Anda di halaman 1dari 14

Apa Itu HIRADC?

Ini Bedanya dengan JSA


Februari 20, 20214 Komentar

Konten [Tampil]

 
Kali ini kami akan menjawab rasa penasaran banyak orang khususnya yang baru masuk dunia K3LH tentang apa itu
HIRADC. Banyak orang yang salah bahwa menganggap HIRADC ini sama dengan JSA. Akan tetapi sebenarnya
keduanya sangat berbeda. Nah apa saja perbedaannya?

Pengertian HIRADC 

HIRADC adalah singkatan dari Hazard Indentification and Risk Assesment Determining Control. Definisi dari
HIRADC adalah metode penilaian risiko dari suatu pekerjaan yang ada di suatu perusahaan sehingga bisa
memperoleh gambaran prioritas pekerjaan mana dulu yang harus kita kendalikan bahayanya. Hal ini
bersinggungan dengan pembiayaan, yang mana biaya untuk K3 dalam suatu perusahaan biasanya terbatas. Oleh
karena itu, sebagai ahli K3 kita harus tahu mana yang harus jadi prioritas yang mana biasanya memiliki risiko
tertinggi.

Memahami apa itu HIRADC sebenarnya hampir mirip dengan JSA. Adapun JSA adalah Job Safety Analysis.
Definisi dari JSA adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan bahaya dan risiko dari suatu
pekerjaan yang diberi penjelasan secara mendetail step per step pekerjaannya. Akan tetapi, dalam JSA kita
tidak menemukan perhitungan nilai risikonya.

JSA sering dipakai untuk mengetahui dan memberitahu pada pekerja dan karyawan terkait dari bahaya setiap
langkah pekerjaan. Persamaan dengan HIRADC adalah pada kolom penulisan per langkah pekerjaan yang ada
bahaya dan risikonya. Akan tetapi, di HIRADC terdapat kolom perhitungan dari tingkat kepasrahan dan nilai
risikonya.

Tujuan HIRADC dan JSA


Memahami pertanyaan apa itu HIRADC, kita harus tahu tujuan masing-masing istilah ini. Untuk JSA sendiri
bertujuan untuk memberikan gambaran bahaya dari risiko langkah per langkah dari suatu pekerjaan. HIRADC
bertujuan untuk menilai risiko dari semua pekerjaan yang ada. 

Jantung dari ilmu K3 adalah pengidentifikasian bahaya. Oleh karena itu, baik JSA dan HIRADC adalah poin yang
harus diketahui oleh seorang ahli K3 di suatu perusahaan. Baik HIRADC maupun JSA perlu dievaluasi dan dibuat
perbaikan secara berkala. Mengapa? Karena bisa saja ada faktor penilaian yanh sudah tidak relevan dengan kondisi
pekerjaan. Oleh karena itu, HIRADC dan JSA harus selalu direvisi untuk perbaikan.

Penerapan yang maksimal dari JSA dan HIRADC ini bisa diprint lalu dipajang pada setiap titik pekerjaan yang
relevan dengan bahaya. Dengan begitu, pekerja dan karyawan bisa memahami apa yang ditulis pada form JSA
HIRADC sehingga mereka tahu kondisi bahayanya. Dengan begitu, kecelakaan kerja bisa dicegah sedini mungkin.

Orang yang Bertugas Menyusun HIRADC 

Menyambung pertanyaan apa itu HIRADC, mungkin ada pertanyaan lain terkait dengan hal ini. Siapa orang yang
menyusun HIRADC/ JSA? Banyak orang yang salah bahwa pengurusan HIRADC dan JSA dilakukan oleh ahli K3
tapi itu salah. 

HIRADC dan JSA disusun oleh ahli K3,  Engineer, Logistik dan bagian teknik atau produksi. Dengan begitu
tidak hanya dilakukan oleh ahli K3 saja. Mereka yang menyusun HIRADC harus duduk berdampingan lalu
berdiskusi secara mendalam tentang banyaknya proses pekerjaan yang produksi. 

HIRADC adalah perwujudan dari PP No 50 Tahun 2012 tentang SMK3. HIRADC terfokuskan pada aspek
perencanaan yang mana perusahaan harus mengidentifikasi bahaya, menilai risiko serta menentukan pengendalian
bahaya. HIRADC sendiri adalah persyaratan dari OHSAS 18001. 

Perbedaan JSA dan Hiradc dari Definisi

Sebelum membahas lebih jauh tentang kedua apa perbedaan mendasar dan kegunaannya kita harus tahu dulu definisi
masing masing biar ngak bingung dan semakin kesasar. 
JSA singkatan dari Job Safety Analysis (Analisis Keselamatan Pekerjaan) atau ditempat lain bisa disebut Job
Handling Analysis, Job Safety an Enviroment Analysis, Job Hazard Breakdown, Job or Task Risk
Assessment ; suatu dokumen yang memberikan pedoman dalam mengidentifikasi secara jelas bahaya-bahaya
dan insiden potensial berkaitan dengan setiap langkah tugas/pekerjaan, dan mengembangkan solusi untuk
menghilangkan, mengurangi dan mengontrol bahaya/risiko dan insiden. 

HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment & Determining Control) merupakan proses mengidentifikasi
bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin dalam perusahaan, untuk selanjutnya
dilakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut. 
 
Dari define diatas pun sebetunya sudah jelas apa itu JSA dan apa Itu HIRADC dan tahu perbedaannya salah satunya
adalah antara lain : 

JSA 

• Yang dinilai adalah langkah langkah setiap pekerjaan yang akan dilakukan dari mulai sampai  selesai 
• Penilaian  disini  adalah  “Person”  atau  orangnya 
• Langkah untuk pengendaliannya sifatnya ke personal tersebut (yang melakukan Pekerjaan) 
• Karena pengendalian lebih ke personalnya makan rata rata JSA fokusnya pengendalian bahaya lebih ke
APD dan alat keselamatan. 
• Titik permasalahan atau fokus pada JSA adalah untuk mengurangi dampak dari Unsafe Act 

HIRADC 

• Yang  dinilai  adalah  Bahaya  atau  Risk  dari  suatu  pekerjaan 


• Faktor yang dinilai adalah kekerapannya (probability) dan Dampak dari bahaya tersebut
(consequence/severity) 
• Yang dinilai untuk diturunkan bukan ke personalnya tapi lebih ke bahaya yang ditimbulkan sampai batas
yang bisa diterima oleh perusahaan tersebut 
• Metode pengendalian lebih menyeluruh termasuk Hirarki control, Mitigasi, prosedur kerja, 
Dari uraian diatas sudah bisa memberi gambaran tentang apa itu JSA dan apa itu Hiradc, dalam JSA Kunci Utama
adalah pembuatan Task Analisis atau membuat langkah langkah kerjanya dulu mulai dari persiapan sampai dengan
selesai selesai di analisa setiap langkah pekerjaan potensi bahaya yang timbul apa terhadap pekerja dan apa tindakan
pencegahannya supaya tidak terjadi setelah. 

Jadi jangan langsung dikomunikasikan dulu ke pekerja namun harus di check kembali apakah semua langkah
pengendaliannya sudah benar benar di siapkan dengan baik dan sudah sesuai dengan kondisi lapangan yang ada baru
setelah itu di komunikasikan dan dilakukan pekerjaan. 

Jadi suatu JSA akan sangat berbeda walau sama jenis pekerjaanya contoh JSA pemasangan lampu di workshop
belum tentu semua sama di setiap area pekerjaan karena potensi yang ada di lapangan tentu tidak sama belum tentu
di semua workshop areanya bebas rintangan tentu ada yang banyak material atau mesin mesin atau mungkin juga
area workhopnya banyak tempat kosongnya berbeda kan walau sama jenis pekerjaannya. 

Makanya kadang miris sekali kalau ada yang minta contoh atau copy paste JSA dari tempat lain yang sama jenis
pekerjaanya bukankah bahaya yang ditimbulkan berbeda? Belum tentu langkah pekerjaan di perusahaan A
(misalnya) ada di perusahaan B dan belum tentu juga bahaya yang ada sama. 

Perbedaan JSA dan HIRADC dari Penekanan

Penekanan JSA Adalah untuk menganalisa setiap langkah kerja , keefektifan dari sebuah JSA adalah pada penentuan
dari langkah kerja tersebut JIKA kita salah dalam menentukan atau ada yang kurang dalam membuat langkah kerja
maka akan beresiko terhadap kegagalan JSA ketika diterapkan dilapangan. 

Documen JSA tidak akan membuat KITA selamat dari kecelakaan kerja tapi pelaksanan dan control selama proses
pekerjaan tersebut yang menentukan KITA selamat. 

Ngomong tentang Hiradc yang dibahas lebih luas lagi karena kita menilai kekerapan dari bahaya tersebut terjadi
kemudian dampaknya bagaimana setelah itu baru diturunkan atau dikendalikan sampai batas yang diterima oleh
suatu perusahaan tersebut Ingat Bahaya atau Risk tidak akan bisa di HILANGKAN hanya bisa diturunkan atau
dikendalikan. 
Batas penerimaan ini (acceptable RISK) juga berbeda beda tergantung dari perusahaan masiang masing
kebijaksanaanya bgmn apakah sudah mau menerima resiko yang sudah dikendalikan ataukan masih butuh lebih
mendalam lagi untuk pengendaliannya. Tugas SO tentunya untuk mencari pengendalian yang effektif sesuai yang
dikehendaki oleh perusahaan. 

Perbedaan HIRADC dan JSA dari Sifatnya

Dari sifatnya juga begitu kalau HIRADC itu sifatnya Living Documen artinya dokumen yang dinamis yang di edit
atau revisi setiap saat misalnya karena ada perubahan regulasi atau peraturan, ada tindakan pencegahan yang lebih
effektif.

Sedangkan JSA sifatnya hanya “untuk satu pekerjaan” setelah itu selesai. Kalu ada kelanjutan dari pekerjaan selama
tidak ada perubahan langkah kerja tidak akan diperbaharui. 

Dalam HIRADC yang perlu dipahami adalah perbedaan antara Hazard (bahaya) dengan Risk (resiko) karena dua
komponen itu yang akan “diotak atik” Hazard atau Bahaya dalam definisinya adalah “ A thing or a condition that
may expose a person to a risk or occupational disease atau bisa juga Something that the potential to cause harm to
people, property or the environment 

Atau kalau dibahasakan ke bahasa yang lebih sederhana Sebuah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang
terkena risiko atau penyakit akibat kerja ATAU Sesuatu yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi orang,
properti atau lingkungan.

 Sedangkan Risk (resiko) adalah A chance of injury or occupational disease atau bisa juga The chance or probability
of that hazard causing harm or damage to people, property or the environment. Sebuah kemungkinan cedera atau
penyakit akibat kerja 

ATAU Peluang atau probabilitas bahaya yang menyebabkan kerugian atau kerusakan orang, properti atau
lingkungan.

Ilustrasi sederhana begini sebuah tangga untuk bekerja Adalah Alat yang BERBAHAYA untuk suatu pekerjaan di
ketinggian RESIKO dari tangga tersebut adalah Jatuh dari ketinggian. Nah dari sini bisa jelaskan perbedaan di
keduanya? Ingat HIRADC yang dipelajari Seberapa besar kemungkinan terjadi (probability) dan seberapa sering
atau seberapa besar dampak yang ditimbulkan (Frekuensi) Identifikasi bahaya disini mencakup dari kegiatan rutin,
non rutin, kegiatan seluruh personal, fasilitas di tempat kerja. 

Perbedaan JSA dan HIRADC dari Penekanan Pengendalian

Kalau dalam JSA diatas penekanan dalam pengendaliannya di Unsafe Act atau personalnya di HIRADC
pengendalian resiko disini adalah dengan Hirarki Kontrol, peraturan dan persyaratan k3, Katagori resiko (resiko
rendah, sedang atau tinggi. 

Dalam penentuan pengendalian pun juga perlu diperhatikan bagaimana hal tersebut terjadi, dimana, berapa banyak ,
berapa lama dll. Pertanyaannya Bagaimana kita memanajemen suatu Resiko? Salah satunya adalah membatasi
dampak yang ditimbulkan atau menguraingnya caranya bagaimana? Kita bisa dengan cara menghitung dari resiko
tersebut (dalam bentuk angka) atau yang biasa disebut Quantitative atau Qualitative yang berdasarkan dari
pengalaman, pendapat, atau dari sebuah penelitian. Ingat RESIKO tidak mungkin bisa dihilangkan kita hanya bisa
menurunkan atau menguranginya sampai batas level yang dikehendaki (Acceptable risk) Semoga penjelasan di atas
bisa sedikit membuka wawasan kita tentang perbedaan JSA dan HIRADC. 

Perbedaan Penggunaan JSA dan HIRADC

HIRADC adalah metode dalam pengendalian BAHAYA sedangkan JSA adalah TOOLS UNTUK
MENGENDALIKAN BAHAYA saya kasih ilustrasi biar lebih gampang. Misalnya kita Pergi dari kota A ke Kota B
nah dari disepakati lbh cepat dan efisien memakai kendaraan kecil (metode) nah dari sini kita memakai kendaraan
kecil terserah mau pakai inova, strada, ertiga, kijang, atau kombinasi keduanya. Nah kalau di pembahasaan kita
hiradc adalah metode untuk pengendalian bahaya toolsnya bisa memakai JSA, WHAT IF, HAZOP, HACID, IK,
DLL 
 
Serta HIRADC sendiri merupakan tools berupa dokumen untuk mendukung adanya Risk Management. Dari
HIRADC itulah semua langkah2 pengendalian ditentukan sesuai dengan bahaya risiko dari setiap aktifitas detail yg
dilakukan. Termasuk didalamnya adalah tinjauan adanya existing control. 
 
Nah itu dia penjelasan mengenai apa itu HIRADC. Sekarang pasti lebih paham kan tentang HIRADC dan JSA.
Jangan sampai salah lagi ya Safetyzen!
Hierarki Pengendalian Risiko K3, Ini Langkahnya
Februari 23, 20215 Komentar

Konten [Tampil]

 
Kita tahu bahwa untuk menangani bahaya perlu dilakukan pengendalian risiko dalam K3. Dalam melakukan
pengendalian, ada beberapa tingkatan atau hierarki yang harus dijalani. Setiap langkahnya memiliki tingkat
profesinya masing-masing. 

Risiko bahaya yang sudah dilakukan pengidentifikasian dan penilaian memerlukan langkah pengendalian dalam
menurunkan tingkat bahaya sampai ke titik yang paling aman. Adapun pengendalian tertinggi ada pada tingkat
eliminasi. Pada tingkat ini memiliki keandalan dalam mengatasi bahaya. Nah apa saja sih urutan pengendalian
bahaya?

Urutan Hierarki Pengendalian Risiko K3


Ada lima urutan dalam pengendalian risiko dalam K3. Diantaranya adalah :

1. Eliminasi
Seperti namanya, eliminasi adalah pengendalian risiko K3 untuk mengeliminir atau menghilangkan suatu bahaya.
Misalnya saja ketika di tempat kerja kita melihat ada oli yang tumpah atau berceceran maka sesegera mungkin kita
hilangkan sumber bahaya ini. Eliminasi merupakan puncak tertinggi dalam pengendalian risiko dalam K3. Karena
apabila bahaya sudah dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan mengancam pekerja.

Hierarki pengendalian risiko ini adalah yang paling utama. Sebab, dengan menghilangkan risiko kecelakaan maka
sangat mungkin kecelakaan tidak akan terjadi kembali. Oleh karena itu, kita perlu melakukan eliminasi.

Studi kasus eliminasi:

Anda adalah seorang safety officer. Saat itu, Anda melihat mesin tua yang dijalankan dengan tidak optimal. Padahal
mesin tersebut berpotensi untuk meledak suatu saat. Maka cara paling ampuh untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menghilangkan mesin tersebut dari jangkauan lalu kita harus membeli mesin yang baru. Dalam hal
ini sumber bahaya telah tereliminasi.

2. Substitusi
Substitusi adalah metode pengendalian risiko yang berfokus pada penggantian suatu alat atau mesin atau barang
yang memiliki bahaya dengan yang tidak memiliki bahaya. Contoh kasusnya adalah pada mesin diesel yang terdapat
kebisingan tinggi, maka sebaiknya kita mengganti mesin tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak
menimbulkan bahaya kebisingan berlebih. Substitusi dilakukan apabila proses eliminasi sudah tidak bisa dilakukan.

Studi Kasus substitusi :

Masih dalam kasus yang sama, anggap saja Anda melihat ada mesin yang berbahaya jika terus beroperasi. Akan
tetapi, untuk mengganti mesin tersebut perusahaaan tidak memiliki dana karena harganya mahal. Padahal mesin
tersebut rusak pada bagian tangki minyaknya yang suatu saat jika terjadi kebocoran bisa akibatkan kebakaran.
Sebagai safety officer, Anda harus tahu langkah selanjutnya jika proses eliminasi tidak bisa dijalankan yaitu
substitusi. 

Tangki minyak bisa Anda ganti dengan tangki yang baru tanpa harus mengganti semua elemen mesin secara
keseluruhan. Dengan begitu, bahaya jadi lebih terorganisir. Akan tetapi, dahulukanlah mengganti keseluruhan
mesin.

3. Engineering control 
Engineering control adalah proses pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan
mengendalikan bahayanya. Engineering control kita lakukan apabila proses substitusi tidak bisa dilakukan. Biasanya
terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan bahan oleh karena itu, kita melakukan proses rekayasa
engineering. Contoh kasusnya adalah ketika di tempat kerja ada mesin diesel yang memiliki suara bising. Akan
tetapi, kita tidak bisa menggantinya dengan yang lain maka kita harus memodifikasi sedemikian rupa agar suara
tidak keluar secara berlebihan.
Studi Kasus Engineering Control:

Masih membahas yang tadi, yaitu kasus mesin yang tangkinya bocor. Anggaplah perusahaan Anda sedang collapse
dan tidak punya dana untuk mengganti tangki tersebut, sebagai orang K3 jangan diam berpangku tangan dan
membiarkan hal tersebut terjadi. Anda bisa melakukan engineering control yaitu dengan menambal bagian yang
bocor tersebut dengan bantuan teknisi las.  Dengan menambal bagian tersebut, kebocoran bisa teratasi secara
sementara.

4. Administrasi
Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis dalam suatu pekerjaan dengan tujuan menghilangkan bahaya.
Proses non teknis ini diantaranya seperti pembuatan prosedur kerja, pembuatan aturan kerja, pelatihan kerja,
penentuan durasi kerja, penempatan tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu dan juga poster. Contoh
kasusnya adalah apabila di tempat kerja ada mesin diesel yang mengeluarkan kebisingan berlebih dan sudah tidak
bisa direkaya secara teknis maka langkah yang harus dilakukan adalah pembatasan jam kerja, pembuatan prosedur,
pemasangan tanda bahaya dan lain sebagainya. Dengan tujuan, pekerja tidak berlebihan terpapar kebisingan.

Studi Kasus Administrasi:

Nah, langkah selanjutnya adalah dengan memberikan sentuhan administrasi pada bahaya. Anda bisa membuat sign
atau rambu-rambu pada mesin tersebut agar tidak digunakan lebih dari sekian jam atau tidak boleh lebih dari batas
normal. Anda juga harus membuat SOP agar pekerja tahu kapan harus mengecek secara berkala mesin tersebut.

5. APD 
APD atau alat pelindung diri adalah hierarki pengendalian risiko terakhir dalam K3. Pengendalian ini banyak
digunakan karena sederhana dan murah. Akan tetapi, proteksi yang diberikan tidak sebaik langkah di atas. APD
tidak menghilangkan sumber bahaya sehingga proteksi yang diberikan tergantung dari individu masing-masing yang
memakai. Contoh APD adalah helm, earmuff, safety gloves dan lainnya.

Studi Kasus APD :


Langkah terakhir adalah dengan selalu menggunakan APD. Tapi jangan jadikan APD sebagai prioritas pengendalian
masalah. Anda harus benar-benar memprioritaskan hierarki di atas sebelum menggunakan APD. Karena APD tidak
benar-benar menghilangkan bahaya.

(Baca artikel jenis-jenis APD)

Nah itu dia beberapa hierarki pengendalian risiko K3. Pastikan kita selalu mengurutkannya dari yang paling atas
yaitu eliminasi dilanjutkan dengan langkah bawahnya lalu terakhir adalah APD. Salam Safety!

Anda mungkin juga menyukai