Anda di halaman 1dari 28

Monitoring Suhu dan Kelembaban dalam Menjaga

Kualitas Produk
Tuesday, 18 August 2020

Facebook
Share to email

Terdapat banyak parameter dalam menjaga kualitas suatu produk selama penyimpanan, baik

untuk bahan baku maupun produk jadi. Dua parameter yang penting dalam menjaga kualitas

produk selama penyimpanan adalah suhu dan kelembaban (humidity). Penyimpanan bahan baku

dan produk jadi harus dilakukan pada suhu dan kelembaban yang sesuai untuk menjamin

keamanan, efektifitas dan kualitas bahan baku maupun produk jadi. Untuk itu, monitoring suhu

dan kelembaban sangat penting untuk dilakukan secara berkala. Bagaimana cara Anda

melakukan monitoring suhu dan kelembaban bahan baku dan produk jadi selama penyimpanan?

Suhu dan Kelembaban Produk


Kerusakan bahan baku dan produk jadi dalam industri pangan, terjadi jika bahan baku atau

produk jadi menunjukkan perubahan yang nyata, yang terlihat dari perubahan sensorik

(penampakan, konsistensi, bau dan rasa yang menunjukkan bahan baku atau produk jadi tidak

dapat diolah ataupun dikonsumsi. Adapun standard suhu dan kelembaban bahan baku dan

produk jadi pangan selama penyimpanan ditampilkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Standard suhu dan kelembaban bahan baku dan produk jadi pangan selama

penyimpanan
Selain industri pangan, bahan baku dan produk farmasi juga sangat penting untuk memerhatikan

suhu dan kelembaban selama penyimpanan. Suhu penyimpanan obat dapat memengaruhi sifat

dan stabilitas atau ketahanan bentuk dan kualitas obat tersebut. Suhu yang tidak sesuai dapat

memengaruhi efek zat aktif yang terkandung dalam obat. Struktur obat tersebut dapat berubah

sehingga berpotensi membuat obat-obatan menjadi kurang manjur dan bahkan dapat

menghasilkan efek yang berbeda dari yang seharusnya. Selain itu, masa penyimpanan obat atau

waktu kedaluwarsa obat pun dapat berubah bila obat tidak ditaruh di suhu yang sesuai. Suatu

penelitian mengungkapkan antibiotik seperti ampisilin, eritromisin, dan furosemida dalam

bentuk injeksi yang disimpan pada suhu yang tidak sesuai menunjukkan perubahan waktu

kedaluwarsa hingga satu tahun lebih cepat. Akibatnya, label tanggal kadaluarsa obat bisa

menjadi tidak tepat sehingga obat pun bisa jadi tidak lagi efektif untuk mengobati bahkan tidak

aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan buku panduan resmi standarisasi sediaan obat, Farmakope Indonesia, suhu

penyimpanan maupun suhu yang harus diperhatikan pada obat memiliki kriteria sebagai berikut:
 Dingin: suhu tidak boleh melebihi 8 °C
 Sejuk: suhu harus berkisar antara 8 – 15 °C
 Suhu kamar: suhu harus berkisar antara 8 – 30 °C
 Lemari pendingin/kulkas: suhu lemari pendingin atau kulkas harus berkisar antara 2 – 8
°C
 Lemari pembeku/freezer: suhu lemari pembeku atau freezer harus berkisar antara 2
hingga -10 °C
 Hangat: suhu harus berkisar antara 8 – 30 °C
 Panas berlebih: suhu lebih dari 40 °C

Tips Menyimpan Produk dalam Menjaga Kualitas


Adapun tips-tips dalam menjaga kualitas bahan baku dan produk jadi adalah sebagai berikut:
1. Segera proses bahan baku atau produk jadi yang akan disimpan.
2. Penyimpanan bahan makanan ataupun obat-obatan harus dipisahkan sesuai dengan
jenisnya.
3. Pengaturan tata letak penyimpanan diatur dengan benar.
4. Kebersihan ruang penyimpanan harus diperhatikan.
5. System penempatan produk diatur sesuai dengan standard setiap produk.
6. Pastikan pengaturan suhu dan kelembaban cold storage diatur sesuai dengan standard
yang telah disarankan.
7. Simpan bahan baku atau produk jadi yang mudah rusak di pendingin yang tepat dengan
suhu pembekuan yang sesuai standard untuk menghindari berkembangnya mikroorganisme.
8. Lakukanlah monitoring yaitu pengukuran dan pencatatan suhu dan kelembaban secara
berkala.

Tips Memilih Alat untuk Memonitoring Suhu dan Kelembaban


Pemilihan alat untuk monitoring suhu dan kelembaban sangat penting untuk diperhatikan karena

dengan pemilihan alat yang tepat maka dapat menjaga kualitas produk yang disimpan. Adapun

tips memilih alat ukur suhu dan kelembaban yang tepat dalam memonitoring suhu dan

kelembaban produk adalah sebagai berikut.


1. Pilihlah alat ukur yang dapat mengukur suhu dan kelembaban dengan menggunakan satu
alat ukur yang disebut dengan thermohygrometer.
2. Alat yang digunakan dilengkapi dengan penyimpanan data (data logger) yang
berguna sebagai historical data files untuk setiap kejadian yang terjadi pada sistem, yang
berguna untuk keperluan pemeliharaan ataupun review data-data sebelum dan sesudah kejadian
secara real time. Saat ini periode waktu penyimpanan data-data harus mampu dilakukan selama
berbulan-bulan atau dalam waktu tahunan. Juga dapat mengirimkan data real time suhu dan
kelembapan produk selama penyimpanan, sehingga dapat dimonitoring melalui PC.
3. Akurasi alat perlu diperhatikan guna dapat menyesuaikan dengan toleransi standard suhu
dan kelembaban produk.
4. Display alat yang mudah dibaca oleh user pada saat melakukan monitoring.
5. pilihlah alat dengan pengaturan yang mudah sehingga memudahkan user dalam
mengoperasikan alat.
6. Alat yang digunakan memiliki sistem alarm yang dapat diatur batas dan bawah bawah
suhu dan kelembaban untuk memperingatkan jika suhu atau kelembaban tidak sesuai dengan
setelan user.
7. Alat yang digunakan terbuat dari bahan yang memiliki kekuatan tahan terhadap benturan,
tahan terhadap panas, higienis, tahan lama, dan tahan terhadap faktor eksternal seperti tahan
terhadap goresan dan perubahan suhu.

Referensi:

https://www.sehatq.com/artikel/berapa-suhu-penyimpanan-obat-agar-tidak-mudah-rusak

http://www.saka.co.id/news-detail/ebro-temperature-data-logger
,coldstorage ,suhu ,temperature ,kelembaban ,humidity ,thermohygrometer
Standar Pencahayaan di Ruangan
Tempat Kerja

 Agung Supriyadi, M.K.K.K. Send an email19/10/2021

0 12 menit baca

Standar pencahayaan sangat diperlukan di semua tempat kerja karena hampir semua tempat kerja
membutuhkan cahaya untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Sebelum kita memahami lebih jauh
mengenai standar pencahayaan, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu cahaya dan pencahayaan,
jenis cahaya dan hal-hal lain terkait dengan pencahayaan.

Ilustrasi pekerja muda menggunakan pencahayaan

Daftar Isi

Pengertian Pencahayaan
Berikut adalah beberapa definisi terkait dengan cahaya dan pencahayaan:
 Cahaya menurut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partilkel ringan berukuran sangat
kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi.

 Cahaya dapat juga didefinisikan sebagai energi radiasi yang dapat dievaluasi secara visual
(menurut Illuminating Engineering Society, 1972), atau bagian dari spektrum radiasi
elektromagnetik yang dapat dilihat (visible).

 Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja, Pencahayaan adalah sesuatu yang memberikan terang (sinar)
atau yang menerangi, meliputi Pencahayaan alami dan Pencahayaan Buatan.

 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 48 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja
yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif

Jenis Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sumber
pencahayaan ini dirasa kurang efektif dibandingkan dengan penggunaan sumber pencahayaan buatan.
Hal ini disebabkan karena matahari tidak dapat memberikan intensitas cahaya yang tetap.

Untuk pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang besar, dinding kaca, dinding yang banyak
dilubangi dan dapat diperkirakan akan membutuhkan biaya yang mahal. Menurut Ehlers-Steel, untuk
mendapatkan pencahayaan alami yang cukup pada suatu ruangan diperlukan jendela sebesar 15 –
20% dari luas lantai (Suma’mur, 1995).

Menurut Sutanto (1999), keuntungan primer dari sinar matahari adalah pengurangan terhadap energi
listrik. Untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan, kita dapat memadukan pencahayaan
alami dengan pencahayaan buatan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan
pencahayaan alami dapat memberikan keuntungan, yaitu:

 Variasi intensitas cahaya matahari

 Distribusi terangnya cahaya

 Efek dari lokasi, pemantulan cahaya dan jarak bangunan

 Letak geografis dan kegunaan gedung


b. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami.
Apabila pencahayaan alami tidak memadai atau posisi ruangan sedemikian rupa sehingga sukar
dicapai oleh pencahayaan alami, maka dapat digunakan pencahayaan buatan. Adapun fungsi pokok
pencahayaan buatan di lingkungan kerja, baik yang diterapkan secara tersendiri maupun yang
dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah sebagai berikut (Astuti, 2000):

1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara detail serta


terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan tepat.

2. Memungkinkan penghuni untuk berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.

3. Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.

4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara merata, tidak
berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayang- bayang.

5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

Di samping hal-hal tersebut di atas, dalam perencanaan penggunaan pencahayaan untuk suatu
lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

 Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk menunjang dan melengkapi
pencahayaan alami.

 Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat kerja yang
membutuhkan tugas visual tertentu atau hanya untuk pencahayaan umum.

 Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan interior, apakah
menyebar atau terfokus pada satu arah.

 Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan kepribadian ruangan yang
diterangi atau tidak.

 Warna yang akan digunakan dalam ruangan serta efek warna dari cahaya.

 Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi, apakah tinggi atau rendah.

Tujuan pencahayaan di industri yang terpenting adalah tersedianya lingkungan kerja yang aman dan
nyaman dalam melakukan prosedur kerja, melakukan kontrol, mengobservasi dan memelihara
berbagai jenis peralatan (Elias, 1990). Untuk upaya tersebut maka pencahayaan buatan perlu dikelola
dengan baik dan dipadukan dengan faktor-faktor penunjang pencahayaan di antaranya atap, kaca,
jendela, dan dinding agar dapat terciptanya tingkat pencahayaan yang dibutuhkan.

Berdasarkan SNI 03-6197-2000, contoh pencahayaan buatan meliputi:


 Pencahayaan khusus untuk bidang kedokteran

 Fasilitas olahraga dalam ruangan (indoor)


 Pencahayaan untuk galeri, museum, dan monument

 Pencahayaan darurat

 Pencahayaan di bioskop, siaran TV, presentasi audio visual

Contoh pencahayaan buatan dari lampu


Istilah bidang pencahayaan
 Lumen adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut padatan oleh
suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per
meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata
“pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.

 Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa
lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu,
dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.

 Lux merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang
dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux
setara dengan satu lumen per meter persegi.

 Footcandle adalah satuan pengukuran iluminasi (level cahaya) pada suatu permukaan. Satu
footcandle setara dengan satu lumen per kaki kuadrat (www.cleanaircounts.org).

 Intensitas Cahaya dan Flux. Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal
dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter
persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-
candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan
luas lingkaran dengan jarijari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas
4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m.
Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah:
Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)

rumus flux terhadap intensitas cahaya

 Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana
flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi
meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang
menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux
(www.energyefficiencyasia.org).

 Luminance adalah karakteristik fisik yang bergantung pada jumlah cahaya yang jatuh pada
permukaan obyek dan dipantulkan. Luminance dapat diukur dengan menggunakan photometer .

 Kecerlangan       (brightness)       merupakan         rasa   sensasi      yang      timbul   akibat


memandang benda dari mana cahaya datang dan masuk ke mata.
 Reflectance merupakan perbandingan antara cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda yang
dinyatakan dalam persen.
Dampak Cahaya Lebih dan Kurang
Cahaya yang diterima oleh mata kita haruslah tepat. Apabila cahaya itu berlebih atau kurang, maka
akan menimbulkan gangguan untuk mata kita. Berikut adalah gangguan yang bisa didapatkan jika
menerima cahaya yang lebih atau kurang:

a. Dampak cahaya berlebih


Apabila cahaya yang diterima mat akita berlebih maka akan menimbulkan kesilauan. Kesilauan
didefinisikan sebagai cahaya yang tidak diinginkan (unwanted light). Definisi yang lebih formal
kesilauan adalah brightness yang berada dalam lapangan penglihatan yang menyebabkan rasa
ketidaknyamanan, gangguan (annoyance), kelelahan mata, dan atau gangguan penglihatan.
Kesilauan dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
 Disability Glare Penyebab kesilauan ini adalah terlalu banyaknya cahaya secara langsung
masuk ke dalam mata dari sumber kesilauan sehingga menyebabkan kehilangan sebagian dari
penglihatan. Keadaan ini sering dialami oleh seorang yang mengendarai kendaraan pada malam
hari yang lampu dari kendaraan yang ada dihadapannya terlalu terang.
 Discomfort Glare Kesilauan ini sering dialami oleh para tenaga kerja yang bekerja pada siang
hari menghadap ke jendela atau pada saat seseorang menatap lampu pada malam hari. Efek
kesilauan ini tergantung dari lamanya pemaparan.
 Reflected Glare Disebabkan oleh pantulan cahaya yang mengenai mata kita, dan pantulan
cahaya ini berasal dari benda yang mengkilap yang berada dalam lapangan penglihatan (visual
field).
Dampak dari kesilauan atau glare ini akan menimbulkan:
 Kelelahan mata

 Kerusakan pada mata

 Ketidakmampuan untuk melihat

 Ketidaknyamanan dalam bekerja

 Kecelakaan kerja
b. Dampak pencahayaan kurang
Lelah visual terjadi karena ketegangan yang intensif pada sebuah fungsi yang tunggal dari mata.
Ketegangan yang terus menerus pada otot siliar terjadi pada waktu menginspeksi benda kecil yang
berkepanjangan dan ketegangan pada retina dapat timbul oleh kontras cerah yang terus menerus
menimpa secara lokal.

Lelah visual mengakibatkan:

 Gangguan, berair dan memerah pada konjunktiva mata.

 Pandangan dobel.

 Sakit kepala.

 Menurunnya kekuatan akomodasi.

 Menurunnya tajam visual, peka kontras dan kecepatan persepsi.

 Gejala tersebut terjadi umumnya bila pencahayaan tidak mencukupi dan bila mata mempunyai
kelainan refraksi. Jika persepsi visual menderita ketegangan yang amat sangat, tanpa efek lokal pada
otot atau retina, gejala lelah syaraf akan nampak. Hal ini terjadi pada kegiatan yang membutuhkan
gerakan yang amat persis. Lelah syaraf seperti itu mengakibatkan waktu reaksi yang memanjang,
melambatnya gerakan serta terganggunya fungsi psikologis dan motor lainnya.

Dalam setiap pekerjaan, lelah dari ketegangan visual menghasilkan kerugian dalam produksi,
menurunnya mutu kerja, makin banyak kesalahan dan meningkatnya angka kecelakaan. The United
States National Safety Counsil dalam laporannya menyatakan bahwa, pencahayaan yang tidak cukup
menjadikan penyebab tunggal dari 5 % kecelakaan industrial, dan salah satu penyebab dari 20% lebih
kecelakaan mata (Tommy Kastanja, 2006). Setelah tingkat kecerahan itu dinaikkan menjadi 200 lx
pada departemen pengelasan, perusahaan itu bisa menurunkan angka kecelakaan 32%. Belakangan
hari, dinding dan langit – langit dari departemen tersebut diwarnai dengan warna pucat yang
mengurangi kontras serta menimbulkan penerangan yang merata. Akibatnya angka kecelakaan
berkurang lagi 16,5 %.

Prestasi kerja seseorang yang mengandalkan kemampuan visualnya dalam bekerja dipengaruhi oleh
pencahayaan yang diterapkan dalam lingkungan kerja. Pencahayaan yang baik memungkinkan
seorang tenaga kerja untuk bekerja dengan lebih cermat, jelas dan cepat. Sebaliknya pencahayaan
yang buruk akan mengakibatkan kelelahan visual yang pada akhirnya akan menimbulkan kelelahan
kerja

Alat Pengukuran Pencahayaan


a. Menggunakan 4 in 1 Multi function environment meter.
4 in 1 Multi-function Environtment Meter adalah sebuah alat dengan banyak fungsi, dalam sebuah
alat dapat digunakan untuk empat macam pengukuran, yaitu :

 Light Meter untuk pengukuran intensitas cahaya di tempat kerja,

 Relative Humidity Meter untuk pengukuran kelembaban udara di tempat kerja,

 Sound Level Meter untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja,

 Temperature Meter untuk pengukuran suhu ruangan tempat kerja.

Prinsip kerja dari light meter adalah sebuah photo cell yang bila kena cahaya akan menghasilkan arus
listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan makin besar pula arus yang dihasilkan. Besarnya intensitas
cahaya dapat dilihat pada display alat.
4 in 1 Multi
Function Environment Meter

b. Menggunakan lux meter


Untuk mengukur intensitas pencahayaan di tempat kerja baik indoor maupun outdoor dapat
dilakukan dengan menggunakan lux meter. Lux adalah terminologi untuk menyatakan jumlah sinar
yang diterima oleh sebuah objek seluas 3 kaki persegi pada jarak 1 yard, oleh sebuah sumber sinar
dengan daya 1 watt. Lux meter bekerja dengan sensor cahaya. Lux meter cukup diletakkan diatas
meja kerja atau dipegang setinggi 75 cm di atas lantai. Layar penunjuknya akan menampilkan
intensitas pencahayaan pada titik pengukuran. Bila nilai intensitas pencahayaan pada titik jauh lebih
tinggi atau jauh lebih rendah dari standar, maka akan berpotensi untuk menimbulkan kelelahan mata.
Intensitas pencahayaan yang sesuai standar akan menjaga kualitas pekerjaan serta kesehatan mata
tenaga kerja.
Lux meter

Menurut SNI 16-7062-2004 tentang pengukuran intensitas pencahayaan di tempat kerja, pengukuran
intensitas pencahayaan di tempat kerja menggunakan alat lux meter. Alat ini mengubah energi listrik
dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum skala. Untuk alat digital, energy listrik
diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar monitor.

Tata cara menggunakan lux meter berdasarkan Peraturan Standar Nasional Indonesia SNI 16-7062-
2004 adalah sebagai berikut:

 Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasikan dengan membuka tutup sensor.

 Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran untuk
intensitas pencahayaan setempat atau umum.

 Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat
nilai angka yang stabil.

 Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas pencahayaan.

 Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas pencahayaan.


c. Menggunakan aplikasi di smartphone
Seiring dengan perkembangan zaman, maka teknologi juga akan berkembangan termasuk dalam
teknologi pengukuran pencahayaan. Saat ini, beragam aplikasi android atau iOS tersedia untuk
pengukuran pencahayaan.

Penggunaan aplikasi pengukuran pencahayaan ini sangat mudah dan murah. Meskipun begitu, 
hasilnya tidak bisa digunakan sebagai hasil resmi karena tidak terkalibrasinya telepon genggam kita
yang menggunakan aplikasi android atau iOS dengan lux meter atau alat pengukuran cahaya yang
lain. Penggunaan aplikasi android atau iOS dalam pengukuran pencahayaan lebih ke preliminary saja
atau pengukuran awalan saja.
Berikut adalah beberapa aplikasi lux meter yang tersedia di google play

Aplikasi lux meter di google play

Tahap pengukuran intensitas cahaya


Prosedur kerja pengukuran intensitas cahaya dalam ruang kerja menurut SNI 16-7062-2004 tentang
pengukuran intensitas pencahayaan di tempat kerja adalah sebagai berikut :

 Lux meter dikalibrasi oleh laboratorium yang terakreditasi

 Menentukan titik pengukuran, pencahayaan setempat atau pencahayaan umum.


Pencahayaan setempat adalah pencahayaan yang mengenai objek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan. Bila meja kerja yang digunakan oleh pekerja, maka pengukuran dapat dilakukan di atas
meja yang ada.

Pencahayaan Umum adalah titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak
tertentu setinggi satu meter dari lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan luas ruangan sebagai
berikut:

 Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : tititk potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 1 (satu) meter.

 Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi : titik potong garis horisontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.

 Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan
adalah pada jarak 6 meter.

Syarat-syarat dalam pengukuran antara lain:

 Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondisi tempat pekerjaan dilakukan.

 Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan.

Standar Pencahayaan Tempat Kerja


Indonesia memiliki beberapa regulasi dan standar pencahayaan yang meliputi:

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan Kerja
Perkantoran
 SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi energi pada sistem pencahayaan
Standar pencahayaan ruangan berdasarkan Permenaker 5
Tahun 2018
Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) nomor 5 Tahun 2018 merupakan regulasi utama yang
mengatur tentang aspek lingkungan kerja dan higiene industri. Regulasi ini telah dipakai oleh
berbagai macam industri di Indonesia. Selain itu, Permenaker nomor 5 Tahun 2018 juga
menggantikan Peraturan Menteri Perburuhan nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja yang merupakan regulasi paling awal dalam
pengaturan tentang standar pencahayaan.

Adapun standar pencahayaan berdasarkan Permenaker nomor 5 Tahun 2018 bisa dilihat dalam
tabel berikut:

Int
No Keterangan
(

1 Penerangan darurat

2 Halaman dan jalan

Pekerjaan membedakan barang kasar seperti:


a. Mengerjakan bahan-bahan yang kasar
b. Mengerjakan arang atau abu
3 c. Menyisihkan barang-barang yang besar
d. Mengerjakan bahan tanah atau batu
e. Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
f. Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar

4 Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu seperti:


a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai (semi finished)
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan padi
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
e. Pengerjaan bahan-bahan pertanian lain yang kira-kira setingkat dengan d.
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
i. Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
j. Toilet dan tempat mandi

Pekerjaan membeda-bedakan barang kecil yang agak teliti seperti:


a. Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak besar)
b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang
5 d. Menjahit textil atau kulit yang berwarna muda
e. Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng
f. Pembungkusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot

Pekerjaan pembedaan yang teliti daripada barang-barang kecil dan halus seperti:
a. Pekerjaan mesin yang teliti
b. Pemeriksaan yang teliti
6 c. Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
d. Pembuatan tepung
e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol berwarna muda
f. Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat

Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama
seperti:
a. Pemasangan yang halus
b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
 7 c. Pemeriksaan yang halus
1
d. Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
e. Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
f. Menjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
g. Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau pekerjaan kantor yang lama

 8 Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang yang sangat halus dengan kontras yang sangat kurang untuk 1
waktu yang lama seperti:
a. Pemasangan yang extra halus (arloji, dll)
b. Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
c. Percobaan alat-alat yang ekstra halus
d. Tukang mas dan intan
e. Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakau
f. Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam pencetakan
g. Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua.

Standar Pencahayaan Berdasarkan Permenaker nomor 5 Tahun 2018

Standar pencahayaan tempat kerja berdasarkan Permenkes


70 Tahun 2016
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri mengatur intensitas pencahayaan terutama di area kerja industri.
Peraturan ini merupakan peraturan baru yang tidak menggantikan peraturan apapun.

Berikut adalah standar pencahayaan berdasarkan Permenkes 70 Tahun 2016:

No Jenis Area, Pekerjaan/ Aktivitas Lux Keterangan

1 Lorong;tidak ada pekerja 20 Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai

a. Pintu masuk
2 100  
b Ruang istirahat

Jika terdapat kendaraan pada area ini maka tingkat pencahayaan


3 Area sirkulasi dan koridor 100
minimal 150 lux

4 Elevator, lift 100 Tingkat pencahayaan depan lift minimal 200 lux

Jika ruangan digunakan bekerja terus menerus maka tingkat


5 Ruang penyimpanan  100
pencahayaan minimal 200 lux

6 Area bongkar muat 150  

7 Tangga, eskalator. Travolaor 150 Diperlukan kontras pada anak tangga

8 Lorong, ada pekerja 150 Tingkat pencahayaan pada permukaan lantai

9 a. Rak penyimpanan 200  


b. Ruang tunggu
c. Ruang kerja umum, Ruang switch gear
d. Kantin
e. Pantry

10 Ruang ganti, kamar mandi, toilet 200 Ketentuan ini berlaku pada masing-masing toilet dalam kondisi te

a. Ruangan aktivitas fisik (Olah raga)


11 b. Area penanganan pengiriman 300  
kemasan

a. Ruang P3K
b. Ruangan untuk memberikan
12 500  
perawatan medis
c. Ruang switchboard

Standar Pencahayaan Permenkes nomor 70 Tahun 2016

Standar pencahayaan berdasarkan Permenkes 48 Tahun 2016


Peraturan Menteri Kesehatan nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perkantoran memuat juga tentang standar pencahayaan di perkantoran.

Berikut adalah standar pencahayaan berdasarkan Permenkes 48 Tahun 2016

Peruntukan Ruang Minimal Pencahayaan (lux)

Ruang kerja 300

Ruang gambar 750

Resepsionis 300

Ruang arsip 150

Ruang rapat 300


Ruang makan 250

Koridor/lobi  100

Standar Pencahayaan Permenkes 48 Tahun 2016

Standar pencahayaan ruangan berdasarkan SNI Pencahayaan


03-6197-2000
Standar Nasional Indonesia 03-6197-2000 tentang Konservasi energi pada sistem pencahayaan
memuat standar pencahayaan di berbagai tempat seperti di rumah sakit, perkantoran, Lembaga
Pendidikan, area kerja, dan lain-lain.

Fungsi Ruangan Tingkat pencahayaan (Lux

Rumah tinggal  

Teras 60

Ruang tamu 120-150

Ruang makan 120-250

Ruang kerja 120-250

Kamar tidur 120-250

Kamar mandi 250

Dapur 250

Garasi 60

Perkantoran  
Ruang direktur 350

Ruang kerja 350

Ruang komputer 350

Ruang rapat 300

Ruang gambar 750

Gudang arsip 150

Ruang arsip aktif 300

Lembaga Pendidikan  

Ruang kelas 250

Perpustakaan 300

Laboratorium 500

Ruang gambar 750

Kantin 200

Hotel & restauran  

Lobi, koridor 100

Ruang serba guna 200

Ruang makan 250


Kafetaria 200

Kamar tidur 150

Dapur 300

Rumah sakit/balai pengobatan  

Ruang rawat inap 250

Ruang operasi, ruang bersalin 300

Laboratorium 500

Ruang rekreasi dan rehabilitasi 250

Pertokoan/ruang pamer  

Ruang pamer dengan obyek berukuran besar (misalnya mobil) 500

Toko kue dan makanan 250

Toko bunga 250

Toko buku dan alat tulis/gambar 300

Toko perhiasan, arloji 500

Toko barang kulit dan sepatu 500

Toko pakaian 500

Pasar swalayan 500


Toko mainan 500

Toko alat listrik (TV, Radio/tape, mesin cuci dan lain-lain 250

Toko alat musik dan olahraga 250

Industri (Umum):  

Gudang 100

Pekerjaan kasar 100-200

Pekerjaan menengah 200-500

Pekerjaan halus 500-1000

Pekerjaan amat halus 1000-2000

Pemeriksaan warna 750

Rumah ibadah  

Masjid 200

Gereja 200

Vihara 200

Standar Pencahayaan SNI 03-6197-2000

Referensi
 Badan Standarisasi Nasional. (2000). SNI 03-6197-2000 Konservasi Energi Pada Sistem
Pencahayaan. Jakarta.
 Noorhidayah, N. S. (2019). Hubungan Intensitas Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Pada
Pegawai Sekditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemendesa Jakarta
Selatan. Universitas Binawan, Jakarta, Indonesia.

 Wibiyanti, P. I. (2008). Kajian Pencahayaan. Depok, Jawa Barat, Indonesia.

 Wulandari, A. P. (2010, Juni 17). Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Aktivitas Kerja
Bagian Produksi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang.
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

 Yusuf, M. (2015). Efek Pencahayaan Terhadap Prestasi dan Kelelahan Kerja


Operator. Seminar Nasional IENACO (pp. 24-29). Yogyakarta: Seminar Nasional IENACO.

Standar Penerangan Lingkungan Pekerjaan


 seputar teknik sipil  March 03, 2019

Kebutuhan cahaya untuk pekerjaan berarti berbicara perihal nyaman dan sehatkah

dalam artian (cukup) cahaya yang diterima oleh mata, kemudian berbicara cahaya

berarti menyangkut juga dengan sumber-sumber penerangan.

Apa saja yang kalian ketahui tentang sumber penerangan & tipe
penerangan?

Sumber-Sumber Penerangan

        Penerangan alami: Penerangan sinar matahari

        Penerangan buatan: Lampu pijar, Lampu pelepasan listrik (contoh TL, merkuri)

Beberapa Tipe Penerangan

        Penerangan Umum (General Lighting)

        Penerangan Lokal (Localized Lighting)

        Penerangan Tambahan (Supplementary Lighting)


Lantas Apakah ada Peraturan yang Mengatur perihal syarat-syarat
penerangan?

Ditetapkan menurut Peraturan Menteri Perburuahan No. 7 tahun 1964 tentang

syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja (pasal

14) sebagai berikut:

        Penerangan yang cukup untuk halaman dan jalan dalam lingkungan perusahaan,

paling sedikit 20 lux

        Penerangan yang cukup untuk yang hanya membeda-bedakan barang bedakan

barang kasar, paling sedikit 50 lux

    Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang- barang kecil

secara sepintas lalu, paling sedikit 100 lux.

    Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang -barang kecil

yang agak teliti, paling sedikit 200 lux

  Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan secara teliti barang-

barang yang kecil dan halus, paling sedikit 300 lux


     Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang - barang halus

dengan kontras yang sedang dan waktu yang lama, paling sedikit 500-1000 lux

    Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang pekerjaan yang

membedakan barang -barang yang sangat halus dan kontras yang sangat kurang

untuk waktu yang lama, paling sedikit 1000

Jadi bagaimana yang termasuk pencahayaan yang baik dan sesuai syarat
dan ketentuan?

Kebutuhan cahaya untuk pekerjaan

   Secara umum pencahayaan yang baik adalah bilamana tenaga kerja dapat melihat

pekerjaan dan lingkungan kerja dengan mudah dan jelas tanpa harus memicingkan

mata.

   Pekerjaan yang sulit dan rumit membutuhkan tingkat dan kualitas cahaya yang

tinggi.

   Kegiatan yang tidak membutuhkan ketelitian tidak perlu intensitas cahaya yang

tinggi.

Baca: Cara Memperbaiki Kondisi Penerangan

  Pekerjaan yang berbeda memerlukan intensitas dan kualitas cahaya yang berbeda

pula.

Faktor apa saja yang berpengaruh mengenai pencahayaan?

Beberapa faktor yang berpengaruh mengenai pencahayaan antara lain:

        Banyaknya cahaya disuatu area

        Jumlah, tipe dan posisi sumber cahaya

  Jenis pekerjaan (seberapa sering dan seberapa lama pekerjaan tersebut dilakukan)
Penglihatan

        Sifat dari cahaya

Ditentukan oleh kuantitas (banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan)

dan kualitas yang menyangkut warna, arah dan difusi cahaya serta jenis dan

tingkat kesilauan.

        Sifat dari lingkungan

Ditentukan oleh brightness ratio, reflectance value dan distribusi cahaya.

        Sifat dari pekerjaan

Adaptasi Terhadap Cahaya

Seseorang akan melihat objek dengan lebih baik bila telah beradaptasi dengan

lingkungannya, kemampuan mata dapat beradaptasi bila kondisi pencahayaan yang

diterima oleh seseorang berbeda-beda.

Sebagai contoh bila kita berpindah dari suatu ruang yang terang kedalam ruang

yang yang relatif gelap maka mata kita akan beradaptasi sekitar 15 -20 detik untuk

dapat melihat dengan jelas.

Postingan tentang Penerangan cahaya khususnya di tempat kerja merupakan salah

satu yang dipelajari oleh mahasiswa jurusan arsitek. Pada postingan selanjutnya

masih tetap dalam pembahasan cahaya. Semoga membantu.

 ARSITEKTUR ELECT

Anda mungkin juga menyukai