Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN REKAYASA IDE

FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

OLEH KELOMPOK 5:
NAMA : CANRA WIJAYA NASUTION (1163311009)
DARWINTO MANULLANG (1163311015)
FATIMAH YASMA (1163311031)
FEBBY AWLIYAH NASUTION (1163311032)
KELAS : A MANDIRI 2016

DOSEN PENGAMPU
Dr. Naeklan Simbolon, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan Rekayasa Ide mata
kuliah Filsafat Pendidikan ini yang berjudul “Filsafat Pendidikan Pancasila”. Penulis
berterima kasih kepada Ibu dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya
kepada penulis.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta bahasa dalam laporan ini dan
penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas
laporan ini.
            Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 28 November 2016


Penulis : Kelompok 5
RINGKASAN

Pada saat ini masyarakat telah banyak mengabaikan serta kurang memahami nilai-nilai
pancasila yang telah menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Banyak tokoh serta elik politik
yang kurang memahami filsafat hidup serta pandangan hidup bangsa kita pancasila, namun
bersikap seakan-akan memahaminya. Akibatnya pemikiran tidak sesuai dengan nilai-nilai
pancasila.
Mengembangkan serta mengkaji pancasila sebagai hasil karya bangsa merupakan sudah
menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara dan merupakan tugas kalangan
intelektual untuk mengembalikan persepsi masyarakat yang keliru tersebut ke arah cita-cita
bersama bagi bangsa Indonesia dalam hidup bernegara.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia
menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pemikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmonisasikan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
ingin dicapai. Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan dan
pengalaman manusia.
BAB 1
PENDAHULUAN

Setelah penulis melakukan review pada buku filsafat pendidikan yang dikarang oleh
Dr.Edward Purba,MA dan mereview jurnal tentang Etika dan ilmu upaya memahami Hakikat
dalam konteks keindonesiaan, maka penulis mecoba membuat suatu ide pemikiran untuk
membuat bagaimana pelayanan, atau sarana prasarana disekolah SD. Yang kita rasakan sekarang
adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun
informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain.
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di
negara-negaran lain.
Dalam pengertiam umum pendidikan adalah proses budaya oleh generasi yang
mengambil peran dalam sejarah, walaupun pendidikan merupakan proses budaya masa kini dan
membuat budaya masa depan. Sungguh begitu pentingnya fungsi pendidikan bagi pribadi,
keluarga, masyarakat, dan bangsa, sehingga eksistensi suatu bangsa dan kemajuan peradabannya
merupakan hasil dari keberhasilan pendidikan.
Kajian filsafat terhadap pendidikan menjadi keharusan akademis bagi setiap orang yang
ingin mendalami bidang keguruan dan keguruan. Pendidikan tidak jauh dari roda filsafat, karena
hal itu terjadi maka tidak semua persoalan pendidikan akan dapat dipecahkan dengan renungan
sederhana dan pengamatan sepintas. Dengan menguasai filsafat pendidikan tersebut diharapkan
para ahli dan praktisi pendidikan akan sukses dalam menjalankan tanggung jawab dan profesi
pendidikan.
BAB 2
GAGASAN ATAU IDE

Setelah penulis membaca dan riview jurnal serta mengkritik buku, penulis
menemukan ide yang dapat penulis aplikasikan. Menurut penulis, pada dasarnya setiap
kegiatan yang dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan.
Kedua dampak itu adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adalah segala
sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan, dengan kata lain dapat disebut
sebagai “Tujuan”. Sedangkan dampak negatif adalah segala sesuatu yang bukan merupakan
harapan dalam pelaksanaan kegitan tersebut, sehingga dapat disebut sebagai hambatan atau
masalah yang ditimbulkan.
Pendidikan sering disebut-sebut istilah sarana dan prasarana pendidikan. Jadi, sarana
dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke
dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya
segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam
menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Sarana pendidikan adalah segala macam alat yang
digunakan secara langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah
segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Jadi,
sarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan yang digunakan guru untuk
memudahkan penyampaian materi pelajaran. Jika dilihat dari sudut murid, sarana pendidikan
adalah segala macam peralatan yang digunakan murid untuk memudahkan mempelajari mata
pelajaran. Lalu prasarana pendidikan dapat juga diartikan segala macam peralatan,
kelengkapan, dan benda-benda yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan
penyelenggaraan pendidikan. yaitu sarana pendidikan untuk “memudahkan
penyampaian/mempelajari materi pelajaran”, sedangkan prasarana pendidikan itu untuk
“memudahkan penyelenggaraan pendidikan.
Manusia, menurut pandangan Pancasila adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa, makhluk individual dan sekaligus sosial, dan dari ketiga potensi tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai subtansi manusia Indonesia dari wujud jasmani
dan rohaninya. Pancasila menghargai terhadap nilai-nilai dan hak-hak pribadi (individual),
selama nilai-nilai tadi tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat atau negara.
Pancasila juga tidak mengutamakan nilai-nilai masyarakat atau golongan, apabila
nilai-nilai itu bertentangan dengan nilai-nilai martabat kemanusiaan secara hakiki maupun
secara yuridis. Pancasila lebih mendukung terhadap nilai-nilai individual yang memberikan
kemaslahatan bagi kehidupan bermasyarakat, dan nilai-nilai kemasyarakatan yang
mendukung terhadap perbaikan nilai/mutu kehidupan para anggotanya dan masyarakat
sebagai kesatuan. Dengan demikian, Pancasila menempatkan manusia dalam keluhuran
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak
usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakat, serta manusia
dengan lingkungan hidupnya. (BP7; 1996, hal. 46) 
Pandangan Pancasila terhadap hakekat manusia sebagai makhluk ciptaan yang paling
sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, adalah bahwa manusia mempunyai potensi yang
dibawa sejak lahir, yang perlu dikembangkan dalam kehidupan melalui proses pendidikan.
Potensi ini yang diyakini bahwa manusia disamping memiliki kekuatan juga ada sisi
kelemahannya, di samping ada kebaikan ada juga sisi kurang baiknya. Oleh karena itu,
Pancasila bertolak dari nilai-nilai kemanusiaan, yaitu menempatkan manusia dalam
keluhuran harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang
menjadi titik tolak usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan
martabatnya, serta manusia dengan lingkungan hidupnya. Implikasi dari pernyataan tersebut
adalah bahwa seluruh upaya dalam rangka membangun manusia Indonesia harus bertolak
dan bermuara pada hakikat manusianya, terlebih dalam upaya pendidikan yang tidak
mungkin melepaskan permasalahan manusia. 
Uraian tersebut memberikan pemahaman kepada kita, bahwa titik tolak untuk
melaksanakan pendidikan adalah memahami terhadap konsep hakikat manusia dan usaha-
usaha pemberian bantuannya dengan kerjasama dalam mencapai tujuan pendidikan.
Demikian pula, Soeprapto, dkk. (1996; 45) menjelaskan tentang pentingnya pemahaman
terhadap hakikat pendidikan, bahwa Pancasila mengakui manusia sejak lahir sampai
meninggal dunia memerlukan bantuan dan kerjasama dengan orang lain. Manusia sebagai
makhluk berperasaan, memerlukan tanggapan emosional dari orang lain, memerlukan
pengertian, kasih sayang, harga diri, dan pengakuan untuk pergaulan dan kesejahteraan hidup
yang sehat. Makna yang terkandung dalam penjelasan tersebut, adalah bahwa untuk
mengembangkan manusia Indonesia ke derajat yang lebih unggul diperlukan pendidikan
yang berbasis pada pemahaman hakikat manusia yang memiliki potensi-potensi psikologis,
sosiologis, kultural, biologis, dan potensi-potensi lainnya
Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya
dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan
program yang dijalankan ini.Selain itu,dengan kata lain dalam melakasanakan fungsinya
sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional
diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara
untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak
warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem
pendidikan atau lembaga pendidikan karena minimnya fasilitas yang tersedia. Ada beberapa
hal yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan, sebab-sebab tersebut antara lain:
Keadaan geografis yang heterogen sehingga sangat sulit untuk menjangkau daerah-daerah
tertentu. Sampai saat ini 88,8 persen sekolah di indonesia mulai SD, belum melewati mutu
standar pelayanan minimal.Pada pendidikan dasar hingga kini layanan pendidikan mulai dari
guru, bangunan sekolah, fasilitas perpustakaan dan laboratorium, buku-buku pelajaran dan
pengayaan, serta buku referensi masih minim. Pada jenjang Sekolah Dasar SD baru 3,29%
dari 146.904 yang masuk kategori sekolah standar nasional, 51,71% katekori standar minimal
dan 44,84% dibawah standar pendidikan minimal. Hal tersebut membuktikan bahwa
pendidikan tidak terpenuhi sarana prasarananya.

TEKNIK PELAKSANAANNYA
 Pemerintah hendaknya meninjau kembali permasalah pemerataan pendidikan yang
terjadi di Indonesia.
 Pihak sekolah dan pemerintah bekerja sama dalam membangun sarana dan prasarana
disekolah
 Perlu ditanamkan nilai-nilai pancasila didalam kegiatan pembelajaran yang ada
disekolah.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program pendidikan yang dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk
dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan pendidikan atau biasa disebut
perluasan keempatan belajar merupakan salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama unutk
memperoleh pendidikan. Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang
tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan
hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara
pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi
karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan,
hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah
tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Permasalahan pemerataan pendidikan dapat
ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar di setiap lapisan masyarakat
yang wajib mendapatkan pendidikan.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah sumber nilai bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi
diri sebagai bangsa, sebagai landasan, arah, dan etos, serta sebagai moral pembangunan
nasional. Manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap
perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat sosial Indonesia.

3.2 Saran

untuk para pendidik di sebuah pendidikan supaya lebih baik untuk kedepannya
dan mengetahui arti penting dari ber filsafat pendidikan di dalam suatu wilayah untuk dapat
menciptakan suatu kehidupan yang baik. Untuk itu bagi calon guru jadilah pendidik yang
benar benar berpendidikan.

Anda mungkin juga menyukai