Sap 9 Pola Keperilakuan Auditor
Sap 9 Pola Keperilakuan Auditor
Oleh:
Kelompok 4
KELAS C1
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1
A. DEFINISI AUDITING DAN AUDITOR
1
2
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi. Auditor
menunjukkan sebagian besar perilaku manusia lainnya, tetapi sifat audit menimbulkan
beberapa masalah perilaku yang unik.
a) Definisi Auditing
Istilah auditing berasal dari bahasa Latin audire, yang berarti mendengar. Di dalam
dunia bisnis, definisi auditing berarti tindakan untuk memverifikasi laporan keuangan. Dalam
konteks ini adalah kumpulan dari beberapa teknik investigasi untuk memeriksa akun-akun
keuangan dan berhubungan dengan investigasi. Hakikat dari auditing adalah proses
pembuktian oleh orang independen (imparsial) terhadap suatu asersi manajemen dengan
menggunakan pertimbangan (judgement) dan bukti yang membuktikan (evidential matter).
b) Definisi Auditor
Dalam dunia bisnis auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam
melakukan kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan
usaha suatu perusahaan atau organisasi. Auditor merupakan manusia yang dapat merasakan
3
emosi dan kelemahan-kelemahan. Namun, auditor telah menjadi subyek dari kesalahpahaman
umum bahwa telah menyebabkan stereotip yang mencakup hal hal tertentu. Hal ini paling
jelas dalam pandangan masyarakat awam karena mereka berusaha untuk menangkap esensi
dari karakter auditor.
B. ASPEK KEPRILAKUAN AUDITING
Dari jenis-jenis masalah auditor yang menghadapi secara terus-menerus, untuk
memahami faktor-faktor yang cenderung mewarnai pola perilaku auditor dan menempatkan
mereka ke dalam perspektif yang tepat.
a) Domain Audit
Lingkup audit keuangan menyempit, datang ke fokus pada pernyataan tentang
"keadilan" dari laporan keuangan. Sementara ini diperlukan keterampilan, pelatihan,
pengalaman pendidikan, ruang lingkup sangat terbatas dari audit keuangan membuat
pekerjaan. Oleh karena itu, diharapkan bahwa dari waktu ke waktu, penekanan akan jatuh
lebih pada yang melakukan audit-akuntan publik yaitu bersertifikat (CPA) dalam kasus audit-
dari keuangan.
4
b) Menghilangkan Faktor Kepribadian
Menghilangkan faktor kepribadian dari pertimbangan perilaku auditor pada
umumnya, karena berada di luar lingkungan audit dan pada dasarnya asing. Kepribadian
dapat dihubungkan erat dengan isu kegagalan sebagai auditor. Mayoritas berat orang-orang
yang memulai karier di audit baik tidak bertahan atau tidak benar-benar berhasil jika mereka
tetap di lapangan. Namun, satu hal tampak jelas contohnya adalah kegagalan auditor dalam
profesi karena kurangnya kompetensi dalam melakukan pekerjaan audit.
c) Dua Bagian Situasi yang Mempengaruhi Perilaku Auditor
Ada dua tipe dasar situasi bermuatan perilaku yang menyajikan dilema umum untuk
auditor, yaitu:
1) Auditor sangat terpengaruh sering tidak sadar oleh persepsi mereka tentang lingkungan
audit saat (itu selalu berubah) dan dengan pendapat mereka tentang orang-orang yang
terlibat. karakter berada dalam keadaan terus-menerus berubah.
2) Auditor harus terus-menerus menyelesaikan untuk diri mereka sendiri banyak set
hubungan interpersonal, seperti antara rekan-rekan, dengan bawahan atau atasan, dan
dengan personil klien. Beberapa di antaranya tumpang tindih dan beberapa mungkin
benar-benar independen.
d) Dampak dan Pengaruh Audit pada Auditee
Banyak studi telah dikhususkan untuk cara dan untuk apa gelar audit mempengaruhi
perilaku orang lain, terutama mereka yang menjalani audit (auditee). Hal ini umumnya
menyimpulkan bahwa audit memiliki efek yang pasti terhadap perilaku auditee. Dapat dicatat
bahwa audit umumnya menghasilkan auditee konfirmasi yaitu, perilaku auditee bergerak
menuju kinerja yang dirasakan sebagai keinginan-keinginan auditor.
5
e) Persepsi Dan Perilaku Auditor
Penilaian auditor tergantung pada persepsi dari sebuah situasi. Penghakiman, yang
landasan profesional adalah produk dari beberapa faktor dari pendidikan, budaya dan
sebagainya, tetapi unsur yang paling signifikan dan mengendalikan tampaknya pengalaman
rasa auditor dari ingatan setelah sebelumnya ditangani berhasil dengan situasi yang sama .
f) Materialitas
Materialitas dalam audit mengacu pada apa yang penting, signifikan, atau utama,
namun konsep tidak memiliki aturan untuk pengukurannya. Hal ini membuktikan sejumlah
besar penelitian telah dikhususkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penilaian auditor diduga materialitas.
g) Sindrom Keyakinan
Salah satu kondisi persepsi yang dapat menyebabkan perubahan perilaku adalah apa
yang disebut efek halo, persepsi yang sangat positif tapi kadang-kadang keliru dari orang
lain. Dalam audit, efek halo terjadi ketika persepsi auditor berwarna dan menyebabkan
keyakinan bahwa kondisi audit tertentu ada, yang mungkin atau mungkin tidak terjadi. Jika
auditor memiliki keyakinan pada orang-orang, efek halo diterapkan kepada mereka dan
pekerjaan mereka.
C. MASALAH-MASALAH PENGENDALIAN INTERNAL
Menurut (Suharso, 2016) beberapa masalah atau resiko pada pengendalian internal
diantaranya:
a) Pengendalian internal melibatkan pengambilan keputusan oleh manusia
Manusia bisa saja salah dalam mempertimbangkan sesuatu sehingga menghasilkan
kepeutusan yang diambil tidak selalu tepat. Dalam situasi yang mendesak, manusia atau
pimpinan dapat mengambil keputusan yang mudah, cepat, dan menguntungkan sehingga
mengabaikan pengendalian internal yang diterapkan.
b) Adanya gangguan dalam pengendalian internal
Gangguan dapat berupa terjadinya perubahan susunan personil, perubahan sistem, dan
prosedur tanpa adanya penyesuaian pengendalian internal sehingga akan menggangu jalannya
pengendalian. Selain itu, gangguan yang berasal dari diri pelaku pengendalian yang
berpengaruh terhadap kesalahan dalam pengendalian internal, misalnya kecerobohan.
c) Adanya kolusi dalam pengendalian internal
6
Dapat terjadi permasalahan apabila pelaku pengendalian saling bekerja sama untuk
melanggar pengendalian yang telah disusun dengan baik di perusahaan. Permasalahan kolusi
sangat sulit diketahui karena semua personil yang berkaitan berusaha menyembunyikan
bukti-bukti pelanggaran. Sistem juga sulit untuk mendeteksi kecurangan karena kecurangan
yang dilakukan sudah sangat rapi dan tampak tidak ada.
d) Manajer berpeluang mengabaikan atau mengesampingkan pengendalian internal
Manajer memeiliki wewenang yang lebih terhadap sistem pengendalian yang ada di
perusahaan. Dalam keadaan mendesak, manajer terkadang mengambil keputusan tanpa
memperhatikan pengendalian. Masalah besar akan timbul apabila keputusan yang diambil
manajer tidak sesuai dengan tujuan perusahaan, tanpa melibatkan pengendalian, serta
kepentingan tersebut untuk kepentingan pribadi.
e) Pertimbangan biaya dan manfaat dalam perancangan pengendalian internal
Dalam membuat pengendalian internal yang baik dan akurat diperlukan biaya yang
besar. Ketika menyusun pengendalian di perusahaan maka harus mempertimbangkan manfaat
yang diperoleh, biaya yang harus dikeluarkan, dan biaya yang dikeluarkan jangan sampai
lebih besar dibanding manfaat yang diperoleh perusahaan.
D. MANFAAT PENGENDALIAN INTERNAL
Permasalahan pengendalian internal merupakan masalah perilaku yang mana artinya
permasalahan pengendalian internal disebabkan oleh risiko bahwa personal yang seharusnya
bertanggungjawab dalamorganisasi melakukan tindakan tidak diinginkan atau mereka gagal
melakukan tindakan yang diinginkan
Supriyono mengemukakan pengendalian internal bermanfaat untuk organisasi, hal
tersebut disebabkan oleh alasan berikut:
a) Mencegah atau setidaknya mengurangi kejadian perilaku yang tidak diharapkan maupun
menghilangkan perilaku yang terjadi
b) Menurunkan biaya yang tidak diharapkan maupun meniadakan biaya yang terjadi.
Masalah yang ada dalam pengendalian internal ialah masalah perilaku. Manajer berhati-
hati dalam menyusun pengendalian internal agar sistem pengendalian internal efektif
E. TIPE PENGENDALIAN INTERNAL
R.A Supriyono mengungkapkan ada banyak cara dalam mengklasifikasi berbagai
jenis pengendalian, diantaranya dengan mengelompokkan pengendalian sesuai dengan tujuan
perusahaan, yaitu fungsi pengendalian dalam perusahaan tersebut sebagai bentuk:
7
a) Pengendalian pencegahan, diterapkan untuk menghalau terjadinya kesalahan dan
penyelewengan yang tidak diinginkan.
b) pengendalian pendeteksian, dilakukan setelah terjadinya perilaku kesalahan dan
penyelewengan. Pengendalian pendeteksian dapat efektif jika dilakukan tepat waktu dan
hasil- hasilnya dapat berfungsi untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan dan
mengoreksi dampak tindakan yang berbahaya tersebut.
Cara lain untuk mengklasifikasikan pengendalian yaitu berdasar spesifikasi maksud
atau tujuan pengendalian (specificity of intent). Terdapat dua tipe berdasar spesifikasi maksud
atau tujuan pengendalian, yaitu pengendalian spesifik dan pengendalian umum.
a) Pengendalian spesifik atau pengendalian primer (specific controls), adalah pengendalian
yang diterapkan pada bagian proses transaksi dan penanganan aset yang dapat terjadi
kesalahan atau penyimpangan.
b) Pengendalian umum atau pengendalian sekunder (general controls), adalah pengendalian
yang dimaksudkan untuk memberikan lingkungan yang kondusif sehingga terciptanya
pengendalian internal yang baik, mendukung, dan menjamin fungsi pengendalian.
Kedua cara pengklasifikasian pengendalian internal ini dapat dibentuk dalam matriks,
sebagai berikut:
a) Sel 1: Spesifik/Pencegahan
Pada sel 1 spesifik atau pencegahan terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) pembatasan akses
(baik secara fisik maupun administratif) pada area, 2) penyimpanan aset yang bernilai atau
catatan yang sensitif, dan 3) validasi data sebelum dimasukkan.
b) Sel 2: Spesifik/Pendeteksian
8
Pada sel 2 spesifik atau pendeteksian terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) rekonsiliasi
penghitungan persediaan secara periodik dengan catatan persediaan, 2) formulir bernomor
urut tercetak (prenumbered forms), dan 3) rekonsiliasi jumlah dokumen yang ada di laporan
dengan jumlah dokumen yang ada pada departemen asal.
c) Sel 3: Umum/Pencegahan
Pada sel 3 umum atau pencegahan terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) kebijakan
perekrutan dan pelatihan secara efektif, 2) Perencanaan organisasi secara efektif, dan 3)
Code of conduct.
d) Sel 4: Umum/Pendeteksian
Pada sel 4 umum atau pendeteksian terdiri atas tiga bagian, yaitu 1) supervise
personal secara ketat, 2) Penggunaan staf audit internal, dan 3) Pembandingan laporan
finansial secara periodik.
9
10
11
Berikut akan dijelaskan lebih medalam mengenai 5 komponen pengendalian internalmenurut
COSO:
1. Control Environment
Lingkungan pengendalian menjadi dasar bagi keempat komponen pengendalian lainnya.
Lingkungan pengendalian didefinisikan sebagai seperangkat standar, proses, dan struktur
yang memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh organisasi.
Lingkungan pengendalian menentukan arah perusahaan dan memengaruhi kesadaran
pengendalian pihak manajemen dan karyawan. Berbagai elemen penting yahng terdapat di
lingkungan pengendalian adalah :
Integritas dan nilai etika manajemen.
Struktur organisasi
Keterlibatan dewan komisaris dan komite audit,jika ada.
Filosofi manajemen dan siklus operasionalnya.
Prosedur untuk mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas.
Metode manajemen untuk menilai kinerja
Pengaruh eksternal, s
eperti pemeriksaan oleh badan pemerintah.
Kebijakan dan praktik perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya.
2. Risk Assessment
Menurut COSO, definisi risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang
akan berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Penilaian risiko melibatkan proses yang
dinamis dan interaktif untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.
Risiko yang teridentifikasi selanjutnya dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang
telah ditetapkan. Dengan demikian, penilaian risiko menjadi landasan bagi pengelolaan atau
manajemen risiko.
3 3. Control Activities
Aktivitas pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui
kebijakan- kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat telah di ambil untuk mengatasi resiko perusahaan yang telah diidentifikasi. Aktivitas
pengendalian meliputi kegiatan yang berbeda,seperti: otorisasi, verifikasi, rekonsiliasi,
analisis, prestasi kerja, menjaga keamanan harta perusahaan dan pemisahan fungsi. Aktivitas
pengendalian dapat dikelompokan menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu pengendalian
computer dan pengendalian fisik.
5 4. Monitoring Activities
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas
performa sistem dari waktu ke waktu. Pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi
terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang dimaksudkan untuk memastikan tiap-tiap
komponen pengendalian internal ada dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Organisasi, baik perusahaan maupun pemerintah, biasanya memiliki unit audit internal
yang menjadi penopang terselenggaranya pengendalian internal dan bertanggung jawab
langsung kepada manajer puncak atau dewan pengawas.
13