Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR KANKER PROSTAT

A. Kanker prostat
Kanker Prostat Kanker prostat adalah keganasan pada prostat yang diderita pria
berusia lanjut dengan kejadian puncak pada usai 65 - 75 tahun. Penyebab kanker prostat
tidak diketahui secara tepat, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan adanya
hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan kadar hormon testosteron. Pada
bagian lain, Rindiastuti (2007) menyimpulkan bahwa usia lanjut mengalami penurunan
beberapa unsur esensial tubuh seperti kalsium dan vitamin D. Tetapi pola makan dengan
kalsium tinggi secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker prostat pada usia
lanjut. Penelitian menunjukkan bahwa 60 - 70% kasus kanker prostat terjadi pada zona
perifer sehingga dapat diraba sebagai nodul – nodul keras irregular. Fenomena ini nyata
pada saat pemeriksaan rectum dengan jari (Digital Rectal Examination). Sebanyak 10 –
20 % kanker prostat terjadi pada zona transisional, dan 5 – 10 % terjadi pada zona sentral.
B. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Prostat
Dari berbagai penelitian dan survei, disimpulkan bahwa etiologi dan faktor resiko
kanker prostat adalah sebagai berikut.
1. Usia
Data yang diperoleh melalui autopsi di berbagai negara menunjukkan sekitar 15 –
30% pria berusia 50 tahun menderita kanker prostat secara samar. Pada usia 80 tahun
sebanyak 60 – 70% pria memiliki gambaran histology kanker prostat. (K. OH,
William et al, 2000).
2. Riwayat keluarga
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat meningkatkan risiko penyakit.
Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau saudara laki laki yang terdiagnosa kanker
pada usia 50 tahun memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat.
Resiko meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki laki
yang memiliki dua atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat. (Gann,2004)
3. Faktor Genetik
Berhubungan dengan mutasi BRCA11atau BRCA2 dan sindrom Lynch.
4. Faktor hormonal
Beberapa penelitian menemukan terjadinya penurunan kadar testosteron pada
penderita kanker prostat. Selain itu, juga ditemukan peningkatan kadar DHT pada
penderita prostat, tanpa diikuti dengan meningkatnya kadar testosteron. (Purnomo,
2011).
5. Pola makan dan diet Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan sedikit
sayuran, rendah tomat, rendah ikan dan atau rendah kedelai meningkatkan resiko
terkena kanker prostat. Diet tinggi kalsium juga berhubungan dengan peningkatan
resiko kanker prostat. Hubungan kanker prostat dengan obesitas masih kontroversial,
namun obesitas berhubungan dengan tingginya grading kanker prostat. (Kolonel,
2001)
C. Patofisiologi
Diduga adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen
pada usia lanjut, hal ini akan mengganggu proses diferensiasi dan proliferasi sel.
Difereniasi sel yang terganggu ini menyebabkan sel kanker, penyebab lain yaitu adanya
faktor pertumbuhan yang stroma yang berlebihan serta meningkatnya lama hidup sel-sel
prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan materi genetik. Perubahan proliferasi sehingga menyebabkan produksi sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan sehingga terjadi Ca Prostat
(Aritonang dan Sumantri, 2007). Kemungkinan tahapan patogenesis kanker adalah :
Kelenjar prostat normal PIN (prostate intraepithelial neoplasia) karsinoma prostat
karsinoma prostat stadium lanjut karsinoma prostat metastasis HRPC (hormone
refractory prostate cancer (Purnomo, 2011)
Pertumbuhan sel abnormal (adenokarsinoma) terdiferensiasi pada prostat/ sel
parenkim kelenjar prostat yang menyusup ke dalam kapsul/pembungkus. Bagian yang
sering terkena adalah lobus posterior dan membentuk massa, yang membuat prostat
membengkak seperti hyperplasia, kemudian menekan separuh kandung kemih atau
menyempitkan uretra. Sel abnormal biasanya menyebar lateral ke otot anus/rectum
melalui hematoma dan kelenjar getah bening, yang akibatnya terjadi metastasis ke paru-
paru, otak, tulang, dan organ lainnya.(Harmilah, 2020
Sel kanker prostat bermetastasis melalui tiga jalur yaitu penetrasi langsung, di
dalam pembuluh darah (hematogen) dan di aliran getah bening (kelenjar limfe). Faktor
yang paling rentan terhadap metastasis kanker prostat ialah tulang, organ paru-paru dan
hati, luka metastasis tulang biasanya menunjukkan aktivitas osteoblast. Kecenderungan
metastasis tulang ini terkait dengan karakteristik sel kanker prostat yang meniru tulang,
sehingga sel kanker prostat dapat berkembang secara normal didalam tulang. (Indarti &
Sekarutami, 2015).
D. Manifestasi klinis
Menurut (Indarti & Sekarutami, 2015) manifestasi klinis ca prostat yaitu :
a. Gangguan saat buang air
b. Nyeri ketika berhubungan seksual
c. Sperma yang tercampur dengan darah(hematospermia) akibat invasi sel kanker ke
vesikula seminalis
d. Impotensi 8
e. Edema tungkai akibat penyebaran sel kanker ke kelenjar getah bening (KGB)
f. Anoreksia
g. Penurunan berat badan yang patologis
h. Nyeri tulang
i. Fraktur patologis
j. Menyebar ke spinal bagian ekstradural yang dapat mengakibatkan defisit
neurologis seperti paraplegi dan inkonteniensia.
E. Gejala Klinis Kanker Prostat
Gejala yang ada umumnya sama dengan gejala pembesaran prostat jinak, yaitu
buang air kecil tersendat atau tidak lancar. Keluhan dapat juga berupa nyeri tulang dan
gangguan saraf. Dua keluhan itu muncul bila sudah ada penyebaran ke tulang belakang.
Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker prostat umumnya tidak menunjukkan
gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap berikutnya (locally advanced) didapati
obstruksi sebagai gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga
hematuria yakni urin yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat
berkemih. Pada tahap lanjut (advanced) penderita yang telah mengalami metastase di
tulang sering mengeluh sakit tulang dan sangat jarang menhgalami kelemahan tungkai
maupun kelumpuhan tungkai karena kompresi korda spinalis. (Purnomo, 2011)
F. Pemeriksaan Kanker Prostat
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan
meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis ataupun
penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun,
sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih
awal yaitu 40 tahun. Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah
anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi
transrektal/ transabdominal. Diagnosa pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau
spesimen operasi berupa adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan histopatologis akan
menentukan derajat dan penyebaran tumor.
a. Pemeriksaan colok dubur
Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat
dideteksi dengan colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat 10
kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol,
maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas
persen dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur
saja, dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok
dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30%.
(Panduan Penanganan Kanker Prostat, 2011)
b. Prostate-specific antigen (PSA)
Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria diagnosis dari Kanker
prostat. PSA adalah serine-kalikrein protease yang hampir seluruhnya diproduksi
oleh sel epitel prostat. Pada prakteknya PSA adalah organ spesifik namun bukan
kanker spesifik. Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai pada BPH,
prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal adalah
variabel yang paling bermakna dibandingkan colok dubur atau TRUS. Sampai
saat ini belum ada persetujuan mengenai nilai standar secara internasional. Kadar
PSA adalah parameter berkelanjutan semakin tinggi kadarnya, semakin tinggi
pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA di Indonesia saat ini yang
dipakai adalah 4ng/ml.
Tabel 1. Rata-rata nilai normal Prostat Spesifik Antigen menurut umur
Umur (Tahun) Rata – Rata Nilai Normal PSA (ng/mL)
40-49 0.0 – 2.5
50-59 0.0 – 3.5
60-69 0.0 – 4.5
70-79 0.0 – 6.5
c. Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat
Gambaran klasik hipoekhoik adanya zona peripheral prostat tidak akan
selalu terlihat. Grayscale dari TRUS tidak dapat mendeteksi area Kanker prostat
Umur (tahun) Rata – Rata Nilai Normal PSA (ng/mL) 40 – 49 0.0 – 2.5 50 – 59
0.0 – 3.5 60 – 69 0.0 – 4.5 70 – 79 0.0 – 6.5 11 secara adekuat. Maka itu biopsi
sistematis tidak perlu digantikan dengan biopsi area yang dicurigai. Namun biopsi
daerah yang dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi informasi yang berguna.
1. Indikasi biopsy
Tindakan biopsi prostat sebaiknya ditentukan berdasarkan kadar
PSA, kecurigaan pada pemeriksaan colok dubur atau temuan metastasis
yang diduga dari Kanker prostat. Sangat dianjurkan bila biopsi prostat
dengan guided TRUS, bila tidak mempunyai TRUS dapat dilakukan
biopsi transrektal menggunakan jarum trucut dengan bimbingan jari.
Untuk melakukan biopsi, lokasi untuk mengambil sampel harus
diarahkan ke lateral. Jumlah Core dianjurkan sebanyak 10-12.8,9,10
Core tambahan dapat diambil dari daerah yang dicurigai pada colok
dubur atau TRUS. Tingkat komplikasi biopsi prostat rendah. Komplikasi
minor termasuk makrohematuria dan hematospermia. Infeksi berat
setelah prosedur dilaporkan <1% Kasus
2. Biopsi Ulang
Indikasi Biopsi Ulang : • PSA yang meningkat dan atau menetap
pada pemeriksaan ulang setelah 6 bulan12 • Kecurigaan dari colok dubur
• Proliferasi sel asinar kecil yang atipik (ASAP) • High Grade Prostatic
intraepithelial (PIN) lebih dari satu core Penentuan waktu yang optimal
untuk biopsi ulang adalah 3-6 bulan
G. Klasifikasi Histologik Dan Stadium
Penentuan diagnosis utama dari Kanker prostat dengan colok dubur, pengukuran
PSA, biopsi prostat dan sidik tulang, ditambah dengan CT atau MRI dan foto foto thorak.
a. Stadium TNM 2009
Sistem staging yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut
AJCC(American Joint Committee on Cancer)2010 / sistem TNM 2009.

Tabel 2. Tumour Node Metastasis 2009 (TNM)


Tumor primer (T)
 Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
 T0 : Tumor primer tak dapat ditemukan
 T1: Tumor yang tak dapat dipalpasi atau dilihat pada pemeriksaan pencitraan (tidak
terdeteksi secara klinis)
- T1a : Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), < 5 % dari jaringan yang direseksi
- T1b : Tumor ditemukan secara kebetulan (PA), > 5 % dari jaringan yang direseksi
- T1c : Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
 T2 : Tumor terbatas di prostat
- T2a : Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
- T2b : Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak mengenai kedua
lobus
- T2c : Tumor mengenai kedua lobus T3Tumor menembus kapsul
 T3 : Perluasan ektraprostat local
- T3a : Unilateral
- T3b : Bilateral
- T3c : Invasi ke vesika seminalis
 T4 Invasi ke organ dan/atau struktur penunjang di jaringan sekitar
- T4a : Invasi ke leher kandung kemih, rectum atau sfingter eksternal
- T4b : Invasi ke otot levator anus atau dasar panggul
Kelenjar Gatah Bening (KGB) regional (N)
 Nx : KGB regional tak dapat dinilai
 N0 : Tidak ada metastase ke kelenjar regional
 N1 : Satu kelenjar regional garis tengah ≤ 2 cm
 N2 : Satu kelenjar regional dengan garis tengah 2 – 5 cm atau banyak kelenjar dengan
garis tengah < 5 cm
 N3 : Kelenjar regional dengan garis tengah > 5 cm
Metastasis Jauh (M)
 Mx : Metastasis jauh tak dapat dinilai
 M0 : Tak ada metastasis jauh
 M1 : Terdapat Metastasis jauh
 M1a : Metastasis KGB Non Regional
 M1b :Metastasis ke tulang
 M1c : Metastasis ke organ lain

Catatan :
 Tumor ditemukan pada satu atau dua lobus dengan biopsi jarum akan tetapi tidak teraba
atau terlihat dengan pencitraan yang ada diklasifikasikan sebagai T1c. T
 umor yang menginvasi apeks prostat atau ke kapsul akan tetapi tidak menembus, tidak
diklasifikasikan sebagai T3 akan tetapi T2.
 Bila lebih dari satu tempat metastasis, dikategorikan sebagai metastasis paling tinggi
stadiumnya; M1c adalah tingkatan tertinggi.

H. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan penanganan terhadap kanker prostat, perlu diperhatikan faktor
– faktor yang berhubungan dengan prognosis kanker prostat yang dibagi kedalam dua
kelompok yaitu faktor – faktor prognostik klinis dan patologis kanker prostat. Faktor
prognostik klinis adalah faktor – faktor yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik, tes
darah, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat. Faktor klinis ini sangat penting karena
akan menjadi acuan untuk mengidentifikasi karakteristik kanker
sebelum dilakukan pengobatan yang sesuai. Sedangkan faktor patologis adalah
faktor – faktor yang yang memerlukan pemeriksaan, pengangkatan dan evaluasi
kesuruhan prostat. (Buhmeida, A ., et al, 2006).
Faktor – prognostik antara lain :
1. Usia pasien
2. Volume tumor
3. Grading atau Gleason score
4. Ekstrakapsular ekstensi
5. Invasi ke kelenjar vesikula seminalis
6. Zona asal kanker prostat
7. Faktor biologis seperti serum PSA, IGF, p53 gen penekan tumor dan lain –
lain.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada ca prostat terbagi 2, yaitu pengkajian pre –operasi prostatektomi
dan pengkajian pos-operasi prostaktektomi. Pengkajian pra-operasi prostatektomi
a. Identitas pasien Nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, no rekam medis,
diagnosa medis
b. Riwayat penyakit saat ini Keluhan yang dirasakan saat ini
c. Riwayat penyakit terdahulu Penyakit yang bersangkutan dengan gangguan
perkemihan
d. Riwayat penyakit keluarga Riwayat genetik anggota keluarga yang mengalami
penyakit sama.
e. Riwayat psikososial kecemasan yang dirasakan pasien
f. Pola kesehatan Kebiasaan pasien dan cara pasien mempertahankan
kesehatannya
g. Pola nutrisi dan metabolisme Frekuensi makan dan minum, jenis makanan,
pantangan, keadaan yang mengganggu.
h. Pola eliminasi Pola berkemih, frekuensi, jumlah, kesulitan saat berkemih.
i. Pola istirahat dan tidur Berapa lama pasien dapat tidur, kebiasaan tidur dan
upaya mengatasi kesulitan tidur.
j. Pola aktivitas Aktivitas sehari-hari pasien, kebiasaan olahraga.
k. Pola hubungan dan peran Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan
peran pasien dalam keluarga
l. Pola persepsi dan konsep diri Perasaan pasien sebelum operasi, Koping pasien
menghadapi penyakitnya.
m. Pola reproduksi seksual Keadaan seksual saat ini, masalah seksual yang
dialami.
n. Pola penanggulangan stress Kaji bagaimana pasien memecahkan masalah
bersama siapa.
o. Pola nilai dan kepercayaan Agama yang dianut, kegiatan keagamaan yang
dijalankan, kebiasaan beribadah. p. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan Kaji tanda-tanda vital.
2) Kulit warna, kelainan.
3) Kepala Bentuk, adakah benjolan, adakah keluhan pusing atau nyeri.
4) Muka Kesimetrisan, pembengkakan, adakah luka, kemerahan.
5) Telinga Bentuk telinga, adakah luka, adakah pengeluaran cairan,
Gangguan pendengaran.
6) Hidung Bentuk, adakah kotoran, polip, kaji cuping hidung.
7) Mulut dan faring Kerusakan gigi, adakah perdarahan gusi, kaji
pembesaran tonsil.
8) Leher Kaji pembesaran kelenjar limfe.
9) Toraks Kaji adanya pembesaran payudara pada laki-laki
10) Paru Auskultasi, palpasi, kaji adanya suara tambahan.
11) Jantung Kaji pulsasi jantung
12) Abdomen Bentuk, adakah nyeri tekan, hernia, peistaltik usus.
13) Genitalia dan anus Bentuk, adakah benjolan, lesi, pada anus adakah
hemoroid.
14) Ektremitas dan tulang belakang Kaji pembengkakan, adakah infus,
bentuk tulang belakang.

Pengkajian pos-operasi prostatektomi

a. Keluhan utama Keluhan nyeri, rasa tidak nyaman.


b. Keadaan umum Kesadaran, GCS.
c. Sistem respirasi Frekuensi , irama, suara napas, terdapat tanda sianosis
atau tidak.
d. Sistem sirkulasi Periksa tanda-tanda vital, monitor EKG
e. Sistem gastrointestinal Keluhan mual muntah
f. Sistem neurologi Kaji adanya keluhan nyeri kepala
g. Sistem musculoskeletal Kaji apakah terpasang infus, kaji keadaan
disekitar daaerah yang di infus.
h. Sistem eliminasi Kaji apakah pasien terpasang kateter, warna urin,
jumlah. Kaji gangguan perkemihan
i. Terapi setelah operasi Pemberian obat, irigasi kandung kemih,
pemasangan infus
2. Diagnosa dan fokus intervensi
a. Diagnosa keperawatan
1) Retensi urin berhubungan dengan obstruksi kandung kemih
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme, intake kurang
adekuat
3) Nyeri berhubungan dengan infiltrasi tumor
4) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
b. Intervensi
1) Retensi urine berhubungan dengan obstruksi kandung kemih Intervensi :
a) Kaji tanda dan gejala retensi
b) Lakukan katerisasi
c) Penggunaan kateter
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme Intervensi :
a) Kaji masalah yang dialami
b) Ukur berat badan
c) Modifikasi makanan
d) Lakukan oral hygiene
e) Berikan porsi kecil dan sering
3) Nyeri berhubungan dengan infiltrasi tumor Intervensi :
a) Kaji skala nyeri, intensitas, lokasi
b) Berikan analgesik
c) Ajarkan teknik relaksasi
4) Gangguan seksual Intervensi :
a) Kaji riwayat perawatan
b) Edukasi efek terapi dari terapi, operasi prostat, radiasi, hormonal dan
terapi yang mempengaruhi peran seksual. 15 Perubahan abnormal sel
c) Ikut sertakan pasangan dalam pengetahuan menggunakan metode
hubungan intim.
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, J.P.L., Sumantri, F., 2007. Atlas Mikroskopis dan Makroskopis Patologi Anatomi.
Jakarta: Universitas Trisakti, 109.

Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan
(Estiningdyah (ed.)). pustaka baru press.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Kanker Prostat. Panduan Penatalaksanaan


Kanker Prostat, 47.

Kolonel L. Fat, meat, and prostate cancer. Epidemiol Rev 2001; 23: 72–81.

Rindiastuti,Y .2007. Mekanisme Kalsium Dalam Meningkatkan Resiko Kanker Prostat pada
Usia Lanjut. Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret : 24

Gann PH. Risk factors for prostate cancer. Rev Urol 2002; 4 Suppl 5: S3–S10.

Kemenkes, 2010, Panduan Penanggulangan Kanker Prostat

K. O. H, William, et al. 2000. Neoplasm of the Prostate. In : C. Bast, Robert et al, ed. Holland -
Frei Cancer Medicine 5th Edition. USA : BC Decker Inc

Stephenson AJ, Klein EA. Epidemiology, etiology, and prevention of prostate cancer. In: Wein
AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Peters CA, editors. Campbell-Walsh Urology (11th ed).
Philadelphia: Elsevier; 2016; p. 254364. 5

Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Panduan nasional penanganan kanker prostat 2015. Jakarta:
Komite Nasional Penanggulangan Kanker, 2015; p. 1-10.

Anda mungkin juga menyukai