Anda di halaman 1dari 3

Transkrip Zoom CFCES

“From Local Identities


to Global Identities”
Oleh

Aji Samsudin

3111421031

Transkrip ini saya tulis dengan berdasar kepada pertemuan zoom yang
dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober lalu dalam acara Center for Cultural and
Ethnic Studies oleh Universitas Sumatera Utara, dengan Guest Lecture Julia Lim,
Ph.D yang membawa topik bahasan “From Local Identities to Global Identities”.

A. Konten Bahasan

Pada sesi mula-mula, Dr. Julia Lim menjelaskan mengenai apa-apa saja
yang akan menjadi bahasannya dalam pertemuan virtual zoom CFCES ini. Di
antara bahasan tersebut terdapat; latar belakang, perspektif kunci dalam teori
globalisasi, koeksistensi dari globalisasi dan identitas nasional, pengaruh barat
terhadap budaya Korea, globalisasi kultur dalam konteks “Korean Wave” (bahasa,
makanan, dan kecantikan), dan yang terakhir adalah pengaruh dari “Korean
Wave” dalam lingkup internasional (worldwide).

B. Latar Belakang

Pada sesi ketika menjelaskan latar belakang (utamanya waktu) dalam


sejarah Korea, Dr. Julia Lim memulai dari jatuhnya Dinasti Choson pada akhir
abad ke 19, dengan kemudian dilanjutkan pada masa ketika Korea menjadi koloni
Jepang (1910-1945), lalu kemunculan dua Negara Korea (1945-1948), Perang
Korea (1950-1953), dan terakhir adalah era kontemporer (1960-masa kini).
C. Perspektif Kunci dalam Teori Globalisasi

Dalam sesi ketika membahas mengenai perspektif kunci dalam teori


globalisasi, Dr. Julia Lim menjelaskan soal beda pandangan antara tiga golongan
yang memandang mengenai globalisasi, yang tentu saja ketika akan
membincangkan mengenai pandangan akan globalisasi, maka akan bermuara
menjadi sebuah teori mengenai globalisasi itu sendiri. Tiga golongan yang
dibahas dalam pemaparan Dr. Julia Lim di antaranya ialah; Hiperglobalis (yang
memandang bahwa globalisasi ialah suatu makna bumi yang baru, yang dalam ini
tentu saja berurusan dengan pasar dunia atau ekonomi), Skeptis (yang
memandang bahwa globalisasi semata-mata hanya imaji, peran pemerintahlah
yang sebenar-benarnya menjaga keberlangsungan ekonomi liberal ini), dan
Transformasionalis (yang beranggapan bahwa globalisasi sangat berpengaruh
dalam membangun kekuatan dan fungsi pemerintahan nasional). Dr. Julia Lim
berusaha membandingkan dalam tiga golongan ini, kira-kira apa saja yang akan
didapati perubahannya jika memandang dalam aspek ekonomi, kultur, serta
politik seiring dengan kemunculan globalisasi ini.

D. Koeksistensi dari Globalisasi dan Identitas Nasional

Pada sesi bahasan ini, Dr. Julia Lim menjabarkan mengenai koeksistensi,
atau sintesis, dari Globalisasi dan Identitas Nasional. Pertama-tama dijabarkan
terlebih dulu mengenai teori sebab apa yang timbul daripada Globalisasi,
kemudian dijelaskan pula mengenai teori sebab apa yang timbul mengenai
eksistensi Identitas Nasional, dengan tambahan juga kemudian Identitas Lokal
orang-orang Korea itu sendiri.

Koeksistensi keduanya (Globalisasi dan Identitas Nasional) di Korea


pertama-tama muncul seiring digunakannya istilah “Segyehwa” atau dalam
terjemahannya berarti “Globalisasi”. Seruan “Segyehwa” ini digunakan oleh
Presiden Kim Young-sam (1993-1998) untuk merepresentasikan naik turunnya
reformasi dalam politik-ekonomi Korea ketika merespons tekanan global untuk
pasar bebas.

Dr. Julia Lim lanjut menjelaskan mengenai perkembangan globalisme


yang terjadi di Korea dari semenjak slogan “Seygehwa” diinisiasikan dan menjadi
penanda Identitas Nasional bagi politik Korea pada saat itu, kemudian mula-mula
fenomena Korean Wave timbul dengan hadirnya K-Pop yang pengaruhnya
sebenarnya berasal dari Cina dan Japan, lalu fenomena kemunculan Gangnam
Style pada tahun 2012 yang dinyanyikan oleh PSY dan mendapat perhatian luar
biasa dari khalayak dunia (hal ini juga lah yang mengawali kepopuleran K-Pop
yang mendunia), dan yang terakhir adalah pada Institut King Sejong yang kini
sudah mendunia (244 institut dari 84 negara), dibarengi olehnya 26 kata Bahasa
Korea yang ditambahkan ke dalam Kamus Inggris Oxford.

E. Pengaruh Barat terhadap Budaya Korea

Dalam sesi bahasan ini, Dr. Julia Lim menjelaskan pengaruh daripada
barat terhadap budaya Korea, utamanya yang ditekankan adalah dari menu
makanan. Banyak sekali jenis-jenis makanan yang semula adalah berasal dari
barat, diadopsi sedemikian rupa hingga kemudian memiliki penamaan Koreanya,
sebagai contoh adalah Raracost TGI Fridays, dan lainnya.

F. Pengaruh Korea yang Mendunia

Untuk membangun citra internasional melalui promosi bahasa, Dr. Julia


Lim menjelaskan, bahwa salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah Korea
pada saat itu (2010) adalah dengan menyatukan beragam Institut Bahasa Korea di
seluruh dunia dalam satu naungan, dalam satu nama, yaitu King Sejong,
terinspirasi daripada raja terkenal di Korea yang dipercayai menciptakan sistem
penulisan di Korea (Hangul).

Anda mungkin juga menyukai