Anda di halaman 1dari 7

PROFIL KEBUDAYAAN

MASYARAKAT DI SEKITAR PAROKI ST. GEMMA GALGANI


KOTA KETAPANG, KALIMANTAN BARAT
PROFIL KEBUDAYAAN
MASYARAKAT SEKITAR PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL KETAPANG

Penyusun:
SHANI RAMADHAN RASYID 12 09 04812
WIWIN HARTANTI 12 01 14404
ELMO HENDRIANTO 12 08 01271

Korlap:
Ir. Y. Hendra Suryadharma, M. T

Askorlap:
Itto Takan

ADPL:
Astasari Dharmesti

Terima kasih kami ucapkan kepada Tuhan Yesus yang selalu


menyertai kami, dan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan Prol Kebudayaan Masyarakat disekitar Paroki St.
Gemma Galgani Katedral. Semoga Prol Kebudayaan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

PROFIL STASI PESAGUAN


PROFIL(ST. STEFFANUS) - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL
KEBUDAYAAN

1
PENDAHULUAN

SEKILAS MENGENAI KETAPANG


Ketapang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantan Barat yang
masyarakatnya memiliki keragaman suku, ras, agama dan budaya. Hal ini berlaku pula
bagi Paroki Santa Gemma Galgani yang sebagian besar wilayahnya berada di Kota
Ketapang. Walaupun begitu, keragaman itu tidak membuat konik berbau SARA
terjadi di tempat ini. Masyarakat di Paroki Santa Gemma Galgani memiliki toleransi
yang tinggi terhadap segala bentuk perbedaan dan bisa berbaur satu sama lain.
Salah satu bukti keragaman budaya yang ada di Paroki Santa Gemma Galgani adalah
berdirinya bangunan megah yang menandai budaya masing-masing kelompok
masyarakat. Ada Tugu Tolak Bala, Masjid Agung Al-Ikhlas, Kelenteng Tua Pek Kong, dan
ada pula Gereja Santa Gemma Galgani. Masing-masing bangunan itu memiliki ciri
khas dan sejarahnya sendiri. Di tempat itu pula biasanya acara-acara keagamaaan
dan budaya berlangsung meriah. Namun kelompok masyarakat dari budaya yang
berbeda bisa menghargai dan tak jarang pula ikut terlibat dalam acara tersebut.

PROFIL KEBUDAYAAN - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL

2
TUGU TOLAK BALA

TENTANG TUGU TOLAK BALA


Tugu Tolak Bala yang juga biasa disebut Tugu Perdamaian didirikan pada tahun 1998.
PendiriantuguitudilatarbelakangikerusuhanpascaruntuhnyarezimSoehartoyangmerebak
di beberapa tempat di Indonesia. Untuk mencegah hal itu terjadi pula di Ketapang, Romo
Matheus Juli, seorang pastor dari Ngaya Tayap, berinisiatif membangun sebuah tugu yang
menjadisimbolperdamaianditempatitu.
Menurut Romo Juli itu, pembangunan tugu itu penting terutama untuk menjaga etnis
Tionghoa yang menjadi sasaran kerusuhan di daerah-daerah lain. Menurutnya, bila
masyarakat etnis Tionghoa dirampok, maka masyarakat di Ketapang secara keseluruhan
akan mengalami krisis luar biasa terutama masalah sembako. “Hal ini yang penting kita
lakukan apalagi waktu itu polisi lumpuh, tentara lumpuh, dan pemerintah bingung mau
berbuatapa”,kataJuli.
Setelah tugu selesai dibangun, Romo Juli mengundang tokoh-tokoh supranatural
Dayak yang sangat berpengaruh dan juga perwakilan dari tiap etnis yang berada di
Ketapang seperti etnis Dayak, Melayu, Tionghoa, Madura, Jawa, dll untuk membuat
kesepakatan menolak segala bentuk kekerasan dan kerusuhan, apalagi yang berbau SARA.
Setelah surat kesepakatan ditandatangani, keesokan harinya mereka menggelar upacara
adat sekaligus meletakkan patung tolak bala pada sebuah tempat strategis di jantung Kota
Ketapang. Sekitar 800 orang dari berbagai etnis menghadiri upacara ini. Upacara dipimpin
oleh tokoh adat Dayak. Menurut Juli, Tokoh dari Suku Dayak dipilih karena merekalah yang
pertamakalimenginjakkankakidiKetapang.
Padaawalnya,RomoJulimengalamikesulitandalammengumpulkanmasyarakatdari
berbagai etnis di Ketapang untuk menandatangani kesepakatan itu. Banyak pihak yang
menentang rencananya. “Saya dilarang oleh pemda, dilarang oleh tokoh agama terutama
agama saya, dan dilarang juga oleh dewan adat Dayak. Katanya takut nanti ada rusuh”,
terangJuli.
Namun hal itu tidak membuat Romo Juli mengurungkan niatnya. Dia mulai
mengumpulkan orang-orang dengan mengajak teman terdekatnya terlebih dahulu untuk
turut terlibat dalam acara yang ia rencanakan. Kemudian ia meminta temannya mengajak
orang lain untuk ikut juga. “Anda bayangkan, tidak mungkin dong dalam kondisi yang
semacam itu bisa mengumpulkan banyak orang. Di situ banyak karakter orang. Ada yang
penurut, ada yang penentang. Tapi waktu itu semua menurut, semua ikut perintah. Tidak
mungkinitusemuaterjaditanpapertolongandariYangMahaKuasa”,kataJuli.
Saatini,TuguTolakBalaseringdigunakansebagaitempatuntukmelakukanupacaradanritual
adat di Kota Ketapang. Namun lebih dari itu, tugu ini telah menjadi simbol perdamaian
masyarakatKetapangyangterdiridariberagamras,suku,etnis,danagama.
PROFIL KEBUDAYAAN - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL

3
KLENTENG TUA PEK KONG

TENTANG KLENTENG TUA TA PEK KONG


Kelenteng Tua Pek Kong berdiri pada tahun 1901. Namun sudah sejak tahun 1880
patung Pek Kong beserta dupanya sampai di Ketapang. Pembawanya adalah 6 orang yang
datang dari Tiongkok. Mereka bernama Peng Cia Hua, Heng Miau Khi, Hun Chiau Han, Ng Khim
Han,CangSengHau,danKangKiaSeng.
Namun pada Hari Jum'at malam tanggal 22 Oktober 2010, kelenteng itu dilalap
kebakaran akibat hubungan arus pendek. Padahal waktu itu, bangunan kelenteng yang
terbuat dari kayu itu sudah dikatakan sempurna. Kebakaran itupun melalap semua barang
yangadadidalamKelenteng.PatungPekKongyangsudahsatuabadlebihberdiridisanajuga
ikutterbakar.
Pada akhirnya renovasi besar-besaran dilakukan. Bangunan kelenteng yang lama
diratakan dengan tanah dan kemudian dibangun kelenteng baru yang bahan utamanya
terbuat dari beton. Pengurus kelenteng pun sibuk menggalang dana. Dana pada akhirnya
terkumpul, tidak hanya dari umat Konghucu, namun juga dari masyarakat Ketapang dari
berbagaiagamadanjugadarisimpatisanyangbermukimdiluarKetapang.
“Penggalangan dana kami lakukan secara door to door. Kita tidak memberikan suatu
target.Adayangngasih5000atau10.000tetapkitaambil.Tergantungkeikhlasannya.Apalagi
kan ini tempat ibadah, biasanya orang paling senang membantu”, jelas Sui Ku, salah satu
penguruskelentengyangikutmencaridanapadawaktuitu.
Setelah dana terkumpul, pembangunan kelenteng baru dimulai. Tio Miang Hang, atau
yang lebih akrab dipanggil Ahong, ditunjuk sebagai perancang kelenteng yang baru. Segala
macam ornamen yang akan dipasang di sana dibawa langsung dari Tiongkok. Dengan
tenagabantuanyangtakbanyak,Ahongjugaikutmembangunkelentengitu.Padaakhirnya,
bangunankelentengyangbarudiresmikanpadatanggal12bulan12tahun2012.
Perayaan hari besarpun kembali dapat dirayakan di kelenteng itu, terutama pada hari
Cap Go Meh. Pada hari itu, diperagakan pertunjukkan Tatung dan pawai Barongsai Naga
yang diarak keliling Kota Ketapang. Acara berlangsung dari pagi hingga malam hari. Acara
tersebut juga dihadiri oleh Bupati, Wakil Bupati, dan seluruh elemen masyarakat Ketapang.
“Dari acara itu tampak sekali bahwa kerukunan umat beragama di Ketapang bagus dan
kondusif”, kata Sui Ku, yang juga menjabat sebagai wakil ketua Forum Kerukunan Umat
Beragama(FKUB)ini.

PROFIL KEBUDAYAAN - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL

4
MASJID AGUNG AL-IKHLAS

TENTANG MASJID AGUNG AL-IKHLAS


Masjid Agung Al Ikhlas diresmikan oleh Soedjiman, Gubernur Kalimantan Barat
waktu itu pada tanggal 19 Februari 1983. Kemudian pada tahun 2012, dibangun sebuah
masjid baru yang terletak di samping bangunan masjid yang lama. Saat ini,
pembangunan masjid yang baru masih belum rampung dan aktivitas keagamaan masih
dijalankan di masjid yang lama. Namun menurut Haji Mad Noor, Ketua Takmir Masjid Al
Ikhlas, bangunan masjid yang ada saat ini dinilai sudah tidak layak lagi digunakan seiring
jumlah umat Muslim yang semakin banyak. Menurut Mad Noor, bangunan masjid yang
baru itu juga akan dijadikan sebagai Islamic Center di Kabupaten Ketapang. Segala
kegiatan Islam seperti diskusi agama, tadarus Al-Qur'an, aktitas remaja masjid, dll
nantinya akan terpusat di masjid yang baru.
Masjid Al Ikhlas juga rutin menggelar acara-acara besar khususnya pada hari besar
Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, dan Isra' Mi'raj. Kegiatan tersebut
melibatkan masjid-masjid kecil yang ada di Kota Ketapang dan terpusat di Masjid Al Ikhlas.
Menurut Mad Noor, pada hari besar Islam masyarakat dari kalangan non-muslim
dilibatkan untuk membantu melancarkan jalannya peringatan seperti membantu parkir
kendaraan, menjaga keamanan umat muslim yang sedang beribadah, dll.
Pada saat Tahun Baru Hijriyah dan penyambutan hari pertama puasa, diadakan
perayaan pawai ta'aruf keliling Kota Ketapang. Pada acara inilah akan ada
pertunjukkan budaya seperti peragaan busana Melayu dan pementasan musik
Hadrah. Selain itu kiayi kondang dari luar kota juga diundang untuk menyemarakkan
acara pengajian yang diselenggarakan pada perayaan tersebut.

PROFIL KEBUDAYAAN - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL

5
GEREJA KATEDRAL ST. GEMMA GALGANI

TENTANG GEREJA KATEDRAL ST. GEMMA GALGANI


Gereja Santa Gemma Galgani berdiri pada 10 Juni 1962. Sebelum gereja itu berdiri,
umat Katolik khususnya yang berada di Kota Ketapang beribadah di kapel kecil sederhana
pemberian masyarakat Tionghoa. Namun dari waktu ke waktu, umat Katolik bertambah
banyak. Mereka kemudian banyak menyebar ke daerah pedalaman. Untuk umat yang
masih menetap di wilayah Kota Ketapang, dibangunlah sebuah gereja oleh Mgr. Sillikens
yang kemudian diberi nama Gereja Katedral Santa Gemma Galgani.
Pada tahun 1996, migrasi penduduk khususnya Umat Katolik dari pedalaman ke Kota
Ketapang tak terelakan. Mereka kebanyakan adalah pelajar, pegawai negeri, dan
pedagang. Oleh karena itu diwacanakan pembangunan Katedral yang baru.
Pembangunan Gereja Santa Gemma Galgani yang baru kemudian dimulai pada tahun
1998. Pastor Zacharias Lintas, Pr. yang saat itu menjabat sebagai ketua paroki bersama Mgr.
Blasius Pujaraharja serta panitia pembangunan gereja sibuk menggalang dana. Pengusaha-
pengusaha yang berasal dari Ketapang menjadi sumber dana dalam pembangunan ini.
Pada tahun 2000, bangunan gereja yang baru “dianggap” sudah selesai dibangun.
Bangunan itu letaknya bersebelahan dengan gereja yang lama. Namun pada tahun 2005
kaca bagian belakang gereja ambruk dan dinding-dindingnya retak. Untuk memperbaiki itu
semua, dilakukan renovasi yang dikepalai oleh Romo Mateus Juli, Pr. pada tahun 2007.
Romo Mateus Juli yang kemudian merancang interior Gereja Santa Gemma Galgani.
Dia memasukkan seni bernuansa Dayak dalam pengerjaan setiap ornamen maupun
pahatan yang ada di gereja itu. Di halaman belakang gereja itu, Romo Juli juga membuat
sebuah bangunan bernuansa Cina. Menurutnya, bangunan itu dibuat untuk mengenang
jasa Tan A Hak, Tan A Ni, dan Tan Kau Pue, tiga bersaudara dari Tiongkok yang pertama kali
menyebarkan Agama Katolik di Ketapang.
Akulturasi budaya tidak hanya tampak dalam desain bangunan gereja. Ketika peringatan
keagamaan, tarian khas Dayak terlebih dahulu diperagaan sebelum acara dimulai. Begitu
pula ketika acara peringatan dilanjutkan dengan acara makan malam dan menari
bersama diiringi musik beserta lagu khas Dayak.
Empat bangunan yang terdapat di wilayah Paroki Santa Gemma Galgani tersebut
memang belum bisa mewakili seluruh keberagaman budaya yang terdapat di dalamnya.
Masih ada bangunan lain seperti Vihara Buddha, Gereja Protestan, Keraton GM Saunan,
Rumah Adat Melayu, ataupun Tugu Ale-ale yang menjadi ikon utama Kota Ketapang.
Namun sedikit cerita di atas sudah bisa menunjukkan kalau masyarakat di Paroki Santa
Gemma Galgani, khususnya umat Katolik, hidup dalam suasana keberagaman yang kental
dan saling menjaga hubungan baik antara satu dengan yang lain.
PROFIL KEBUDAYAAN - KEUSKUPAN KETAPANG PAROKI ST. GEMMA GALGANI KATEDRAL

Anda mungkin juga menyukai