada didalamnya disisi lain juga video membutuhkan biaya yang

tidak sedikit.

1.1.5 Perkembangan Sosial Emosional AUD

2.1.5.1 Pengertian Perkembangan Sosial Emosional AUD

Perkembangan sosial emosional adalah kemampuan anak untuk

memahami perasaan orang lain, mengatur perasaan dan perilaku, bergaul dengan

baik, membangun hubungan dengan orang dewasa. Aspek perkembangan sosial

emosional pada anak merupakan bagian integral dari perkembangan lainnya.

Anak usia prasekolah mengalami perubahan dari sikap tergantung pada keluarga

menjadi lebih mandiri. Ketrampilan sosial emosional membantu anak

mengembangkan kemampuan bekerjasama, mengikuti arahan, menunjukkan

pengendalian diri dan memusatkan perhatian.

Perkembangan sosial emosional menurut American Academy of Pediatrics

(2012) dalam Nurmalitasari (2015) adalah kemapuan anak untuk memiliki

pengetahun dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik


emosi positif, maupun negatif, mampun berinteraksi dengan anak lainnya atau

orang dewasa di sekitarnya, serta aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungan.

Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar menyesuaikan diri untuk

memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di

lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya dalam kehidupan sehari-

hari. Proses pembelajaran sosial emosional dilakukan dengan mendengar,

mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.

Menurut Martinko pada tahap perkembangan ini mereka juga telah

mampu memaknai suatu kejadian sebagai struktur dan proses sosial emosional

seperti konsep diri, standar dan tujuan pembentukan nilai. Hal tersebut ditandai

dengan adanya rencana sebagai bagian dari tindakan dalam situasi sosial tertentu.

Proses perkembangan sosial akan menjadi suatu tindakan sosial, manakala ada

terjadinya proses perhatian, proses ingatan proses reproduksi gerak, proses

pembantukan dan pengamatan motivasi dan inisiatif pada diri anak itu sendiri.

Menurut Dodge, Colker, dan Heroman (2002) dalam Hildayani (2009:

10.3), pada masa kanak-kanak awal perkembangan sosial emosional hanya seputar

proses sosialisasi. Dimana anak belajar mengenai nilai-nilai dan perilaku yang

diterimanya dari masyarakat. Pada masa ini, terdapat tiga tujuan perkembangan

sosial emosional. Pertama, mencapai pemahaman diri (sense of self) dan

berhubungan dengan orang lain. Kedua, bertanggungjawab atas diri sendiri yang

meliputi kemampuan mengikuti aturan dan rutinitas, menghargai oranglain, dan

mengambil inisiatif. Ketiga, menampilkan perilaku sosial seperti empati, berbagi,

dan mengantri dengan tertib.


Berdasarkan pengertian para ahli diatas tentang aspek sosial Emosional

dapat di Simpulkan bahwa aspek sosial Emosional anak usia dini adalah salah

satu aspek yang dimiliki oleh anak usia dini dimana dalam kehidupan sehari- hari

mereka mengespresikan sikap sosial emosional baik dari segi berkomunikasi

dengan teman sebaya maupun dengan guru disekolah. perasaan-perasaannya yang

sesuai dengan kemampuan mengidentifikasikan dan mengungkapkan Sosial

emosional anak usia dini merupakan suatu proses belajar anak bagaimana

berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan aturan sosial yang ada dan anak

lebih mampu untuk mengendalikan perasaan tersebut. Sosial emosional anak

berlangsung secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.

2.1.5.2 Karakteristik perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan karakteristik sosial emosional dibagi menjadi dua

karaktrstik perkembangan yaitu:

1. Karakteristik Perkembangan emosi

Menurut Masnipal (2013:117), ada beberapa ciri utama reaksi emosi

sosial anak Usia Dini yaitu : (1) anak lebih sering terjadi perselisihan dengan

teman sebaya,menunjukan sikap suka tidak suka (walaupun rentang benci

pendek),suka merajuk(nenangis dan bersembunyi sendiri bila dimarahi), sedih

bila barang kesayangannya hilang atau mati (2) kegiatan berteman lebih

intens,bermian bersama di rumah atau diluar,hubungan anggota keluaraga

seperti kakak adik,lebih sering terjadi bentrokan,karena anak berusaha

menunjukan kekuatanya dihadapan anggota keluarga.( 3) perilaku yang

mencolok adalah perilaku marah dan tidak senang dengan menyembunyikan


diri sambil menangis.( 4).interaksi anak dengan teman sebaya sangat intes,

sudah jarang bertengkar atau bisa bekerja sama lebih lama, respon positif

dari orang dewasa membuat anak dekat. sedangkan menurut Hurlock(1978)

perkembangan emosi ini terlihat mencolok pada anak usia 2,5 tahun-3,5

tahun,dan 5-6 tahun perkembangan emosi di pengaruhi olehh kematangan

dan belajar.adapun karakteristik reaksi emosi sosial anak adalah sebagai

berikut: (1) Reaksi emosi anak sangat kuat dalam hal kekuatan,makin

bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah matangnya emosi anak

maka anak akan semakin terampil dalam memiliki kadar keterlibatan

Emosionalnya. (2) Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa

dengan cara yang diinginkanya. Semakin emosi anak berkembang menuju

kematananya,mereka akan belajar mengontrol dirinya dan memperlihatkan

reaksi emosi dengan cara dapat di terima di lingkungan. (3) reaksi emosi

anak berubah dari satu kondisi ke kondisi lain.(4) reaksi emosi bersifat

induvidual (5) keadaan emosi anak dapat di kenali melalui gejala tingkah laku

yang ditampilkan. ( 6) emosi dapat di ketahui melalui gejala perilaku dimana

anak mungkin tidak tidak memperlihatkan reaksi emosionalnya secara

langsung tetapi mereka mereka dapat melihat secara langsung melalui

kegelisaan,melamun,menangis, kesukaran berbicara,dan tingkalaku yang

gugup,seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

Dari kedua uraian diatas dapat di simpulkan bahawa ciri utama

reaksi sosial emosi pada anak adalah saling berkaitan diantara

keduanya.emosi sangat di pengaruhi oleh sosial atau lingkungan anak,dan


proses sosial anak pun bisa di pengaruhi oleh emosi yang semakin

berkembang.semakin anak tumbuh maka semakin berkembang tingkat

emosi sosial anak.terdapat pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak

anatara lain Amarah,Takut,cemburu ingin tahu,irihati,gembira,sedih, dan

kasih sayang.

1. Karakteristik perkembangan sosial

1) Periode Bay yaitu usia 1-2 bulan, anak belum mampu untuk memebereskan

objek dan benda,usia 3-4 bulan,mata sudah kuat melihat orang atau objek,

terseyum kepada orang lain, usia 5-6 bulan,bereksi berbeda terhadap suara,

terkadang agresif,memegang,melihat,mengikuti suara dan tingkalaku yang

sederhana, usia 12 bulan,mengenal larangan,usia 24 bulan,anak sudah

membantu melakukan aktifitas sederhana.

2) Periode Prasekolah yaitu: membuat kontak sosial dengan orang di luar

Rumahnya, dapat bermain bersama,mulai menunjukan tingkalaku sosial

seperti: agresi, berselisih, menggoda, persaingan, kerja sama,

mementingkan diri sendiri, simpati empati, dukungan sosial, dan saling

membagi. Dari berbagai pendapat di atas tingkalaku sosial pada anak usia

dini berbeda-beda menurut tingkatan usia anak. Semakin tumbuh anak,

semakin berkembang tingkahlaku sosial anak. Tingkalaku sosial anak

sangat berpengaruh dalam proses interaksi dan sosialisasi anak dengan

lawan sosial seperti teman sebaya maupun orang dewasa.


2.1.5.3 Faktor yang mempengaruhi perkembangan Sosial Emosiona

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan Sosial Emosional,

namun sedikitnya faktor yang mempengruhi perkembangan Sosial Emosional

dijelaskan sebagai berikut: Rini Hildayati dkk (2007: 118) dalam bukunya

mengatakan bahwa:

1) Faktor Heredritas atau faktor keturunan.

Hereditas berhubungan dengan hal-hal yang diturunkan dari orangtua

kepada anak cucunya yang pemberian biologisnya sejak lahir. Islam bahkan telah

mengindikasikan pentingnya faktor hereditas dalam perkembangan anak sejak 14

abad yang lalu. Faktor hereditas ini merupakan salah satu faktor penting yang

memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak usia dini, termasuk

perkembangan sosial dan emosi mereka. Menurut hasil riset, faktor hereditas

tersebut mempengaruhi kemampuan intelektual yang salah satunya dapat

menentukan perkembangan sosial dan emosi seorang anak.

2) Faktor lingkungan

Menurut Novan Ardy Wiyani dan Barnawi (2012: 35) faktor lingkungan

diartikan sebagai kekuatan yang kompleks dari dunia fisik dan sosial yang

memiliki pengaruh terhadap susunan biologis serta pengalaman psikologis,

termasuk pengalaman sosial dan emosi anak sejak sebelum ada dan sesudah ia

lahir. Faktor lingkungan meliputi semua pengaruh lingkungan, termasuk di

dalamnya termasuk di dalamnya pengaruh keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3) Faktor umum
Faktor umum di sini maksudnya merupakan unsur-unsur yang dapat

digolongkan ke dalam kedua faktor di atas (faktor hereditas dan lingkungan).

Mudahnya, faktor umum merupakan campuran dari faktor hereditas dan faktor

lingkungan. Faktor umum yang dapat memepengaruhi perkembangan anak usia

dini yakni jenis kelamin, kelenjar gondok, dan kesehatan. Ketiga faktor di atas

dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan emosi anak usia dini dengan

dominasi yang berbeda-beda.

4) Problematika Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini

Manusia merupakan makhluk monodualis, yaitu mahkluk individu

sekaligus sebagai makhluk sosial. Salah satu implikasi dari posisinya sebagai

makhluk monodualis adalah untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan untuk

menyelesaikan berbagai tugas kesehariannya manusia memerlukan bantuan orang

lain. Kemampuan seorang individu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

ataupun menyelesaikan tugas-tugas kesehariannya biasanya ditentukan oleh

kemampuannya dalam bersosialisasi. Ketidakmampuan seorang individu dalam

bersosialisasi dipengaruhi oleh perkembangan aspek sosialnya yang terhambat.

Salah satu dampak dari ketidakmampuan anak usia dini dalam bersosialisasi

adalah anak usia dini dapat mengalami gangguan perilaku antisosial.

Berkaitan dengan problematika sosial anak usia dini, Setidaknya ada tiga

macam perilaku antisosial yang sering sekali ditemukan, antara lain:

a) Ketidakpatuhan
Hasan Alwi, dkk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002:837)

kata patuh diartikan sebagai taat, suka menurut, dan berdisiplin.Sedangkan

ketidakpatuhan diartikan sebagai sikap tidak taat dan tidak menurut pada

orang lain, dalam hal ini pada orangtua atau pendidik PAUD.

Ada tiga (3) bentuk ketidakpatuhan pada anak usia dini yang harus

diketahui oleh orangtua dan pendidik PAUD yaitu antara lain: 1) The

Passive Resistant Type (Tipe Penentang Pasif). Pada ketidakpatuhan jenis

ini anak menjadi diam atau menghindari perintah dengan cara yang pasif,

anak mengikuti perintah, tetapi dengan setengah hati. 2) The Openly Defiant

Type (Tipe Penentang Terang-Terangan. Pada ketidakpatuhan jenis ini anak

secara langsung menolak perintah verbal 3) The Spiteful Type of

Noncompliance (Tipe Penentang dengan Menunjukkan Keburukan). Pada

ketidakpatuhan jenis ini anak melakukan hal yang sebaliknya dari yang

diperintahkan

b) Temper Tantrum

I. Markus Willy dkk dalam Kamus Inggris Indonesia (2005: 682)

kata temper berasal dari bahasa yang berarti tendensy to be angry atau

mudah marah, sedangkan tantrum berarti marah. Jadi secara istilah temper

tentrum berarti perilaku mudah marah dengan kadar arah yang berlebihan.

Anak dengan temper tantrum memiliki kelemahan dalam mengendalikan

emosinya, alhasil ia meluapkannya dalam bentuk kemarahan secara

berlebihan.
Ada 3 jens temper tantrum pada anak, yaitu: 1) Manipulative

Tantrum terjadi jika seseorang anak tidak memperoleh apa yang ia inginkan,

2) Verbal Frustation Tantrum. Tantrum jenis ini terjadi jika anak tahu apa

yang ia inginkan, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyampaikan

keinginannya dengan jenis kepada orang lain, 3) Temperamental tentrum

dapat terjadi jika tingkat frustasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi

dan anak menjadi sangat tidak terkontrol.

c) Perilaku Agresif

Agresif artinya bersifat atau nernafsu menyerang, cenderung ingin

menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang

mengecewakan, menghalangi, atau menghambat. Pada dasarnya perilaku

agresif adalah suatu perbuatan , baik disengaja maupun tidak disengaja yang

ditunjukan untuk menyerang pihak lain, baik secara fisik maupun secara

verbal. Menurut Aliah B. Purwakania Hasan (2006: 268), Perilaku agresif

muncul pada anak Dini usia dua tahun. Anak-anak yang berusia dua tahun

menunjukkan perilaku agresif dengan memukul dan menendang. Ketika ia

berumur tiga hingga enam tahun, selain memukul dan menendang ia akan

menampakkan perilaku agresif yang bersifat verbal dan memfokuskan

perilaku agresifnya pada kebendaan, misal pada mainan atau benda lainnya.

Dengan demikian perbuatan merusak, mencuri, dan merebut benda anak lain

termasuk bentuk dari perilaku agresif. Saat melakukan perilaku negatifnya,

anak yang agresif tidak cepat merasa bersalah dan menyadari akan

perilakunya serta sulit untuk meminta maaf.


Beberapa penjelasan di atas, berkaitan dengan problematika perkembanga

sosial anak usia dini. Namun seorang anak tidak hanya memiliki probleamtika

tersebut. disisi lain, problematika perkembangan emosi anak usia dini juga

dialami oleh seorang anak. Perlu kita ketahui bahwa semua orangtua maupun

pendidik PAUD senantiasa berupaya memberikan berbagai stimulus agar

pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak, termasuk perkembangan

emosinya dapat berlangsung optimal. Hal itu dapat disebabkan kekurang tepatan

orangtua ataupun pendidik PAUD dalam mengasuh dan mendidik anak usia dini.

Akibatnya anak usia dini mengalami problematika perkembangan emosi

sebagai berikut:

1) Penakut

Menurut Abdul Rahman Saleh (2009: 174), takut adalah emosi atau

perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan

dapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu.

2) Rasa Marah

Pada umumnya, kemarahan disebabkan oleh berbagai rintangan,

misalnya rintangan terhadap gerak yang diinginkan anak baik rintangan itu

berasal dari orang lain atau berasal dari ketidakmampuannya sendiri,

rintangan tehadap aktivitas yang sudah berjalan dan sejumlah kejengkelan

yang menumpuk.

1) Pencemas

Pencemas berasal dari kata cemas yang berarti tidak tentram hati,

khawatir, dan gelisah. Sementara pencemas adalah orang yang mudah


cemas. Ada 3 faktor yang menyebabkan anak usia dini menjadi pencemas

yaitu perasaan tidak aman yang dialami anak usia dini, perasaan bersalah

yang dialami anak usia dini dan rasa kecewa yang berlebihan akibat

kegagalan berulang yang dilakukan oleh anak usia dini.

4) Rendah diri

Rendah diri dapat diartikan sebagai suatu perasaan yang menjadikan

anak usia dini merasa kurang mampu (kompeten) jika dibandingkan

dengan anak yang lainnya.

5) Pemalu

Pemalu berasal dari kata malu, yang berarti merasa tidak enak hati

(hina, rendah, dan sebagainya), karena berbuat sesuatu yang kurang baik

(kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, dan mempunyai cacat atau

kekuragan), segan melakukan sesuatu karena agak takut; dan kurang

senang (rendah, hina dan sebagainya).Beberapa hal yang dapat menjadi

penyebab anak usia dini menjadi anak yang pemalu, antara lain: anak usia

dini sering mendapat hinaan dan celaan dari orang lain, anak usia dini

dijuluki dengan julukan-julukan yang berstigma negatif, sikap pilih kasih

orangtua atau pendidik PAUD, memiliki cacat jasmani, faktor ekonomi .

6) Duka cita atau kesedihan

Bagi anak-anak, duka cita bukan merupakan keadaan yang umum.

Hal ini dikarenakan tiga alasan yaitu: 1) para orangtua, guru, dan orang

dewasa lainnya berusaha mengamankan anak tersebut dari berbagai duka

cita yang menyakitkan. Karena hal itu dapat merusak kebahagiaan masa
kanak-kanak dan dapat menjadi dasar bagi masa dewasa yang tidak

bahagia. 2) anak-anak terutama apabila mereka masih kecil, mempunyai

ingatan yang tidak bertahan terlalu lama, sehingga mereka dapat dibantu

melupakan duka cita tersebut, bila ia dialihkan kepada sesuatu yang

menyenangkan. 3) tersedianya pengganti untuk sesuatu yang telah hilang,

mungkin berupa mainan yang disukai, ayah atau ibu yang dicintai,

sehingga dapat memalingkan mereka dari kesedihan kepada kebahagiaan.

Namun, seiring dengan meningkatnya usia anak, kesedihaan anak semakin

bertambah dan untuk mengalihkan kesedihan dari anak-anak tidak efektif

lagi.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun kajian hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara

lain sebagai berikut.

1) Nurmala Hayati, pengembangan media video pembelajan anak di TK

Seulanga, artikel publikasi program Magister Teknologi Pembelajaran,

FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Maret 2014. Penelitian ini

dilakukan dengan melibatkan siswa-siswi yang ada di PAUD Seulanga

dan data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis. Pembuatan produk

masal dilakukan apabila apabila produk yang berupa VCD pembelajaran

kosa kata anak usia dini dinyatakan telah valid melalui uji validasi.

Instrumen penelitian utama adalah penelitian sendiri, segala sesuatu

masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang


serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan hanya

penelitian itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat dicapainya.

2) Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti Zaujah Damayanti dan Wayan

Setiadarma dari Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2014 dengan

judul “Pengembangan Media Video Teknik Mewarnai dalam

Pembelajaran Gambar Bentuk Siswa Kelas X”. Penelitian yang

digunakan adalah penelitian dan pengembangan dalam bidang

pendidikan. Hasil dari penelitian tersebut bahwa persentase ketuntasan

siswa tanpa menggunakan media video di kelas X MIA 3 sebanyak 30

%. Setelah menggunakan media video menjadi 70%. Persentase

ketuntasan siswa di kelas X MIA 2 sebelum menggunakan video sebesar

24% (kriteria kurang), dan setelah menggunakan video sebesar 45% dan

masuk pada kriteria cukup. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Zaujah Damayanti peneliti melakukan pengembangan buku panduan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menggambar dan

mewarnai.

3) Penelitian lain yang dilakukan Liasari, Pramesti dari Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tahun 2017 dengan judul

“pengembangan media video interaktif berbasis pembelajaran IPS kelas

V SDN Wonoplembon 1 Semarang”. Penelitian yang digunakan adalah

penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa uji kelayakan yang dilakukan oleh tim ahli pada

tahap 1 mendapat persentase rata-rata sebesar 100% dan pada tahap 2


sebesar 91,67% dengan kriteria sangat layak. Hasil penilaian kelayakan

penyajian media sebesar 95%, kelayakan isi sebesar 95%, dan

komponen kebahasaan sebesar 85%.

4) Penelitian lain yang dilakukan oleh Utami, Siti Fatmawati, dari Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada tahun 2013 dengan

judul “pengembangan video untuk menunjang pembelajaran membaca

indah tembang dalaman pada siswa kelas II SD”. Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research &

Development). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian prototipe

dari ahli media sebesar 82,95% termasuk ke dalam kriteria baik dan dari

ahli materi sebesar 75% menunjukkan kriteria cukup.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi di PAUD Terpadu Citra Baklti

pada anak kelompok B ditemukan hal-hal sebagai berikut. (1). Mengenal identitas

diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah dan masyarakat, mengetahui

dirinya merupakan bagian dari warga negara Indonesia,pada PAUD Terpadu Citra

Bakti ada 10 orang anak ternyata ditemukan hanya 6 orang anak yang mampu

mengenal anggota keluarga, sedangkan 4 orang anak belum mampu mengenal

lingkungan keluarganya.(2) Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan

sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima sosial, di PAUD Terpadu

Citra Bakti ada 7 anak yang sudah mampu membedakan lingkungan keluarga

dengan lingkungan sekitarnya anak mampu mngenali emosi, mampu

mengendalikan keinginannya sebagai sikap menghargai keinginan orang lain dan


mampu berinteraksi dengan teman sebaya, Sedangklan 3 orang anak belum

mampu membedakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar serta mengenali

atau berinteraksi dengan teman sebayanya.

Merujuk pada permasalah tersebut di atas, maka perlu adanya pengembang

video pembelajaran lingkungan khususnya pada sub tema lingkungan keluarga,

karena dengan adanya video pembelajaran mengenal lingkungan keluarga dapat

memperkaya kehidupan sosial dan emosional anak. Alur kerangka berpikir dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar bagan berikut ini.


Alur kerangka berpikir di atas, dapat dilihat pada gambar 2.1

KONDISI IDEAL KONDISI REAL


1) Menunjukkan sikap mandiri dalam 1) Anak belum mampu menunjukkan
memilih kegiatan sikap mandiri dalam
2) Mengendalikan perasaan memilih kegiatan
3) Menunjukkan rasa percaya diri 2) Anak belum mampu mengendalikan
4) Memahami peraturan dan disiplin. perasaan
5) Memiliki sikap gigih (tidak mudah 3) Anak belum mampu menunjukkan
menyerah) rasa percaya diri
6) Bangga terhadap hasil karya sendiri 4) Anak belum mampu memahami
peraturan dan disiplin.
5) Memiliki sikap gigih (tidak mudah
menyerah)
6) Bangga terhadap hasil karya sendiri

MASALAH
1. Anak belum mengenal identitas diri, mengetahui kebiasaan di
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Anak belum mampu memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara yang fleksibel dan diterima
sosial

SOLUSI
Pengembangan Video Pembelajaran Lingkungan Sub Tema Lingkungan
Keluarga untuk Kemampuan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini di PAUD
Terpadu Citra Bakti

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian Dan Model Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Desain dan Pengembangan

(Design and devolopment research). Menurut Rechay James dan Klen (2007)

Design devolopment research merupakan the sistematyc study of design,

development, dan evaluation processes with the aim of establishing an empirical

basis for the creation of instructional and non instructiona product and tools and

new or enhanced models that govern their development. yang artinya jenis

penelitian ini digunakan untuk mempelajari suatu proses desain, pengembangan

dan evaluasi dengan tujuan membentuk sebuah dasar empiris untuk menciptakan

produk dan alat baik untuk kegiatan pembelajaran maupun non pembelajaran dan

menciptakan atau meningkatakan model yang mengatur perkembangannya.

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan model

pengembangan ADDIE.Menurut Rohman & Amri,(2013: 210-211) menyatakan

bahwa prosedur yang dilakukan model ADDIE ada lima tahap yaitu : analize

(analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation (uji

coba) dan evaluation ( evaluasi). Penelitian pengembangan lebih diarahkan pada

upaya untuk menghasilkan produk tertentu kemudian diuji keefektifannya

sehingga siap digunakan secara nyata di lapangan. Produk yang dihasilkan pada

penelitian ini adalah media permainan bola warna. Secara visual tahapan ADDIE

model dalam dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Desain model ADDIE dapat dilihat pada gambar berikut.
ANALYZE

IMPLEMENTATION EVALUATION DESIGN

DEVELOPMENT

Gambar 3.1 Tahapan Model ADDIE


Sumber: Rohman & Amri(2013:210-211)

3.2 Prosedur Pengembangan

Pengembangan produk yang dilakukan sesuai dengan model pengembangan

yang dipilih. Ada beberapa prosedur pengembangan melalui beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Analisis

Pada tahap ini, peneliti menganalisis masalah pengembangan video

pembelajaran agar dapat menganalisis kelayakan serta syrat syrat

pengembangan. Ada tiga tahap analisis yaitu:

1) Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dapat dilakukan dengan mengkaji kurikulum 2013

PAUD yang dibuat oleh Permendikbud No.146 Tahun 2014. Dengan kajian

khusus pada perkembangan aspek sosial emosional anak usia dini yang

memuat dalam standar Nasional permendikbudristek No.7 Tahun 2022 yang

memuat tentang STTPA. Peneliti melakukan penyesuaian isi materi yang

akan dimuat dalam media video pembelajaran bertujuan untuk

meningkatkan semangat anak dalam perkembangan sosial emosionalnya.


2) Analisis kebutuhan siswa

Tahap ini peneliti mengkaji secara detail kondisi anak. Setelah itu hasil

analisis tersebut digunakan sebagai acuan bagi peneliti dalam menyusun

serta mengembangkan media video pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan kemampuan sosial emosional anak.

3) Analisis kompetensi

Analisis ini meliputi analisis terhadap Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD) apa yang dimuat dan yang utuh dengan alat alat

pendukung pada media video pembelajaran dalam pembelajaran serta

membuat membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

2. Tahap Desain

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print). Pada

tahap desain dibagi kedalam tiga tahap antara lain sebagai berikut.

1) Perancangan desain produk

Peneliti mulai membuat konsep media yang disesuaikan dengan materi dan

kompentesi yang akan digunakan.

2) Penyusunan aturan cara penggunaan

Pada tahap ini dijelaskan bahwa media pembelajaran yang akan dibuat

adalah media pembelajaran untuk aspek sosial emosional anak.

3) Menyusun instrumen penilaian produk

Peneliti membuat instrumen yang ditujukan untuk penilaian pada media

pembelajaran ini, yang akan diberikan pada ahli materi, ahli media, ahli

desain pembelajaran dan anak usia dini di PAUD Terpadu Citra Bakti.
Dalam tahap desain ini peneliti merumuskan tujuan pembelajaran,

kemudian peneliti menentukan strategi dan metode yang akan dicapai agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3.2.3 Tahap Pengembangan

Pada tahap ini akan dikembangkan media videopembelajaran lingkungan,

yang didasarkan pada hasil validasi ahli media, ahli materi dan ahli pembelajaran.

Langkah-langkah pengembangan akan dilakukan sebagai berikut.

1. Pembuatan produk

Berdasarkan desain produk yang telah dirancang, kemudian dilakukan

pembuatan produk. Semua komponen yang telah dipersiapkan pada tahap

desain dirangkai menjadi satu kesatuan produk yang utuh dengan alat-alat

pendukung pada media video pembelajaran lingkungan. Pada tahap ini produk

awal divalidasi oleh ahli materi (dosen), hasil validasi berupa komentar, saran

dan masukan yang dijadikan sebagai dasar untuk melakukan revisi I terhadap

produk yang dikembangkan.

2. Validasi ahli

Pada tahap ini produk awal divalidasi oleh ahli materi dan ahli media, hasil

validasi berupa komentar, saran dan masukan yang dijadikan sebagai dasar

untuk melakukan revisi I terhadap produk yang dikembangkan.

3. Revisi 1

Pada tahap ini produk direvisi berdasarkan komentar, saran dan masukan

dari ahli materi dan ahli media.


Dalam tahapan pengembangan ini, peneliti mengembangkan rancangan media

menjadi suatu benda nyata yaitu media video pembelajaranTema lingkungan sub

tema lingkungan keluargaku Untuk Meningkatkan Kemampuan sosial emosional

Pada Anak Dini di PAUD Terpadu Citra Bakti. Setelah itu Media video

pembelajaran tersebut akan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Hasil

validasi berupa komentar, saran dan masukkan sebagai dasar untuk melakukan

revisi terhadap media video pembelajaran yang dikembangkan.

3.2.4 Tahap Implementasi

Implementasi atau langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran.

Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah

keempat dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah ini memang

mempunyai makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau

instruktur kepada anak.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi meliputi sebagai berikut.

1. Uji coba perorangan dan kelompok kecil

Peneliti melakukan uji coba terhadap media yang telah diproduksi

berdasarkan naskah yang telah dikembangkan dan divalidasi ahli. Uji coba

terbatas dilakukan uji perorangan dan uji coba kelompok kecil dengan subjek 5

anak untuk kelompok kecil dan 1 anak untuk uji perorangan di PAUD Terpadu

Citra Bakti.

2. Revisi II

Setelah uji coba perorangan dan kelompok kecil maka dilakukan revisi

kembali jika diperlukan revisi berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil.
3. Produk

Dari hasil uji coba maka dapatlah produk akhir berupa media video

pembelajaran. Pada tahapan ini peneliti melakukan uji coba melalui uji coba

perorangan dan uji coba kelompok kecil yang berjumlah 5 orang, dan dari hasil

uji coba akan dilakukan revisi jika diperlukan. Kemudian menghasilkan produk

berupa media video pembelajaranTema Lingkungan Sub Tema Keluargaku

Untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini di

PAUD Terpadu Citra Bakti.

3.2.5 Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang

sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya

tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi

pada setiap empat tahap itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk

kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan

salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input

terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin

perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi

kelompok kecil.
Tahap Analisis

Analisis Analisis Analisis


Kurikulum Kebutuhan Kompetensi
Siswa

Tahap Desain

Perancangan Penyusunan Analisis


Desain Produk Aturan Cara Kurikulum
Penggunaan

Tahap Pengembangan

Pembuatan Validasi
Produk Ahli Revisi I

Tahap Implementasi

Uji Coba
Perorangan dan Revisi II Produk
Kelompok Kecil

Tahap Evaluasi

Gambar 3.2 Bagan Model Pengembangan


Sumber. Rohman dan Amri (2013: 2010-2011)
3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat

digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektitifan, efisiensi, dan

daya tarik dari produk yang dihasilkan.

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba merupakan hal yang penting dalam tahap uji coba. Pada tahap

uji coba, produk akan dievaluasi melalui beberapa tahap agar menghasilkan

produk yang benar-benar layak untuk pembelajaran anak usia dini. Tahap dalam

mengevaluasi perangkat pembelajaran coding sebagai berikut.

1. Validasi ahli materi atau ahli media.

2. Revisi I sesuai masukan ahli materi atau ahli media.

3. Uji coba perorangandan kelompok kecil dengan 5 anak.

4. Revisi II sesuai hasil uji coba perorangan dan kelompok kecil.

3.3.2 Subjek Uji Coba

Pada penelitian ini pengembangan yang dilakukan dua tahap yaitu uji coba

perorangan dan kelompok kecil. Subjek uji coba yang terlibat adalah satu orang

ahli media, satu orang ahli materi dan ahli desain satu orang dan anak diPAUD

Terpadu Citra Bakti.

3.3.3 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kualitatif dan kuantitatif,

yaitu sebagai berikut.


1. Data kualitatif yaitu data tentang pengembangan perangkat pembelajaran

coding pada anak usia dini yang berupa kritik dan saran dari ahli media atau

ahli materi.

2. Data kuantitatif merupakan data pokok dalam penelitian yang berupa data

penilaian tentang media video pembelajaran pada anak usia dini dari ahli

materi, ahli media dan anak usai dini di PAUD Terpadu Citra Bakti.

3. Dalam Kursioner.

Data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dipaparkan

seperti tabel berikut.

Tabel 3.1 Jenis Data dan Instrumen


No Banyak data Instrumen Jenis data Ket
1 3 Angket FORM Kuantitatif
Ahli isi A1
Ahli media A2
Ahli desain A3
2 2 Perorangan 1 orang C Kuantitatif
Kel. kecil 5 orang D

3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data


3.4.1 Metode Pengempulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Tindakan kelas

ini meliputi: angket, obsevasi, wawancara atau diskusi dan dokumentasi.

1. Angket

Yaitu alat yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data berupa daftar

pertanyaan yang di sampaikan kepada anak untuk dijawab secara tertulis.

Angket ini digunakan untuk mengetahui respon anak mengenai pengembangan

media pembelajaran serta untuk mengetahui kelayakan sebagai dasar untuk

mengevaluasi produk. Instrument penelitian dapat menggunakan skala


pemberian skor yakni: 1) sangat tidak setuju, 2) tidak setuju, 3) cukup, 4)

setuju, 5) sangat setuju.

2. Observasi

Metode observasi ini di gunakan untuk mengamati perilaku anak dalam

mengikuti suatu proses pembelajaran di kelas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal hal atau variable

yang berupa lembar kerja anak, silabus, foto, lembar penilaian. Dokumentasi

juga merupakan pesan, fakta, dan yang tersimpan pada bahan yang berbentuk

gambar gambar yang mendukung penelitian. Dokumentasi dilakukan karena

hasilnya dapat di jadikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan.

Pedoman dokumentasi yang digunakan antara lain:

1) Keadaan peserta didik

2) Dokumentasi kegiatan yang di laksanakan di PAUD Terpadu Citra Bakti.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument penelitian ini adalah pedoman hasil angket, observasi, dan

dokumentasi mengenai media video pembelajaran yang dikembangkan dan

terlebih dahulu diuji validasinya. Dalam penyusunan instrument , instrument di

susun dan disesuaikan dengan produk yang dikembangkan dan evaluasi produk

yang dilakukan tepat sasaran. Instrument dikembangkan sendiri terdiri dari

beberapa instrument yang di sesuaikan dengan tujuan masing masing. Berikut

instrument yang di kembangkan: (1) instrument ahli materi, (2) instrument ahli

media, (3) instrument ahli desain, (4) uji perorangan, (5) uji coba kelompok kecil.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut.

1. Instrumen untuk ahli materi

Tabel 3.2 Instrumen Ahli Materi Video Pembelajaran Lingkungan


N DESKRIPSI 1 2 3 4 5
O
1 Kesesuaian materi dengan KI, KD, Tujuan dan
Indikator
2 Kelogisan susunan materi
3 Kesesuaian materi dengan peserta didik
4 Kecukupan materi terhadap pencapaian tujuan
5 Kebenaran materi dari sisi fakta, konsep, prinsip dan
prosedur
6 Kemudahan mencerna materi
7 Tingkak keterbacaan terhadap materi?
8 Kebiasan materi yang dikembangkan
9 Kesistematisan sub materi yang ditampilkan
10 Ketersediaan Daftar istilah
11 Ketersediaan daftar Pustaka
12 Kemudahan dalam memutakhirkan materi
13 Ketersedian latihan terhadap materi
14 Ketersediaan repetisi/rangkuman terhadap materi
15 Ketersediaan contoh dan non contoh
Skor item 0 0 0 0 0
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019).
2. Instrumen Ahli Media Video Pembelajaran
Tabel 3.3 Instrumen Ahli Media Video Pembelajaran Lingkungan
N DESKRIPSI 1 2 3 4 5
O
1 Ketersediaan Naskah atau skrip
2 Kelogisan plot cerita
3 Orisinalitas Ide
4 Keakuratan komposisi dan ukuran shot
5 Ketepatan penggunaan efect (transisi)
6 Ketepatan pencahayaan
7 Ketepan pemilihan pemain dengan peran karakter
8 Ketepatan teknik bloking dan penggunaan latar serta
seting
9 Kejelasan dan kualitas suara termasuk suara efec
(SFX)
10 Kualitas resolusi dan ketepatan format
11 Ketepatan penggunan ritme, mimik dan tempo
12 Ketepatan penggunaan teks dan gambar
13 originalitas dan Kreatifitas secara umum
14 Muatan interaktifitas kepada audien
15 Kualitas editing secara keseluruhan
Skor item 0 0 0 0 0
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019).

3. Instrumen Ahli Desain Media Video Pembelajaran


Tabel 3.4 Instrumen Ahli Desain Video Pembelajaran Lingkungan
N DESKRIPSI 1 2 3 4 5
O
1 Kelengkapan Desain Instruksional
(RPP, RPPH)
2 Ketepatan memilih KD terkait media
yang dikembangkan
3 Ketepatan rumusan Tujuan
pembelajaran
4 Ketepatan merumuskan indicator
5 Keluasan merumuskan indicator
6 Ketepatan memilih pendekatan/strategi
pembelajaran
7 Ketepatan memilih metode
pembelajaran
8 Kelengkapan memilih teknik
pembelajaran
9 Kesesuaian metode dengan teknik
pembelajaran
10 Kesesuaian materi dengan tujuan
11 Ketepatan pengorganisasian materi
12 Menyertakan suplemen materi
tambahan
13 Menyertakan latihan atau pengayaan
materi
14 Kesuaian pertanyaan dengan tujuan
pembelajaran
15 Ketepatan memilih metode dan bentuk
instrumen
Skor item
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019).

4. Instrumen Uji Perorangan


Tabel 3.5 Instrumen Uji Coba Perseorangan
No Komponen/sub komponen/pertanyaan Ya Tdk
1 Konten, apakah materi sudah cukup? Ada saran perbaikan?
2 Konten, apakah ada bagian yang sulit? Ada saran perbaikan?
3 Lingkungan belajar, apakah media ini dapat digunakan belajar di
luar kelas? Alasannya?
4 Lingkungan belajar, apakah anda mampu menggunakan media ini
tanpa bantuan guru?
5 Minat dan Keterimaan, apakah anda senang menggunakan media
ini? Alasannya?
6 Minat dan Keterimaan, Apakah anda akan menggunakan media
ini? Alasannya/
7 Perbaikan, Jika ada perbaikan bagian mana yang perlu diperbaiki?
8 Perbaikan, siapa lagi yang cocok menggunakan media ini?
9 kejelasan, Apakah media ini selaras dengan pengalaman atau ada
pengalaman baru?
10 Nilai Produk, apakah media bermanfaat dalam belajar?
11 Nilai Produk, apakah ada hal baru dari media ini dibanding yang
sejenis?
12 Persepsi, apakah media ini manarik bagi anda?
13 Revisi khusus, kalau ada bagian khusus mana yang perlu
diperbaiki?
14 Revisi khusus, apa ada bagian kecil kesalahan yang anda
temukan?
15 Persepsi, apakah media ini mudah digunakan?
Skor item 0 0
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019).

5. Instrumen Uji Kelompok Kecil


Tabel 3.6 Instrumen Uji Coba Kelompok Kecil
No Komponen/sub komponen/pertanyaan Ya Tdk
1 Kesiapan Belajar, Apakah media ini membantu
memahami sesuai materi yang diajarkan?
2 Kesiapan Belajar, Apakah anda perlu persiapan khusus
untuk belajar dengan media ini?
3 Perilaku Belajar, Apakah dengan media ini membutuhkan
waktu yang banyak?
4 Perilaku Belajar, Apakah perlu bantuan orang lain dalam
menggunakan media ini?
5 Implementasi, Apakah guru menggunakan media ini
dalam pembelajaran?
6 Hasil Belajar, Apakah media mampu membantu anda
mencapai tujuan pembelajaran?
7 Hasil Belajar, Apakah media mampu membantu anda
meningkatkan pemahaman?
8 Kemarikan, Apakah media ini menarik buat anda?
Skor item 0 0
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019).

3.5 Metode Analisis Data

Data yang sudah didapat dari ahli materi, ahli media, ahli desain, uji coba

perorangan dan uji coba kelompok kecil melalui angket, kemudian dilakukan

analisis dengan menggunakan Teknik analisis deskriptif kualitatif dan Teknik

analisis statistik deskriptif kuantitatif.

Media balok angka layak apabila memenuhi dengan kriteria konten dan

sesuai dengan kelayakan keefektifan.

1. Teknik analisis deskriptif kualitatif

Teknik ini dipergunakan untuk merevisi produk media pembelajaran yang

sudah dikembangkan. Dasar revisi ini yaitu dari masukan, saran dari beberapa

ahli isi, ahli media, ahli desain pembelajaran, anak pada saat uji coba.

2. Teknik Analisis deskriptif kuantitatif

Teknik digunakan untuk mengolah data yang berasal dari angket dalam bentuk

deskriptif persentase.

Rumus yang digunakan yaitu:

1) Rumus untuk mengolah data per item


X
P x 100% (sumber pedoman penulisan skripsi STKIP Citra Bakti, 2020)
Xi

Keterangan :

P = Persentase

P∑X = Jawaban Responden dalam satu item

∑Xi = Jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstanta

2) Rumus untuk mengolah data perkelompok dan keseluruhan

∑x
P x 100%
∑ xi

Keterangan :

P = Persentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item

100% = Konstansta

3) Tabel tingkat validasi

Untuk menentukan kesimpulan yang telah tercapai maka ditetapkan

kriteria sesuai tabel tingkat validitas yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.7 Tingkat Validasi


Persentase Keterangan
86%-100% Sangat Valid
71%-85% Valid
56%-76% Cukup Valid
¿ 55% Kurang Valid
(Sumber pedoman penulisan skripsi STKIP Citra Bakti, 2020)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV ini terdapat tiga pokok

pembahasan yang akan dibahas yaitu 1) deskripsi data penelitian 2) analisis data

dan 3) pembahasan produk pengembangan. Semuanya dipaparkan secara

sistematis sesuai dengan hasil uji coba dan masukan dari ahli materi, ahli media,

ahli desain serta uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil.

4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan


4.1.1 Draf 1 Pengembangan

Pada draf 1 pengembangan ini sebagai awal dari pengembangan video

pembelajaran peneliti membahas tentang uji ahli materi pembelajaran dan uji ahli

media pembelajaran serta buku panduan.

Instrumen penelitian untuk uji coba ahli konten atau materi di serahkan pada

tanggal 2, agustus, 2022 instrumen ini diserahkan kepada ibu Melania Restintuta

Ngonu, S.Pd, beliau merupakan kepala sekolah di PAUD Terpadu Citra Bakti,

yang di percayakan oleh peneliti sebagai ahli konten atau materi dan beliau juga

adalah guru yang bertanggung jawab pada saat peneliti melakukan penelitian. Uji

coba ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang nantinya akan di gunakan

untuk memperbaiki atau merevisi materi video pembelajaran yang dikembangkan

serta dapat meningkatkan kualitas materi video pembelajaran sehingga layak


untuk digunakan. Hasil uji coba diperoleh dengan cara penilaian melalui lembar

kisioner. Penilaian dilakukan setelah validator mengkaji materi atau konten media

video pembelajaran yang di kembangkan.

Sedangkan untuk instrumen ahli media dan ahli desain pembelajaran

diserahkan pada tanggal 2 agustus 2022 uji coba ahli media dan ahli desain

pembelajaran di lakukan oleh Bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana, M.Pd beliau

merupakan salah satu dosen STKIP Citra Bakti, yang di percaya sebagai ahli

media dan ahli desain dengan bidang keilmuan teknologi pembelajaran. Uji coba

ini digunakan untuk menilai kelayakan dari media video pembelajaran yang di

kembangkan oleh peneliti. Media video pembelajaran ini dapat meningkatkan

kualitas belajar anak sehungga media video pembelajaran ini layak untuk di

gunakan. Hasil uji coba diperoleh dengan cara penilaian melalui lembar kuisioner.

Penilaian dilakukan setelah validator mengkaji media video pembelajaran yang

dikembangkan.

4.1.1.1 Validasi Instrumen Ahli Materi, Dan Buku Panduan

1) Hasil Validasi Instrumen Uji Coba Ahli Isi

Insrtumen untuk ahli isi ini terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

pembimbing 1 dan 2, setelah pembimbing 1 dan 2 menyatakan instrumen ini

layak di gunakan maka instrumen ini dapat di serahkan kepada ahli isi atau materi

pembelajaran.

Materi pembelajaran yang dimuat didalam media video pembelajaran yang

dikembangkan diuji coba terlebih dahulu oleh ahli materi. Uji coba dilakukan

dengan mengamati materi pembelajaran yang telah di buat kemudian ahli materi
akan memberikan penilaian pada lembar kuisioner yang telah disiapkan oleh

peneliti. Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap materi pembelajaran yang ada

pada media video pembelajaran untuk mengetahui apakah materi yang disiapkan

sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar atau belum. Dari hasil

uji coba tersebut maka peneliti akan mendapatkan masukan atau komentar tentang

materi yang dikembang sehingga peneliti dapat melakukan perbaikan atau revisi

terhadap materi.

2. Validasi Instrumen Buku Panduan

Uji coba yang dilakukan oleh guru pamong selaku kepala PAUD Terpadu Citra

Bakti, Beliau dipercayakan oleh saya sebagai peneliti dalam melihat dan

mengamati media video pembelajaran yang saya kembangkan. Validasi ini

sebagai informasi yang saya gunakan dalam merevisi atau merubah produk yang

masih dianggap keliru sehingga dapat meningkatkan kualitas video. Penilaian

dilakukan setelah validator mengkaji media video pembelajaran yang sudah

dibuat.

4.1.1.2 Validasi Instrumen Ahli Media Dan Buku Panduan

1. Validasi Instrumen Ahli Media Pembelajaran

Instrumen yang digunakan peneliti terlebih dahulu divalidasikan oleh

pembimbing 1 dan 2 setelah instrument ini dinyatakan layak digunakan,

instrumen ini lalu diberikan kepada ahli media untuk memvalidasikan media yang

dikembangkan. Dari hasil validasi ahli media, media video pembelajaran ini

dinyatakan layak digunakan dengan revisi sesuai dengan saran dan komentar ahli

media.
2. Validasi Instrumen Buku Panduan

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli media dalam meninjau

media video yang saya kembangkan, merupakan sebuah tahap awal dimana

peneliti memaparkan video pembelajaran kepada ahli media untuk di koreksi. Uji

coba dilakukan sehingga peneliti dapat mengetahui informasi dimana adanya

perubahan atau merevisi media video yang dikembangkan.

4.1.1.3 Penyajikan Data Hasil Uji Ahli Materi Dan Buku Panduan

1. Penyajian Data Hasil Uji Ahli Materi

Materi pembelajaran yang dimuat di dalam media video pembelajaran yang

dikembangkan, diuji coba terlebih dahulu oleh ahli materi. Uji coba dilakukan

dengan mengamati atau mengkaji materi pembelajaran yang telah dibuat

kemudian ahli materi akan memberikan penilaian pada lembar kuisoner yang telah

disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini dilakukan uji coba terhadap materi

pembelajaran yang ada pada media video pembelajaran untuk mengetahui apakah

materi yang disiapkan sudah sesuai kompetensi inti dan kompetensi dasar atau

belum. Materi yang dimuat dalam pengembangan media pembelajaran dari

instrument yang dikembangkan oleh Gde Putu Arya Oka (2019) dan ini

digunakan peneliti, instrumen berasal dari sumber Oka , G.P.A ( 2019 ).

Protoypedesign And Instructional Managemen Ict-Based For Junior High Scholl

Teacher In Buleleng Regenci Imedtech, 1 (1), 1-10

Hasil uji coba oleh ahli materi ini diperoleh melalui instrumen penilaian ahli

materi dari hasil tersebut dapat di lakukan perbaikan agar menjadi lebih baik.

Penilaian akan di berikan oleh ahli materi setelah ahli mengkaji materi yang suda
dibuat oleh peneliti, kemudian ahli memberi tanda centang pada kolom skor yang

berisi skor 1-5 dari hasil penilaian tersebut peneliti akan menjumlahkan dan

peneliti dapat mengetahui tingkat kevalidan dari materi yang dibuat tersebut.

Skor penilaian oleh ahlikonten/materi dapat dilihat pada tabel 4-1 berikut ini:

Tabel 4-1 Penilaian ahli konten/Materi terhadap media video Pembelajaran


Lingkungan Keluarga.
NO Aspek Yang di Nilai Skala Penilaian Skor
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian materi dengan KI, KD, √ 5
Tujuan dan Indikator.
2 Kelogisan susunan materi. √ 4
3 Kesesuaian materi dengan peserta √ 4
didik.
4 Kecukupan materi terhadap √ 5
pencapaian tujuan
5 Kebenaran materi dari isi fakta, √ 4
konsep, prinsip dan prosedur.
6 Kemudahan mencerna materi. √ 5
7 Tingkat keterbacaan terhadap √ 4
materi.
8 Kebiasan materi yang √ 4
dikembangkan.
9 Kesistematisan sub materi yang √ 4
ditampilkan.
10 Ketersediaan daftar istilah. √ 4
11 Ketersediaan daftar Pustaka. √ 4
12 Kemudahan dalam memutakhirkan √ 4
materi.
13 Ketersedian latihan terhadap √ 4
materi.
14 Ketersediaan repetisi/rangkuman √ 4
terhadap materi.
15 Ketersediaan contoh dan non √ 4
contoh.
Jumlah Skor 0 0 0 48 15
Rata-Rata 63
Kriteria Valid
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut, dari tabel

yang disajikan diatas terdapat 15 aspek yang dinilai, dari ke lima belas aspek

tersebut skor yang ditentukan mulai dari skor 1,2,3,4 dan 5, dimana skor 5

merupakan skor tertinggi atau sangat baik, skor 4 artinya baik, skor 3 artinya

cukup, skor 2 artinya kurang dan skor 1 merupakan skor terendah atau sangat

kurang. Dari kelima belas aspek tersebut peneliti memperoleh skor 5 pada aspek

1,4,6 yang artinya sangat baik sedangkan pada aspek 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

13, 14, dan 15 peneliti memperoleh skor 4 yang artinya baik. Berdasarkan tabel

yang disajikan diatas dapat dijelaskan bahwa uji coba ahli konten/materi ini

melibatkan kepala sekolah yaitu ibu Melania Restintuta Ngonu, S.Pd. dengan

kualifikasi pendidikan terakhir adalah S1 PAUD. Uji coba ini dilakukan untuk

memperoleh informasi sehingga peneliti dapat melakukan revisi bagian-bagian

yang per;lu direvisi dalam media video pembelajaran lingkungan keluarga yang

dikembangkan.

2. Penyajian Buku Panduan

Selain pembuatan media video pembelajaran peneliti juga membuat buku

panduan guna sebagai langkah dalam pembuatan media video. Berikut ini

merupakan tabel hasil penilaian buku panduan oleh ahli materi yang

dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Buku Panduan Oleh Ahli Materi


No Komponen/Sub 1 2 3 4 5
Komponen/Pertanyaan
1 Ruang lingkup informasi yang disajikan pada buku √
panduan sudah selesai
2 Cara penyajian dan pengorganisasian panduan sudah √
selesai
3 Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif √
4 Panduan memberikan informasi yang jelas √
sebelum media dijelaskan
5 Buku panduan dibuat jiuntuk memudahkan kegiatan √
dalam pembelajaran di kelas
Skor item 0 0 0 12 10

Skor perolehan 22
Skor maksimal 25
Persentase skor skor akhir 88%
Sumber Oka, G.P.A. 219

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat di jelaskan bahwa terdapat 5 butir aspek

yang di nilai dari buku panduan oleh ahli materi. Adapun saran dan perbaikan dari

ahli materi terhadap buku panduan yang dipergunakan pada draf I pengembangan.

Saran dan perbaikan tersebut dipertimbangkan oleh pengembang untuk merevisi

bagian media video pembelajaran yang perlu direvisi agar media video yang

dikembangkan menjadi lebih baik dan layak digunakan

4.1.1.4 Analisis Dan Revisi Ahli Materi Dan Buku Panduan

1. Analisis Dan Refisi Ahli Materi

Instrumen penilaian ahli materi yang digunakan untuk memvalidasi atau

menilai materi pembelajaran yang dibuat oleh peneliti dinyatakan layak oleh ahli

materi untuk digunakan dalam penelitian ini. Indikator-indikator penilaian yang

didalamnya sesuai untuk menilai materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dan

sesuai untuk diterapkan dengan media yang dikembangkan.


Berdasarkan penilaian yang dilakukan ahli materi pada tabel 4.1 maka dapat

dijabarkan deengan rumus sebagai berikut:

P=ƩƩ××i×100 % ,

keterangan:

P = Presentase

∑X = Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal

dalam satu item

100%= Konstansta

ƩX = Total Jawaban Responden (Ahli Materi) dalam satu item

= 63

ƩXi = Total Jumlah Nilai Ideal dalam satu item

= 5 nilai ideal X 15 butir instrumen = 75

P=ƩƩ××i×100 %

= 63
75 ×100

= 84%

Tabel 4.3 Tingkat Validitas

Persentase Keterangan
86%-100% Sangat Valid
71%-85% Valid
56%-76% Cukup Valid
¿ 55% Kurang Valid
Sumber : Panduan Penulisan Skripsi STKIP Citra Bakti Edisi Revisi
tahun 2021)
Berdasarkan rumus yang telah dipaparkan di atas maka diperoleh hasil dari

jumlah rata-rata adalah 84% dengan skor ini maka media yang dikembangkan

dinyatakan “ valid ” dengan presentase kelayakan sebesar 84% dari tabel 4.3

berada pada rentangan 71%-85% artinya baik dan media video pembelajaran ini

layak digunakan dalam pembelajaran, dan media ini hanya perlu revisi atau

perbaikan seperlunya saja. Nilai ideal dari setiap butir penilaian dalam kriteria

angket ini adalah 4 maka presentase dihitung: 63: ( 5×15) = 75 × 100 =84% hasil

kalkulasi sebesar 84% berada pada kriteria “ valid “ sehinga materi video

pembelajaran ini tidak perlu direvisi, akan tetapi menimbang adanya saran dan

komentar ahli materi yang memvalidasi materi ini maka materi ini dinyatakan

layak digunakan dengan revisi sesuai saran untuk kedepannya.

2. Analisis Data dan Revisi Buku Panduan

Hasil analisis yang dilakukan oleh ahli materi ibu Melania Restintuta Ngonu,

S.Pd, beliau merupakan kepala sekolah di PAUD Terpadu Citra Bakti, yang di

percayakan oleh peneliti sebagai ahli konten atau materi dan beliau juga adalah

guru yang bertanggung jawab pada saat peneliti melakukan penelitian.

dengan menggunakan rumus:

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan:

P = Presentase

∑X = jawaban responden dalam satu item

∑Xi = Jumlah Nilai ideal dalam satu item

100% = Konstanta
∑x = jawaban responden dalam satu item

=22

∑xi = Jumlah Nilai ideal dalam satu item

5 nilai ideal x 5 butir instrumen =25

22
P= x 100% =88%
25

Dengan menggunakan rumus di atas maka ∑x=22 dan ∑xi=25 (dari 5 nilai

ideal × 5 butir instrumen) maka dapat memperoleh presentase kelayakan dari

media dapat dihitung sebagai berikut. P=22: 25×100%=88% Berdasarkan hasil

yang diperoleh pada tabel 4.3 diatas adalah 86%-100%, dengan demikian tingkat

kelayakan buku panduan dikategorikan sangat valid dan dinyatakan tidak perlu

perbaikan atau revisi.

4.1.1.5 Penyajian Data Hasil Uji Ahli Media D an Buku Panduan

1. Penyajian Data Hasil Uji Ahli Media

Instrumen yang digunakan peneliti terlebih dahulu divalidasikan oleh

pembimbing 1 dan 2 setelah instrument ini dinyatakan layak digunakan,

instrumen ini diberikan kepada ahli media untuk mengkaji atau memeriksa

kualitas materi yang ada pada media yang dikembangkangan oleh peneliti.

Tabel 4.4 Penilaian Ahli Media Video Pembelajaran Terhadap Media


Video Lingkungan Keluarga
N Aspek Yang di Nilai Skala Penilaian Skor
O 1 2 3 4 5
1 Ketersediaan Naskah atau skrip √
2 Kelogisan plot cerita √
3 Orisinalitas Ide √
4 Keakuratan komposisi dan ukuran shot √
5 Ketepatan penggunaan efect (transisi) √
6 Ketepatan pencahayaan √
7 Ketepatan pemilihan pemain dengan peran √
karakter
8 Ketepatan teknik bloking dan penggunaan latar √
serta seting
9 Kejelasan dan kualitas suara termasuk suara √
efec (SFX)
10 Kualitas resolusi dan ketepatan format √
11 Ketepatan penggunan ritme, mimik dan tempo √
12 Ketepatan penggunaan teks dan gambar √
13 originalitas dan Kreatifitas secara umum √
14 Muatan interaktifitas kepada anak-anak √
15 Kualitas editing secara keseluruhan √
Jumlah Skor 60
Rata-Rata 75
Kriteria Valid 80
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa terdapat 15 butir aspek

yang dinilai dengan skala penilaian 1-5. Dimana skor 1 artinya sangat kurang,

skor 2 artinya kurang 2, skor 3 artinya cukup, skor 4 artinya baik dan skor 5

artinya sangat baik. Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa uji coba

dilakukan oleh ahli media bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana,M.Pd. Beliau

merupakan dosen STKIP Citra Bakti Ngada yang dipercayakan oleh peneliti

sebagai ahli media untuk menilai media video pembelajaran yang dikembangkan.

Uji coba ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh informasi sehingga peneliti

dapat memperbaiki media yang dibuat sesuai dengan saran dan masukan dari ahli

media tersebut agar media yang dikembangkan menjadi lebih baik dan layak

untuk digunakan. Perolehan skor pada tabel 4.4 media ini dinyatakan “valid”,

akan tetapi mempertimbangkan saran dan masukan dari validator maka media ini

layak digunakan dengan revisi dalam tahap berikutnya.


Saran dan masukan yang diberikan oleh ahli media adalah sebagai berikut:

1) Media video pembelajaran yang dikembangkan harus di buat dengan skrip atau

naskah video

2) gambar atau foto dalam video pembelajaran ini harus menggunakan gambar

atau foto orang lokal

2. Penyajian Data Hasil Buku Panduan Oleh Ahli Media

Selain ahli media menilai media video pembelajaran ahli media juga menilai

buku panduan yang dibuat peneliti guna sebagai panduan dan langkah-langkah

dalam pembuatan media video. Berikut ini merupakan tabel hasil penilaian

buku panduan oleh ahli media yang dikembangkan oleh peneliti.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Buku Panduan Oleh Ahli Media


No Komponen/Sub 1 2 3 4 5
Komponen/Pertanyaan
1 Ruang lingkup yang disajikan pada panduan sudah √
sesuai
2 Cara penyajian dan pengorganisasian panduan sudah √
selesai
3 Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif √
4 Panduan memberikan informasi yang jelas sebelum √
media digunakan
5 Buku panduan dibuat jika media ajar yang digunakan √
dikembangkan oleh bukan pengembang media atau
pengguna media
Skor item 0 0 0 16 5

Skor perolehan 21

Skor maksimal 25

Persentase skor akhir 84%


Sumber Oka, G.P.A. 2019

Berdasarkan data deskriptif kualitatif berupa saran dan masukan dari ahli

media terhadap buku panduan di gunakan untuk perbaikan buku panduan pada
draf I pengembangan yang suda di buat oleh peneliti. Saran dan perbaikan

tersebut dipertimbangkan oleh pengembang untuk merevisi bagian- bagian

media video pembelajaran yang perlu direvisi agar layak produk itu

digunakan.
4.1.1.4 Analisis data dan revisi ahli media dan buku panduan

1. Analisis data dan revisi ahli media

Analisis data yang ada dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari analisis

data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Berdasarkan tabel 4.4 di atas maka

analisis data dan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan :

P= Prosentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item 100%= Konstansta

Dengan menggunakan rumus diatas diamna ∑X = 60 dan ∑Xi = 75 (dari 5

nilai ideal × 15 butir instrumen), prosentase kelayakan media dapat dihitung

sebagai berikut.

P= 60:75×100%=80%

Berdasarkan hasil yang di peroleh pada tabel di atas maka prosentase

kelayakan sebesar 80%. Media ini dikategorikan valid dengan tabel 4.3 berada

pada rentangan 71%-85%. Dengan demikian tingkat kelayakan media video

pembelajaran dalam kategori valid dinyatakan hanya perlu perbaikan atau revisi

seperlunya saja. Hasil analisis data kualitatif juga digunakan untuk melengkapi

analisis data kuantitatif dalam hal melakukan revisi terhadap produk yang

dikembangkan
5 Analisis data dan revisi buku panduan

Analisis data dalam penelitian pengembangan terdiri dari analisis data

deskriptif kuantitatif dan analisis data kualitatif. Berdasarkan tabel 4.5 maka

analisis data dan perhitungan ini menggunakan rumus sebagai berikut.

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan : P= Prosentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item

100%= Konstansta

Dengan memperguna rumus di atas diamna ∑X = 21 dan ∑Xi = 25 (dari 5 nilai

ideal × 5 butir instrumen), maka dengan menggunakan rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=21:25×100%=84%

Dengan prosentase kelayakan sebesar 84% media ini dikategorikan valid

dengan Tabel 4.3 berada pada rentangan 71%-85%. Dengan demikian tingkat

kelayakan buku panduan media dalam kategori valid, dan dinyatakan layak untuk

digunakan . Dan media ini perlu merevisi atau perbaikan seperlunya saja. Hasil

analisis data kualitatif yang berupa masukan dan saran oleh ahli media , juga

digunakan untuk melengkapi analisis data kuantitatif dalam hal melakukan revisi

terhadap produk yang dikembangkan.

4.1.2 Draf II Pengembangan

Draf II pengembangan terdiri dari validasi instrumen ahli desain

pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)


yang dikembangkan peneliti, divalidasi oleh ahli desain sehingga RPPH, yang

dikembangkan layak digunakan. Instrumen ahli desain ini terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan pembimbing 1 dan 2, apabila instrumen ini suda valid,

maka diserahkan kepada ahli desain untuk memvalidasikan desain pembelajaran

yang dibuat oleh peneliti. Ahli desain yang dipercayakan untuk memvalidasi

desain pembelajaran adalah bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana, M.Pd, beliau

merupakan salah satu dosen STKIP Citra Bakti Ngada, dengan lulusan S3. Hasil

uji coba diperoleh dengan penilaian berupa lembar kuisoner yang terdapat skor 5-

1. Data hasil uji coba ahli desain dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Validasi Instrumen Ahli Desain dan Buku Panduan

instrumen yang digunakan untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Harian (RPPH) oleh ahli desain yang dikembangkan peneliti, divalidasi oleh ahli

desain sehingga RPPH, yang dikembangkan layak digunakan. instrumen uji ahli

desain ini digunakan peneliti yaitu instrumen berasal dari sumber Oka , G.P.A

( 2019 )

2. Penyajian Data Hasil Uji Ahli Desain

Penyajian data hasil uji desain dalam draf II pengembnagan terdiri dari data

deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang

berupa skor penilaian dari ahli media sedangkan data kualitatif adalah data yang

berasal dari masukan, saran dan komentar dari ahli desain. Berikut adalah hasil

data kuantitatif ahli desain seperti yang tersaji pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Ahli Desain Terhadap Media Video pembelajaran
Lingkungan keluarga
No Komponen/ Sub Komponen Skala Penilaian Skor
1 2 3 4 5
A. Desain Pembelajaran
1 Kelengkapan Desain Instruksional √
( RPPH)
2 Ketepatan memilih KD terkait media √
yang dikembangkan
3 Ketepatan rumusan Tujuan √
pembelajaran
4 Ketepatan merumuskan indikator √
5 Keluasan merumuskan indikator √
6 Ketepatan memilih √
pendekatan/strategi pembelajaran
7 Ketepatan memilih metode √
pembelajaran
8 Kelengkapan memilih teknik √
pembelajaran
9 Kesesuaian metode dengan teknik √
pembelajaran
10 Kesesuaian materi dengan tujuan √
11 Ketepatan pengorganisasian materi √
12 Menyertakan suplemen materi √
tambahan
13 Menyertakan latihan atau pengayaan √
materi
14 Kesuaian pertanyaan dengan tujuan √
pembelajaran
15 Ketepatan memilih metode dan √
bentuk instrumen
Jumlah Skor 0 0 0 56 5 61
Rata-rata
Kriteria Valid
Sumber: Oka, G., & Dopo, F. (2019)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dijelaskan bahwa uji coba ahli desain

pembelajaran dilakukan oleh bapak Dr. Dek Ngurah Laba Laksana, M.Pd. Beliau

adalah salah satu dosen STKIP Citra Bakti, yang dipercayakan sebagai ahli desain
pembelajaran oleh peneliti. Uji coba ini dilakukan guna memperoleh informasi

tentang desain media video pembelajaran yang nantinya akan dijadikan sebagai

bahan untuk merevisi desain media video pembelajaran dan desain pembelajaran

yang dikembangkan oleh peneliti, sehingga peneliti dapat memperbaiki sesuai

dengan saran dan komentar agar media yang dikembangkan menjadi lebih

berkualitas.

3. Penyajian data hasil buku panduan oleh ahli desain

Di samping ahli desain menilai RPPH juga menilai buku panduan yang

disertakan sebagai panduan dalam penggunaan RPPH. Data yang diperoleh dari

penilaian buku panduan berupa (1) data deskriptif kuantitatif dan (2) data

deskriptif kualitatif. Adapun hasil data kuantitatif adalah seperti tersaji pada Tabel

4.7

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Buku Panduan Oleh Ahli Desain


No Komponen/Sub 1 2 3 4 5
Komponen/Pertanyaan
1 Ruang lingkup informasi yang disajikan pada buku √
panduan sudah selesai
2 Cara penyajian dan pengorganisasian panduan sudah √
selesai
3 Bahasa yang digunakan lugas dan komunikatif √
4 Panduan memberikan informasi yang jelas √
sebelum media dijelaskan
5 Buku panduan dibuat jiuntuk memudahkan kegiatan √
dalam pembelajaran di kelas
Skor item 0 0 0 16 5

Skor perolehan 21

Skor maksimal 25

Persentase skor skor akhir 84%


Sumber Oka, G.P.A. 219
Berdasarkan data deskriptif kualitatif berupa saran dan masukan dari ahli desain

terhadap buku panduan di gunakan untuk perbaikan buku panduan pada draf II

pengembangan yang suda di buat oleh peneliti. Saran dan perbaikan tersebut

dipertimbangkan oleh pengembang untuk merevisi bagian- bagian media video

pembelajaran yang perlu direvisi agar layak produk itu digunakan.

4. Analisis data dan revisi ahli desain pembelajaran

Analisis data yang ada dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari

analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Berdasarkan tabel 4.6 di atas

maka analisis data dan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan :

P= Prosentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item

100%= Konstansta

Dengan menggunakan rumus diatas diamna ∑X = 61 dan ∑Xi = 75 (dari 5 nilai

ideal × 15 butir instrumen), prosentase kelayakan media dapat dihitung sebagai

berikut.

P=61:75×100%=81,3%

Berdasarkan hasil yang di peroleh pada tabel di atas maka prosentase

kelayakan sebesar 81,3%. Media ini dikategorikan valid dengan tabel 4.3 berada

pada rentangan 71%-85%. Dengan demikian tingkat kelayakan media video

pembelajaran dalam kategori valid dinyatakan hanya perlu perbaikan atau revisi
seperlunya saja. Hasil analisis data kualitatif juga digunakan untuk melengkapi

analisis data kuantitatif dalam melakukan revisi terhadap produk yang

dikembangkan. Saran dan masukan yang diberikan oleh ahli Desain adalah

sebagai berikut:

1) Media video pembelajaran yang dikembangkan harus di buat dengan skrip atau

naskah video

2) Gambar atau foto dalam video pembelajaran ini harus menggunakan gambar

atau foto orang lokal

5. Analisis Buku Panduan Ahli Desain

Analisis data dalam penelitian pengembangan terdiri dari analisis data

deskriptif kuantitatif dan analisis data kualitatif. Berdasarkan Tabel 4.7 maka

analisis data dan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan : P= Prosentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item

100%= Konstansta

Dengan memperguna rumus di atas diamna ∑X = 21 dan ∑Xi = 25 (dari 5 nilai

ideal × 5 butir instrumen), maka dengan menggunakan rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=21:25×100%=84%

Dengan prosentase kelayakan sebesar 84% media ini dikategorikan valid

dengan Tabel 4.3 berada pada rentangan 71%-85%. Dengan demikian tingkat
kelayakan buku panduan media dalam kategori valid, dan dinyatakan layak untuk

digunakan . Dan media ini perlu merevisi atau perbaikan seperlunya saja. Hasil

analisis data kualitatif yang berupa masukan dan saran oleh ahli media , juga

digunakan untuk melengkapi analisis data kuantitatif dalam hal melakukan revisi

terhadap produk yang dikembangkan.

4.1.1.3 Draf III Pengembangan

1. Validasi Instrumen uji perorangan

Setelah peneliti melalui tahapan draf I dan draf II sebagai produk

pengembangan yang telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari para ahli

yaitu ahli materi, ahli media dan ahli desain pembelajaran maka selanjutnya akan

di bahas tentang draf III pengembangan. Pada draf ini akan di bahas tentang hasil

uji coba perorangan. Pada uji coba perorangan peneliti melibatkan 2 orang anak

usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti. Uji coba perorangan ini dilakuakan

untuk memperoleh informasi tentang media yang dikembangkan sehingga peneliti

dapat melakukan revisi media. Melalui revisi yang dilakukan dapat meningkatkan

kualitas media yang dikembangkan sehingga lebih layak digunakan selanjutnya.

Pada uji coba perorangan ini peneliti menggunakan instrumen perorangan.

instrumen uji perorangan ini digunakan peneliti yaitu instrument yang berasal

dari sumber Oka , G.P.A ( 2019 ). Protoypedesign And Instructional Managemen

Ict-Based For Junior High Scholl Teacher In Buleleng Regenci Imedtech, 1 (1), 1-

10
2.Penyajian Data Uji Coba Perorangan

Pada uji coba perorangan peneliti melibatkan 2 orang anak usia 5-6 tahun di

PAUD Terpadu Citra Bakti. Uji coba perorangan ini dilakuakan untuk mengetahui

kemampuan sosial emosional pada anak usia dini dan memperoleh informasi

tentang media yang dikembangkan sehingga peneliti dapat melakukan revisi

media. Melalui revisi yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas media yang

dikembangkan sehingga layak digunakan selanjutnya.

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Media Video Pembelajaran Pada Uji Coba
Perseorangan
N Pertanyaan Anak
o 1 2
Ya Tdk Ya Tdk
1 apakah materi sudah pas anak-anak 1 1
2 apakah ada bagian yang sulit 0
3 apakah media ini dapat digunakan belajar di 1 1
luar kelas
4 Apakah anak-anak mampu menggunakan 1 1
media ini tanpa bantuan guru
5 apakah anda senang menggunakan media ini 1 1
6 Apakah anda akan menggunakan media ini 1 1
7 Perbaikan, Jika ada perbaikan bagian mana 1 1
yang perlu diperbaiki?
8 siapa lagi yang cocok menggunakan media 1 1
ini?
9 Apakah media ini selaras dengan pengalaman 1 1
atau ada pengalaman baru?
1 apakah media bermanfaat dalam belajar? 1 1
0
1 apakah ada hal baru dari media ini dibanding 0
1 yang sejenis
1 apakah media ini manarik bagi anak- anak? 1 1
2
1 Revisi khusus, kalau ada bagian khusus mana 1 1
3 yang perlu diperbaiki?
1 Revisi khusus, apa ada bagian kecil kesalahan 0
4 yang anda temukan?
1 apakah media ini mudah digunakan? 1 1
5
Total skor 12 12
Jumlah Skor 24
Presentase 24:30×100= 80%
Kriteria Valid

Berdasarkan tabel 4.8 di atas maka dapat dijelaskan bahwa uji coba media

vdeo pembelajaran sebagai pengguna peroduk melibatkan 2 orang anak kelompok

B PAUD Terpadu Citra. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

digunakan untuk merevisi media video pembelajaran. Instrumen penilaian uantuk

anak difokuskan pada aspek kelayakan penggunaan media video pembelajaran

yang dikembangkani untuk menghasilkan media video pembelajaran yang

berkualitas.

3. Analisis Data Dan Revisi Uji Perorangan

Analisis pengembangan ini merupakan analisis dari hasil penilaian uji coba

perorangan yang telah dilakukan peneliti dan dipaparkan pada tabel

sebelumnya.Uji coba perorangan ini dilakukan dengan melibatkan 2 orang anak

usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti. Uji coba dilakuakn untuk

mengetahui tingkat kelayakan media video pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti. Berdasarkan tabel 4.8 diatas presentase kelayakan media dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut

∑x
p= x 100%
∑ xi

Keterangan :
P= Prosentase

∑X= Jawaban responden dalam satu item

∑Xi= Jumlah nilai ideal dalam satu item

100%= Konstansta

Dengan menggunakan rumus diatas diamna ∑X = 24 dan ∑Xi = 30 (dari 2 nilai

ideal × 15 butir instrumen), presentase kelayakan media dapat dihitung sebagai

berikut.

P=24:30×100%=80%

Berdasarkan hasil yang di peroleh pada tabel di atas maka prosentase

kelayakan sebesar 80%. Media ini dikategorikan valid dengan tabel 4.3 berada

pada rentangan 71%-85%. Dengan demikian tingkat kelayakan media video

pembelajaran dalam kategori valid dinyatakan hanya perlu perbaikan atau revisi

seperlunya saja. Hasil analisis data kualitatif juga digunakan untuk melengkapi

analisis data kuantitatif dalam melakukan revisi terhadap produk yang

dikembangkan.

4. Validasi Instrument Kelompok Kecil

Instrumen kelompok kecil yang digunakan untuk menilai kelayakan media video

pembelajaran dalam penilaian ini dilakukan dengan melibatkan 6 orang anak usia

5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti. Uji coba ini dilakuakn untuk

mengetahui tingkat kelayakan media video pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti.

5. Penyajian Data Uji Coba Kelompok Kecil


Setelah peneliti melakukan uji coba perorangan dan memperoleh hasilnya,

langka selanjutnya adalah uji coba kelompok kecil. Uji coba ini melibatkan 6

orang anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti. Hasil uji coba kelompok

kecil dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini

Tabel 4.9 Uji Coba Kelompok Kecil


No Komponen/Sub Anak
Komponen/Pertan 1 2 3 4 5 6
yaan Ya tdk ya tdk Ya tdk ya Tdk Ya tdk ya Tdk

1 Apakah media ini 1 1 1 1 1 1


membantu anak-
anak memahami
materi yang
diajarkan?
2 Apakah anak perlu 1 1 1 1 1 1
persiapan khusus
untuk belajar
dengan media ini?
3 Apakah dengan 0 0 0 0 0 0
media ini
membutuhkan
waktu yang banyak
dalam pengajaran?
4 Apakah perlu 1 1 1 1 1 1
bantuan orang lain
dalam
menggunakan
media ini?
5 Apakah guru 1 1 1 1 1 1
menggunakan
media ini dalam
pembelajaran?
6 Apakah media 1 1 1 1 1 1
mampu membantu
anda mencapai
tujuan
pembelajaran?
7 Apakah media ini 1 1 1 1 1 1
mampu membantu
anak-anak
meningkatkan
pemahaman?
8 Apakah media ini 1 1 1 1 1 1
menarik untuk
anak-anak
Total skor 42
Presentase 42: 48×100= 87,5%
Kriteria Sangat valid

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam uji coba

kelompok kecil ini peneliti menggunakan 8 butir indicator pertanyaan yang di

tujukan pada 6 orang anak. Jawaban yang diberikan pada setiap butir adalah “ ya”

dan” tidak”. Jawaban “ ya” diberi skor 1 dan jawaban ‘ tidak “ di beri skor 0, dan

hanya ada dua jawaban yang di berikan. Adapun beberapa saran dan komentar

yang diberikan adalah media video ini sangat bagus untuk membantu

meningkatkan perkembangan sosial emosional pada anak usia 5-6 tahun. Uji coba

ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kekurangan dari media

sehingga dapat dijadikan bahan revisi untuk peneliti. Berdasarkan tabel diatas

maka uji coba kelompok kecil ini memperoleh rata-rata 87,5% artinya media

yang dikembangkan layak digunakan.

6. Analisis Data Dan Revisi Uji kelompok kecil

Analisis pengembangan ini merupakan analisis dari hasil penilaian uji coba

celompok kecil yang telah dilakukan peneliti dan dipaparkan pada tabel

sebelumnya.Uji coba kelompok kecil ini dilakukan dengan melibatkan 6 orang


anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti. Uji coba dilakuakn untuk

mengetahui tingkat kelayakan media video pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti. Berdasarkan tabel 4.9 diatas presentase kelayakan media dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut

Perhitungan untuk anak 1, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=87,5%

Perhitungan untuk anak 2, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=87,5%

Perhitungan untuk anak 3, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=87,5%

Perhitungan untuk anak 4, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang
dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=87,5%

Perhitungan untuk anak 5, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=75%

Perhitungan untuk anak 6, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=87,5%

Perhitungan untuk anak 7, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=75%
Perhitungan untuk anak 8, dimana jawaban ya = 7 dan tidak =1, maka yang

dihitung adalah jawaban yang positif atau jawaban YA. Perhitungan adalah

sebagai berikut.

∑X=7 dan ∑Xi=8 , maka dengan memperguna rumus diatas prosentase

kelayakan media dapat dihitung sebagai berikut.

P=7/8/100%=75%

Berdasarkan hasil yang di peroleh pada tabel di atas maka prosentase

kelayakan sebesar 87,5%+8,75%+87,5%+87,5%+87,5%/6=87,5%. Prosentase

sebesar 87,5% dikonfortasi dengan tabel 4.3 dalam rentang 86%-100%. Oleh

karena itu dalam uji kelompok kecil tingkat validitas media dalam kategori sangat

valid. Namun demikian untuk perbaikan media sebagai produk akhir, masukan

dan saran dalam uji coba kelompok kecil digunakan untuk merevisi ringan

4.1.4 Produk Akhir

Pada penelitian desain dan pengembangan yang dilakukan peneliti, diperoleh

hasil pengembangan media video pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan

keluarga terhadap produk yang dikembangkan, oleh karena itu didalam

pembahasan ini menjelaskan tentang produk pengembangan media video

pembelajaran dan hasil-hasil uji coba terhadap media yang dikembangkan.

4.2 Pembahasan

Hasil deskriptif kualitatif pada draf pengembangan produk diperoleh dari uji

coba ahli materi, ahli media, dan ahli desain, uji coba perorangan dan uji coba

kelompok kecil. Proses uji coba ini di lakukan agar dapat menjawab rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui rancangan atau desain seta
kelayakan dari media video pembelajran yang dikembangkan oleh peneliti.

Berikut ini akan dijelaskan tentang jawaban dari setiap tahapan uji coba.

1. Hasil Penilaian Ahli Materi Pembelajaran

Berdasarkan hasil uji coba ahli materi sebagaimana yang dipaparkan pada

tabel 4.1 terhadap materi pembelajaran yang dikembangkan dalam video

pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluarga, materi ini dinyatakan

vailid atau baik dengan presentasi 84%. Skor penilaian mulai dari 5,4,3,2,dan 1.

Kriteria dari masing-masing skor yaitu skor 1 artinya sangat kurang, skor 2

artinya kurang, skor 3 artinya cukup, skor 4 artinya baik, dan skor 5 artinya sangat

baik dan merupakan nilai ideal setiap nomor. Adapun pembahasan lebih rinci

sebagai berikut.

1. Pada deskripsi kesesuaian materi dengan KI, KD, Tujuan dan Indikator ahli

materi memberikan skor 5 yang artinya materi dalam kategori “sangat sesuai”.

Skor 5 dipeoleh karena dalam materi yang dikembangkan sudah mengacu pada

STPPA dalam permendikbud nomor 137 tahun 2014 dan kurikulum tingkat

satuan pendidikan anak usia dini nomor 146 tahun 2014. Artinya materi

yang dikembangkan dalam media dimana KI dan KDnya mengacu pada kedua

peraturan diatas.

2. Pada deskripsi kelogisan susunan materi ahli materi memberikan skor 4 artinya

“logis”. Kelogisan ini dikarenakan materi yang dikembangkan sesuai dengan

tema dan subtema.

3. Pada deskripsi kesesuaian materi dengan peserta didik ahli materi memberikan

skor 4 artinya dalam kategori “sesuai”. Perolehan skor 4 ini dikarenakan materi
yang dipilih telah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

4. Pada deskripsi kecukupan materi terhadap pencapaian tujuan ahli materi

memberikan skor 5 cukup. Karena materi yang dikembangkan relevan denga n

tujuan pembelajaran.

5. Pada deskripsi kebenaran materi dari sisi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

ahli materi memberi skor 4 artinya materi yang dikembangkan sudah memuat

fakta konsep, prinsip dan prosedur.

6. Pada deskripsi kemudahan mencerna materi ahli materi memberikan skor 5

artinya materi dibuat agar anak mudah untuk memahami.

7. Pada deskripsi tingkat keterbacaan terhadap materi ahli materi memberikan

skor 4 yang artinya materi di dalam media balok angka sudah baik dan

menarik untuk kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini.

8. Pada deskripsi kebiasan materi yang dikembangkan ahli materi memberikan

skor 4 yang artinya dalam media balok angka dikembangkan sesuai dengan

tema dan sub tema teori anak usia dini.

9. Pada deskripsi kesistematisan sub materi yang ditampilkan ahli materi

memberikan skor 4 artinya materi yang dikembangkan sesuai dengan tema

dan sub tema dalam pembelajaran..

10. Pada deskripsi ketersediaan daftar istilah ahli materi memberikan skor 4 yang

artinya media balok angka sudah merujuk pada beberapa sumber rujukan baik

berupa buku dan jurnal serta peraturan perundang undangan.

11. Pada deskripsi ketersediaan daftar pustaka ahli materi memberi skor 4 yang

artinya media balok angka sudah merujuk ke beberapa sumber baik dalma
buku dan jurnal serta sumber lainnya.

12. Pada deskripsi kemudahan dalam memutahirkan materi ahli materi

memberikan skor 4 yang artinya materi mudah dipahami dan sudah sesuai

dengan perkembangan anak.

13. Pada deskripsi ketersediaan latihan terhadap materi ahli materi memberikan

skor 4 artinya media balok angka sudah tersedia latihan terhadapa materi.

14. Pada deskripsi ketersediaan repetisi/rangkuman terhadap materi ahli materi

memberikan skor 4 yang artinya sudah tersedia rangkuman terhadap materi.

15. Pada deskripsi ketersediaan contoh dan noncontoh ahli materi memberikan

skor 4 artinya sudah tersedia contoh dan non contoh

4.2.1 Hasil Penilaian Ahli Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil uji ccoba ahli media terhadap ,media video pembelajaran

lingkungan sub tema lingkungan keluarga, media ini dinyatakan “valid” atau baik

dan tampa revisi.Ahli memberi skor 4 pada instrumen nomor 1,sampai 15.

Adapun alasan pemberian masing-masing skor ini adalah:pada instrumen nomor

1 sampai 15 dengan poin yang diberikan adalah 4 media video yang di buat suda

sangat menarik ,Ahli media memberikan saran atau komentar untuk media video

pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluarga yaitu media video yang di

buat suda menarik dari instrument yang dikembangkan oleh Gde Putu Arya Oka

(2019) dan ini digunakan peneliti, instrumen berasal dari sumber Oka , G.P.A

( 2019 ). Protoypedesign And Instructional Managemen Ict-Based For Junior

High Scholl Teacher In Buleleng Regenci Imedtech, 1 (1), 1-10


4.2.2 Draf II Pengembangan

1 Hasil Penilaian Ahli Desain Pembelajaaran

Pada tahap uji ahli desain media video pembelajaran di pero leh kriteria “

vailid “, yaitu dengan skor rata-rata diperoleh 85,6%. Ahli desain memberikan

poin 5 dan 4 pada butir yang terdapat pada instrumen. Pada butir pertama

instrumen yang memuat tentang 1. kelengkapan komponen RPPH yatu identitas

mata pelajaran, kompetensi inti, kompetens dasar tujuan latihan dan evaliuasi skor

yang diberikan ahli media adalah 5 karena komponen RPPH yang dibuat peneliti

sudah lengkap

1. Pada deskripsi kelengkapan desain instruksional (RPPH) ahli desain

memberikan nilai 5 artinya media balok angka sudah memuat kelengkapan

minimal sebuah RPPH.

2. Pada deskripsi ketepatan memilih KD terkait media video pembelajaran ahli

desain memberikan skor 4 karena yang dipilih merupakan masalah yang

ditemukan dilapangan.

3. Pada deskripsi ketepatan rumusan tujuan pembelajaran ahli desain memberikan

skor 4 yang artinya tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan STPPA.

4. Pada deskripsi ketepatan merumuskan indikator memberikan skor 5 yang

artinya indikator yang dipilih sudah tepat.

5. Pada deskripsi keluasan merumuskan indikator ahli desain memberikan skor 4

karena indikator yang dipilih sudah sesuai.


6. Pada deskripsi ketepatan memilih pendekatan/strategi pembelajaran ahli desain

memberikan skor 4 yang artinya media balok angka berpusat pada siswa dan

model pembelajaran berbasis area, kelompok dan minat.

7. Pada dskripsi ketepatan memilih metode pembelajaran ahli desain memberikan

skor 4 yang artinya proses pembelajaran sesuai dengan teknik pembelajaran.

8. Pada deskripsi kelengkapan memilih teknik pembelajaran ahli desain

memberikan skor 4 karena tekniuk pembelajaran yang dipilih sudah lengkap

dalam RPPH.

9. Pada deskripsi kesesuaian metode dengan teknik pembelajaran memberikan

skor 4 yang artinya sesuai. Karena metode dengan teknik pembelajaran sesuai

dalam RPPH.

10. Pada deskripsi kesesuaian materi dengan tujuan ahli desain memberikan skor

4 yang artinya materi dengan tujuan sudah sesuai dalam RPPH.

11. Pada deskripsi ketepatan pengorganisasian materi ahli desain memberikan

skor 4 karena materi yang dipilih sudah terorganisasi dengan baik.

12. Pada deskripsi menyertakan suplemen materi tambahan ahli desain

memberikan skor 4 karena dalam pembelajaran menyertakan suplemen materi

tambahan.

13. Pada deskripsi menyertakan latihan atau pengayaan materi memberikan skor

4 karena dalam kegiatan pembelajaran ada latihan dan pengayaan materi.

14. Pada deskripsi kesesuaian pertanyaan dengan tujuan pembelajaran

memberikan skor 4 yang artinya pertanyaan disusun dengan memilih

pertanyaan yang se9suai dengan maksud pertanyaan tersebut.


15. Pada deskripsi ketepatan memilih metode dan bentuk instrumen ahli desain

memberikan skor 4 karena metode dan instrumen yang digunakan sesuai

dengan RPPH.

4.2.3 Pembahasan Draf III Pengembangan

1 Hasil Penilaian Uji Coba Perseorangan

Berdasarkan hasil uji coba perseorangan yang dilakukan oleh peneliti yang

melibatkan 2 orang anak usia 5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti,

menunjukan bahwa anak-anak sangat merasa senang menonton dan aktif dalam

menyebutkan anggota keluarga,teman dan ciri-ciri khusus mereka. Berdasarkan

hasil tersebut maka media video ini layak digunakan dan cocok untuk anak usia

dini. Pada setiap pertanyaan itu terdiri dari 12 butir pertanyaan setiap anak

menjawab “ ya” atau di beri skor 1, karena media yang dikembangkan sesuai

dengan lingkungan anak dan anak sangat merasa senang dikarenakan belum ada

media ini sebelumnya. Berdasarkan hasil uji coba yang didapatkan dari respon

ke 2 anak ini, rata-rata skor yang di peroleh adalah 100% skor tersebut berada

pada kategori “sangat valid” atau sangat baik dan media video ini layak di

gunakan . Hasil uji coba tersebut menunjukan tingkat kelayakan media video

pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluarga. Maka media video

pembelajaran ini dinyatakan layak digunakan tanpa revisi. Sehingga dapat

dilanjutkan pada uji coba kelompok kecil.

2 Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil

Berdasarkan hasil uji coba kelompok kecil yang melibatkan 6 orang anak usia

5-6 tahun di PAUD Terpadu Citra Bakti, maka di peroleh hasil dari ke 8
pertanyaan yang ditujukan pada anak peneliti mendapat respon “ya” atau dengan

skor 1. Selain itu berdasarkan pengamatan langsung saat anak diberi kesempatan

untuk menjawab dan menjelaskan tentang anggota keluarga, teman dan ciri

khusus mereka serta mengenal lingkungan sekitar anak menunjuan ekspresi

sangat senang dan sangat bersemangat. Hal ini dikarenakan media video

pembelajaran lingkungan keluarga ini belum ada sebelumnya. Berdasarkan

respon yang diberikan anak tersebut maka media video pembelajaran ini dapat

meningkatkan minat belajar anak.

Hasil uji coba media video pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan

keluarga terhadap anak sebagai pengguna produk, maka media ini dinyatakan

“sangat valid”. Karena dalam media video terdapat gambar- gambar atau animasi

yang menarik yang menjelaskan tentang anggota keluarga dan temman serta ciri

khusus dan menenal lingkungan sekitar dengan sederhana yang ada didalam

lingkungan anggota keluarga sehingga media ini sangat membantu minat belajar

anak dan dapat membantu perkembangan sosial emosional anak.

4.2.4 Produk Akhir Pengembangan

Media video pembelajaran lingkungan sub tema lingkungan keluarga yang

dikembangkan untuk membantu perkembangan sosial emosional anak pada anak

usia 5-6 tahun ( menyebutkan nama anggota keluarga dan mampu mengenali

anggota keluarga teman serta lingkungan sekitar ) ini adalah jawaban dari

rumusan masalah yang diajukan yaitu bagaimana desain dan kelayakan dari

media video pembelajaran yang dikembangkan.


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No 137 Tahun 2014 Tentang


Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Oka, G.P.A. (2017). Model Konseptual Pengembangan Produk Pembelajaran:
Beserta Teknik Evaluasi. Yogyakarta: Deepublish-Citra Bakti.
Oka, G.P.A. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Companent
Dispay Theory (CDT) Pada Mata Kuliah Multimedia Jurusan Teknologi
Pendidikan Undiksha. Tesis. Undiksa. Tidak dipublikasikan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang
SISDIKNAS. Jakarta: Sinar Grafika.
STKIP Citra Bakti Ngada. (2020). Buku Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 111.
Ngada:STKIP Citra Bakti.
Oka, G., & Dopo, F. (2019). Pengembangan Videoscribe Berfikir Simbolik
Representasi Berbagai Macam Benda Pada Kelompok Anak Usia 5-6
Tahun Di Paud Lab Ananda Citra Bakti. Jurnal Imedtech (Instructional
Media, Design and Technology), 3(2), 56-72.
doi:http://dx.doi.org/10.38048/imedtech.v3i2.21
Mursid. (2017). Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya. http://repository.upi.edu.
Masitoh. (2009). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. http://digilib.uinsby.ac.id.
Rusdinar dan Elizar. (2005). Pengelolaan di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Aisyah, Siti. 2018 Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Eliywati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Anak Usia
Dini. Jakarta.
Hartati. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan.
Najib, Muhammad. (2016). Manajemen Strategi Pembelajaran Karakter bagi
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.
Ashar Arsyad. (2006). Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai