Anda di halaman 1dari 4

belanja transfer ke daerah

Dampak Omnibus Law Perpajakan terhadap


Penerimaan Daerah
oleh
Adhi Prasetyo S.W.*)
Abstrak
Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Perpajakan berpotensi
memangkas penerimaan negara sebesar Rp79 triliun di tahun 2025 serta
membuat daerah-daerah terancam mengalami penurunan PAD selama beberapa
tahun ke depan. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam pembahasan RUU
Omnibus Law Perpajakan. Hal ini dikarenakan penetapan RUU Omnibus Law
Perpajakan dapat mempengaruhi besarnya celah fiskal di daerah dan berdampak
pada besaran Dana Alokasi Umum (DAU). Hal ini kemudian berimplikasi terhadap
bertambahnya kewajiban pusat atas transfer ke daerah.

P
emerintah berencana kemudahan berusaha dan berinvestasi.
menyelesaikan Rancangan Selain itu, kewenangan yang dimiliki
Undang-Undang (RUU) Ketentuan kepala daerah sebagaimana tertuang
Umum dan Fasilitas Perpajakan dalam UU PDRD cukup bebas sehingga
untuk Penguatan Perekonomian atau dalam menetapkan dasar pengenaan
RUU Omnibus Law Perpajakan pada pajak sesuai kewenangan pemajakan
akhir tahun 2020. Hal ini dilakukan daerah, seringkali tidak sinkron dengan
dalam rangka menciptakan kepastian kebijakan pemerintah pusat. Hal ini
hukum bagi subjek pajak, menjamin menyebabkan adanya perbedaan
keberlangsungan usaha, dan mendorong biaya investasi yang harus ditanggung
kepatuhan Wajib Pajak (WP) secara investor di setiap daerah sehingga
sukarela, dan menciptakan keadilan minat investasi menjadi berkurang
dalam iklim berusaha di dalam serta mengakibatkan tidak meratanya
negeri. Selain itu, penyelesaian RUU investasi yang datang ke daerah.
Omnibus Law Perpajakan diharapkan
Oleh karena itu, tulisan ini akan
dapat mendorong sektor prioritas
membahas apa saja yang diatur dalam
skala nasional dengan memberikan
omnibus law Perpajakan terkait dengan
kemudahan, perlindungan, serta
daerah. Lebih lanjut, tulisan ini juga
pengaturan yang sederhana dan
mengkaji bagaimana dampak omnibus
berkeadilan.
law Perpajakan terhadap DAU serta
Hadirnya RUU Omnibus Law Perpajakan efeknya terhadap kemandirian daerah
ini berhubungan dengan ketentuan yang selama ini mayoritas Pendapatan
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Asli Daerah (PAD) belum mampu
Desa. Dalam RUU tersebut, terdapat menopang APBD.
rencana pemerintah untuk menurunkan
Hal-hal yang Akan Diatur dalam
tarif PPh Badan menjadi 20 persen
Omnibus Law Perpajakan Terkait
dari yang sebelumnya 25 persen.
Daerah
Hal ini sedikit banyak akan berimbas
terhadap Dana Alokasi Umum (DAU). Pertama, besaran tarif pajak yang
Sementara itu, terkait isu pajak daerah, sama. Hal tersebut bertujuan untuk
omnibus law perpajakan dilatarbelakangi mensinkronkan besaran pajak antara
oleh maraknya pemerintahan daerah satu daerah dengan daerah lain,
(pemda) yang menetapkan tarif dan antara pusat dan daerah guna
maksimal seperti yang diatur dalam mendukung investasi. Lebih lanjut
UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah penentuan tarif tertentu atas PDRD
dan Retribusi Daerah (PDRD) tanpa yang berlaku secara nasional oleh
memperhatikan dampaknya terhadap pemerintah pusat diatur dalam Peraturan
*) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. e-mail: adhiprasw@gmail.com

8 Buletin APBN Vol. V. Ed. 03, Maret 2020


Namun kewenangan tersebut sempat
Presiden (Perpres). Kemudian pemda
menimbulkan polemik ketika Mendagri
menerapkan tarif yang diatur dalam
membatalkan 3.143 Perda di tahun 2016
Perpres paling lama 3 bulan setelah
karena dinilai menghambat pertumbuhan
Perpres diundangkan. Sementara itu
ekonomi daerah, memperpanjang jalur
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan
birokrasi, menghambat proses perizinan
Pelaksanaan Otonomi Daerah
dan investasi, menghambat kemudahan
(KPPOD), menyampaikan bahwa
berusaha, dan bertentangan dengan
perpajakan di era otonomi daerah
peraturan perundang-undangan yang
mulai diterapkan sejak UU No. 34/2000
lebih tinggi. Sayangnya kewenangan
tentang Perubahan Atas UU No.
tersebut telah dianulir oleh Mahkamah
18/1997 tentang Pajak dan Retribusi
Konstitusi (MK) dalam dua uji materi
Daerah dan UU PDRD diterbitkan. UU
sekaligus. Pembatalan wewenang
tersebut memberikan diskresi kepada
itu tertuang dalam Putusan MK No.
Pemda untuk memberlakukan tarif
137/PUU-XIII/2015 dan Putusan MK
akhir pajak sesuai dengan kebijakan
No. 56/PUU-XIV/2016 dimana MK
atau pertimbangan dari daerah masing-
menganulir kewenangan Mendagri
masing. Dalam aturan ini, pemerintah
terkait pembatalan Perda Provinsi,
pusat hanya mengatur range tarif
Perda Kabupaten/Kota, Pergub, dan
minimal dan maksimal. Hal ini baik untuk
Perbup/Perwali. MK juga menyatakan
daerah karena membuka ruang untuk
demi kepastian hukum dan kesesuaian
menarik investasi dan berkompetisi
dengan UUD 1945, maka pengujian
guna memaksimalkan pendapatan
atau pembatalan Perda menjadi ranah
daerahnya. Namun faktanya, kebijakan
kewenangan konstitusional Mahkamah
itu tidak berlaku optimal. Pada jenis
Agung (MA) sebagaimana ditentukan
pajak tertentu, kompetisi nyaris tidak
oleh Pasal 24A ayat (1) UUD 1945.
terjadi. Misalnya saja pengurangan
Akan tetapi saat ini terdapat pro kontra
pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah
dimana dalam RUU Omnibus Law Cipta
dan Bangunan (BPHTB) yang mengatur
Lapangan Kerja disebutkan bahwa,
pengurangan Nilai Jual Objek Pajak
pemerintah mempunyai kewenangan
(NJOP) Penghasilan Tidak Kena Pajak
untuk mencabut Perda yang tidak
(PTKP) minimal Rp60 juta. Mayoritas
sejalan dengan peraturan perundang-
daerah memakai tarif yang sama yakni
undangan diatasnya melalui Perpres.
angka minimal Rp60 juta, sementara
Dalam RUU Omnibus Law Perpajakan
hanya satu daerah yang menggunakan
disebutkan menteri dapat melakukan
tarif berbeda hingga Rp75 juta
evaluasi serta pengawasan terhadap
(hukumonline.com).
Perda dan aturan pelaksananya di
Kedua, pemerintah akan mengkaji bidang PDRD. Apabila dinyatakan
pajak daerah yang dinilai menghambat kemudahan berusaha,
menghambat investasi. Saat ini aturan pemda wajib melakukan perubahan
mengenai evaluasi Peraturan Daerah Perda dan/atau aturan pelaksanaan
(Perda) tentang Pajak dan Retribusi dimaksud paling lama 6 bulan sejak hasil
sudah termuat di dalam UU PDRD evaluasi terbit.
dan UU Pemda dimana Menteri Dalam
Ketiga, menerapkan sanksi
Negeri (Mendagri) dapat melakukan
pengurangan dana transfer daerah
evaluasi terhadap Rancangan Peraturan
bagi Pemda yang tidak mengikuti
Daerah (Raperda) untuk menguji
aturan di RUU Omnibus Law
kesesuaian Raperda dengan ketentuan
Perpajakan. Sanksi diberikan kepada
UU PDRD, kepentingan umum, dan/
Pemda yang tidak merubah Perda
atau peraturan perundang-undangan
sesuai dengan hasil evaluasi jika Perda
lain yang lebih tinggi. Apabila Perda
tersebut menghambat kemudahan
tersebut tidak sejalan, maka Menkeu
berusaha. Sanksi tersebut berupa
merekomendasikan pembatalan Perda
penundaan dan/atau pemotongan dana
dimaksud kepada Presiden melalui
transfer ke daerah dan/atau sanksi
Mendagri.
lain sesuai peraturan perundang-
Buletin APBN Vol. V. Ed. 03, Maret 2020 9
undangan. Sanksi yang dikenakan skenario penurunan secara bertahap
pemerintah terhadap Pemda sebenarnya akan berdampak terhadap turunnya
bukanlah sesuatu hal yang baru, aturan penerimaan pajak neto sebesar Rp53
penundaan atau pemotongan DAU triliun di tahun 2021, Rp41,7 triliun di
dan/atau Dana Bagi Hasil (DBH) atau tahun 2022, Rp65 triliun di tahun 2023,
restitusi sudah tercantum dalam UU Rp71,3 triliun di tahun 2024, Rp79 triliun
PDRD dan UU Pemda. Walaupun sudah di tahun 2025 dan Rp115,7 triliun di
ada sanksi yang menanti, namun pada tahun 2030. Penurunan tersebut tentu
praktiknya masih ditemukan Perda yang akan mempengaruhi DAU, sebagaimana
tidak sejalan dengan UU diatasnya, kita ketahui bersama DAU adalah dana
sehingga RUU Omnibus Law Perpajakan yang bersumber dari pendapatan APBN
kembali mengatur mengenai sanksi yang yang dialokasikan kepada daerah
kurang lebih sama dengan UU PDRD dengan tujuan pemerataan kemampuan
dan UU Pemda. Di sisi lain harus diakui keuangan antar daerah untuk
bahwa pengawasan Perda PDRD oleh mendanai kebutuhan daerah dalam
pemerintah pusat pun kurang efektif dan rangka pelaksanaan desentralisasi.
fokus dikarenakan banyaknya Perda Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan
PDRD dari 542 pemda, muatan materi sekurang-kurangnya 26 persen dari
pengaturannya cukup banyak, serta PDN neto yang ditetapkan dalam APBN
data dan informasi tentang PDRD yang sebagaimana yang tercantum dalam
terbatas. UU No. 33/2004 tentang Perimbangan
Dampak Omnibus Law Perpajakan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Terhadap Penerimaan Daerah Daerah. DAU sendiri berperan penting
dalam meningkatkan pemerataan
Alokasi DAU berpotensi menurun. kemampuan keuangan antar daerah
Sebanyak 28 pasal yang terdapat terutama bagi daerah yang bukan
dalam RUU Omnibus Law Perpajakan penerima Dana Bagi Hasil (DBH) yang
diharapkan mampu mendorong besar dan daerah yang mempunyai
perekonomian nasional melalui potensi PAD yang relatif kecil.
investasi sehingga dapat meningkatkan
penerimaan perpajakan nasional. Berkurangnya PAD. Saat ini tidak
Upaya peningkatan investasi tersebut banyak Pemda yang mempunyai
dilakukan melalui penyesuaian tarif kemandirian fiskal, dimana PAD
PPh Badan dalam negeri dan bentuk mampu membiayai belanja daerahnya
usaha tetap secara bertahap berupa sendiri, mayoritas Pemda masih
penurunan tarif dari semula 25 persen sangat tergantung terhadap Dana
menjadi 22 persen di tahun 2021 dan Transfer ke Daerah. Ini didukung data
2022, selanjutnya menjadi 20 persen realisasi Anggaran Pendapatan dan
di tahun 2023. Di sisi lain penurunan Belanja Daerah (APBD) tahun 2018
ini akan berpotensi memangkas dari Direktorat Jenderal Perimbangan
penerimaan negara. Terlebih hingga saat Keuangan (DPJK) dimana dari total 542
ini penerimaan pajak di Indonesia cukup pemda di Indonesia, kontribusi PAD
dipengaruhi oleh kinerja penerimaan terhadap pendapatan daerah dalam
PPh Badan, dimana selama 5 tahun APBD hanyalah 24,6 persen, dan Dana
Gambar 1. Komposisi Pendapatan Daerah di
terakhir PPh Badan mendominasi 542 Pemda Tahun 2018
dengan rerata 23,1 persen terhadap
pendapatan pajak dalam negeri dan 18,8
persen terhadap Pendapatan Dalam
Negeri (PDN). Berbanding terbalik
dengan di negara maju dimana PPh
Badan hanya menyumbang sekitar 10
persen terhadap PDN.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
telah menghitung proyeksi dampak Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan
penurunan tarif PPh Badan, dengan Keuangan, Kementerian Keuangan, diolah

10 Buletin APBN Vol. V. Ed. 03, Maret 2020


Perimbangan berkontribusi sangat
banyak dengan persentase 60 persen
serta dana lain-lain sebesar 15,5 persen.
Rekomendasi
Sebelum UU Omnibus Law
Adanya RUU Omnibus Law Perpajakan Perpajakan disahkan, terdapat
dipastikan akan membatasi ruang beberapa poin yang perlu
gerak Pemda dalam meningkatkan dipertimbangkan pemerintah,
PAD daerahnya. Dengan demikian bagi diantaranya: pertama, keseragaman
daerah yang masih tergantung terhadap pemahaman mengenai perubahan
pusat, penerapan RUU Omnibus Law paradigma pajak sebagai stimulus
Perpajakan otomatis akan memperlebar perekonomian perlu dimiliki
celah fiskal dikarenakan adanya pemerintah pusat dan daerah.
penurunan PAD dan DAU yang nantinya keseragaman pemahaman akan
dapat berimplikasi pada munculnya mendorong paradigma kepala
permintaan daerah agar pusat daerah untuk merubah tujuan
menambah dana transfer ke daerah. desentralisasi yang semula hanya
Pemerintah pusat sendiri menyampaikan mencapai desentralisasi fiskal menjadi
akan mendorong kerja sama antara desentralisasi ekonomi. Melalui
pemda dengan Kementerian Keuangan perubahan ini kepala daerah akan
untuk mencari solusi agar bisa lebih inovatif dalam membangun
memunculkan potensi pendapatan lain sumber perekonomian baru serta
dapat menurunkan ketergantungan
di luar pajak daerah secepatnya agar DAU dan lebih mandiri secara
segera diadaptasi oleh 542 pemda di ekonomi.
Indonesia.
Kedua, mulai bersinergi dengan
Daftar Pustaka Pemda untuk menumbuhkan potensi-
Draft RUU Ketentuan Umum dan potensi ekonomi daerah. Namun,
Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan hal ini perlu dilakukan secepatnya,
Perekonomian menimbang terdapat 542 pemda di
Indonesia yang memiliki karakteristik
Naskah Akademik Rancangan Undang- berbeda serta dipastikan akan
Undang Ketentuan Umum dan membutuhkan waktu yang lama.
Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan
Perekonomian Ketiga, pemerintah perlu segera
mendapatkan sumber pendapatan
Kementerian Keuangan. Kebijakan Pajak pajak baru serta memperluas basis
Daerah Dan Retribusi Daerah: Konsep, pajak disertai penegakan hukum agar
Evaluasi, & Rancangan. Direktorat ke depan Penerimaan Dalam Negeri
Jenderal Perimbangan Keuangan (PDN) tidak terlalu jauh menurun yang
DDTC Fiscal Research Indonesia. akan berimbas terhadap DAU.
2020. Anticipating Compliance Risk Keempat, sebelum meminta Pemda
Management, Taxation Quarterly Report untuk mensinkronkan Perda dengan
(Q4-2019). peraturan diatasnya, pemerintah
hukumonline.com. 2019. Omnibus perlu menyelaraskan terlebih dahulu
Law Perpajakan Bakal Intervensi ketentuan dimana Perda dapat
Aturan Pajak di Daerah, Diakses dari dibatalkan oleh Perpres. Sebab
https://www.hukumonline.com/berita/ hal tersebut menurut penulis tidak
baca/lt5e114f2683adf/omnibus-law- sejalan dengan UUD 1945, dimana
perpajakan-bakal-intervensi-aturan- MA sebagai lembaga negara yang
pajak-di-daerah/ mempunyai kewenangan menguji
peraturan perundang-undangan di
Kompas.com. 2020. Kemenkeu bawah UU terhadap UU. Hal ini dapat
Bakal Beri Sanksi Pemda yang memberikan kepastian hukum setelah
Nekat Pungut Pajak Tinggi. Diakses UU ini disahkan.
dari https://money.kompas.com/
read/2020/02/11/155811626/kemenkeu-
bakal-beri-sanksi-pemda-yang-nekat- pungut-pajak-tinggi?page=all

Buletin APBN Vol. V. Ed. 03, Maret 2020 11

Anda mungkin juga menyukai