Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

CIVIC KNOWLEGDE CIVIC SKILL DAN CIVIC DISPOTIONS DALAM


PEMBELAJARAN PKN
Dosen Pengampuh : M. Saoki, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Khaerunnisa (2021A1H082)
2. Nunung Parwati (2021A1H103)
3. Marifah (2021A1H089)
4. Muti’ah (2021A1H097)
5. M. Juwardin (118180099)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH MATARAM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, makalah ini yang berjudul “CIVIC KNOWLEGDE
CIVIC SKILL DAN CIVIC DISPOTIONS DALAM PEMBELAJARAN PKN”
dapat diselesaiakan dengan baik dan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Diucapkan juga terima kasih kepada bapak dosen M. Saoki, M.Pd karena
beliau telah membimbing dan bersedia membagikan ilmunya kepada penulis
sehingga penulis dapat menyusun laporan makalah ini. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain
yang turut membantu penyusunan laporan makalah ini sehingga dapat dinikmati
oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang
dapat membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan
lebih baik lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Mataram,17 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) 3
2.1 Keterampilan kewarganegaraan Civic Skill 5
2.2 Watak kewarganegaraan Civic Dispotions 9
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakan
Kompetensi kewarganegaraan adalah seperangkat pengetahuan, nilai, dan
sikap serta keterampilan yang mendukung menjadi warga negara yang
partisipatif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Margaret Stimman Branson (1999:8) menyatakan bahwa terdapat
tiga kompetensi kewarganegaraan utama Pendidikan Kewarganegaraan itu
adalah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), dan sikap kewarganegaraan (civic
dispotisition). Civic knowledge berkaitan dengan isi atau apa yang harus warga
negara ketahui. Civic skills merupakan keterampilan apa yang seharusnya
dimiliki oleh warga negara yang mencakup; keterampilan intelektual dan
keterampilan partisipasi. Sedangkan civic disposition berkaitan dengan
karakter privat dan publik dari warga negara yang perlu dipelihara dan
tingkatan dalam demokrasi konstitusional.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) ?
b. Keterampilan kewarganegaraan Civic Skill?
c. Watak kewarganegaraan Civic Dispotions?
1.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
b. Keterampilan kewarganegaraan Civic Skill
c. Watak kewarganegaraan Civic Dispotions

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Civic knowledge atau pengetahuan kewarganegaraan berkaitan dengan
kandungan atau isi apa saja yang seharusnya diketahui oleh warga negara.
Civic knowledge berkenaan dengan apa -apa yang perlu diketahui dan
dipahami secara layak oleh warga negara.
National Center for Learning and Citizenship (NCLC) (dalam Winarno
2012:108) menyatakan, civic knowledge berisikan item pernyataan yang
berkaitan dengan sejarah dan pengetahuan kontemporer, seperti pemahaman
tentang struktur dan mekanisme pemerintahan konstitusional dan prinsip-
prinsip yang melandasinya.
Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yang dimaksud adalah
pemahaman arti kewarganegaraan bagi warga negara. Melalui civic
knowledge, siswa belajar pengetahuan tentang kewarganegaraan baik dari
segi teori atau konsep berpolitik. Muatan materi pendidikan kewarganegaraan
di lingkup sekolah dasar menjadi pondasi dasar bagi siswa dalam mem-
bentuk warga negara yang baik. Oleh karena itu, materi yang dibelajarkannya
pun sangat be- ragam mulai dari kehidupan sehari-hari, ber- masyarakat,
hingga berbangsa dan bernegara.
a. Komponen pengetahuan kewarganegaraan:
1. Mengidentifikasi dan menggambarkan fenomena (kejadian/isu) politik,
kewarganegaraan
2. Menganalisis dan menjelaskan fenomena
3. Mengevaluasi, mengambil, dan mempertahankan posisi pada acara dan
isu public
4. Berpikir kritis tentang kondisi kehidupan kemasyarakatan
5. Berpikir secara konstruktif tentang bagaimana memperbaiki kehidupan
politik/kemasyarakatan.
b. Civic Knowledge dalam PKn Sekolah

3
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006, secara tersirat
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) terjabar ke dalam dan
mencakup pengetahuan menenai 8 ruang lingkup kajian, yaitu Persatuan
dan Kesatuan Bangsa; norma; hukum; dan peraturan; Hak Asasi Manusia;
Kebutuhan Warga Negara; Konstitusi Negara; Kekuasaan dan Politik;
Pancasila; dan Globalisasi. Untuk menunjukkan mana-mana kajian yang
masuk dalam ranah pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),
dapat di identifikasi dari rumusan kompetensi dasar dari ruang lingkup
tersebut. Setiap kompetensi dasar memuat kata “kerja operasional” yang
dapat dikenalinya sebagai bagian dari apakah termasuk dalam ranah
kognitif, afektif, ataukah psikomotor.
c. Pembelajaran PKn untuk Civic Knowledge
Penting bagi guru PKn untuk memahami bagaimana menentukan dan
mendesain model pembealajaran yang mampu mengembangkan
pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan (civic knowledge). Dengan
kata lain bagaimana merancang pendekatan, strategi, metode, maupun
teknik yang dapat mengembangkan ranah kognitif siswa. Model
pembelajaran PKn harus disesuaikan dengan tujuan mata pelajaran PKn,
yaitu siswa mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif;
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secaara
cerdas; berkembang secara positif dan demokratis dan mampu berinteraksi
dalam hubungan antar warga.
Civic knowledge yang dibelajarkan dilingkup sekolah dasar bermuatan
substansi yang meliputi kewajiban dan hak sebagai warga negara. Siswa
belajar bagaimana pelaksanaan kewajiban di lingkup rumah, masyarakat,
dan negara, serta hak-hak apa saja yang da- pat diperoleh setelah siswa
melaksanakan kewajibannya. Muatan materi pendidikan ke-
warganegaraan yang dibelajarkan dimaksud- kan agar di dalam diri siswa
tertanam sikap menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian, civic
knowledge menjadi pondasi kon- sep menanamkan pengetahuan tentang

4
ke- warganegaraan bagi siswa yang kelak akan berkembang menjadi
warga negara yang aktif.
2.2 Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill)
Kompetensi esensial kedua dari civic education (Pendidikan
Kewarganegaraan) dalam masyarakat demokratis adalah keterampilan atau
kecakapan-kecakapan kewarganegaraan (civic skills). Branson (1998:17)
dalam Winarno (2012:145) menyatakan sebagai berikut.
Jika warga negara mempratikkan hak-haknya dan menunaikan
kewajiban- kewajibannya sebagai anggota masyarakat yang berdaulat,
mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dasar sebagaimana
diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana diuraikan di muka, namun
mereka perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan parsipatoris
yang relevan. Kecakapan-kecakapan intelektual kewarganegaraan sekalipun
dapat dibedakan namun satu sama lain tidak dapat dipisahkan dari kontennya.
Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu.
Kecakapan-kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga
negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut sebagai
kemampuan berpikir kritis. Kecakapan intelektual itu meliputi kemampuan
mengidentifikasi, menggambarkan, menjelaskan, menganalisis,
menilaimengambil, dan mempertahankan posisi atas suatu isu.
Keterampilan partisipasi dalam civic skills (keterampilan
kewarganegaraan) dimaksudkan agar keterlibatan warga negara melalui
partisipasi dalam sistem pemerintahan dapat mewujukan cita-cita demokrasi
suatu bangsa. Keterampilan berpartisipasi dapat dicapai me- lalui kegiatan
berinteraksi, kegiatan memantau perkembangan negara, dan kegiatan
mempeng- aruhi warga negara. Dalam lingkup yang lebih luas, keterampilan
partisipasi dapat diwujud- kan dalam bentuk keterlibatan warga aktif seperti
mengikuti kegiatan pemilu, ikut dalam partai politik, ikut terlibat dalam
menjaga ketertiban, dan mengutamakan kepentingan umum. Bentuk
keterampilan partisipasi warga negara dapat terlihat dari keterlibatan warga
negara dalam sistem pemerintahan.

5
a. kecakapan-kecakapan kewarganegaraan (civic skills)
1. Kecakapan intelektual (intellectual skills)
Mengidentifikasi (identifying) Menggambarkan (describing)
Menganalisis (analyzing) Menilai (evaluating) Mengambil dan
mempertahankan posisi atas suatu isu (taking and defending positions
on public issue)
2. Kecakapan partisipatoris (participatory skills)
Berinteraksi (interacting) Memantau (monitoring) Memengaruhi
(influencing).
Keterampilan kewarganegaraan disebutkan meliputi keterampilan
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan serta
aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan
memengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah sosial,
keterampilan mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola konflik.
b. Civic Skills dalam Pkn Sekolah Keterampillan
Keterampilan kewarganegaraan disebutkan meliputi keterampilan
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, berperan serta
aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan
memengaruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan dan proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah sosial,
keterampilan mengadakan koalisi, kerjasama, dan mengelola konflik.
Yang dimaksudkan civic skills dalam buku terbitan Diknas tersebut adalah
participatory civic skills. Sedangkan untuk keterampilan intelektual
kewarganegaraan adalah keterampilan intelektual yang rujukan materinya
bersumber pada mata pelajaran Kewarganegaraan.
Butir-butir kecakapan kewarganegaraan yang disajikan ini dapat
dipakai sebagai rujukan bagi materi mata pelajaran PKn baik di tingkat
sekolah maupun perguruan tinggi di Indonesia. Butir- butir tersebut
sebagai berikut.

6
a) Kemampuan berkomunikasi secara argumentatif dalam Bahasa
Indonesia yang baik dan benar atas dasar tanggung jawab sosial.
b) Kemampuan berorganisasi dalam lingkungan sekolah atau masyarakat
secara cerdas dan penuh tanggung jawab personal dan sosial.
c) Kemampuan berpartisipasi dalam lingkungan sekolah ataupun
masyarakat secara cerdas dan penuh tanggung jawab personal dan
sosial.
d) Kemampuan mengambil keputusan individual atau kelompok secara
cerdas dan bertanggung jawab.
e) Kemampuan melaksanakan keputusan individual dan atau kelompok
sesuai dengan konteksnya secara bertanggung jawab.
f) Kemampuan berkomunikasi secara cerdas dan etis sesuai dengan
konteksnya.
g) Kemampuan memengaruhi kebijakan umum sesuai dengan norma yang
berlaku dan konteks sosial-budaya lingkungan.
h) Kemampuan membangun kerja sama dengan dasar toleransi, saling
pengertian, dan kepentingan bersama.
i) Kemampuan berlomba-lomba untuk berprestasi lebih baik dan lebih
bermanfaat.
j) Kemampuan turut serta aktif membahas masalah sosial secara cerdas
dan bertanggung jawab.
k) Kemampuan menentang berbagai bentuk pelecehan terhadap
keterampilan warga negara (civic skills) dengan cara yang dapat
diterima secara sosial-budaya.
l) Kemampuan turut serta mengatasi konflik sosial dengan cara yang baik
dan dapat diterima
m)Kemampuan memimpin menganalisis masalah sosial secara kritis
dengan menggunakan aneka sumber yang ada.
n) Kemampuan memimpin kegiatan kemasyarakatan secara bertanggung
jawab.

7
o) Kemampuan memberikan dukungan yang sehat dan penuh tanggung
jawab kepada calon pemimpin dalam lingkungannya.
p) Siswa memiliki kemampuan memberikan dukungan yang sehat dan
tulus terhadap pemimpin yang terpilih secara demokratis.
q) Kemampuan menunaikan berbagai kewajiban sosial sebagai anggota
masyarakat dengan penuh kesadaran.
r) Kemampuan membangun saling pengertian antar suku, agama, ras, dan
golongan guna memelihara keutuhan dan semangat kekeluargaan.
s) Kemampuan berusaha membangun saling pengertian antar bangsa
melalui berbagai media komunikasi yang tersedia.
t) Kemampuan berusaha untuk meningkatkan kemampuan pribadi dan
kegiatan sosial budaya dengan kesadaran untuk berbuat lebih baik.
Dari kedua pendapat tersebut, kita bisa membuat perbedaan civic skills
dalam pengertian luas dan sempit. Secara luas, civic skills mencakup
intellectual civic skills dan participatory civic skills. Sedangkan secara
sempit yang dimaksud civic skills adalah participatory civic skills atau
keterampilan kewarganegaraan, seperti dicontohkan Buku Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan.
Kaitannya dengan civic skills (keterampilan kewarganegaraan) di
lingkup sekolah dasar, siswa dapat diperkenalkan melalui proses demokrasi
yang berlangsung di kelas. Jika memungkinkan, suasana di kelas dibuat
sedemikian sehingga terdapat birokrasi di ke- las. Misalnya terdapat
susunan jabatan di kelas, terdapat aturan yang harus dijalankan, dan ada-
nya sanksi jika melanggar aturan. Adanya akti- vitas musyawarah, diskusi
kelompok, dan pe- mecahan persoalan di kelas dapat menjadi salah satu
upaya dalam membelajakan kete- rampilan kewarganegaraan. Hal ini akan
terli- hat ketika siswa berusaha menyelesaikan per- soalan menggunakan
pengetahuannya tentang apa yang harus dilakukan yang kemudian akan
direalisasikan ke dalam suatu keterampilan pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Civic Skills unntuk pkn

8
Kecenderungan pembelajaran PKn yang hanya berorientasi pada
pemahaman akan civic knowledge perlu diubah, apalagi sebatas
mengajarkan konsep-konsep keilmuan PKn yang sifatnya hafalan. Oleh
karena itu, orientasi pada civic knowledge harus dilanjutkan pada
pengembangan sub ranah intellectual civic skills yang pada dasarnya tidak
dapat dipisahkan dengan civic knowledge.
Ranah keterampilan kewarganegaraan bila disandingkan dengan
pengelompokan Benjamin S. Bloom dalam Winarno (2012:167) tentang
taksonomi pembelajaran, maka ia sejajar dengan aspek psikomotorik.
Meskipun sejajar, namun tetap perlu dibedakan. Dalam taksonomi Bloom,
yang dimaksud ranah psikomotor adalah hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
Padahal keterampilan kewarganegaraan yang dimaksud bukanlah
keterampilan dengan kekuatan fisik, tetapi lebih pada keterampilannya
berpartisipasi pada kehidupan publik sebagai bentuk dari tanggung jawab
kewarganegaraannya.
Siswa juga perlu diperkenalkan pada konsep bentuk partisipasi dalam
civic skills. Bentuk partisipasi di lingkup sekolah dasar dapat dibelajarkan
lebih sederhana. Aktivitas yang diberikan masih dalam bentuk pondasi dasar
seperti terlibat dalam pemilihan ketua kelas, terlibat dalam musyawarah di
kelas, dan terlibat dalam diskusi kelompok. Kegiatan- kegiatan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dapat mendorong
terbentuknya siswa yang berpartisipasi.
2.3 Watak kewarganegaraan (Civic Dispotions)
Civic disposition merupakan kompetensi kewarganegaraan yang paling
penting dan substantif. Civic disposition merupakan tujuan akhir (final
destination) dari pendidikan kewarganegaraan karena merupakan pencer-
minan dan gabungan dari civic knowledge dan civic skills. Civic disposition
(karakter kewar- ganegaraan) merupakan watak atau sifat yang harus dimiliki
warga negara untuk mendukung keterampilan dan pengetahuan kewarganega-

9
raan. Civic disposition bertujuan untuk mewu- judkan dan menumbuhkan
warga negara yang mempunyai karakter yang baik
Komponen mendasar ketiga dari civic education adalah watak
kewarganegaraan (civic dispotision) yang mengisyaratkan pada karakter
publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan
demokrasi konstitusional. Watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan
kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari pada yang
dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah, komunitas, dan
organisasi-organisasi civil society. Watak kewarganegaraan (civic
disposition) menunjuk pada karakter publik maupun privat yang penting bagi
pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional.
a. Ciri-ciri Watak Kewarganegaraan (civic disposition)
1. Menjadi anggota masyarakat yang independen.
2. Memenuhi tanggung jawab personal kewarganegaraan di bidang
ekonomi dan politik.
3. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
4. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan
bijaksana.
5. Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara sehat.
Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali di tegaskan.
Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi, dalam jangka
panjang, mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau
kecakapan yang dikuasai warga negara. Hakim Learned Hand dalam
pidatonya di New York (1994) dalam Margaret S. Branson, dkk (1999:26)
mengungkapkan pentingnya watak kewarganegaraan ini dalam kata-
katanya yang sekarang jadi populer:
“kebebasan terletak pada hati manusia, baik pria maupun wanita.Bila
ia sirna maka tak ada konstitusi, hukum, dan pengadilan yang dapat
menyelamatkannya. Bahkan konstitusi, hukum, dan pengadilan tak dapat
berbuat apa-apa. Namun bila ia masih di sana, maka tak diperlukan lagi
konstitusi, hukum, dan pengadilan untuk menjaganya.”

10
b. Civic Dispotision dalam PKn sekolah
Beradasarkan Permendiknas No. 23 Tahun 2006 dalam Winarno
(2014:191) tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), kita bisa
mengidentifikasi sejumlah kompetensi kewarganegaraan dalam dimensi
civic disposition, untuk SMP. Dalam dimensi karakter kewarganegaraan,
peserta didik diharapkan untuk:
1. Menghargai makna nilai-nilai kejuangan bangsa.
2. Menghargai keputusan bersama.
3. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma kebiasaan, adat
istiadat, dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan
pendapat dengan bertanggung jawab.
5. Menunjukkan sikap positif terrhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi
dan kedaulatan rakyat.
6. Menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi
c. Pembelajaran PKn untuk Civic Disposition
Sebagai pendidikan nilai atau karakter maka salah satu pendekatan
pembelajaran dalam PKn adalah pendekatan berbasis nilai (value based
approach). Sikap salah satu ranah amat menentukan keberhasilan
seseorang dalam belajar. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Pengembangan civic dispotision dapat dilakukan melalui
keikutsertaan siswa dalam project citizen, para siswa memiliki satu
kesempatan untuk mengembangkan berbagai watak kewarganegaraan dari
kewarganegaraan demokrasi seperti nilai politik, kepentingan politik,
toleransi politik, komitmen terhadap pelaksanaan hak kewarganegaraan
demokrasi, komitmen terhadap tanggung jawab kewarganegaraan
demokrasi, komitmen terhadap konstitusionalisme dan kecenderungan
untuk berpartisipasi secara politik .
Muatan pendidikan kewarganegaraan terkait dengan civic disposition
yang relevan untuk saat ini di sekolah dasar dan beberapa waktu yang akan
datang adalah menambahkan muatan karakter dan menekankan rasa meng-

11
hormati (respect) terhadap sesama warga negara. Karakter memiliki peran
yang strategis dalam mewujudkan warga negara yang mempu- nyai
pribadi yang baik dan berintegritas ke- Indonesia-an (Sukadari, Suyata, &
Kuntoro, 2015). Karakter tidak dapat dipelajari dan di- belajarkan dalam
waktu singkat. Karakter ha- rus dibelajarkan secara berkelanjutan.
Memba- ngun komitmen bersama juga diperlukan da- lam
mengembangkan dan mewujudkan karak- ter pendidikan kewarganegaraan
saat ini.

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sistem pendidikan Indonesia sejatinya telah mengembangkan muatan
pendidikan kewarganegaraan yang diintegrasikan dalam kurikulum. Akan
tetapi pada prosesnya masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan
kembali untuk mencapai tujuan yang diharap- kan. Pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia juga tidak bisa lepas dari budaya dan keaneka-
ragaman yang dimiliki. Hal ini dapat menjadi salah satu nilai utama yang bisa
dikembang- kan, yaitu pendidikan kewarganegaraan berba- sis
multikulturalisme yang ada di Indonesia. Artinya bahwa pendidikan dijalankan
dengan tujuan untuk menciptakan generasi yang mampu bersaing di ranah
global dan memiliki rasa nasionalisme serta toleransi yang tinggi terhadap
keberagaman budaya..
1.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat,kami yakin masih banyak
kesalahandisana sini,oleh karenanya saran dan kritik sangat kami harapkan
demi penyempurnaan makalah pada masa mendatang.Semoga makalah yang
kami buatini bermanfaat,bagi kami sendiri dan bagi pembaca semuanya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alhogbi, Basma G. 2017. “Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan.” Journal of


Chemical Information and Modeling 53 (9): 21–25.
http://www.elsevier.com/locate/scp.
Biotec, Sanshi-konchu. 2018. “MUATAN PENDIDIKAN KEWARANEGARAAN
SEBAGAI UPAYA MEMBELAJARKAN CIVIC KNOWLEDGE, CIVIC SKILLS,
DAN CIVIC DISPOSITION DI SEKOLAH DASAR 1, 1” 6 (2): 95–102.
Muchtarom, Moh. 2012. “Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui
Inovasi Pembelajaran PKN Berorientasi Civic Knowledge, Civic
Disposition, Dan Civic Skill Di Perguruan Tinggi.” PKN Progresif 7 (2):
114–30.
Pangalila, T. 2017. “Peningkatan Civic Disposition Siswa Melalui Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)” 7: 91–103.
http://repository.unima.ac.id:8080/handle/123456789/426.

13

Anda mungkin juga menyukai