Anda di halaman 1dari 12

PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS PADA EPIDERMIS

BAWANG MERAH
(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

Oleh

Rendika Ramadhandy
2114161040

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk dan proses. Produk biologi
terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan postulat yang terkait dengan
kehidupan makhluk hidup (Depdiknas, 2002). Biologi memiliki karakteristik yang
berbeda dari kajian ilmu pengetahuan alam lainnya seperti fisika dan kimia.
Biologi mempelajari tentang gejala-gejala alam pada makhluk hidup dan
lingkungan alam serta sosial. Konsep-konsep biologi yang bersifat abstrak
merupakan kompetensi yang sulit dicapai oleh peserta didik (Kemendikbud,
2014).

Peristiwa osmosis sebenarnya proses yang umum terjadi dalam kehidupan


seharihari dan di lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
bagi peserta didik. Contoh peristiwa osmosis dalam kehidupan sehari-hari dapat
ditemukan seperti pada tumbuhan dan hewan. Pada tumbuhan, peran utama
osmosis adalah dalam proses penyerapan air dari dalam tanah oleh akar.
Konsentrasi cairan yang berada di dalam jaringan akar lebih pekat (hipertonis)
dibandingkan larutan mineral di dalam tanah yang mengakibatkan air (pelarut)
berpindah dari dalam tanah ke jaringan akar (Sutresna, 2008).

Pada praktikum yang akan kami lakukan yaitu mengamati peristiwa plasmolisisi
dan deplasmolisis sel epidermis pada bawang merah. Apabila kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari akan mudah kita aplikasikan dan terapka jika kita
menemukan peristiwa tersebut karena kita telah mengalami atau mengamatinya
sendiri.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui dan memahami proses terjadinya plasmolis dan
deplasmolisis pada sel tanaman yang tercekam.

2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi plasmolisis dan


deplasmolisis sel.
II. METODOLOGI

1.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada Jumat,25 Maret 2022, di Bandar Lampung

1.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, bawang merah,
sukrosa, cutter, pinset, timbangan, gelas ukur, pipet tetes, mikroskop, batang
pengaduk, kaca preparat, label, dan pena.

1.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada pratikum ini sebagai berikut:


1. Siapkan larutan Sukrosa 2 M dengan cara menimbang 648 gram sukrosa
lalu dilarutkan dalam 1000 ml air atau 64,8 gram dalam 100ml air. Jika
menggunakan NaCl 1M maka timbang 58,4 gram lalu larutkan dalam
1000ml air atau 5,84 gram dalam 100ml air.
2. Siapkan Bawang merah besar lalu buang beberapa lapis bagian luar umbi.
3. Dengan pisau silet, buat sayatan yang sangat tipis sejajar dengan
epidermis.
4. Sayatan seluas 2 atau 3 mm2 sudah cukup besar. Letakkan sayatan ini
pada kaca preparat mikroskop, kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes air.
Tutup sayatan ini dengan kaca preparat dan amati dengan perbesaran
rendah.
5. Atur pengamatan pada beberapa sel berwarna dekat sisi sayatan; sel-sel ini
sering berdekatan dengan atau dikelilingi oleh sel tak berpigmen. Amati
beberapa sel berpigmen dan tak berpigmen dengan perbesaran tinggi.
Perhatikan keberadaan nucleus dan partikel-partikel subseluler lainnya
didalam sel.
6. Beri 2 atau 3 tetes sukrosa 2 M (atau NaCl 1 M) pada salah satu sisi
penutup preparat. Tempelkan sisi kertas tisu atau kertas hisap lainnya
sepanjang sisi lain dari penutup preparat sehingga kertas tersebut mulai
menyerap air. Kemudian tambahkan larutan sukrose tetes demi tetes
selama kertas hisap tersebut menyerapnya. Perhatikan bahwa volume
protoplas mengecil dan benang-benang sitoplasma tak berpigmen tetap
menempel pada dinding sel.
7. Kemudian tempelkan kertas hisap baru pada sisi penutup preparat dan beri
beberapa tetes air pada sisi lain yang berhadapan. Perhatikan terjadinya
proses deplasmolisis. Amatilah beberapa waktu yang diperlukan bagi
proses ini paling tidak pada satu sel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari kegiatan pratikum ini adalah:

No Gambar Keterangan
1 Kondisi sel
epidermis
bawang merah
sebelum
terplasmolisis
(normal)

2 Kondisi sel
epidermis
bawang merah
setelah
terplasmolisis

3 Kondisi sel
epidermis
bawang merah
terdeplamolisis
3.2 Pembahasan

Hasil yang didapat berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan dalam


percobaan plasmolisis dan deplasmolisis pada jaringan epidermis bawang merah
yaitu dengan melakukan pengamatan menggunakan mikroskop pada laboratorium
dan mengamati perubahan yang terjadi pada jaringan epidermis bawang merah
dengan menambahkan larutan sukrosa 2 M pada jaringan epidermis bawang
merah. Terjadinya peristiwa plasmolisis yaitu akibat lepasnya membran sel dari
dinding sel akibat isi Cell mengecil yang disebabkan oleh peristiwa osmosis
dikarenakan air di dalam sel berdifusi keluar sel, akibatnya konsentrasi air lebih
tinggi di dalam sel daripada di luar sel. Sel epidermis bawang merah mengalami
plasmolisis ketika ditetesi larutan sukrosa 2 M dengan konsentrasi yang tinggi
yang menyebabkan kondisi diluar sel bawang merah hipertonis dibandingkan di
dalam sel, kondisi diluar sel bawang merah yang hipertonis menyebabkan air di
dalam sel memiliki potensial lebih tinggi dibandingkan di luar sel. Hal ini
mengakibatkan air yang berada di dalam sel bawang merah keluar dan membran
di dalam sel menjadi mengkerut dan lepas dari dinding sel. Semakin tinggi
konsentrasi sukrosa yang diteteskan pada jaringan epidermis bawang merah, maka
proses terjadinya plasmolisis semakin cepat ( Samsuri dan Aziz, 2015).
Saat penetesan air pada jaringan sel epidermis bawang merah yang ter plasmolisis
maka akan terjadi peristiwa deplasmolisis dikarenakan penetesan air
mengakibatkan menurunnya konsentrasi glukosa sehingga kondisi di luar sel lebih
hipotonis daripada di dalam sel bawang merah, Hal ini menyebabkan kan air di
luar sel akan masuk ke dalam sel yang kemudian sel akan kembali dalam keadaan
semula atau deplasmolisis. Deplasmolisis dapat terjadi jika konsentrasi sukrosa
pada jaringan epidermis tidak terlalu tinggi. Deplasmolisis merupakan peristiwa
menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding sel. De
plasmolisis terjadi apabila sel tumbuhan diletakkan pada larutan hipotonik yang
kemudian sel tumbuhan tersebut akan menyerap air sehingga tekanan turgor
meningkat. Banyaknya air yang terserap dalam sel akan menyebabkan proses
terjadinya diafragma lisis sehingga membran plasma akan mengembang dan akan
melekat kembali pada dinding sel ( Samsuri dan Aziz, 2015).
Cara membuat larutan sukrosa dengan taraf konsentrasi 2M, yaitu pertama dengan
menimbang 648gr sukrosa dengan dilarutkan air sebanyak 1000ml. Bisa juga
dengan melarutkan 64,8gr sukrosa lalu dilarutkan dengan air sebanyak 100ml.
Menurut Achmad (2015), campuran zat-zat yang homogen disebut larutan yang
memiliki komposisi merata atau serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu
larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih dari satu pelarut. Zat terlarut
merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah
komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Jika dua zat yang berbeda
dimasukkan dalam suatu wadah ada tiga kemungkinan, yaitu bereaksi, bercampur,
dan tidak bercampur. Jika bereaksi akan menghasilkan zat baru yang sifatnya
berbeda dari zat semula. Dua zat dapat bercampur bila ada interaksi antara
partikelnya. Interaksi itu ditentukan oleh wujud dan sifat zatnya. Oleh sebab itu,
campuran dapat dibagi atas gas-gas, gaspadat, cair-cair, cair- padat, dan padat-
padat (Syukri, 2014).
Plasmolisis merupakan perisiwa atau respon yang dapat terjadi akibat adanya
proses osmosis yang terjadi. Plasmolisis merukan respon dari sel-sel tumbuhan
yang terpapar oleh adanya larutan hypertonis. Hilangnya turgor menyebabkan
lepasnya protoplasma yang melekat di dinding sel. Proses plasmolitik didorong
oleh adanya vakuola dan peritiwa ini bersifat reversible (dapat kembali ke
keadaan normal/deplasmolisis) dan bersifat khas bagi sel tanaman hidup.
Deplasmolisis adalah menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari
dinding sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan
hipotonik, sel tumbuhan akan menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat.
Banyaknya air yang masuk ke dalam sel akan menyebabkan terjadinya
deplasmolisis. (Lang dkk., 2014).
Sumber error atau kesalahan yang terjadi pada praktikum ini, yaitu pada saat
memotong bawang merah kurang tipis, sehingga menyebabkan jaringan yang
akan diamati tidak dapat terlihat di mikroskop. Untuk mengatasinya yaitu dengan
memotong lebih tipis. Selain itu, kesalahan dalam penggunaan mikroskop juga
menjadi sumber error dalam praktikum ini. Tidak tepatnya dalam penggunaan
perbesaran, menyebabkan jaringan bawang merah yang diamati tidak terlihat.
Untuk mengatasi adalah menggunakan perbesaran dengan benar sesuai prosedur
praktikum.
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Larutan yang hipertonis menyebabkan peristiwa plasmolissisdan jika


diencerkan akan kembali ( hipotesis )

2. Plasmolisis dan deplasmolisis terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi


zat yang mengakibatkan adanya hipertonis dan hipotosis
V. DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2015. Kimia Larutan. Citra Aditya Bakri. Bandung.

Kemendikbud. 2014. Permendikbud no 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013


Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta:

Kemendikbud RI. Lang dkk.. 2014. Plasmolysis: Loss of Turgor and Beyond.
Plant (3): 583-593.

Syukri. 2014. Kimia Dasar 2. ITB. Bandung.

Samsuri, T, & Aziz, A. 2015. BUKU AJAR BIOLOGI BERBASIS INQUIRI.


Mataram : Duta Ilmu Pustaka

Sutresna, N. 2008. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai