Anda di halaman 1dari 14

Esensi Ajaran Islam Dalam Mewujudkan Keadilan

Sosial dan Keadilan Ekonomi


Ziauddin Shachedina Al Farudha
HMI Cabang Sukoharjo, Kode Jurnal G
ziauddinsaf@gmail.com
Abstrak
Manusia memperlakukan semua orang sama dihadapan hukum, tidak boleh
membedakannya berdasarkan aksiden-aksiden yang dimilikinya. Ada tiga bentuk
perilaku manusia yang dapat memicu timbulnya kesenjangan sosial ekonomi yaitu
keserakahan manusia dalam menggunakan harta dengan boros dan penimbunan.
keadilan menjadi pilar yang sangat penting,ekonomi dalam masyarakat adalah
mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan,
pengembangan maupun distribusi.Dalam menegakkan keadilan ini ialah
pemerintah dikarenakan menjadi orang yang sangat penting dan berpengaruh dalam
suatu negara. Yang pada dasarnya masyarakat menjadi pribadi masing- masing
dalam memerintah dan menjadi pemimpin untuk diri sendiri seperti yang termuat
dalam Hadist Bukhari & Muslim “kullukum raain wakullukum mas uulun ‘an
yaiyyatih.”

Kata kunci :Keadilan, Keadilan Sosial, Keadilan Ekonomi

Pendahuluan

Islam memandang segala sesuatu secara komprehensif (kulli) dan menyeluruh


(syamil) serta kebijakan (makro) dan tindakan (mikro) berdasarkan kebijakan
maupun tindakan merugikan orang lain maupun bahkan merugikan diri sendiri. Dan
memandang kehidupan dalam segala bidang dan tidak menekankan perhatian
kepada satu bidang saja. Dalam penerapan kehidupan, manusia sebagai makhluk
sosial memerlukan interaksi dengan yang lain, Maka Islam memerintahkan manusia
dalam mejalankan aktivitas untuk mencapai kebahagiaan tanpa mengambil
tindakan lain dalam menegakkan keadilan. Islam mewujudkan keadilan dalam
segala aspek, baik ekonomi, sosial, hukum serta kehakiman.
Adil dalam Al-Qur’an dapat diartikan sebagai tidak memihak, sama berat,
tidak berat sebalah dan tidak sewenang-wenang.1 Ataupun ungkapan dari kata adil
yaitu a) al-qisth yang berarti bagian, dimana kata ini lebih umum daripada kata ‘adl
dan dijelaskan pula bagi seseorang untuk berlaku adil terhadap diri sendiri, b) al-
mizan berasal dari kata wazn yaitu timbangan dan mizan adalah alat untuk
menimbang. Yang berarti keadilan disini yaitu adanya makna kata alat untuk hasil
penggunaannya, c) menafikan kezaliman yang mana terdapatnya pengertian
keadilan tidak selalu berantonim kezaliman. Adapun salah satu bentuk untuk
mewujudkan keadilan yang ditekankan dalam Islam ialah keadilan sosial dan
keadilan ekonomi, dimana dalam pelaksanaanya setiap individu mendapatkan hak
serta harus bertanggungjawab dalam merealisasikan keadilan dalam hidupnya.

Dalam NDP dimensi keadilan sosial ekonomi menjadi salah satu unsur
doktrin nilai perjuangan bagi warga HMI dalam konteks keislaman dan
keindonesiaan. Dimensi setuhanan merupakan fondasi dasar yang menjadi
pegangan utama, yang di atasnya berdiri nilai-nilai kemanusiaan, kealaman dan
keadilan sosial.2 Secara khusus, nilai keadilan sosial ekonomi bukanlah berbasis
pada ideologi Kapitalisme yang individualistik, maupun Komunisme yang
sosialistik-utopis. Keadilan sosial-ekonomi dalam Islam merupakan keseimbangan
antara dimensi individual dan sosial. Dalam sistem nilai Islam, semakin seorang
individu memiliki kelimpahan rezeki maka semakin besar tanggungjawab sosialnya
untuk berbagi kepada para fakir miskin.

Keadilan sosial ekonomi berimplikasi pada penguatan aspek rohani masing-


masing warga bangsa agar memiliki sifat kedermawanan kepada sesama. Sifat
kedermawanan seorang individu ini akan berdampak pula secara positif pada
munculnya kesetiakawanan sosial yang secara otomatis berdampak baik bagi
stabilitas keamanan di masyarakat. Kesetiakawanan sosial ini tentu akan menjamin
terwujudnya pembangunan masyarakat yang berkelanjutan yang diwariskan dari
satu generasi ke genarasi berikutnya. Pada ujungnya adalah terwujudnya konsep
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

1
Al-Qur'an dan Terjemahnya. (2007). Balitbang Kementerian Agama R.I.
2
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. (2005).
Kerangka Konseptual

Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konsep merupakan formulasi atau


simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut.
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi Keadilan, Keadilan Sosial,
keadilan Ekonomi, Aktualisai Nilai islam dalam mewujudkan Keadilan.

Makna Keadilan
Terdapat dalam beberapa makna yang lebih luas dari keadilan yaitu3 :
1. Adil dalam arti sama
Bermakna sama yaitu adanya perlakuan yang sama tanpa membeda-
bedakan dalam perolehan hak setiap individu. Menurut Quraish Shihab yaitu
adanya suatu proses dari perlakuan hakim terhadap pihak yang berperkara,
bukan dari persamaan perolehan yang didapatkan setiap individu di depan
pengadilan terhadap objek yang diperkarakan.4 Dapat dilhat juga dalam
kandungan Q.S An-Nisaa ayat 58 adanya kewajiban hakim untuk tidak
membeda-bedakan perlakuan terhadap pihak yang berperkara dengan posisi
sama diantaranya tempat duduk, penyebutan nama, keceriaan wajah,
kesungguhan mendengarkan dan memikirkan ucapan. Akan mencapai
persamaan apabila sudah mencakup semua persamaan dari suatu keputusan
yang diterima.
2. Adil dalam arti seimbang
Dikatakan seimbang adanya pemberian terhadap sesuatu kepada orang
sesuai dengan layak sehingga terdapat kesesuaian kedudukan dan fungsinya
dibanding dengan individu lain. Untuk mendapatkan seimbang ini
diperlukannya syarat baik untuk ukuran yang tepat pada setiap bagian dan
pola kaitannya.5 Dimana substansi dari keseimbangan bukan untuk
kesamaan sesuatu yang akan diperoleh melainkan kepada
proporsionalitasnya.

3
Shihab, Q. (1999). Wawasan Al-Qur'an, cet. Ke-9. Bandung: Mizan. Hal 113-117
4
Shihab, Q. (1998). Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan. Hal114
5
Taufik, M. (2013). Filsafat John Rawls tentang Teori Keadilan, Mukaddimah, Vol. 19. Hal 43-44
3. Adil dalam arti sifat yang dihubungkan dengan Allah subhanahuwata’alla
Adil merupakan salah satu sifat Allah subhanahuwata’alla dan setiap
ketentuan dan kehendak-Nya. Akan tetapi adil disini tidak dapat dilihat dari
sudut pandanga manusia karena tidak terjangkaunya oleh akal manusia.
Maka akan terjadinya mengenai ide baik kebaikan maupun keburukan dalam
setiap perbuatan yang berlaku pada manusia disebabkan karena adanya suara
hati etika manusia yang terbentuk dari ide relatif.6 Bahwa keadilan yang
dihubungkan kepada Allah subhanahuwata’alla merupakan suatu keadilan
yang terlepas dari penganalogian manusia terhadap baik maupun buruk yang
dibentuk oleh ide manusia.
4. Adil dalam arti perhatian dan pemberian terhadap hak-hak individu
Dengan kata lain “menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberi
pihak lain hanya melalui jalan terdekat.” Adanya perlakuan adil terhadap
individu-individu menerimahak yang sesuai. Dengan kata lain, dimana setiap
individu berhak mendapat hak yang dirasakan oleh individu lain tanpa
merampas hak dari yang lainnya.Antonim dari kata adil yaitu sifat al-zulum
(aniaya), adapun perbuatan aniaya yaitu pencurian dan pengambilan secara
paksa.
Maksud dari makna keadilan terdapat pada perimbangan atau keadaan
seimbang atau tidak ekstrim, dengan persamaan atau tidak adanya
diskriminasi dalam bentuk apapun serta penuaian hak kepada siapapun yang
berhak atas penempatan sesuatu pada tempat semestinya. Terdapat dalam
pengertian yang terkandung dalam konsep keadilan sudah berimplikasi baik
kepada aktivitas maupun perilaku manusia. Implikasi ini dapat terlihat pada
keadilan hukum dalam makna bahwa Al-Qur’an memerintahkan agar
manusia memperlakukan semua orang sama dihadapan hukum dan tidak
boleh membedakannya berdasarkan aksiden- aksiden (hal-hal yang melekat
secara lahiriyah) yang dimilikinya. Ada tiga bentuk perilaku manusia yang
dapat memicu timbulnya ketidakadilan sosial ekonomi yaitu keserakahan
manusia dalam menggunakan harta tanpa perhitungan dan menumpukkan

6
Muthahhari, M. al-'adl al-lahi. Beirut: Shabkah al-Fikr. Hal 55-57
harta.7
Akan ada yang merasakan Kemaha besaran dan Kemahabijaksanaan
Tuhan akan berkata “Ada hikmah dibalik setiap peristiwa, baik yang dinilai
sebagai ketidakadilan (kejahatan) maupun sebaliknya.”
Maka demikian, pribadi demi pribadi secara sadar atau tidak, bekerja
sama dan saling menopang demi kebahagiaan bersama serta untuk ada
diantara mereka yang akan menjadi korban demi kebahagiaan makhluk
secara keseluruhan. Adanya suatu pengorbanan menjadi salah satu syarat
untuk kesempurnaan jenis makhluk termasuk manusia. Tetapi ada juga
pernyataan “mencipta dan memelihara hak atas berlanjut eksistensi, tidak
mencegah kelanjutan eksistensi dan memperoleh rahmat sewaktu terdapat
kemungkinan eksis atau potensi untuk mencapai kesempurnaan. Jika adanya
seperti itu, maka persoalan keadilan ilahi bukan lagi problem nalar
melainkan problem rasa sebagai akibat dari keinginan manusia untuk selalu
mendapatkan yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga atau yang lainnya
sehinngga akan melupakan pihak lain. Akan demikian problemnya seperti
itu maka yang akan mampu menanggulanginya adalah rasa, maka agama dan
keyainan akan berperan sangat besar dalam hal ini.8

Keadilan Sosial
Dalam pandangan Islam, keadilan sosial itu sangat penting. Karena
terdapat juga dalam kitab Nahjul Balghah yang diulas oleh Murtadha Muthahhari
menyatakan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa pemeritahan
dan keadilan sebagai puncak kebajikan (paramount importance). Selain itu,
Muthahhari mengutip juga dalam QS. Al-Hadid ayat 25 yang artinya
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-
bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca
(keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan. Pada ayat ini adanya
penegakkan keadilan yang dinytatakan dalam wujud objektif dari misi para Nabi

7
Tarigan, D. A. Islam Mazhab HMI : Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Perjuangan (NDP).
8
Shihab, Q. (1998). Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat.
Bandung: Mizan. Hal 119-123
‘alaihissalam, kekhususan keadilan juga ditekankan kepada tujuan misi
kenabian.9
Adapun konteks ‘adl dalam keadilan sosial itu ada empat hal :
1. Keseimbangan
Maksud dari keseimbangan disini yaitu misalnya dalam
kehidupan masyarakat adanya keinginan untuk bertahan dan mapan
harus berada dalam keadaan seimbang dimana didalamnya terdapat
proporsi yang sudahseharusnya melainkan bukan yang setara. Dalam
setiap aktivitas kehidupannya, individu maupun masyarakat adanya
kebutuhan yang seimbang seperti pada aktivitas pada kegiatan baik
ekonomi, politik, pendidikan, hukum dan kebudayaan. Segala aktivitas
itu diperlukan adanya distribusi antara anggota masyarakat dengan
memanfaatkanaktivitas secara proporsional.
2. Persamaan dan Non Diskriminasi
Yaitu persamaan dan penafian terhadap diskriminasi dalam
bentuk apapun. Sebagaimana contoh “si fulan adalah orang yang adil”
dimaksudkan pada si fulan ini adalah memandang semua individu
sama rata tanpa adanya pembedaan dan pengutamaan. Dalam
pengertian ini, keadilan sama dengan persamaan. Dilihat dari
definisinya adanya penegasan, dengan maksud keadilan adalah
keniscayaan tidak terjaganya beragam kelayakan yang berbeda-beda
dan memandang segala sesuatu dan semua sama rata hal ini tidak
identik dengan keadilan melainkan pada kezaliman. Apabila tindakan
memberi dengan sama rata akan dipandang dengan adil dengan begitu
tidak memberi kepada semua sama rata juga harus dipandang secara
adil.
3. Pemberian Hak Kepada Pihak Yang Berhak
Adapun pengertian dari keadilan disini adalah adanya
pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada objek yang
menerimanya. Dalam artian, kezaliman adalah pelenyapan dan

9
Muthahhari, M. (2002). Tema-Tema Pokok Nahj al-Balaghah . Jakarta: al-Huda. Hal 97-98
pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain. Sebagaimana pengertian
keadilan dalam keadilan sosial adalah keadilan yang harus dihormati
dalam hukum manusia dan setiap individu harus ditegakkan. Dalam
pengertian keadilan ini bersandar pada dua hal :
a. Hak dan prioritas. Adanya berbagai hak dan priotitas sebagian
individudibangdingan dengan sebagian yang lainnya. Sebagaimana
contoh adanya seseorang dalam menegerjakan suatu yang
membuahkan hasil maka akan memeiliki prioritas dari hasil
pekerjaanya. Timbulnya prioritas ini adanya sebuah pekerjaan dan
aktivitas dari individu yang melakukannya.
b. Karakter atau ciri khas dari manusia akan tercipta dan terbentuk
dengan adanya sejumlah ide (i’tibari) yang menjadi alat kerja.
Dengan adanya perantara alat kerja ini bisa mencapai tujuan. Ide-
ide ini akan membentuk serangkaian gagasan yang menjadi penentu
adanya perantara yang seharusnya. Secara ringkas dalam hal ini,
bagi setiap individu dalam bermasyarakat agar meraih kebahagiaan
dalam bentuk yang lebih baik untuk hak dan prioritas harus
dipelihara. Adapun pengertian dari keadilan ini, harus diakui
dengan adanya kesadarandari semua orang sementara untuk titik
yang bersebrangan adalah kezaliman yang akan ditolak oleh
kesadaran semua orang.
4. Pelimpahan Wujud Berdasarkan Tingkat dan Kelayakan
Pengertian keadilan ini yaitu suatu tindakan untuk memelihara
kelayakan dalam pelimpahan wujud serta tidak mencegah limpahan
dan rahmat pada saat kemungkinan untuk mewujudkan dalam
penyempurnaan sesuatu itu telah tersedia.
Para teosof berkeyakinan bahwa sesuatu yang maujud tidak
memiliki hak atas Allah subhanhu wata’alla sehingga pemberian hak
merupakan sejenispelunasan utang dan atau pelaksanaan kewajiban.
Dan apabila sudah dipenuhi, Allah subhanahu wata’alla bisa
dipandang adil karena Dia telah melaksanakan kewajiban-Nya kepada
pihak lain secara cermat. Keadilan Allah subhanahu wata’alla
sesungguhnya identik dengan kedermawaan dan kemurahan-Nya10
Keadilan dari Allah subhanahu wata’alla ini yang kemudian
dimanifestasikan dalam kehidupan sosial maka keadilan Ilahi harus
menjadi keadilan sosial. Manifestasi keadilan sosial ini menjaditugas
para Nabi sepanjang sejarah. Adanya pelimpahan wujud dan rahmat
Tuhan dalam kehidupan sosial merupakan terejawatahkannya keadilan
sosial dalam perspektif Islam.
Hal ini, Islam akan sangat menjunjung tinggi dalam keadilan
sosial baik secara teologis dan keadilan Ilahi diharuskan terwujud yang
akan menjadi tanggung jawab sosial bagi seluruh masyarakat untuk
memanifestasikan keadilan Tuhan menjadi keadilan sosial bagi
kehidupan.

Keadilan Ekonomi
Ekonomi juga dikatakan sebagai ilmu yang menerangkan cara-cara
menghasilkan, mengedarkan, membagi serta memakai barang dan jasa dalam
masyarakat sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-
baiknya. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta
kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun
distribusi.11
Dalam ekonomi, keadilan menjadi pilar yang sangat penting
dikarenakan adanya penegakkan yang ditekankan oleh Al-Qur’an sebagaimana
misi utama para Nabi, sebagaimana yang termasuk dalam penegakkan keadilan
ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Allah subhanahuwata’alla
telah menurunkan Islam sebagai sistem kehidupan untuk seluruh umat manusia,
adanya penekanan penting dalam keadilan dalam setiap sektor baik dalam
ekonomi, politik maupun sosial serta adanya komitmen dalam Al-Qur’an
tentang penegakan keadilan terlihat sangat jelas. Sebagaiman terdapatnya
penyebutan kata keadilan mencapai lebih dari seribu kali berarti menjadi urutan
ketiga terbanyak yang disebut setelah kata Allah subhanahuwata’alla dan ‘ilm.

10
Muthahhari, M. (2009). Keadilan Ilahi. Bandung: Mizan. Hal 60 – 65.
11
Sholahuddin, M. (2007). Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 3
Menurut Ali Syariati adanya dua pertiga ayat- ayat Al-Qur’an memuat tentang
keharusan menegakkan keadilan dan membenci kezaliman dengan ungkapan
kata zulum, itsm, dhalal.12 Maka tujuan dari keadilan sosio ekonomi dan
pemerataan pendapatan atau kesejahteraan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari filsafat moral Islam.
Keadilan ekonomi (economic justice) terkandung dalam Al- Qur’an
menekan kepada persamaan manusia (egalitarianism) dimana akan
menghindarkan segala bentuk kepincangan dari ekonominya seperti eksploitasi,
keserakahan dan konsentrasi harta. Manusia dihadapan Allah
subhanahuwata’alla memiliki derajat sama. Terdapat kesetaran akan hal
kesadaran internal bagi manusai untuk berwawasan egalitarian (al-musawah)
tanpa membeda-bedakan orang baik ras, agama dan suku serta terdapatnya
perbedaan dalam kualitas objektif berupa perbuatannya.
Dalam menegakkan keadilan ini ialah pemerintah dikarenakan menjadi
orang yang sangat penting dan berpengaruh dalam suatu negara. Adapun
maksud awal dan fundamental didirikannya negara dan pemerintah ialah guna
melindungi manusia daripada kemungkinan perusakkan terhadap
kemerdekaan maupun harga diri sebaliknya setiap individu akan mengambil
bagian pertanggungjawaban dalam setiap masalah atas dasar persmaan yang
diperoleh melalui demokrasi. Yang pada dasarnya masyarakat menjadi pribadi
masing-masing dalam memerintah dan menjadi pemimpin untuk diri sendiri
seperti yang termuat dalam Hadist Bukhari & Muslim “kullukum raain
wakullukum mas uulun ‘an yaiyyatih.” Maka dari itu yang menjadi pemerintah
harus mempunyai kekuatan pemimpin yang terlahir dari masyarakat serta
pemerintah juga harus demokratis, berasal dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat
dan harus menjalankan kebijaksaan atas persetujuan rakyat berdasarkan
musyawarah yang mana keadilan serta martabat manusia tidak terganggu.
Dalam menegakkan keadilan merupakan kewajiban dari negara sendiri
dan kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi dari prinsip kegotongroyongan
dan kecintaan sesama manusia, dimana menegakkan keadilan menjadi amanat

12
Kahduri, M. (1984). The Islamic Conception of Justice. Hal 10
dari rakyat untuk pemerintah harus dilaksanakan. Adapun perwujudannya pada
bidang ekonomi atau pembagian kekayaan untuk anggota masyarakat terdapat
keadilan dalam penuntutan kekayaan agar setiap orang mendapatkan bagian
yang sewajarnya. Karena dalam masyarakat tidak mengenal batas-batas
individual merupakan bagian sejarah dari perjuangan dialektis yang berjalan
tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh
ketidakserasian antara pertumbuhan kekuatan produksi maupun pengumpulan
kekayaan oleh golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak.
Negara yang sudah merdeka tidak dapat dipungkiri akan timbulnya
kekacauan dan terjadinya pemisah antara kekayaan dan kemiskinan, dan apabila
sudah mencapai batas adanya pertentangan itu akan menghancurkan sendi-
sendri tatanan sosial dan membinasakan kemanusian dan peradabannya. Dalam
masyarakat yang tidak adil akan terjadinya kekayaan dan kemiskinan akan
terjadi kualitas dan proporsi dalam yang tidak wajar dan akan menunjukkan
perbedaan manusia dalam kemampuan fisik dan mental, namun dalam
kemiskinan masyarakat dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan
merupakan suatu bentuk kezaliman. Dikatakan zalim dimana orang kaya
menjadi pelaku sedangkan orang miskin menjadi korban. Sebagaimana
dikatakan kejahatan dalam bidang ekonomi yaitu
a. Adanya penindasan oleh kapitalisme. Dengan adanya konsep kapitalisme
yaitu tentang manusia yamg berkenaan dengan karakter dasar dan tujuan
akhir dari manusia bahwa pada dasarnya bersifat baik dan lemah,
cenderung meyakini bahwa penyebab terjadinya diskriminasi serta tidak
terjadinya distribusi kekayaan secara tidak adil dikarenakan
terbelenggunya kebebasan individu baik dari masyarakat, pemerintah,
terdapatnya individu dari berbagai sisi tidak adanya aturan yang
menjamin kepentingan. Untuk menegakkan keadilan sosial maupun
ekonomi bisa terwujud dengan cara memberikan kebebasan secara mutlak
bahwa kesempatan ekonomi yang seluas-luasnya kepada setiap individu
dimana kebebasan dibatasi dengan kebebasan orang lain dan akan
menyebabkan perbedaan pendapatan dan kekayaan individu (dengan
asumsi orang tersebut menggunakan kebebasanyya secara sama dalam
sistem kapitalis).
b. Penumpukkan harta kekayaan dan kegunaanya, dalam penegakkannya
diharuskan adanya bimbingan dari manusia itu sendiri mengarah ke
pelaksanaan tata masyarakat dengan memberikan kesempatan untuk
mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma’ruf) dan
pertentangan dalam bentuk penindasan terhadap manusia kepada
kebenaran asasi dan rasa kemanusiaan (nahi munkar). Terdapat suatu cara
yang tidak bertentangan dengan kemanusiaan diperbolehkan (yang
ma’ruf dihalalkan) sedangkan yang bertentang dengan kemanusian
dilarang (yang munkar diharamkan).
Untuk pembagian ekonomi dengan tidak benar hanya ada dalam suatu
masyarakat yang tidak menjalankan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini,
menyebabkan masyarakat tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat
untuk menyerahkan diri dan manusia akan diperbudak oleh harta benda. Pada
produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu akan
memperbudak budak buruh, dengan hal ini seorang pekerja tidak menguasai
hasil pekerjaannya tetapi akan dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Kapital atau
kekayaan ini telah menggenggam dan memberikan sifat berupa keserakahan,
ketamakan dan kebengesin.13
Akan tetapi dalam bermasyarakat yang adil dalam pembagiannya akan
adanya golongan kaya dan miskin, hal ini menjadi batas kewajaran karena
adanya pertautan antara kekayaan dan kemiskinan. Dan adanya berupa
kepemilikan pribadi (private ownership) berupa harta dan terdapatnya
perbedaan kemampuan antar pribadi baik fisik maupun mental. Terdapat usaha
dalam memperbaiki pembagian rezeki ke arah yang merata tetap dijalankan oleh
masyarakat yaitu berupa zakat. Menurut Mas’udi, zakat memiliki pesan sosial
yang jelas, tetapi ummat Islam belum memanifestasikan zakat sebagai sarana
untuk mengentaskan kemiskinan dan menjadikannya sebagai solusi untuk
kebutuhan sarana umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

13
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. (2005).
bersama.14 Zakat ini akan dipungut dari orang kaya dengan jumlah presentase
menurut pendapatannya dan akan disalurkan kepada orang yang membutuhkan
atau orang miskin. Dalam perolehan harta zakat yang disalurkan merupakan
hasil dari yang benar, sah dan halal. Sedangkan untuk perolehan kekayaan yang
haram tidak akan dikenakan zakat melainkan akan dijadikan milik umum. Oleh
karena itu, sebelum melakukan zakat harus terbentuknya masyarakat yang adil
berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa dan diperlukannya mengecek
harta yang didapat terlebih dahulu sehingga penindasan atas manusai oleh
manusia dihapuskan.

Kesimpulan
Islam dalam mewujudkan keadilan dalam segala aspek baik ekonomi,
sosial, hukum serta kehakiman. Adil dalam Al-Qur’an dapat diartikan sebagai
tidak memihak, sama berat, tidak berat sebalah dan tidak sewenang-wenang.
makna keadilan terdapat pada perimbangan atau keadaan seimbang atau tidak
ekstrim, dengan persamaan atau tidak adanya diskriminasi dalam bentuk
apapun serta penuaian hak kepada siapapun yang berhak atas penempatan
sesuatu pada tempat semestinya. Terdapat dalam pengertian yang terkandung
dalam konsep keadilan sudah berimplikasi baik kepada aktivitas maupun
perilaku manusia. keadilan sosial itu sangat penting. Karena terdapat juga dalam
kitab Nahjul Balghah yang diulas oleh Murtadha Muthahhari menyatakan
bahwa Imam Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa pemeritahan dan keadilan
sebagai puncak kebajikan (paramount importance). Selain itu, Muthahhari
mengutip juga dalam QS. Al-Hadid ayat 25 yang artinya “Sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul- rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat melaksanakan keadilan”.
Konteks ‘adl dalam keadilan sosial itu ada empat hal: keseimbangan,
persamaan dan non diskriminasi, pemberian hak kepada yang berhak,

14
Mas'udi, M. F. (2010). Pajak itu Zakat: Uang Allah Untuk. Bandung: Mizan Pustaka.
pelimpahan wujud berdasarkan tingkat dan kelayakan.
Dalam ekonomi, keadilan menjadi pilar yang sangat penting
dikarenakan adanya penegakkan yang ditekankan oleh Al-Qur’an sebagaimana
misi utama para Nabi, sebagaimana yang termasuk dalam penegakkan keadilan
ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan, Ekonomi juga dikatakan
sebagai ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan, mengedarkan,
membagi serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat sehingga kebutuhan
materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi dalam
masyarakat adalah mengatur urusan harta kekayaan baik yang menyangkut
kepemilikkan, pengembangan maupun distribusi, Dalam menegakkan keadilan
ini ialah pemerintah dikarenakan menjadi orang yang sangat penting dan
berpengaruh dalam suatu negara.
Pembagian ekonomi dengan tidak benar hanya ada dalam suatu
masyarakat yang tidak menjalankan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu akan
memperbudak budak buruh, dengan hal ini seorang pekerja tidak menguasai
hasil pekerjaannya tetapi akan dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Kapital atau
kekayaan ini telah menggenggam dan memberikan sifat berupa keserakahan,
ketamakan dan kebengesin, Terdapat usaha dalam memperbaiki pembagian
rezeki ke arah yang merata tetap dijalankan oleh masyarakat yaitu berupa zakat.
Menurut Mas’udi, zakat memiliki pesan sosial yang jelas, tetapi ummat Islam
belum memanifestasikan zakat sebagai sarana untuk mengentaskan kemiskinan
dan menjadikannya sebagai solusi untuk kebutuhan sarana umum yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaradlawi, Y. (1973). Fiqh az-Zakah, cet II. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
Al-Qur'an dan Terjemahnya. (2007). Balitbang Kementerian Agama R.I.
Kahduri, M. (1984). The Islamic Conception of Justice.
Mas'udi, M. F. (2010). Pajak itu Zakat: Uang Untuk Allah. Bandung: Mizan
Pustaka.
Muthahhari, M. al-'adl al-lahi. Beirut: Shabkah al-Fikr. Muthahhari, M. (2009).
Keadilan Ilahi. Bandung: Mizan.
Muthahhari, M. (2002). Tema-Tema Pokok Nahj al-Balaghah . Jakarta: al-Huda.
Nilai-Nilai Dasar Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam. (2005).
Shihab, Q. (1998). Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat. Bandung: Mizan.
Shihab, Q. (1999). Wawasan Al-Qur'an, cet. Ke-9. Bandung: Mizan.
Sholahuddin, M. (2007). Asas-Asas Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tarigan, D. A. Islam Mazhab HMI : Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Perjuangan
(NDP).
Taufik, M. (2013). Filsafat John Rawls tentang Teori Keadilan, Mukaddimah,
Vol. 19.

Anda mungkin juga menyukai