PROPOSAL
OLEH:
Widya Ayu Kusuma Ningrum
NRP: 9103018021
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SURABAYA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL
OLEH:
Widya Ayu Kusuma Ningrum
NRP: 9103018021
Surabaya, …… 2020
i
HALAMANAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................i
HALAMANAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................10
iv
2.4 Perubahan Pada Lansia...............................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60
LAMPIRAN..........................................................................................................67
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Desain Penelitian Pre-experimental One Group Pre-Post Test Design
…………………………………………………………………...……48
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.3: Ditunjukan untuk melatih otot bisep (otot besar padabagian atas
pangkal lengan).................................................................................16
Gambar 2.15...........................................................................................................24
Gambar 2.16...........................................................................................................24
Gambar 2.17...........................................................................................................24
Gambar 2.18...........................................................................................................25
Gambar 2.19...........................................................................................................25
Gambar 2.20...........................................................................................................25
vii
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh kombinasi terapi relaksasi otot
progresif dan terapi benson terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi................................................................................................................45
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.............................................................................................................67
Lampiran 2.............................................................................................................69
Lampiran 3.............................................................................................................70
Lampiran 4.............................................................................................................71
Lampiran 5.............................................................................................................78
Lampiran 6.............................................................................................................81
Lampiran 7.............................................................................................................82
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas, usia lanjut merupakan
yang rusak. Penyakit pada lansia yang sering terjadi menurut Riskesdas,
keadaan dimana tekanan darah menjadi naik yaitu tekanan darah sistolik 140
mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
asupan natrium dan terjadinya penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat
sistem kardiovaskular sering dikatakan sebagai the silent disease, lansia memiliki
faktor risiko umur dan juga faktor risiko lainnya yang harus di waspadai dan
1
2
diperhatikan terutama terhadap pola hidup yang sehat agar tidak menimbulkan
sebanyak 839 juta kasus pada tahun 2012 dan diperkirakan akan meningkat pada
tahun 2025 menjadi 1,5 miliar atau sekitar 29% dari total penduduk 7,85 miliar
negara berkembang seperti Indonesia sekitar 80%dari total penduduk 6,4 juta
diatas usia 60 tahun yaitu sebesar 65,4% dari total penduduk lansia 80 juta jiwa
total penduduk lansia 13,48 juta jiwa , prevalensi penyakit hipertensi tertinggi
terdapat pada kelompok lansia berusia > 75 tahun yaitu sebesar 62,4%dengan total
penduduk 800 ribu jiwa, prevalensi hipertensi di kota Surabaya mencapai 22,0%
dari total penduduk lansia 219 ribu jiwa . Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
survey pendahuluan yang di lakukan pada (Unit Pelaksana Teknis Daerah) UPTD
tertinggi menurut data angka kesakitan adalah hipertensi dengan jumlah kasus
sebanyak 37 orang dari 120 lansia di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya.
pembuluh darah perifer akibat proses penuaan (5). Menurut profil kesehatan
sebagai the silent disease, lansia memiliki faktor risiko umur dan juga faktor
risiko lainnya yang harus di waspadai dan diperhatikan terutama terhadap pola
hidup yang sehat agar tidak menimbulkan hipertensi dan komplikasi yang
efesiensi transport natrium dan kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dilakukan yaitu dengan terapi otot
progresif dan terapi benson. Terapi relaksasi otot progresif adalah latihan gerak
menurun pada hipertensi primer (12) Relaksasi otot progresif merupakan salah
satu terapi komplementer yang memiliki banyak manfaat salah satunya adalah
imaginasi maupun sugesti, dengan kata lain relaksasi ini dilakukan dengan cara
memusatkan fikiran pada aktivitas otot-otot saat ekstensi maupun relaksasi dengan
tujuan untuk menghasilkan perasaan yang relaks. Perasaan yang relaks dan
nyaman inilah yang nantinya akan memengaruhi sistem kerja dari saraf simpatis
dan saraf parasimpatis. Secara teoritis, dapat dijelaskan bahwa sistem saraf pada
manusia terdiri atas dua sistem saraf yaitu siste m saraf pusat dan sistem saraf
dikehendaki seperti gerakan tangan, kaki, leher dan sebagainya. Sedangkan sistem
otomatis. Sitem saraf otonom terdiri atas dua fungsi sistem saraf yang berbeda
yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Sistem saraf simpatis
pembuluh darah tepi serta menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit.
Sebaliknya pada sistem saraf parasimpatis ini bertugas untuk menurunkan semua
fungsi tubuh yang dinaikkan fungsinya oleh sistem saraf simpatis sehingga
aktivitas sistem tubuh akan mulai menurun, denyut jantung, laju pernafasan dan
5
tekanan darah juga mengalami penurunan akibat perasaan yang relaks (13).
Teknik relaksasi Benson merupakan teknik latihan nafas. Dengan latihan nafas
yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks,
enkephalin dan β endorphin, pasien akan merasa lebih rileks dan nyaman (14).
Jadi hasil dari penggabungan antara terapi relaksasi otot progresif dengan
terapi relaksasi benson sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah dari hasil
penjabaran mekanisme yang telah dijabarkan adalah terapi relaksasi otot progresif
dan terapi relaksasi benson dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah karena
Secara teoritis, dapat dijelaskan bahwa sistem saraf pada manusia terdiri atas dua
sistem saraf yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf pusat
tangan, kaki, leher dan sebagainya. Sedangkan sistem saraf otonom bertugas
terdiri atas dua fungsi sistem saraf yang berbeda yaitu sistem saraf simpatis dan
menurunkan temperatur kulit dan daya tahan kulit. Sebaliknya pada sistem saraf
6
parasimpatis ini bertugas untuk menurunkan semua fungsi tubuh yang dinaikkan
fungsinya oleh sistem saraf simpatis sehingga aktivitas sistem tubuh akan mulai
menurun, denyut jantung, laju pernafasan dan tekanan darah juga mengalami
Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan Darah pada Lanjut Usia dengan
Hipertensi yaitu adanya pengaruh terhadap perubahan tekanan darah terlihat dari
Hasil uji Mann Whitney dari data penelitian menunjukkan nilai p pada tekanan
darah sistolik pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sebesar 0,031.
Sedangkan nilai p untuk tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan, menunjukkan nilai p sebesar 0,261. Karena nilai p < 0,05,
ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif pada tekanan darah sistolik dan ada
pengaruh pada tekanan diastolik pada kelompok kontrol dan perlakuan, pada
bulan dengan perlakuan 2 kali sehari selama 3 hari dalam 1 minggu secara rutin
peneliti hal tersebut memberikan arti bahwa melakukan terapi relaksasi otot
progresif terus menerus akan membantu penurunan tekanan darah dan membuat
menurunkan tekanan darah. Terapi relaksasi dapat dilakukan saat santai bahkan
bisa dilakukan sebelum tidur hal ini dapat membantu responden dengan usia
menerus mengakibatkan tekanan darah pada lansia tetap atau bahkan meningkat
obat namun tidak dibarengi dengan relaksasi yang dapat merilekskan pikiran
maka hasilnya akan tetap bahkan meningkat. Pada penelitian yang dilakukan yaitu
menggunakan waktu selama satu sampai dua minggu dan dilaksanakan selama
terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Hasil menunjukan bahwa
terdapat pengaruh terapi Benson terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
yang mengalami hipertensi dengan nilai p-value 0,00. terapi relaksasi Benson
pada lansia dengan hipertensi pada penelitian yang di lakukan ini adalah 160,67
8
mmHg dan rata-rata tekanan darah sistole sesudah dilakukan terapi relaksasi
Benson pada lansia dengan hipertensi adalah 153,67 mmHg dengan selisih mean 7
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi Berdasarkan uji statistic t-dependen
relaksasi Benson terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi,
Peneltian yang dilakukan ini menggunakan waktu 1 bulan dengan perlakuan 2 kali
terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi menunjukan hasil adanya
pengaruh terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
dengan membandingkan hasil rata-rata tekanan darah sistol dan diastol sebelum
dan setelah intervensi terapi relaksasi benson diberikan. Hasil rata-rata (mean)
tekanan darah sistol dan diastol sebelum diberikan intervensi terapi relaksasi
benson yaitu 149.93 dan 89.33. Dan setelah diberikan intervensi terapi relaksasi
benson menjadi 138.97 dan 84.07. terapi relaksasi benson pada penderita
hipertensi pada penelitian ini dilakukan selama 2 minggu, frekuensi 2 kali dalam
benson dan relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi.
Hasil menunjukan menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi benson dan
relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah dengan nilai p-value 0,001
9
relaksasi diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat
dengan perlakuan 2 kali sehari selama 3 hari dalam 1 minggu dengan waktu 15-20
menit.
disimpulkan bahwa penelitian yang di lakukan oleh peneliti berbeda dan terapi
relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi benson dapat dikembangkan sebagai
relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan
kombinasi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi benson terhadap perubahan
terapi kombinasi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi benson selama 2
minggu, dilakukan sebanyak 3 kali setiap minggu dengan durasi waktu 25 menit
(18)
Apakah ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi relaksasi
benson terhadap perubahan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di panti
werdha jambangan?
10
progresif dan terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada
terapi relaksasi otot progresif dan terapi benson pada lansia dengan
hipertensi.
terapi relaksasi otot progresif dan terapi benson pada lansia dengan
hipertensi.
relaksasi otot progresif dan terapi benson pada lansia dengan hipertensi
terapi relaksasi otot progresif dan terapi benson pada lansia dengan
hipertensi
1.3.2.5 Menganalisis pengaruh kombinasi terapi relaksasi otot progresif dan terapi
diastolik yang diakibatkan oleh hipertensi dan cara melakukan terapi relaksasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi relaksasi otot progresif adalah gerakan tubuh yang dilakukan dengan
kecemasan (12).
Terapi relaksasi otot progresif adalah suatu terapi gerakan tubuh yang
beberapa kelompok otot dalam satu area tubuh secara sistemik (13).
otot untuk mengurangi ketegangan otot dan saraf, mengurangi tingkat kecemasan,
kortisol dalam tubuh sehingga kadar gula darah menjadi stabil (13).
keterbatasan gerak seperti: tidak mampu menggerakkan badan dan lansia yang
berturut-turut dengan durasi waktu 25-30 menit. Terapi relaksasi otot progresif
terdiri dari 14 langkah, seseorang melakukan dengan cara tarik nafas secara
No Keterangan Gambar
1. Bina hubungan saling percaya, jelaskan prosedur, tujuan terapi pada pasien.
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang
2.
dan sunyi.
3. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan pengisian lembaran persetujuan
Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
5. menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang,
Pastikan pasien rileks dan mintalah pasien untuk memposisikan dan fokus
pada tangan, lengan bawah, dan otot bisep, kepala, muka, tenggorokan, dan
6. bahu termasuk pemusatan pada dahi, pipi, hidung, mata, rahang, bibir,
lidah, dan leher. Sedapat mungkin perhatian diarahkan pada kepala karena
secara emosional, otot yang paling penting ada di sekitar area ini.
Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan lingkungan
7.
yang nyaman.
paling tidak satu kali). Jika area tetap, dapat diulang lima kali dengan
melihat respon klien.
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang
dan sunyi.
9. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan
kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
10. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.,
Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
Prosedur
Gerakan 1: Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
Prosedur
Gerakan 2: Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
16
Prosedur
Gerakan 8: Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan
18. dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Gambar 2.8 gerakan untuk mulut
Prosedur
Gerakan 9: Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
Prosedur
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
Gerakan membawa kepala ke
muka kemudian benamkan
20. dagu ke dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka. Gambar 2.10 gerakan untuk melatih otot
leher depan
Prosedur
Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
Angkat tubuh dari sandaran
kursi lalu Punggung
dilengkungkan, Busungkan
dada, tahan kondisi tegang
21. selama 10 detik, kemudian
relaks dan saat relaks, letakkan
Gambar 2.11 gerakan melatih otot
tubuh kembali ke kursi sambil punggung
membiarkan otot menjadi
lurus.
Prosedur
Gerakan 12: Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
dilemaskan dan ditegangkan seperti: kelompok otot tangan, kaki, dahi, mata, otot-
otot bibir, lidah, rahang, dada dan leher. Kontraksi dan relaksasi otot-otot
dikendalikan oleh susunan saraf pusat melalui serabut saraf motorik, tempat
eksitasi serabut otot. Impuls saraf pada sebuah neuromuscular yang dihantarkan
ketegangan. Saat otot ditegangkan akan menimbulkan rasa tidak nyaman, namun
kelenjar pituitary agar terjadi peningkatan beberapa hormon, salah satunya adalah
seseorang lebih mudah untuk tertidur, karena hormon serotonin adalah hormon
yang paling berperan dalam proses tidur, sehingga terapi relaksasi otot progresif
Relaksasi benson yaitu salah satu teknik relaksasi yang sederhana, mudah
individu atau faith factor, fokus dari relaksasi ini pada ungkapan tertentu yang
dengan sikap yang pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-nama
Tuhan atau kata-kata yang memiliki makna menenangkan untuk pasien itu sendiri
(22).
beradaptasi dan mengendalikan stress yang dialami. Terapi ini dilakukan dengan
teknik latihan nafas dan spiritual (keagamaan). Relaksasi ini dapat menyebabkan
penurunan aktifitas sistem saraf simpatis yang akhirnya dapat sedikit melebarkan
keyakinan agama, yang dapat menyelesaikan relaksasi semua otot dan merupakan
benson merupakan suatu terapi yang dapat dilakukan dengan teknik latihan nafas.
Dengan latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar dan adanya
merupakan teknik latihan nafas. Dengan latihan nafas yang teratur dan dilakukan
dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat
mengalami stress dan bebas dari ancaman. Perasaan rileks akan diteruskan ke
seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan
menggerakkan tubuhnya dan lansia yang menjalani perawatan tirah baring (21).
dilakukan selama 2 minggu, frekuensi 2 kali dalam sehari dengan waktu 10 menit,
tensimeter (17).
perlakuan 2 kali sehari selama 3 hari dalam 1 minggu dengan waktu 15-20 menit
(18).
No Keterangan Gambar
Tahap Persiapan
Tahap Kerja
Gambar 2.15
7. memejamkan mata
Gambar 2.16
Tahap Terminasi
nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks,
dan lansia akan merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya serta mengatasi
hipertensi (23).
Pernafasan yang panjang dapat memberikan energi yang cukup, karena pada
tubuh untuk membersihkan darah dan mencegah kerusakan jaringan otak akibat
kekurangan oksigen (hipoksia). Pada waktu tarik nafas panjang otot–otot dinding
oblique) menekan iga bagian bawah ke arah belakang serta mendorong sekat
dapat merangsang aliran darah baik pada vena cava inferior maupun aorta
seluruh jaringan tubuh terutama organ – organ vital seperti otak (24).
27
banyak terjadi dan mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta
diberi gelar The Silient Killer karena penyakit ini merupakan pembunuh
tersembunyi (4).
dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmhg. Tekanan darah
manusia secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi
masalah hanya bila tekanan darah teresebut persisten. Tekanan darah teresebut
membuat system sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis di mana
tekanan darah di arteri meningkat, yang mengharuskan jantung bekerja lebih keras
terletak dipusat vasomotor pada medulla otak, dari pusat vasomotor ini bermula
dari saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron
28
meskipun belum diketahui secara jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
korteks adrenal (27). Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada giliranya
Tekanan darah adalah tekanan dari arah yang dipompa oleh jantung
terhadap dinding arteri, Tekanan ini terus-menerus akan berada dalam pembuluh
darah dan memungkinkan darah mengalir secara konstan. Gaya yang ditimbulkan
oleh darah terhadap dinding pembuluh darah bergantung pada volume darah yang
mudah pembuluh darah tersebut diregangkan). Jika volume yang masuk ke arteri
sama dengan volume darah yang keluar dari arteri selam periode yang sama maka
Kenyataanya, sewaktu sistol vertikel satu isi sekucup darah masuk ke arteri
dari variabel, sementara hanya skitar sepertga dari jumlah tersebut yang
meniggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole, tidak ada darah yang
masuk ke arteri, didorong oleh recoil elastic. Tekanan darah penting karena
merupakan kekutan pendorong bagi darah agar dapat beedar seluruh bagian tubuh.
arteri sewaktu darah disemprotkan kedalam pembuluh darah selama periode sistol
Tekanan darah diastolic adalah tekanan minimal didalam arteri ketika darah
mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir selam periode sistol
30
sewaktu diastolik namun tekanan arteri tidak turun hingga 0 mmHg karena terjadi
konstraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah
dibandingkan dengan pengukuran dasar atau tekanan darah sekitar 90/60 mmHg
hingga 120/80 mmHg. . Sehingga setiap organ dari badan tidak mendapat aliran
mmHgtekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic 85-89 mmHg.. Tekanan
darah dalam kehidupan bervariasi secara alami, seperti pada bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah disbanding dengan
orang dewasa.
140 mmHg dan tekanan distolik diatas 90 mmHg. Penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
Bagi sebagian besar pasien dengan tekanan darah tinggi, penyebabnya tidak
tekanan darah tinggi memiliki hipertensi primer. Hipertensi primer tidak dapat
modifikasi gaya hidup dan obat-obatan). Faktor genetik dapat memainkan peran
Kurang dari 10% pasien dengan tekanan darah tinggi memiliki hipertensi
darah (27) :
2.3.6.1 Umur
Tekanan sistolik dan diastolik meningkat bertahap sesuai dengan usia hingga
32
dewasa. Pada orang lanjut usia, arteri mengalami penebalan sehingga lebih keras
dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan
tekanan darah.
tekanan darah. Tekanan darah cenderung turun pada posisi berdiri bila
dinyatakan dalam indeks masa tubuh (MT) yaitu perbandingan antara berat badan
dengan tinggi badan kuadrat dalam meter, seseorang dikatakan kelebihan berat
badan jika IMT > 25 dan dikatakan obesitas apabila > 30. Berat badan dan IMT
bilanama 5 kg dari berat badan yang berlebihan hilang makan akan menurunkan
2-10 poin tekan darah sistolik. Obesitas pada masa anak-anak maupun cdewas
b Penyakit kardiovaskuler
aritmia, gagal jantung, dan kelainan katup jantung. Hal ini mengakibatkan
33
c Olahraga
exercise dynamic seperti berlari. Terjadinya peningkatan denyt jantung dan curah
jantung yang banyak, demkian juga tekana darah terutama sistolik dan tekanan
Zat-zat kimia seperti nikotin dan karbon monoksida yang terkandung dalam
rokok yang dihisap dan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses alteroklerosis dan juga
dalam jumlah banyak juga dapat meningkatkan tekanan darah dan menjadi
e Kondisi psikis
kondisi yang mengalami stress atau tekanan. Respon tubuh terhadap stress
tersebut alarm yaitu reaksi pertahanan atau respon perlawanan. Kondisi ini
menghasilkan adrenalin, hal ini membuat jantung bekerja lebih cepat dan kuat
(27).
34
f Jenis kelamin
Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari
wanita, namun pada anita setela menopause, cemderung memiliki tekanan darah
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90mmHg.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160
Sistolik Diastolik
No Kategori
(mmHg) (mmHg)
4. Hipertensi
a Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
b Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
c Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
36
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim
b Pusing Lemas
c kelelahan
d Sesak nafas
e Gelisah
f Mual Muntah
g Epistaksis
h Kesadaran menurun
2.3.10.1 Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut
yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark.
tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita
hipertensi kronik.
2.3.10.4 Ensefalopati
(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
meurpakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindari dan akan
dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak
38
b Gangguan metabolik DM
d Gangguan sosial kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi
lagi.
a Teori biologi
Proses fisik penuaan mencakup perubahan fungsi dan struktur tubuh, usia
yang lama dan kematian. Perubahan dalam tubuh antara lain: kemampuan tubuh
molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Adapun beberapa teori yang
Penuaan merupakan proses dari waktu ke waktu yang terjadi perubahan sel
dan struktur jaringan tubuh. Teori ini menyatakan bahwa adanya informasi tidak
sesuai dari inti sel yang menyebabkan proses replikasi terhadap tingkat seluler
mengalami gangguan dan tidak teratur. Molekul DNA saling bersilangan dengan
Proses penuaan terjadi karena kelebihan usaha dan stres pada tubuh
menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah. Teori ini telah didapatkan karena tidak
d Teori psikososiologis
berikut:
e Teori kepribadian
dari keluarga. Hal ini menyebabkan lansia akan menjadi introvert. Penuaan yang
sehat tidak bergantung kepada jumlah aktivitas individu, akan tetapi kepuasan
seseorang sebagai kehidupan yang telah dijalani dengan integritas. Kondisi ini
40
maka lansia sangat beresiko dengan rasa penyesalan atau putus asa.
g Teori aktivitas
Konsep diri seseorang akan bergantung pada aktivitas pada peran. Hal ini
jika hilang maka akan menyebabkan efek negatif terhadap kepuasan hidupnya.
lansia,antara lain:
Terjadi penurunan pada proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan
hati.Penurunan jumlah sel otak dan otak menjadi atrofis yang beratnya kurang dari
trauma, kulit keriput, mekanisme kulit menurun. Elastisitas kulit berkurang akibat
skelerosis dan atrofi serabut otot. Komposisi otot akan berubah dan terjadi
tubuh dan peningkatan hasil gula darah dua jam setelah makan, tidak toleransi
akibat metabolisme yang menurun. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
Faktor yang dapat memengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik, tingkat
Beberapa masalah terjadi pada lansia pada perubahan psikososial, antara lain:
a Kesepian
pasangan hidup atau teman dekat, terutama pada lansia yang mengalami
penurunan kesehatan seperti: penyakit fisik yang berat, gangguan mobilitas dan
gangguan pendengaran.
b Depresi
c Gangguan cemas
d Gangguan tidur
Perubahan tidur normal pada lansia yaitu terdapat penurunan Non Rapid
Eye Movement (NREM) 3 dan 4, lansia tidak memiliki tahap 4. Perubahan pola
tidur lansia disebabkan oleh perubahan sistem neurologis secara fisiologis yang
mengalami penurunan jumlah dan ukuran neuron pada sistem saraf pusat. Hal ini
: Diteliti
: Tidak diteliti
45
3.2 Pengaruh kombinasi terapi relaksasi otot progresif dan terapi benson
eksternal. Faktor internal meliputi fisiologis (usia, respon penyakit, depresi) dan
gaya hidup. Hal ini sering terjadi pada lansia dengan hip[ertensi. Gejala hipertensi
pada lansia yaitu kurangnya konsentrasi, kelelahan yang berlebihan, susah untuk
memulai tidur, tekanan darah naik, pusing sehingga dilakukan intervensi yaitu
yang mudah dilakukan lansia yaitu terapi relaksasi otot progresif. Relaksasi otot
progresif ini menyebabkan kontraksi dari serat otot rangka yang mengarah pada
sensasi tegangan otot. Hal ini pada sistem saraf pusat akan melibatkan sistem saraf
simpatis dan saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini bekerja saling timbal balik.
menyebabkan perasaan ingin istirahat dan perbaikan fisik tubuh. Sistem saraf
parasimpatis terdiri dari: penurunan denyut nadi, penurunan tekanan darah dan
menekan rasa tegang serta cemas. Oleh karena itu, latihan terapi relaksasi otot
Pada tanda dan gejala hipertensi dapat dilakukan intervensi yang dapat
mendukung respon dari dalam tubuh seseortang agar lebih rileks dan nyaman
46
yaitu adalah terapi relaksasi benson, diamana terapi relaksasi benson ini dapat
Dengan latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan
menjadi lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas
seperti marah, cemas, disritmia jantung, nyeri kronik, depresi, hipertensi dan
3.3 Hipotesis
progresif dan terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi dengan nilai p-value kurang dari 0.05 maka hasil di
anggap signifikan.
47
progresif dan terapi relaksasi benson terhadap perubahan tekanan darah pada
lansia dengan hipertensi dengan nilai p-value lebih dari 0.05 maka hasil dianggap
tidak signifikan.
BAB 4
METODE PENELITIAN
penelitian ini yaitu pre eksperimental One Group Pre-Post Test Design. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui adanya pengaruh kombinasi terapi relaksasi otot
progresif dan terapi relaksasi benson yang melibatkan satu kelompok diberikan
Penelitian ini menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (32)
K O I OI
Keterangan :
(32). Variabel independen pada penelitian ini yaitu terapi relaksasi otot progresif
menentukan ada atau tidaknya hubungan dan pengaruh dari variabel independen.
Variabel dependen yang muncul sebagai akibat manipulasi variabel lainnya (32).
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu Tekanan darah sistolik dan diastolik
intervensi minggu
yang
dilakukan
sebelum dan
sesudah
dilakukan
terapi
relaksasi
otot
progresif
dan terapi
benson
4.4.1 Populasi
memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Populasi pada penelitian
ini adalah lansia dengan hipertensi primer yaitu adalah hipertensi ringan (stadium
4.4.2 Sampel
mmHg ) dan sedang (160 – 179 mmHg dan 100 – 109 mmHg )
b Lansia dengan penyakit penyerta antara lain: hernia, jantung, sesak nafas,
pertemuan secara berurutan atau lebih dari 1x pertemuan tidak dalam jangka
populasi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive
Sampling (32).
Kerangka kerja penelitian adalah suatu bagan kerja dalam penelitian yang
dilakukan oleh seorang peneliti antara lain: kegiatan, responden dan variabel
Purposive
Sampling
Sampel : sesuai dengan kriteria inklusi yaitu lansia berusia > 60 tahun,
kesadaran composmentis, mampu membaca, menulis dan berbicara
dengan baik,tidak mengalami gangguan pendengaran ( tuli ), lansia
dengan tekanan darah tinggi stage 1 dan stage 2
Informed
Kesimpulan
H1 diterima, H0 ditolak
pengumpulan data tergantung pada suatu rancangan dari penelitian serta teknik
Surabaya melalui surat pengantar yang dibuat oleh Fakultas Keperawatan. Peneliti
Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Surabaya, setelah mendapatkan surat tersebut,
pengantar dari Fakultas Keperawatan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Surabaya, kemudian peneliti meminta ijin kepada kepala Panti Griya
Werdha Jambangan Surabaya. etelah peneliti mendapatkan ijin dari kepala Panti
Peneliti menentukan responden penelitian yang dibantu oleh salah satu perawat
panti, disesuaikan dengan kriteria inklusi yaitu lansia dengan hipertensi tingkat
peneliti mendatangi setiap kamar atau mengumpulkan responden pada aula untuk
lakukan sendiri, Setelah dilakukan test antigen dan menunjukan bukti vaksinasi 1
kriteria inklusi dan eksklusi yang didukung pula melalui data sekunder yang
diperoleh dari wawancara dengan klien. Responden yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dijalankan,
corona (7). Semua hasil yang diperoleh oleh peneliti kemudian dicatat dalam
lembar observasi.
Pada hari kedua 15 menit pertama (intervensi ke 1), pada 15 menit kedua
pada hari sembilan hingga hari ke dua belas tetap dilakukan prosedur yang sama
dan tetap dilakukan pengukuran tekanan darah di setiap sebelum dan sesudah
melakukan intervensi. Kedua intervensi ini diberikan selama 15-30 menit setiap
sesi dengan melakukan dan mengikuti gerakan sesuai dengan SOP yang
diberikan. langkah-langkah terapi relaksasi otot progresif dan terapi benson yang
dilakukan dipanti werdha ini responden harus dan wajib menerapkan protocol
guna mencegah penyebaran virus corona (33). Dalam penelitian ini, peneliti
dibantu oleh 2 asisten yang sudah mendapatkan penjelasan praktikum terkait SOP
senam terapi rileksasi otot progresif dan SOP terapi relaksasi benson. Semua hasil
pre test dan post test yang diperoleh akan dilakukan editing, skoring dan
wilxocon signed rank test, didapatkan hasil berdistribusi normal denganp value
<0,05.
Operasional Prosedur (SOP) terapi relaksasi benson dan variabel dependen yaitu
perubahan tekanan darah menggunakan lembar tabel observasi pre dan post
intevensi (32).
digunakan adalah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terdiri dari 14
langkah terapi dilakukan dengan baik dan benar, dilakukan dengan durasi waktu
25-30 menit. Dilakukan dengan cara tarik nafas secara perlahan kemudian
dihembuskan secara perlahan sebanyak 3-5 kali, dilakukan dengan posisi duduk
digunakan adalah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terdiri dari 8
langkah terapi dilakukan dengan baik dan benar, dilakukan dengan durasi waktu
15-20 menit. Dilakukan dengan cara tarik nafas secara perlahan kemudian
dihembuskan secara perlahan sebanyak 3-5 kali, dilakukan dengan posisi duduk
4.8.1 Editing
observasi,. Peneliti melakukan pemeriksaan ulang data yang telah diisi pada
4.8.2 Tabulating
pengolahan data yaitu entry data. Entry data merupakan proses memasukkan data
yang diperoleh dari fasilitas komputer dengan menggunakan program SPSS for
Rencana Uji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Wilcoxon
Signed Ranks Test apabila hasil p menunjukan kurang dari 0.05 berarti memiliki
nilai signifikan dan apabila hasil p menunjukan lebih dari 0.05 berarti memiliki
nilai yang tidak signifikan. hal ini didukung oleh penelitian (18) bahwa Hasil
penelitian (18) ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh (14) tentang
efektivitas teknik relaksasi benson dan relaksasi otot progresif terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi esensial di RSUD Ungaran, menunjukkan bahwa ada
pengaruh teknik relaksasi benson dan relaksasi otot progresif terhadap tekanan
manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek dan prinsip keadilan. Prinsip tersebut
a Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden: subjek mempunyai hak untuk
data-datanya dengan tanpa nama atau anonymity. Pada penelitian ini semua
nama).
60
61
DAFTAR PUSTAKA
sheets/detail/ageing-and-health
Indones. 2018;53(9):1689–99.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
Books [Internet]. 2020 [cited 2021 Nov 8]. 1–88 p. Available from:
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=TbYgEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=pengertian+hipe
rtensi+menurut+buku&ots=ZrgLvTY3qL&sig=WHwd0vv9UB5P0yIcuIaV
buku&f=false
2021;XV(01):51–7.
In: pedoman pelaksanaan posyandu lanjut usia [Internet]. 2011 [cited 2021
https://perpustakaan.kemsos.go.id/elib/index.php?
p=show_detail&id=3943&keywords=
7. Dinkes Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2019. Dinas
www.dinkesjatengprov.go.id
Griya Werdha Kota Surabaya Tahun 2018 ) Effectiveness Noni fruit tea In
2018;163–71.
KESEHATAN. 2018;
2016;5(1):16–7.
13. Black & Hawks. Terapi Modalitas Dalam Keperawatan Kesehatan Jiwa :
http://perpustakaan.bppsdmk.kemkes.go.id//index.php?
p=show_detail&id=2990
https://onesearch.id/Record/IOS4307.slims-16417
15. sri mulyati rahayu, Nur Intan Hayati SLA. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot
17. Atmojo, joko, Made Mahaguna Putra2 3, Ni Made Dewi Yunica Astriani2,
Hypertension. 2021;1:540–8.
64
https://www.google.co.id/books/edition/Complementary_Alternative_Ther
apies_in_N/xTHMAQAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=Terapi+Modalitas+terapi+relaksasi+otot+progresif+K
eperawatan+Pada+Klien+Psikogeriatrik.+1st+ed.+Jakarta:
+Salemba+Medika.&printsec=frontcover
Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Progressive_Muscle_Relaxation_A
ccording/PoHbAQAACAAJ?hl=en
Tekanan Darah (Evidence Based Practice) [Internet]. 2021 [cited 2021 Dec
id=LWdNEAAAQBAJ
nursing [Internet]. 2015 [cited 2021 Oct 4]. p. 1–1813. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/_/wq7gAQAACAAJ?
hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjJjrfE267zAhUKyzgGHZVSBZIQ7_IDegQI
BxAD&pli=1
https://www.google.co.id/books/edition/Terapi_Komplementer_Untuk_Me
nurunkan_Tek/LWdNEAAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=teknik+relaksasi+tekanan+darah&printsec=frontcover
Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Hipertensi/_EtKEAAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=hipertensi+adalah&printsec=frontcover
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Medikal_Bedah/r1O
S3pNN8qYC?hl=id&gbpv=1&dq=Suzanne+C.
+Smeltzer+buku+ajar+keperawatan+medikal+bedah&pg=PT1&printsec=fr
ontcover
66
2017. 1–197 p.
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/noncommuni
cable-diseases-hypertension
2013.
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=j-
igDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR2&dq=pengertian+hipotesis+menurut+nas
rudin&ots=X0_pJLTN5a&sig=yCXa1Xn7E6Cg4DODQ0zPA3wStxY&red
2019. 2020.
Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/METODOLOGI_PENELITIAN_K
UALITATIF_KUANTIT/k8j4DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0
LAMPIRAN
Lampiran 1
NRP : 9103018021
Untuk maksud diatas, saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini. Adapun hal-hal yang perlu bapak/ibu ketahui adalah:
68
4. Identitas bapak/ibu akan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti dan hanya
data yang bapak/ibu isikan yang akan digunakan demi kepentingan peneliti.
5. Penelitian ini tidak akan memungut apapun dari bapak/ibu.
6. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden, silakan menandatangani lembar
persetujuan yang telah saya siapkan dan jika bapak/ibu keberatan tidak
dipaksakan untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian dan partisipasi
bapak/ibu sekalian saya ucapkan terima kasih.
69
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)
Peneliti Responden
…………………………. ………………………….
Saksi
…………………………..
*) coretyang tidakperlu
70
Lampiran 3
LEMBAR DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian:
1. Semua pertanyaan harus dijawab.
2. Berilah tanda centang (√) pada tempat yang telah disediakan dan isilah
titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.
3. Setiap pertanyaan diisi sesuai dengan data diri anda.
4. Bila ada yang kurang mengerti bisaditanyakan kepada peneliti.
1. Nama inisial :
3. Usia :……………………………….
71
Lampiran 4
Standar Operasional Prosedur
Terapi Relaksasi Otot Progresif
72
Lepaskan aksesoris digunakan seperti kacamata, jam dan sepatu
4. longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang
dan sunyi.
9. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.
10. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.,
Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat
Prosedur
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
73
sambil membuat suatu
kepalan., Buat kepalan
semakin kuat sambil
merasakan sensasi
ketegangan yang
terjadi. Pada saat
kepalan dilepaskan,
rasakan relaksasi
selama 10 detik.,
Gerakan pada tangan
kiri ini dilakukan dua
kali sehingga dapat
membedakan
perbedaan antara
ketegangan otot dan
keadaan relaks yang
dialami. Lakukan
gerakan yang sama
pada tangan kanan.
Prosedur
Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
12. Tekuk kedua lengan ke
belakang pada peregalangan
tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan
bawah menegang dan jari-jari
menghadap ke langit-langit.
Prosedur
Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps
(otot besar padabagian atas pangkal lengan).
13. Genggam kedua tangan
sehingga menjadi kepalan.
Kemudian membawa kedua
kapalan ke pundak sehingga
74
otot biseps akan menjadi
tegang.
Prosedur
Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
14. Angkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga dan
fokuskan perhatian gerekan
pada kontrak ketegangan yang
terjadi di bahu punggung atas,
dan leher.
Prosedur
Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
15. Gerakan otot dahi
dengan cara
mengerutkan dahi dan
alis sampai otot terasa
kulitnya keriput.
16. Tutup keras-keras mata
sehingga dapat
dirasakan ketegangan
di sekitar mata dan
otot-otot yang
mengendalikan gerakan
mata.
Prosedur
Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh
otot rahang
17. Katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di
75
sekitar otot rahang.
Prosedur
Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
18. Bibir dimoncongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar
mulut.
Prosedur
Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun
belakang.
19. Gerakan diawali dengan otot
leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian
depan, letakkan kepala
sehingga dapat beristirahat dan
tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan
ketegangan di bagian belakang
leher dan punggung atas.
Prosedur
Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.
20. Gerakan membawa kepala ke
muka kemudian benamkan
dagu ke dada, sehingga dapat
merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
Prosedur
Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
21. Angkat tubuh dari sandaran
kursi lalu Punggung
dilengkungkan, Busungkan
dada, tahan kondisi tegang
selama 10 detik, kemudian
76
relaks dan saat relaks, letakkan
tubuh kembali ke kursi sambil
membiarkan otot menjadi
lurus.
Prosedur
Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.
22. Tarik napas panjang untuk
mengisi paru-paru dengan
udara sebanyak-banyaknya
kemudian ditahan selama
beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke
perut, kemudian dilepas dan
pada saat tegangan dilepas,
lakukan napas normal dengan
lega kemudian ulangi sekali
lagi sehingga dapat dirasakan
perbedaan antara kondisi
tegang dan relax
Prosedur
Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut
23. Tarik dengan kuat perut ke
dalam kemudian tahan sampai
menjadi kencang dan keras
selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas dan
selanjutnya ulangi kembali
seperti gerakan awal untuk
perut.
Prosedur
Gerakan 14 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki
77
(seperti paha dan betis).
24. Luruskan kedua telapak kaki
sehingga otot paha terasa
tegang kemudian lanjutkan
dengan mengunci lutut
sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis
dan tahan posisi tegang selama
10 detik, lalu dilepaskan dan
ulangi setiap gerakan masing-
masing dua kali.
78
Lampiran 5
Standar Operasional Prosedur
Terapi Relaksasi Benson
Tahap Persiapan
1. Memberikan salam teraupetik
79
Tahap Kerja
7. memejamkan mata
80
Instruksikan kepada
pasien agar menarik
nafas dalam lewat
hidung, tahan 3 detik
lalu hembuskan
lewat mulut disertai
9.
dengan
mengucapkan
do’a atau kata yang sudah
dipilih
Instruksikan pasien
untuk membuang
pikiran negatif, dan
tetap fokus pada
10.
nafas dalam dan do’a atau
kata-kata yang diucapkan dan
lakukan selama kurang lebih
10 menit
Instruksikan pasien untuk
mengakhiri relaksasi dengan
11. tetap menutup mata selama 2
menit, lalu membukanya
dengan perlahan
Tahap Terminasi
12. Evaluasi perasaan pasien
81
Lampiran 6
Lembar Observasi
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Tekanan Tekanan
No Jenis darah darah
Nama Umur Selisih
Responden kelamin sistolik diastolic
pre op post op
82
Lampiran 7
Lembar Observasi
Terapi Relaksasi Benson
Tekanan Tekanan
Perasaan
No Jenis darah darah
Nama Umur atau
Responden kelamin sistolik diastolic
keluhan
pre op post op
83
84