Koagulasi KLP 3-1
Koagulasi KLP 3-1
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat digunakan
kembali, apabila limbah ini terlalu banyak di lingkungan maka akan berdampak
pada pencemaran lingkungan dan masyarakat sekitar. Produksi air laundry akibat
tumpukan sampah akan mencemari lingkungan dan air tanah di bawahnya apabila
tidak diolah dengan baik. Air laundry memiliki banyak padatan tersuspensi
sehingga memerlukan koagulan sebagai pengikat antar partikel padatan.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi zat padat total (TS), total
zat padat tersuspensi (TSS) dan total zat padat terlarut (TDS) serta menghitung
efisiensi penggunaan koagulan pada pengolahan limbah cair. Limbah cair yang
digunakan dalam praktikum ini adalah limbah cair air laundry. Berdasarkan hasil
praktikum, penambahan koagulan untuk analisa TS, TSS dan TDS. Koagulasi
berfungsi untuk mengubah partikel padatan dalam air baku yang tidak bisa
mengendap menjadi mudah mengendap. Konsentrasi TS, TSS dan TDS limbah
cair air laundry yang diolah tanpa koagulasi secara berturut-turut sebesar 42
mg/mL, 0,6 mg/mL dan 6 mg/mL, sedangkan konsentrasi TS, TSS dan TDS
limbah cair air laundry yang diolah dengan koagulasi secara berturut-turut sebesar
40 mg/mL, 3,1 mg/mL dan 25 mg/mL. Penggunaan koagulan tidak memberikan
efisiensi yang cukup besar bagi konsentrasi TS, TSS dan TDS limbah cair air
laundry yaitu hanya sebesar 4.8 %.
Kata Kunci: Koagulasi, Limbah, Zat padat total, Zat padat tersuspensi, Zat
padat terlarut
ABSTRACT
Waste is the residual result of a process that cannot be reused, if there is too
much waste in the environment it will have an impact on environmental pollution
and the surrounding community. Leachate Production due to piles of garbage will
pollute the environment and groundwater below if it is not treated properly.
Leachate has a lot of suspended solids so it requires a coagulant as a binder
between solid particles. This practice aims to determine the concentration of total
solids (TS), total suspended solids (TSS) and total dissolved solids (TDS) and
calculate the efficiency of using coagulants in wastewater treatment. The liquid
waste used in this lab is leachate liquid waste. Based on the experimental results,
the addition of coagulant will reduce the concentration of TS, TSS and TDS.
Coagulation serves to change the solid particles in the raw water that cannot
settle to become easily precipitated. The TS, TSS and TDS concentrations of
leachate wastewater treated without coagulation were 42 mg/mL, 0.6 mg/mL and
6 mg/mL, respectively, while the TS, TSS and TDS concentrations of leachate
wastewater treated with coagulation levels were 40 mg/mL, 3.1 mg/mL and 25
mg/mL, respectively. The use of coagulant don’t provides considerable efficiency
for the concentration of TS, TSS and TDS of leachate wastewater, which is 4.8%.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................2
2.1 Limbah cair.................................................................................................2
2.2 Karakteristik Limbah Cair..........................................................................3
2.3 Proses Laundry............................................................................................3
2.4 Jenis-jenis limbah........................................................................................5
2.5 Kualitas limbah...........................................................................................7
2.6 Pengolahan Limbah Metode Koagulasi......................................................10
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ...........................................................6
3.1 Alat yang digunakan...................................................................................6
3.2 Bahan yang digunakan................................................................................6
3.3 Prosedur percobaan.....................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................7
4.1 Hasil............................................................................................................7
4.2 Pembahasan ................................................................................................7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................8
5.1 Kesimpulan..................................................................................................8
5.2 Saran............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
2. Limbah padat
Limbah padat merupakan hasil buangan industri yang berupa padatan,
lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat
berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat seperti kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan. plastik, metal, dll.
Sumber-sumber dari limbah padat sendiri meliputi pabrik gula, pulp, kertas,
rayon, plywood, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging (Fitra et
al, 2015).
b. Komposisi
c. Konsentrasi
f. Berat jenis
g. Reaktivitas
h. Kondisi lingkungan
kemudian menguap. TS dapat dibagi lagi menjadi volatile solid atau padatan
organik dan fixed solid atau padatan anorganik (Rezagama, 2017)
dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2
μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah
lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS
umumnya dihilangkan dengan flokuasi dan penyaringan. TSS memberikan
kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk
menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel
tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan
intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk
partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine
talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari
sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga
akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung
1.000 mg/L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai
TSS yang sama.
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut
total (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur
sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau
kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi (Pamungkas, 2014).
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. COD
merupakan salah satu parameter kunci sebagai pendeteksi tingkat pencemaran air.
Semakin tinggi COD, maka semakin buruk kualitas air yang ada (Rezagama,
2017).
11
12
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada percobaan pengolahan limbah cair (air
Laundry) dengan metode koagulasi dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil percobaan pengolahan limbah cair (air Laundry) dengan metode
koagulasi
Pengolahan Limbah Pengolahan Limbah
Parameter Tanpa Koagulan Penambahan Efisiensi
Koagulan (%)
TS 42 mg/mL 40 mg/mL 4,8
TSS 0,6 mg/mL 3.1 mg/mL
TDS 6 mg/mL 25 mg/mL
4.2 Pembahasan
Pada percobaan pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode
koagulasi dimana limbah cair yang digunakan yaitu air Laundry. Sedangkan
untuk koagulan yang digunakan adalah Aluminium Sulfat. Air Laundry
merupakan air limbah yang dihasilkan akibat masuknya air eksternal ke dalam
timbunan sampah yang melarutkan materi-materi organik hasil dekomposisi
sampah. Koagulasi merupakan proses penambahan zat kimia (koagulan) yang
memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga
partikel siap membentuk flok (gabungan partikel-partikel kecil) (Wagiman dan
Setioningrum, 2014).
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat juga bahwa penggunaan koagulan tidak
memberikan pengaruh terhadap penurunan konsentrasi dimana efisiensi dari
penggunaan koagulan yaitu sebesar 4,8%. Secara keseluruhan, perbandingan
konsentrasi terhadap berbagai nnalisa zat padat pada limbah cair (air laundry)
hasil percobaan, baik dengan penambahan koagulan maupun tanpa penambahan
koagulan dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.
13
14
45
40
Konsentrasi (mg/mL)
35
30
25
20
15
10
5
0
TS TSS TDS
Analisis Zat Padat
5.1 Kesimpulan
1. konsentrasi TS, TSS dan TDS limbah cair (air laundry) yang mengalami
proses koagulasi lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi TS, TSS dan
TDS limbah cair yang tidak mengalami proses koagulasi. Yang diolah tanpa
koagulasi secara berturut-turut yaitu sebesar 42 mg/mL, 0,6 mg/mL dan 6
mg/mL. Sedangkan konsentrasi TS, TSS dan TDS limbah cair yang diolah
menggunakan koagulan secara berturut-turut sebesar 40 mg/mL, 3.1 mg/mL
dan 25 mg/mL. Banyak hal yang menyebabkan pada percobaan ini terutama
pada manusia itu sendiri/human error
2. Penggunaan koagulan tidak memberikan efisiensi yang cukup besar terhadap
penurunan konsentrasi TS, TSS dan TDS limbah cair (air laundry) yaitu
hanya sebesar 4,8%.
5.2 Saran
Setelah dilakukannya praktikum ini, praktikan memberikan saran kepada
praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam melakukan penimbangan dan
penyaringan agar mendapatkan hasil yang bagus.
16
DAFTAR PUSTAKA
Fitra, A. G., Darmawati, G., Sitompul N., & Sakinah, R. W. (2015). Pengolahan
Limbah Cair Industri Dengan Metoda Koagulasi. Pekanbaru: Universitas
Riau
Kusnaedi. (2004). Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Surabaya: Penebar
Swadaya.
Moerdiyanti, M., Zahara, T. A., & Jati, D. R. (2014). Pdam Kota Pontianak
Sebagai Koagulan Untuk Pengolahan Air Bersih. Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan Basah, 1(492), 1–10.
Rahimah, Z., Heldawati, H., & Syauqiyah, I. (2016). Rohimah 107892-ID-
pengolahan-limbah-deterjen-dengan-metode. Konversi, 5(2), 13–19.
17
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Mengetahui,
Asisten Pratikan
( 81,72−81,30 ) gr
¿ x 1000 mg
10 mL
¿42 mg/mL
(1,09−1,03 ) gr
¿ x 1000 mg
100 mL
¿0,6 mg/mL
( 96,35−96,29 ) gr
¿ x 1000mg
10 mL
¿6 mg/mL
B.2. Pengolahan Limbah Rumah Tangga dengan Penambahan Koagulan
( 65,76−65,36 ) gr
¿ x 1000 mg
10 mL
¿40 mg/mL
(1,34−1,03 ) gr
¿ x 1000 mg
100 mL
¿3.1 mg/mL
(56,70−56,45)
¿ x 1000 mg
10 mL
¿ 25 mg/mL
B.3. Efisiensi
Adapun efesiensi yang didapat yaitu sebesar:
TStanpa koagulasi −TSdengan koagulasi
Efesiensi= x 100 %
TS tanpa koagulasi
( 42−40 ) mg/L
¿ x 100 %
42 mg/L
¿ 4,8 %
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI