Syariah di Indonesia
Akhmad Zaeni, Ir
Pokok Bahasan
1. Akad Tabarru’
2. Akad Wakalah bil Ujroh
3. Akad Mudhorobah Musytarakah
4. Akad Wakaf
1. Akad Tabarru’ (Hibah/Dana Kebajikan)
1. Pengertian Akad Tabarru’
2. Antara Akad Tabarru’ dan Musahamah (Kontribusi)
3. Landasan Syar’i Akad Tabarru’
4. Pengelolaan Dana Tabarru’ pada Asuransi Syariah
5. Skema/Model Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah
6. Skema/Model Akad Risk Sharing dalam
Pengelolaan Dana Tabarru’
2. Akad Wakalah bil Ujroh
1. Pengertian Akad Wakalah bil Ujroh
2. Landasan Syar’i Akad Wakalah bil Ujroh
3. Pengelolaan Dana Wakalah bil Ujroh pda
Asuransi Syariah
4. Skema/Model Akad Wakalah bil Ujroh pada
Asuransi Syariah
5. Skema/Model Akad Wakalah bil Ujroh pada
Reasuransi Syariah
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Syekh Wahbah az-Zuhaili, Tabarru’ dalam
pengertian hibah, adalah akad pemberian
kepemilikan kepada orang lain tanpa adanya ganti,
yang dilakukan secara sukarela ketika pemberi
masih hidup.
• Hibah mencakup sedekah, hadiah dan ‘athiyah.
• Sedekah : pemberian yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang yang membutuhkan dengan tujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Hadiah : pemberian seseorang kepada orang
yang layak mendapatkan sebagai
penghormatan dan untuk menciptakan
keakraban.
• ‘Athiyah : pemberian seseorang yang
dilakukan ketika dia dalam keadaan sakit
menjelang kematian.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Fatwa DSN-MUI tentang Akad Tabarru’ pada
Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah,
sebagai semua bentuk akad yang dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebaikan
dan tolong menolong antar peserta, bukan
untuk tujuan komersial.
• Dalam Akad Tabarru’ (hibah) peserta
memberikan hibah yang akan digunakan untuk
menolong peserta lain yang terkena musibah.
• Adapun perusahaan hanya bertindak sebagai
pengelola dana hibah (dana tabarru’)
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Peraturan Menteri Keuangan , Tabarru’ adalah
akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu
peserta kepada dana tabarru’ untuk tujuan tolong
menolong di antara para peserta, yang tidak bersifat
dan bukan untuk tujuan komersial.
• Aplikasi Akad Tabarru dalam Asuransi Syariah
diimplementasikan dalam bentuk kontribusi peserta
berupa dana tabarru’, yaitu dana yang hanya
diperuntukkan bagi keperluan saling tolong
menolong sesama peserta takaful (asuransi syariah).
• Mekanisme tolong menolong ini dalam dunia
asuransi disebut sebagai pengelolaan resiko.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Fungsi pengelolaan resiko, oleh peserta diwakilkan
kepada perusahaan asuransi syariah sebagai :
– Wakil (wakiil) dalam akad wakalah bil ujroh
– Mudharib dalam akad mudharabah
– Nazhir dalam akad wakaf (waqf)
• Akad antara kumpulan peserta dengan perusahaan
dapat menggunakan akad komersial (tijarah) :
wakalah bil ujroh atau mudharabah atau akad wakaf
sebagaimana dilakukan oleh beberapa negara.
• Akad tijarah (Adiwarman A. Karim) adalah segala
macam perjanjian yang menyangkut for profit
transaction.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Konteks akad dalam asuransi syariah, akad tabarru’
bermaksud memberikan dana kebajikan dengan niat
ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama
lainsesama peserta takaful (asuransi syariah) apabila
ada diantaranya yang mendapat musibah. Dana
klaim yang diberikan diambil dari rekening
kumpulan dana tabarru’ yang sudah diniatkan untuk
kepentingan dana kebajikan atau dana tolong
menolong oleh semua peserta ketika akan menjadi
peserta asuransi syariah.
• Karena itu dalam akad tabarru’, pihak yang memberi
dengan ikhlas memberikan sesuatu tanpa ada
keinginan untuk menerima apapun dari orang yang
menerima, kecuali balasan dari Allah SWT.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Husain Hamid Hisan, menggambarkan akad-akad
tabarru’ sebagai cara yang disyariatkan Islam untuk
mewujudkan ta’awun dan tadhamun. Dalam akad
tabarru’, orang yang menolong atau
berderma/hibah (mutabarri’) tidak berniat mencari
keuntungan dan tidak menuntut “pengganti”
sebagai imbalan dari apa (hibah) yang telah
diberikan. Karena itulah akad tabarru’ dibolehkan.
• Hukumnya dibolehkan karena jika barang/ sesuatu
yang hilang atau rusak di tangan penerima derma–
oleh sebab apapun- maka tidak akan merugikan
dirinya, karena ia tidak memberi ganti sebagai
imbalan atas derma yang diterimanya.
1. 1. Pengertian Akad Tabarru’
• Mohd. Fadli Yusof, pendiri dan mantan CEO Syarikat
Takaful Malaysia SDN BHD menjelaskan manfaat dan
batasan penggunaan dana tabarru’ : Secara umum
tabarru’ mempunyai pengertian yang luas. Dana
tabarru’ bisa digunakan untuk membantu siapa saja
yang mendapat musibah. Tetapi dalam bisnis
Takaful, karena melalui akad khusus maka
kemanfaatannya hanya terbatas pada peserta
takaful saja.
• Kumpulan dana tabarru’ hanya dapat digunakan
untuk kepentingan para peserta takaful saja yang
mendapat musibah. Sekiranya dana tabarru’
tersebut digunakan untuk kepentingan lain, maka ini
berarti melanggar syarat akad.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Ma’sum Billah, lebih cenderung tidak menggunakan
istilah tabarru’, tetapi menggunakan istilah al
musahamah (kontribusi). Hal ini sebagai solusi atas
perdebatan bahwa dalam akad tabarru’ tidak boleh ada
pengembalian lagi (mudharabah). Karena
premi/kontribusi sudah diikhlaskan dan hanya
mengharapkan ridha Allah SWT. Sementara dalam
praktek asuransi syariah pada saat ini, khususnya produk
term insurance (asuransi jiwa syariah) dan pada seluruh
produk general insurance (asuransi umum syariah)
terdapat yang disebut mudharabah, (bagi hasil) yang
diberikan kepada nasabah apabila tidak terjadi klaim (no
claim bonus) atau berhenti jika kontrak belum berakhir.
• Ada kerancuan antara teori dan praktek
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Ma’sum Billah, jika kontribusi yang telah dibayarkan
dalam polis umum dianggap sebagai tabarru’
(sumbangan) atau sedekah (amal) atau hibah (hadiah) ,
bukannya sebagai kontribusi (al musahamah), hal ini
dapat menimbulkan pertentangan antara prinsip
tabarru’, shadaqah dan hibah dengan praktek asuransi
umum dilihat dari sudut pandang syariah, karena :
1. Istilah tabarru’, shadaqah dan hibah pada prinsipnya
bisa saling bertukar tempat dan makna, yaitu
sumbangan (donasi). Sebaliknya istilah al musahamah
(kontribusi) tidak melibatkan ide sumbangan (donation).
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Menurut hukum Islam, tidaklah bagi seorang
penyumbang untuk meminta manfaat apapun atas harta
yang disumbangkannya setelah harta tersebut
dikeluarkan sebagai sumbangan. Hal ini dinyatakan
berkali-kali oleh Rasulullah SAW :
“Dari Ibnu Abbas berkata : Bersabda Rasulullah SAW,
orang yang mengambil kembali hadiahnya/
sumbangannya adalah seperti anjing yang menjilat
kembali muntahnya. Tidak ada perbuatan yang buruk
seperti itu bagi kita”
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
“Dari Ibnu Umar ra. dan Ibnu Abbas ra. Bahwasanya
Nabi saw bersabda, tidak halal bagi seseorang yang kan
memberikan hadiah dan setelah itu dia diambilnya
kembali kecuali seorang ayah yang memberi hadiah
kepada anaknya. Perumpamaan orang yang memberi
hadiah kemudian mengambilnya kembali adalah seperti
anjing yang maka hinggga ketika kekenyangan, ia
memuntahkannya dan kemudian dijilat kembali
muntahnya”
• Akan tetapi di dalam al musahamah (kontribusi) yang
diberikan seseorang bukanlah untuk orang lain, yaitu
kontribusi bisa juga untuk pemberi kontribusi itu sendiri.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Akan tetapi di dalam al musahamah (kontribusi) yang
diberikan seseorang bukanlah untuk orang lain, yaitu
kontribusi bisa juga untuk pemberi kontribusi itu sendiri.
Terlebih lagi, hakekat kontribusi jauh dari hakekat
sumbangan. Dalam kontribusi, pemberi kontribusi tidak
berhenti untuk memperoleh manfaat atas dana yang
dikontribusikannya; pemberi kontribusi juga berhak
untuk menarik kembali kontribusi tersebut, bahkan
setelah kontribusi dikeluarkan, kecuali kalau kontribusi
tersebut dikeluarkan sebagai amal.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
2. Dalam polis asuransi umum, baik operator maupun
peserta sama-sama setuju bahwa peserta akan
membayar kontribusi yang disepakati kepada operator
dengan alasan untuk perlindungan masa depan dengan
kompensasi yang layak terhadap resiko jika resiko
tersebut terjadi sesuai dengan subject matter selama
dalam masa pertanggungan.
Namun jika resiko tersebut tidak terjadi, peserta berhak
untuk mengklaim bonus yang belum diklaim (no claim
bonus) dari pihak penanggung setelah batas waktu
masing-masing polis. Hal ini tidak bisa dibenarkan
secara syar’i jika menggunakan akad tabarru’.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Lebih lanjut Ma’sum Billah menjelaskan, akan tetapi jika
kita menganggap kontribusi sebagai al musahamah
(kontribusi) maka tidak akan menimbulkan
pertentangan antara prinsip dasar Islam dan praktek
asuransi , karena pada dana yang dikontribusikan orang
yang memberikan kontribusinya, memiliki hak untuk
mengklaim atau memperoleh manfaat darinya.
Karenanya dalam polis asuransi umum, jika pemegang
polis mengklaim perlindungan atau no claim bonus
dengan alasan kontribusi telah dibayarkannya, maka
klaim tersebut tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, karena dianggap al musahamah.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Syakir Sula, dari argumentasi Ma’sum Billah , saya
berpendapat jika menggunakan istilah kontribusi, maka
konsep hakiki asuransi syariah sebagai isntrumen
ta’awanu ‘alal birri wattaqwa, saling tolong menolong
dalam kebajikan dan takwa bagi sesama peserta
maknanya menjadi hilang karena bergeser dari konsep
spiritual ‘mengharapkan pahala dari Allah’ menjadi
‘mengharapkan penggantian materi dari penanggung’.
Hal ini tentu jauh bergeser dari alasan yang dijadikan
dasar hukum bagi sejumlah fatwa terhadap kebolehan
asuransi syariah karena berdasarkan prinsip ta’awun,
kooperatif yang dikeluarkan oleh ulama dan lembaga
fikih dunia.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Menurut Syakir Sula, penggunaan akad tabarru’ antara
satu peserta dengan peserta lainnya dalam konsep
asuransi syariah sudah tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara syar’i. Sejumlah ayat Al
Qur’an dan hadits nabi dapat dijadikan sandaran
hukum. Misalnya, merupakan sunah nabi untuk
membalas hibah orang lain apabila orang yang diberi
mampu melakukannya. Dan itu sudah berlaku umum
sebagai bagian dari budaya (urf) dan akhlak seorang
muslim.
• Jadi menurut, Syakir Sula, yang dilarang dalam konteks
hadits tentang hibah di atas adalah ketika pemberinya
dengan sengaja (proaktif) ingin mengambil kembali
hibah yang telah diberikannya.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
• Beberapa hal yang harus diperhatikan stakeholder
asuransi syariah untuk menjaga sharia compliance
(kepatuhan terhadap syariah) dalam implementasi akad
tabarru’ :
1. Perlu adanya sosialisasi secara terus menerus kepada
masyarakat, khususnya peserta asuransi syariah bahwa
dalam melaksanakan akad tabarru’ (hibah) tidak boleh
berharap atau meminta kembali dana tabarru’ yang
sudah dibayarkan, agar mendapat pahala kebajikan
yang berlipat ganda sebagaimana dijanjikan Allah swt.
1. 2. Antara Akad Tabarru’ dan
Musahamah (Kontribusi)
2. Bahwa dalam implementasi akad tabarru’ pada asuransi
(umum ) syariah dan sebagian pada produk term
insurance (asuransi jiwa syariah), pengelola atau
perusahaan asuransi syariah sepatutnya mencari
keunggulan kompetitif lain, sehingga tidak tergoda
untuk mengikuti cara-cara asuransi (konvensional)
dalam praktek no claim bonus.
3. Bahwa konklusi yang diberikan fatwa DSN, sifatnya
dalam rangka mendorong dan menumbuhkembangkan
asuransi syariah yang masih dalam tahap awal
pengenalan kepada masyarakat, sehingga perlu
tahapan-tahapan sebelum sampai kepada implementasi
yang sempurna, sebagaimana kaidah fikih “maala
yudraku laa yudraku kulluhu” (jika tidak bisa meraih
semuanya, jangan tinggalkan semuanya)
1. 3. Landasan Syariah Akad Tabarru’
• Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a –yutabarra’u –
tabarru’an : artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan
atau derma.
• Orang-orang yang memberi sumbangan disebut
mutabarri’ (dermawan)
• Tabarru’ merupakan pemberian sukarela seseorang
kepada orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan
berpindahnya kepemilikan harta itu dari pemberi
kepada orang yang diberi.
• Dalam akad tabarru’, peserta memberikan dana hibah
yang akan digunakan untuk menolong peserta atau
peserta lain yang tertimpa musibah.
1. 3. Landasan Syar’i Akad Tabarru’
• Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak
menerima dana tabarru’ (muamman/mutabarru’ lahu)
dan secara kolektif selaku penanggung (muammin /
mutabarri’).
• Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana
hibah, atas akad wakalah dari para peserta selain
pengelolaan investasi.
• Niat tabarru’ (dana kebajikan) dalam akad asuransi
syariah adalah alternatif yang sah yang dibenarkan oleh
syara’ dalam melepaskan diri dari praktek gharar yang
diharamkan oleh Allah swt.
1. 3. Landasan Syariah Akad Tabarru’
• Jumhur ulama mendefinisikan tabarru’ (hibah /
pemberian) dengan :”Akad yang mengakibatkan
pemillikan harta, tanpa ganti rugi, yang dilakukan
seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain
secara sukarela”.
2. Akad Wakalah bil Ujroh
1. Pengertian Akad Wakalah bil Ujroh
2. Landasan Syar’i Akad Wakalah bil Ujroh
3. Pengelolaan Dana Wakalah bil Ujroh pda
Asuransi Syariah
4. Skema/Model Akad Wakalah bil Ujroh pada
Asuransi Syariah
5. Skema/Model Akad Wakalah bil Ujroh pada
Reasuransi Syariah
2. 1. Pengertian Akad Wakalah bil Ujroh