Anda di halaman 1dari 9

DATEYE CREAM : KRIM ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK BIJI

KURMA UNTUK MENCEGAH PERBURUKAN PENGLIHATAN PADA


MAHASISWA SELAMA KULIAH DARING

Saat ini, mahasiswa dihadapkan dengan virus COVID-19. Penyakit yang


tergolong pandemi ini menyebabkan kuliah dilakukan secara daring dari rumah.
Selama kuliah daring, tugas yang diberikan lebih banyak dan lebih sering
dikumpulkan pada suatu website pembelajaran sehingga setiap hari mahasiswa
banyak memanfaatkan waktu luang dalam mengerjakan tugas. Kegiatan tersebut
berakibat pada intensitas layar yang semakin meningkat untuk diserap oleh mata.
Apabila peristiwa tersebut terus dibiarkan, kesehatan mata mahasiswa terus
mengalami penurunan. Tidak menjadi suatu keheranan jika banyak mahasiswa
yang cepat lelah kemudian tertidur saat menyimak penjelasan dosen. Di sisi lain,
pengaturan posisi mata tidak cukup untuk mengatasi kelelahan pada mata karena
waktu perkuliahan yang lebih panjang bergantung jumlah SKS (Satuan Kredit
Semester) dan tidak ada penjedaan waktu dari dosen. Oleh karena itu, pencegahan
kelelahan mata tersebut harus dilakukan agar materi perkuliahan dapat diterima
oleh mahasiswa tersebut melalui terapi pencegahan atau profilaksis. Biji buah
kurma memiliki kandungan utama fenolik yang berguna sebagai antioksidan.
Kandungan tersebut cocok untuk diformulasikan dalam sediaan krim yang
dinamakan sebagai “DATEYE”. Sebagai mahasiswa Farmasi, penulis memiliki
ide pembuatan sediaan krim “DATEYE” agar kandungan fenolik dari biji buah
kurma dapat dihantarkan lebih cepat pada jaringan okuler. Praktik yang dilakukan
penulis selama di kampus tentunya tidak hanya terbatas pada bahan sintetis, tetapi
juga bahan alam sehingga melibatkan multidisiplin ilmu, yaitu fitokimia,
teknologi farmasi, dan farmakologi sebagai ilmu yang mengalami banyak
kemajuan baik dalam metode ekstraksi sampai isolasi, pembuatan sediaan yang
bergeser dari sediaan farmasetika menjadi sediaan nutrasetika, hingga penemuan
substansi kerja dalam tubuh yang semakin berkembang. Terdapat beberapa alasan
pembuatan produk farmasi dari bahan alam seperti krim dari zat aktif fenolik yang
diekstraksi dari biji kurma perlu diwujudkan dalam merespon kemajuan praktik
mahasiswa Farmasi, seperti prosedur perolehan kandungan fenolik yang cepat dan
dapat meminimalisir pengaruh lingkungan, kadar kandungan fenolik biji kurma
yang tinggi untuk formulasi krim, ketersediaan biji kurma yang dapat
dimanfaatkan dalam bentuk sediaan krim, dan penghantaran antioksidan dari krim
yang cepat mencegah perburukan pada penglihatan.

Alasan pertama yang mendasari perlunya pembuatan krim “DATEYE”


adalah prosedur perolehan kandungan fenolik yang cepat dan dapat meminimalisir
pengaruh lingkungan. Pelarut organik yang digunakan dapat diuapkan kembali
sehingga tidak menjadi limbah yang mengakibatkan pencemaran. Selain itu, alat
yang digunakan untuk ekstraksi hanya membutuhkan waktu yang singkat dengan
suhu yang stabil. Prosedur pertama adalah biji kurma dikumpulkan sebanyak 10
kg. Kemudian, biji kurma dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan
daging buah kurma yang masih menempel. Setelah itu, biji kurma dikeringkan
pada oven di atas 50oC. Jika biji kurma sudah kering, biji kurma dapat digiling
dan diayak hingga halus pada 40 mesh untuk membentuk bubuk biji kurma
berwarna cokelat. Penyimpanan dilakukan pada kantong plastik polietilen sebagai
stok yang digunakan dalam jumlah unit produk yang lebih banyak (Warnasih et
al., 2020). Biji kurma yang disimpan harus berada pada tempat gelap dengan suhu
kamar. Selanjutnya, ekstraksi dilakukan setiap 1 kg sampel dengan 250 ml pelarut
aseton 70 % yang terbukti paling larut berdasarkan penelitian oleh El-Mergawi et
al. (2016). Inkubator pengocokan yang terkalibrasi digunakan selama proses
ekstraksi sehingga sampel dan pelarut (suspensi) dalam labu kerucut membentuk
endapan yang dapat dipisahkan oleh sentrifugasi dengan kecepatan pemutaran
3000 rpm/10 menit dan filtrasi dengan kertas filter Whatman No. 4. Masing-
masing metode pemisahan tersebut dilakukan secara berurutan selama dua siklus
untuk meningkatkan rendemen (Afifi et al., 2017). Apabila endapan tersebut
sudah terpisah sebagai serat kasar kurma, filtrat dipekatkan dengan vacuum
evaporator dengan suhu 40oC untuk menguapkan pelarut hingga terbentuk ekstrak
kental yang dapat disimpan pada botol kaca gelap dalam freezer diatur pada suhu
-20oC (Afifi et al., 2017; Warnasih et al., 2020).

Alasan kedua adalah kadar kandungan fenolik biji kurma yang tinggi
untuk formulasi krim. Cara mengetahui kandungan fenolik biji kurma cukup
praktis karena melibatkan sedikit reaksi warna untuk menghasilkan parameter
kualitatif. Ekstrak kental biji kurma direaksikan oleh 2,5 ml Na2CO3 7 % untuk
mengubah ion pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat yang dapat
meningkatkan pH selama dihomogenisasi dengan vorteks. Hal ini bertujuan dalam
mempercepat proses oksidasi ion fenolat oleh 0,25 ml pereaksi Folin-Ciocalteu
yang kemudian dihomogenisasi dengan vorteks. Prinsip pereaksi tersebut adalah
terjadinya oksidasi ion fenolat menjadi keton dan terjadinya reduksi kompleks
fosfomolibdat-fosfotungstat pada pereaksi menjadi kompleks molybdenum blue.
Dua tahap reaksi tersebut membutuhkan total waktu sekitar 1 jam 6 menit. Jika
ekstrak kental sudah menunjukkan warna biru, absorbansi dapat diukur pada
panjang gelombang 765 nm menggunakan spektrofotometer visible dengan
analisis secara triplo (Afifi et al., 2017; El-Mergawi et al., 2016). Sebagai standar,
asam galat juga digunakan untuk membuat kurva kalibrasi karena memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat. Asam galat dibuat dalam bentuk ekstrak dengan
konsentrasi yang berbeda-beda lalu direaksikan dengan reagen yang sama dengan
ekstrak biji kental biji kurma. Terakhir, perhitungan total fenolik dari kurva
kalibrasi berada pada rentang 10-100 mg/ml yang kemudian dikonversi dalam mg
ekuivalen asam galat per 100 gram sampel pada ekstrak kental. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh El-Mergawi et al. (2016), kadar fenolik yang
didapat dari ekstrak aseton 70 % biji kurma melebihi ekstrak metanol 80 % dan
ekstrak air, yaitu berkisar 45 – 100 mg ekuivalen asam galat per 100 gram sampel
pada ekstrak kental.

Alasan selanjutnya adalah ketersediaan biji kurma yang sangat banyak


selama bulan Ramadhan untuk dimanfaatkan dalam pembuatan krim. Penanaman
kurma di Indonesia belum sebanyak Saudi Arabia yang berkontribusi sekitar 14 %
- 15 % karena cenderung tersebar di berbagai tempat. Namun, Indonesia telah
memiliki tempat budidaya terbesar seperti di Lembah Barbate, Blang Bintang,
Aceh dengan luas lahan mencapai 17 hektar (Cleanomic, 2019). Kurma sangat
identik dengan bulan Ramadhan karena menjadi makanan Rasulullah SAW di
masa lampau. Namun, biji kurma seringkali hanya menjadi hasil samping yang
menjadi sampah. Walaupun biji kurma memiliki berat 10 % - 15 % dari berat buah
kurma, pemanfaatannya dapat dimaksimalkan dalam berbagai segi, seperti media
tanam dari segi perkebunan, pembuatan kopi dari segi pangan, dan
pembuatan krim dari segi farmasi (Tafti et al., 2016). Apabila biji kurma dibuat
menjadi kopi tidak baik bagi mahasiswa karena dikonsumsi secara oral sehingga
kafein yang terkandung dapat berefek pada insomnia. Oleh karena itu, pembuatan
krim dari biji kurma memiliki efek terapetik yang lebih spesifik dibandingkan
kopi. Bahan-bahan formulasi dalam pembuatan krim tidak memiliki efek
terapetik. Berdasarkan penelitian El-Mergawi et al. (2016), rentang kadar fenolik
yang diperoleh pada ekstrak biji kurma lebih tinggi dibandingkan daging buah
kurma sehingga dapat diformulasikan sebagai fase air atau fase minyak bersama
dengan bahan formulasi krim lainnya seperti lesitin, margarin, minyak zaitun, dan
minyak biji kurma. Pada pembuatan krim, fase minyak berupa margarin, minyak
zaitun, dan minyak biji kurma dileburkan pada tangas air kemudian ditambahkan
fase air dari ekstrak biji kurma beserta lesitin sebagai pengemulsi. Setelah itu,
pengadukan dilakukan agar fase minyak dan fase airnya tercampur. Konsentrasi
fenolik dari biji kurma sebanyak 25 % dapat membentuk krim yang lebih stabil.
Krim yang diharapkan adalah tidak berwarna selain putih, bau dan tekstur yang
khas, ketersebaran pada mata secara penuh, dan sedikit atau tidak menimbulkan
residu yang berbahaya (Brinda et al., 2015). Efek antioksidan yang terdapat pada
ekstrak biji kurma dapat mengurangi bahan antioksidan sintetis sehingga hanya
pengawet yang ditambahkan dengan pertimbangan pemilihan berdasarkan
perbandingan jumlah fase minyak dan fase air. Produk krim yang dihasilkan dapat
diperoleh dalam skala besar karena hanya membutuhkan 0,1 gram ekstrak kental
yang dipreparasi dalam 100 ml air suling (Lecher et al., 2015).

Alasan terakhir adalah krim menghantarkan antioksidan yang dapat


mencegah perburukan pada area mata. Layar yang dipancarkan oleh gadget atau
perangkat belajar daring lainnya merupakan gelombang elektromagnetik yang
terdiri atas gelombang elektrik dan magnetik yang saling tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang (Kumar et al., 2019). Selain berasal dari hasil samping
metabolisme seluler oleh mitokondria, paparan layar merupakan sumber
prooksidan yang menyebabkan reduksi parsial oksigen diatomik dalam sel sekitar
mata. Reduksi ini dilakukan dengan menambahkan satu elektron pada O2 tersebut
menjadi bentuk radikal berupa molekul O2- (radikal anion superoksida) atau
disebut sebagai ROS (Reactive Oxygen Species). Radikal anion superoksida dapat
bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh majemuk menghasilkan radikal peroksil
yang memperparah beban ROS dari oksidasi internal oleh enzim xantin oksidase,
histamin oksidase, dan monoamin oksidase. Enzim dismutase superoksida yang
bekerja sebagai antioksidan internal mayor tidak cukup untuk melakukan
dismutasi molekul tersebut membentuk H2O2 (Hidrogen peroksida) yang kurang
reaktif (Chen et al., 2009). Keberadaan hidrogen peroksida yang sedikit tetap
meningkatkan sistem prooksidan yang menyebabkan gangguan keseimbangan di
air mata, kelenjar Meibomian, dan mitokondria sehingga mata menjadi kering.
Walaupun intensitas layar yang dipaparkan oleh gadget dan perangkat belajar
daring lebih sedikit, mahasiswa yang terpapar layar tersebut dalam waktu lama
dan jarak yang dekat, mata dapat mengalami kelelahan akibat kerusakan oksidatif
pada lipid, protein, karbohidrat, dan asam nukleat yang ditandai oleh inflamasi
jaringan. Kerusakan oksidatif yang terjadi dapat berakhir pada banyaknya jaringan
okuler yang mengalami kematian karena stres oksidatif yang terjadi secara
berkelanjutan (Dogru et al., 2018; Kumar et al., 2019). Jumlah sel pada jaringan
okuler yang mata berbanding lurus dengan patogenesis katarak, uveitis, retinopati
prematur, keratitis, dan peradangan pada mata. Penyakit tersebut mengakibatkan
komplikasi terhadap sakit kepala akibat dari efluks kalsium dari jaringan otak
melalui persinyalan sel saraf pada mata (Kumar et al., 2019). Oleh karena itu,
sediaan krim dapat menghantarkan secara lokal dengan sedikit mengalami fase
farmakokinetik dengan memperkuat antioksidan endogen seperti enzim
superoksida dismutase dalam mengonversi radikal anion superoksida. Apabila
radikal tersebut sudah dikonversi, reaksi berantai lainnya pada jaringan okuler
menjadi berkurang. Selain itu, antioksidan yang dihasilkan dari krim biji kurma
dapat membersihkan radikal bebas lainnya yang berasal dari peroksidasi lipid
sehingga dapat mengurangi MDA (Malondialdehid) untuk mencegah kematian sel
secara luas (Al-Meqbaali et al., 2017).

Berdasarkan empat alasan tersebut, biji kurma perlu dimanfaatkan lebih


luas sebagai antioksidan yang memberikan pertahanan primer pada jaringan
okuler dari stres oksidatif yang disebabkan oleh layar gadget dengan mempercepat
penghantaran secara lokal oleh krim. Pemanfaatan biji kurma ini dapat menjadi
inisiasi dalam mengangkat potensi bahan alam yang belum banyak diteliti dan
dimanfaatkan. Terlebih lagi, kemajuan kurikulum pendidikan farmasi yang
cenderung pada penerapan multidisiplin memiliki dasar pengetahuan mengenai
jenis-jenis sediaan sehingga meningkatkan kesadaran mahasiswa Farmasi
terhadap efek bahan formulasi yang menghantarkan zat aktif, terutama reaksi
alergi. Hal ini mempengaruhi preferensi mereka dalam memilih produk krim yang
cocok. Selain itu, asal perolehan zat aktif juga menjadi perhatian karena
memberikan efek terapi secara langsung sehingga mempengaruhi kesadaran
mahasiswa terhadap kesehatan mereka secara spesifik. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai efek pengobatan diperlukan dalam mengetahui tindakan
preventif dan kuratif. Pada esai ini, penulis menyarankan pada produksi krim
antioksidan dari biji kurma “DATEYE” pada target utama mahasiwa yang
menjalani kuliah daring sehingga mencegah terjadinya perburukan penglihatan.
DAFTAR REFERENSI

Afifi, H. S., Hashim, I. B., Altubji, S. I. (2017). Optimizing extraction conditions


of crude fiber, phenolic compounds, flavonoids and antioxidant activity of
date seed powder. Journal Food Science Technology. 54(13) : 4149-4161

Al-Meqbaali, F., et al. (2017). The antioxidant activity of date seed: preliminary
results of a preclinical in vivo study. Emirates Journal of Food and
Agriculture. 29 (11) : 822-832

Chen, Y., Mehta, G., Vasiliou, V. (2009). Antioxidant Defenses in the Ocular
Surface. Ocular Surface. 7 (4) : 176-185

Brinda, S., Tanuja, N. (2015). Formulation, characterization and evaluation of


herbal under-eye cream. World Journal of Pharmaceutical Sciences. 3 (3)
: 542-552

Cleanomic. (2019). Manfaatkan Sampah Biji Kurmamu. Dilihat 25 April 2021,


dari https://www.cleanomic.co.id/post/manfaatkan-sampah-biji-kurmamu

Dogru, M., Kojima, T., Simsel, C., Tsubota, K. (2018). Potential Role of
Oxidative Stress in Ocular Surface Inflammation and Dry Eye Disease.
Investigative Ophthalmology & Visual
Science. https://doi.org/10.1167/iovs.17-23402

El-Mergawi, R., Al-Humaid, A., El-Rayes, D. (2016). Phenolic profiles and


antioxidant activity in seeds of ten date cultivars from Saudi Arabia.
Journal of Food, Agriculture & Environment. 14 (2) : 38-43

Kumar, V., Kotnala, D., Kalra, J. S., Pant, B. (2019). Effects of Computer/Laptop
Screen Radiation on Human Beings. International Journal of Innovative
Technology and Exploring Engineering (IJITEE). DOI:
10.35940/ijitee.L1015.10812S319
Lecher, F., Benamara, S. (2015). Feasibility study of a cosmetic cream added with
aqueous extract and oil from date (Phoenix dactylifera L.) fruit seed using
experimental design. Journal of Cosmetic Science. 66 : 1 - 12

Tafti, G., Dahdivan, S., Ardakani, Y. (2016). Physicochemical properties and


applications of date seed and its oil. International Food Research Journal.
24 (4) : 1399-1406

Warnasih, S., Salam, S., Hasanah, U., Ambarsari, L., Sugita, P. (2020). Total
phenolic, flavonoid content and metabolite profiling of methanol extract of
date (Phoenix dactylifera) seeds by LCQTOF-MS. AIP Conference
Proceedings. https://doi.org/10.1063/5.0001436
Profil Penulis :
Perkenalkan, saya Muhammad Fahrul Rizal yang biasa dipanggil Ical. Saat ini,
saya sedang berkuliah Semester 7 di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Saya
terlahir di Jakarta pada 9 Maret 2000. Tetapi, saya tinggal di Perumahan Griya Soka 5
Blok V2 No. 11, Desa Sukaraja yang berada di Kabupaten Bogor.

Anda mungkin juga menyukai