Anda di halaman 1dari 8

Muhasabatuna:

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam


E-ISSN: 2774-8855, P-ISSN: 2774-4388
Volume 1 Issue 2, Desember 2019| Page: 043-050

Analisis Implementasi Akad Istishna’ Dalam Perbankan Syariah


Pada Bank Syariah Indonesia (Bsi) Lumajang

1Muhammad Farid
2Husnul Khotimah
1Institut Agama Islam Syarifuddin, Jl. Pondok Pesantren Kiai Syarifuddin Lumajang67358,
Indonesia
2 Institut Agama Islam Syarifuddin, Jl. Pondok Pesantren Kiai Syarifuddin Lumajang 67358,

Indonesia
E-mail: 1much.farid99@gmail.com2husnulkh750@gmail.com

Abstract:Penelitian ini bertujuan untuk mengulas terkait penerapan akad istishna’ pada produk
Istishna’ Bank Syariah Indonenesia dengan menggunakan ketentuan PSAK 104 tentang Akuntansi
Istishna’. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan
wawancara secara langsung. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data dengan mendapatkan
informasi terkait persoalanpada penelitian ini. Staffback office Bank Syariah IndonesiaLumajang adalah
irforman dalam penelitian ini yang bertanggung jawab menangani dokumen yang berkaitan dengan
transaksi nasabah dalam membuat pembukuannya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan
transaksi istishna’ dalam pembiayaan istishna’ Bank Syariah Indonesia telah sesuai prinsip-prinsip akad
istishna’ yang berlaku di Indonesia. Secara garis besar praktik akuntansi istishna’ pada Bank Syariah
Indonesia telah sesuaidengan PSAK 104.
Keywords:Akad istishna’

PENDAHULUAN Perbankansyariah dikenal


Indonesia adalah salah satu sebagai perbankan islam karena
negara dengan penduduk mayoritas memiliki landasan hukum sesuai
muslim terbesar di dunia. Sebagai dengan syariat islam (Kurniawan,
negara dengan mayoritas penduduk 2019).Perbankan syariah tidak
muslim, tentu akan sangat mengenal adanya bunga, karena
mendorong peningkatan kinerja bunga biasa dikaitkan dengan bank-
industri syariah, salah satu bank konvensional yang dinilai riba.
contohnya adalah perbankan Oleh karenanya, dalam
syariah. Jadi tidak heran jika operasional perbankan syariah
belakangan ini banyak bank menerapkan sistem bagi hasil
konvensional yang mulai denganproses yang sama-sama
memperlebar bisnisnya ke institusi diketahui dan disetujui oleh pihak
syariah ataupun unit usaha syariah bank maupun pihak nasabah pada
lainnya.(Kurniawan, 2019). saat melakukanakad (perjanjian).
Menurut Rumah Zakat (2015),

43
biasanya seseorang akan membeli Salah satu produk perbankan
rumah secara kredit apabila tidak syariah di bidang penyaluran dana
mampu membeli secara tunai kepada masyarakat yaitu akad jual
dengan melalui perantara beli istishna’. Akad ini merupakan
perbankan. Hanya dengan akad pembiayaan barang dalam
menyediakan sejumlah biaya untuk bentuk pesanan pembuatan barang
membayar uang muka (DP), tertentu dengan kriteria dan
konsumensudah bisa memiliki persyaratan tertentu (Pemerintah
rumah. Untuk melunasi utangnya Indonesia, 2008). Ketentuan syar’i
kepada bank, konsumen diharuskan transaksi istishna’ diatur dalam
mencicildalam jangka waktu tertentu fatwa DSN nomor 06/DSN-
dengan nominal yang telah MUI/IV/2000 tentang jual beli
ditambah bunga pinjaman. Jika istishna’, fatwa tersebut mencakup
dilihat dari pandangan islam, beberapa hal yaitu tentang
pembiayaan tersebut bertentangan kententuan pembayaran dan
dengan prinsip syariah. Dalam ketentuan barangnya (Herdianto,
konsep islam, seseorang yang 2019).
meminjam uang dengan jumlah Transaksi istishna’ memiliki
tertentu, harus mengembalikan beberapa kelebihan antara lain, pada
denganjumlah yang sama pula. Oleh akad istishna’ barang yang dipesan
karena itu, produk pembiayaan pada dapat disesuaikan dengan yang
bank konvensional dianggap riba. diinginkan pembeli dan akad
Salah satu solusi supaya tidak istishna’ dapat mempermudah
bersinggungan dengan praktik riba pembeli dalam melakukan kegiatan
tersebut yaitu dengan transaksi jual beli, terutama dalam
memaksimalkan produk-produk bidang manufaktur yang mana
pembiayaan yang ada pada bank membutuhkan biaya yang cukup
syariah. Karena bank syariah tidak besar sedangkan pembeli hanya
mengenal istilah bunga memiliki biaya sedikitsumber
pinjaman,maka dalam pandangan (Yudhistira, 2016). Mekanisme
islam bertransaksi dengan bank pembiayaan istishna’ dapat juga
syariah lebih aman daripada dilakukan dengan tiga cara, yaitu
bertransaksi di bank konvesional. dengan pembayaran di muka,
Menurut data yang diperoleh pembayaransaat penyerahan barang,
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pembayaran yang ditangguhkan
pada Desember 2019, terdapat 14 (Sari & Anshori, 2017).
Bank Umum Syariah (BUS), 20 Unit Pada bank syariah mekanisme
Usaha Syariah (UUS) dan 161 BPRS transaksi istishna’ dilakukan sesuai
(OJK, 2019). dengan aturan syariah yang ada,
Secara umum, produk terutama dalam perhitungan dan
perbankan syariah dibagi menjadi 3 pengukuran transaksinya harus
yaitu produk penyaluran dana, menggunakan standar akuntansi
produk penghimpunan dana dan yang sesuai dengan ketentuan
produk jasa yang diberikan bank syariah. Seiring perkembangan
kepada nasabahnya (Admaja, 2016). zaman transaksi berbasis syariah di

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 13
Indonesia khususnya istishna’,
menuntut DSAK IAI mengganti
peraturan mengenai akuntansi PEMBAHASAN
istishna’ yang berada di dalam PSAK LANDASAN TEORI
59 tentang Akuntansi Perbankan Pengertian Istishna’
Syariah tahun 2002, menjadi PSAK Istishna’berasal dari
104 tentang Akuntansi Istishna’ katashana’ah(‫)صنع‬yang artinya
tahun 2007. PSAK 104 mengatur membuatsesuatu . 1 Kemudian
tentang pengakuan, pengukuran, ditambahalif, sindanta’menjadi
penyajian dan pengungkapan Istishna’ (‫)استصنع‬2.
transaksi istishna’ (IAI, 2007). PSAK SecaraetimologiIstishna’artinya
104 mengalami penyesuaian pada minta dibuatkan. Sedangkan
tahun 2016 terkait definisi nilai wajar menurut terminologi yaitu suatu
yang disesuaikan dengan PSAK 68 kontrak jual beli antar penjual dan
tentang Pengukuran Nilai Wajar pembeli dimana pembelimemesan
(IAI, 2016). Dengan adanya PSAK barang dengan kriteria yang jelas
104 ini, seharusnya dan harganya dapat
memudahkanbank syariah dalam diserahkansecara bertahap atau
mencatat berbagai transaksi dilunasi.
istishna’.Sehingga laporan keuangan SistemIstishna’ merupakan
yang disajikan dapat memberikan sistempembiayaan atas dasar
informasi yang benar-benar akurat pesanan, untuk kasus ini objekatau
dan relevan. barang yang diperjual belikan masih
Penelitian ini mengulas belum ada3.Menurut ulama
tentang penerapan akuntansi fiqhistishna’sama dengansalamdari
istishna’ Bank Syariah Indonesia segi objek pesanannya yaitu sama-
(BSI) Lumajang dengan sama dipesan terlebih dahulu beserta
menggunakan ketentuan PSAK 104 ciri-ciri dan kriterianya,
tentang Akuntansi Istishna’ sebagai perbedaannya dengan salam adalah
pengganti PSAK 59 yang sudah pada saat
tidak berlaku lagi. Istishna’yang pembayaran.Jikasalampembayarann
merupakan bentuk layanan Bank ya dilakukan diawal sekaligus,
Syariah Indonesia dengan tujuan sedangkanIstishna’bisa dibayar
memberikan pembiayaan kepada diawal, angsuran dan bisa
nasabah untuk pembelian barang diakhir.4Istishna’ “menurut
yang dipesan yang biasanya dipakai PSAKNomor 104 yaitu akad jual beli
untukbisnis konstruksi. Selain itu, dalam bentuk pesanan pembuatan
penelitian ini perlu dilakukan karena barang tertentu dengan kriteria dan
masih jarangnya penelitian yang persyaratan yang disepakati antara
mengulas penerapan akuntansi
istishna’di Indonesia. 1 Mahmud Yunus,Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT.
Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah,2010), hlm. 221
2 Ibid
3
Nurul Huda,Lembaga Keuangan Islam,Cet-1 (Jakarta:
kencana prenada media group,2010),hlm. 52.
4 Ibid.

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 14
pemesan (mustashni’) dan pembuat diserahkan (OJK, 2015. Mekanisme
(shani’).Transaksi jual yang dilakukan pada pembiayaan
beliIstishna’merupakan kontrak istishna’ umunya dilakukan
transaksi penjualan antara setelahpenyerahan barang dengan
pembelidan pembuat barang. Dalam dibayar secara berangsur.6
kontrak ini, pembuat barang
menerima pesanan daripembeli dan METODE PENELITIAN
kedua belah pihak bersepakat atas Metode yang digunakan
harga serta sistem dalam penelitian ini adalah metode
pembayarannya,apakah kualitatif dengan melakukan
pembayarannya dimuka, cicilan, wawancara langsung kepada
atauditangguhkan sampai pada informan. Studi pustaka yang
masa waktu yang akan datang.5 dilakukan yaitu dengan
Pada dasarnya istishna’ tidak menghimpun informasi yang
bisa dibatalkan, kecuali kedua belah relevan dan topik atau masalah
pihak setuju untuk yang menjadi objek penelitian.
menghentikannya atau akad batal Wawancara dilakukan untuk
demi hukum karena timbul kondisi mengumpulkan sejumlah data
hukum yang dapat menghalangi dengan mendapatkan informasi
penyelesaiaan akad tersebut. terkait masalah penelitian. Informan
Pembeli mempunyai hakuntuk pada penelitian ini yaitu staff back
memperoleh jaminan dari penjual office Bank Syariah Indonesia
atas jumlah nominal yang telah Lumajang yang bertanggung jawab
dibayarkan dan penyerahan barang menangani dokumen transaksi
pesanan sesuai dengan spesifikasi nasabah serta membuat
dan tepat waktu.Apabila salah satu pembukuannya. Secara umum
pihak tidak melaksanakan beberapa item yang ditanyakan
kewajibannya atau terjadi kepada informan yaitu terkait objek
perselisihan diantara kedua belah dalam produk pembiayaan, syarat
pihak, maka penyelesaiannya dan ketentuan yang harus dipenuhi
dilakukan melalui Badan Arbitrasi nasabah untuk mendapatkan
Syariah setelah tidak tercapai layanan pembiayaan istishna’,
kesepakatan melalui musyawarah. prosedur pembiayaan dari awal
Mekanisme pembayaran hingga akhir serta perlakuan
transaksi istishna’ ini dapat akuntansi terkait pembiayaan
dilakukan dengan tiga cara yaitu istishna’ meliputi pengakuan,
dengan pembayaran dimuka pengukuran, penyajian dan
langsung sesuai nominal yang telah pengungkapan transaksi istishna’.
ditentukan secara keseluruhan,
pembayaran secara berangsur HASIL DAN PEMBAHASAN
selama proses pembuatan, dan Penerapan prinsip akad
pembayaran setelah barang jadi dan istishna’ pada produk pembiayaan

5
Muhammad Syafi’i Antonio,Bank Syariah dari Teori 6Saifuddin, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 8No.
ke Praktek,Cet-1(Jakarta:GemaInsani, 2008), hlm.113. 1Januari2021: 55-63

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 15
istishna’ Bank Syariah Indonesia. pembiayaan istishna’ ini juga kurang
Pada dasarnya mekanisme dipublikasikan dibanding produk
pembayaran istishna’ dapat pembiayaan lain seperti murabahah,
dilakukan dengan tiga acara, yaitu sehingga penggunaan produk
pembayaran dimuka, pembayaran pembiayaan istishna’ sangat kecil di
dilakukan saat penyerahan barang, Bank Syariah Indonesia.
dan pembayaran ditangguhkan. Berdasarkan ketentuan Fatwa
Pembiayaan istishna’ oleh Dewan Syariah Nasional nomor
Bank Syariah Bukopin hadir sebagai 22/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual
solusi bagi nasabah yang memiliki Beli Istishna’ Paralel dijelaskan
keterbatasan dana sehingga tidak bahwa jika LKS (Lembaga Keuangan
mampu melakukan pembayaran Syariah) melakukan transaksi
secara tunai dimuka maupun saat istishna’, untuk memenuhi
penyerahan barang. Bank Syariah kewajibannya kepada nasabah.
Bukopin mengakomodir nasabah Lembaga Keuangan Syariah
yang ingin melakukan pembayaran dapat melakukan transaksi istishna’
secara angsuran selama beberapa lagi dengan pihak lain pada objek
tahun sesuai kesepakatan. yang sama, dengan syarat istishna’
Prosedur pembiayaan pertama tidak bergantung pada
istishna’ pada Bank Syariah Mandiri istishna’ kedua dan Bank Syariah
dimulai dari pengajuan permohonan selaku mustashni tidak
yang dilakukan oleh nasabah dengan diperkenankan untuk memungut
dilampirkan berbagai macam MDC (Margin During Construction)
dokumen persyaratan yang dari nasabah (shani) karena tidak
diperlukan. Pihak bank akan sesuai dengan prinsip syariah.
meneliti dan juga melakukan Dalam hal ini, Bank Syariah
kunjungan lapangan ke proyek yang diperbolehkan untuk menyiapkan
berkaitan untuk mengetahui barang pesanan dari nasabah dengan
gambaran proyek tersebut. Apabila memesan barang yang sama kepada
permohonan ditolak, berdasarkan pihak lain sebagai produsen dengan
pertimbangan tertentu, maka pihak ketentuan barang yang dipesan
bank memberitahukan kepada sesuai dengan yang ditentukan oleh
nasabah.Namun jika permohonan nasabah.
diterima, pihak bank akan menindak
lanjuti dan membuat kesepakatan Analisis Kesesuaian Penerapan
dengan nasabah mengenai detail Akuntansi Istishna pada Bank
transaksi istishna’ yang akan Syariah Bukopin dengan Standar
dilakukan. Akuntansi Keuangan di Indonesia
Pada Bank Syariah Indonesia Pada Pembiayaan istishna,
lumajang, transaksi istishna’ jarang mulai berlakunya semua ketentuan
sekali digunakan. Kondisi akad yaitu setelah penandatanganan
diakibatkan beberapa faktor, salah kesepakatan antara Bank Syariah
satunya yaitu tingkat pengetahuan Inonesia dengan nasabah. Atas
masyarakat tentang akad istishna’ penandatangan kesepakatan
yang rendah, selain itu produk tersebut, pihak bank akan

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 16
mencatatnya dalam catatan muka diatur dalam Peraturan Bank
administrasi internal bank sebagai Indonesia. Pembayaran uang muka
komitmen pembiayaan istishna’ ini sifatnya hanya opsional dan
(tidak ada pencatatan jurnal ketentuan tarifnya merupakan
akuntansi pada saat kebijakan dari pihak bank dengan
penandatanganan kontrak). Bank tidak bertentangan dengan
mulai melakukan pencatatan peraturan yang berlaku. Uang muka
akuntansi pada saat Penerimaan ini dijadikan sebagai pengikat atau
uang muka pesanan dari nasabah. tanda keseriusan dari nasabah untuk
Ketika permohonan bertransaksi.
pembiayaan telah disetujui, sesuai Dalam Peraturan Bank
dengan syarat dan ketentuan yang Indonesia Nomor 18/16/PBI/2016
diberlakukan Bank Syariah, nasabah disebutkan rasio FTV (Financing to
wajib membayar uang muka sebesar Value) untuk pembiayaan properti
minimal 30% dari harga jual yang berdasarkan akad murabahah dan
telah disepakati antara bank dan akad istishnauntuk fasilitas pertama
nasabah. Sebagai contoh, nasabah ditetapkan bahwa pembiayaan
mengajukan pembiayaan rumah tapak dengan luas bangunan
istishnauntuk pembangunan proyek di atas 70 meter persegi paling tinggi
rumah dengan spesifikasi luas tanah sebesar 85%. Persyaratan uang muka
90meter persegi dan luas bangunan pada Bank Syariah ditetapkan
72meter persegi, dengan 2 kamar sebesar minimal 30%, selama tidak
tidur dan 1 kamar mandi senilai melebihi 85% uang muka yang
Rp.300.000.000,00. dipersyaratkan oleh Bank Syariah
Margin keuntungan bank kepada nasabah tidak bertentangan
yang telah disepakati sebesar 20% dengan Peraturan Bank Indonesia.
dan jangka waktu pelunasan adalah Selanjutnya, Bank mulai
60 bulan. Berdasarkan ilustrasi melakukan pencatatan akuntansi
tersebut, harga jual rumah yang pada saat Penagihan termin kepada
telah disepakati antara bank dan nasabah.Saat proses pembuatan
nasabah adalah sebesar rumah oleh developer telah selesai
Rp.360.000.000,00 yang terdiri dari dan rumah tersebut telah diserahkan
harga pokok sebesar kepada nasabah, atas rumah yang
Rp.300.000.000,00 ditambah margin telah diserahkan, bank menerbitkan
keuntungan bank sebesar tagihan kepada nasabah sebesar
Rp.60.000.000,00. Uang muka yang harga pokok penjualan ditambah
dibayarkannasabah yaitu 30% dari margin keuntungan bank sesuai
harga jual yaitu sebesar kesepakatan awal. Pada PSAK 104,
Rp.108.000.000,00. Bank Syariah tagihan termin kepada pembeli
mengakui pembayaran uang muka diakui sebagai piutang istishnadan
nasabah tersebut sebagai kewajiban termin istishnapada pos lawannya.
lainnya -uang muka istishna’. Sehingga yang dicatat bank pada
Pembayaran uang muka oleh saat melakukan penagihan kepada
nasabah ini tidak diatur dalam PSAK nasabah, telah sesuai dengan PSAK
104 namunketentuan tarif uang 104. Pada istishnaparalel, jumlah

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 17
piutang istishnadicatat sebesar nilai penyelesaian dalam pencairan dana
akad yaitu harga yang disepakati karena lazimnya industri menerima
antara penjual dengan pembeli pencairan uang terlebih dahulu
akhir. Nilai akad terdiridari nilai sebagai jaminan.Dari kondisi
tunai yaitu harga pokok penjualan tersebut, maka apabila penerapan
ditambah margin keuntungan yang pencairan dilakukan sesuai PSAK
diperoleh oleh bank. 104 maka bank syariah akan
Pembiayaan istishnaoleh Bank terkendala untuk memperoleh
Syariah disajikan dalam laporan rekanan kerja yang bisa
posisi keuangan bagian piutang menyediakan pesanan nasabah,
sebesar saldo bersih piutang istishna. karena metode persentase
Hal tersebut sesuai dengan PSAK penyelesaian mengharuskan
104 paragraf 42 yang menyebutkan pencairan dana dana dilakukan
bahwa penjual menyajikan dalam dengan melihat pembangunan
laporan keuangan terkait piutang secara fisik yang dilakukan
istishna yang berasal dari transaksi produsen. Kedua, pendapatan
istishna sebesar jumlah yang belum operasi utama merupakan
dilunasi oleh pembeli akhir. pendapatan bank syariah yang akan
Penyajian piutang istishna didistribusikan kepada pemilik
pada laporan keuangan Bank dana, perhitungan besaran bagi hasil
Syariah didasarkan pada jumlah yang akan didistribusikan berasal
tagihan termin kepada nasabah dari dari pendapatan yang sudah
transaksi pembiayaan istishna diterima oleh bank syariah, bukan
dikurangi cadangan kerugian pendapatan yang masih dalam
penurunan nilai yang dibentuk oleh pengakuan (akrual), sistem IT bank
Bank Syariah untuk menutup syariah kesulitan untuk membaca
kemungkinan kerugian akibat tidak dan membedakan antara
tertagihnya piutang istishna. Bank pendapatan yang sudah diterima
menetapkan cadangan kerugian dan belum diterima. Ketiga, akad
sesuai dengan kualitas piutang dalam transaksi bank syariah sangat
berdasarkan penelaahan atas saldo beragam dan komplekssehingga
piutang istishna. membutuhkan investasi IT yang
Berdasarkan analisis diatas, besar. Ketika kendala IT tidak dapat
secara garis besar penerapan dipenuhi maka diperlukan SDM
akuntansi istishnaterkait yang handal dan teliti dalam
pembiayaan istishnapada Bank pengerjaan manual maupun
Syariah Bukopin telah sesuai dengan komputerisasi untuk meminimalisir
ketentuan PSAK 104 tentang risiko. Sekalipun IT terpenuhi, bank
Akuntansi Istishna. Meskipun syariah tetap dihadapkan pada
begitu, menurut Baehaqi kendala mencari SDM yang mengerti
(2012)masih ada kendala dalam dalam pengoperasian sistem
implementasi penerapanPSAK 104 tersebut.
pada bank syariah. Pertama, praktik
di lapangan sulit untuk
menggunakan metode persentase

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 18
https://qazwa.id/blog/akad-
istishna/
REFERENCES
Faradilla, C., Arfan, M., & Shabri, M.
Abrar, T. (2017). Hiwalah dan
(2017). Pengaruh pembiayaan
Aplikasinya dalam Produk Mudharabah dan Musyarakah
Bai’ al-istishna’ di Bank terhadap Profitabilitas Bank
Syariah. Jurnal Ekonomi Dan Umum Syariah DiIndonesia.
Bisnis Islam, 1(2), 1–14. Megister Akuntansi Syariah,
https://doi.org/10.32505/jebi 6(3), 10–18.
s.v1i2.26 Ikatan Akuntan Indonesia. (2016).
Baehaqi, A. (2012). Kendala dan Penyesuaian PSAK No.104:
tantangan PenerapanPSAK 104. Definisi Nilai Wajar yang
https://www.academia.edu/ disesuaikan dengan PSAK 68:
5281902/Kendala_dan_Tanta Pengukuran Nilai Wajar.
ngan_Penerapan_PSAK_104_ Jakarta: Dewan Standar
Akuntansi_Istishna_pada_Ban Akuntansi Keuangan Ikatan
k_Syariah Akuntan Indonesia.
Herdianto, D. (2019). Akad Istishna Ikatan Akuntan Indonesia. (2007).
dalam Ekonomi Islam : PSAK No. 104: Akuntansi
Pengertian, Dalil, Rukun dan Istishna. Jakarta: Dewan
contoh. Diakses dari Standar Akuntansi Keuangan
https://qazwa.id. Ikatan Akuntan Indonesia

Copyright © 2019, MUHASABATUNA: Jurnal Akutansi Syariah


http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/muhasabatuna| 19

Anda mungkin juga menyukai