Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

VOKASIONAL
PERBANDINGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA DAN DI
FINLANDIA

Disusun Oleh
Kelompok 6:
idyawati (125514021)
Achmad Ali Asfahani(125514023)
Alfian Dwi Ernanto (125514030)
Chita Riska Handini (125514204)
Angga Kurniawan (125514216)
Febrian Laksono (125514221)
Alfian Dwi E (125514030)
Randy Ade A
(114219)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014

0
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Negara yang sedang berkembang maupun negara maju memiliki sistem
pendidikan yang berbeda – beda dengan memberikan penekanan pada objek tertentu
di dalam pendidikan. Pada objek tersebut terkandung tujuan yang akan dicapai baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Sehingga hal itu dapat memberikan arah bagi
negara tersebut untuk menciptakan manusia dan bentuk negara yang mereka inginkan
berdasarkan sistem pendidikan. Pendidikan di Indonesia saat ini nampaknya perlu
banyak belajar dari negara lain di dunia, sehingga dengan melihat dan
membandingkan negara Indonesia dengan negara – negara lain di dunia dapat
memperbaiki sistem pendidikan kita yang masih sangat jauh dari kata baik secara
umum pada saat ini. Salah satu negara yang perlu kita pertimbangkan untuk menjadi
studi perbandingan demi kemajuan pendidikan Indonesia adalah negara yang
memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia yaitu negara Finlandia. Sehingga dengan
melihat lebih jauh sistem pendidikan di Finlandia diharapkan pada akhirnya penulis
maupun pembaca akan mengetahui hal – hal apa yang perlu dipertimbangkan ketika
akan menentukan sebuah sistem pendidikan, khususnya pada pendidikan kejuruannya.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia?
2. Bagaimana sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia?
3. Bagaimana perbandingan sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia?

I.3. Tujuan
1. Mengetahui sejarah pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.
2. Mengetahui sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.
3. Mengetahui perbandingan sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Sejarah Pendidikan Kejuruan di Indonesia dan Finlandia

II.1.1. Sejarah Pendidikan Kejuruan di Indonesia

Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia diawali dengan


didirikannya Ambacht School van Soerabaja tahun 1853 oleh pihak swasta. Sekolah
ini terutama ditujukan untuk laki-laki keturunan Eropa khususnya Belanda, dari
golongan miskin yang tinggal di Hindia Belanda ketika itu.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga
pendidikan di Jakarta dengan nama Ambacht Leergang. Kemudian pada tahun 1901
dilanjutkan dengan pembukakan lembaga pendidikan bernama Koningin Welhelmina
School (KWS) yang para siswanya terdiri atas tamatan Europeese School yang
diperuntukan khusus untuk orang-orang Eropa.
Pendidikan teknik dan kejuruan tingkat pertama di Indonesia menjelang akhir
masa penjajahan Belanda hingga masa pendudukan Jepang (1942-1945) terdiri atas:
Ambacht Leergang, yang mempersiapkan pekerja-pekerja tukang, Ambacht School,
yang memberikan latihan yang lebih tinggi, dan Technische School, yang memberikan
latihan yang lebih tinggi dan bersifat teoritis.
Ketiga jenis lembaga pendidikan teknik dan kejuruan ini tetap bertahan
sesudah Indonesia merdeka dengan mengalami perubahan-perubahan nama dan
beberapa perubahan kurikulum. Perkembangan jumlah sekolah berjalan pesat sesuai
dengan meningkatnya minat para pemuda untuk menuntut pengetahuan teknik dan
kejuruan.

Pasca Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, Ambacht Leergang dikenal dengan Sekolah
Pertukangan (SPT), Ambacht School menjadi Sekolah Pertukangan Lanjutan (SPL),
dan Technische School sebagai Sekolah Teknik (ST), sedangkan THS menjadi Institut
Teknologi Bandung(ITB).

2
Lama pendidikan SPT adalah 2 tahun setelah SD 6 tahun. SPL adalah 1 tahun
setelah SPT , SPT adalah 4 tahun yang kemudian menjadi 3 tahun setelah SD.
Lembaga pendidikan teknik dan kejuruan berkembang menjadi lembaga pendidikan
kejuruan yag mempunyai peran sentral dalam penyediaan tenaga tukang yang
terampil dan teknisi tingkat pertama.
Jurusan-jurusan yang dibuka pada lembaga pendidikan teknik tersebut
didasarkan atas penggolongan jabatan (job description) dan analisis pekerjaan (job
analysis) beserta persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi
Buruh Internasional (ILO).
Dengan melihat sejarah tersebut, berarti sekolah teknik dan kejuruan baru
dibuka 317 tahun setelah pertama yang didirikan oleh Portugis dan 246 tahun setelah
sekolah pertama didirikan oleh VOC/ Belanda.
Dengan demikian, hingga saat ini sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia
1,5 abad. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda, pada tahun 1940 terdapat
sekitar 88 sekolah kejuruan di Indoneasia dengan 13.230 siswa, umumnya dalam
bidang pertukangan, teknik, dan pertanian.

Siap Kerja
Sejak kemerdekaan hingga sekarang, pendidikan teknik dan kejuruan
berkembang pesat. Pemerintah sendiri saat ini sedang menggalakkan peran SMK yang
lebih diminati masyarakat karena berorientasi pada pekerjaan.
Kebijakan pemerintah antara lain dengan menargetkan penambahan jumlah
SMK sehingga perbandingan SMA dengan SMK nantinya menjadi 40 : 60. Saat ini
saja terdapat 4.200 SMK dengan siswa 2,1 juta orang atau 35% dari total populasi
siswa SLTA.
Kebijakan ini dilandasi dengan semakin meningkatnya angka pengangguran
serta semakin terbukanya sektor-sektor formal dan informal yang membutuhkan
tenaga kerja menengah yang berkualitas.
Karena berhadapan langsung dengan dunia kerja, sepanjang sejarahnya
sekolah ini sangat dinamis, terbukti dari kurikulum yang sering diperbaharui dan
banyaknya inovasi yang diluncurkan untuk membuat sekolah ini lebih relevan dengan
kebutuhan dunia kerja.

3
II.1.2 Sejarah Pendidikan Kejuruan di Finlandia

Sekolah Finlandia tidak selalu menakjubkan, pada awal 1960-an, sebagian


besar anak meninggalkan sekolah negeri setelah delapan tahun. Hanya yang memiliki
keistimewaan atau beruntung dapat meneruskan pendidikan berkualitas. Pada 1968,
parlemen Finlandia memutuskan bahwa pendidikan adalah kesempatan terbaik untuk
kemajuan ekonomi.

Sehingga mereka beranggapan ”Bila kami ingin bersikap kompetitif, kami


perlu mendidik semua orang”. Idenya adalah setiap anak akan mendapatkan sekolah
negeri yang baik. “Sekolah diatur dalam satu sistem sekolah komprehensif untuk anak
usia 7 – 16 tahun. Guru dari seluruh penjuru negeri berkontribusi pada kurikulum
nasional. Sumber daya didistribusikan secara merata. Seiring meningkatnya kualitas
sekolah komprehensif, sekolah menengahpun mengikuti. Hampir 100% siswa kelas 9
pada sekolah melanjutkan ke sekolah menengah, bahkan siswa yang bermasalah
beratpun akan mendapatkan tempat dalam sistem sekolah kejuruan Finlandia, yang
diikuti 41% siswa Finlandia, yang mempersiapkan diri bekerja di restoran, rumah
sakit, lokasi pembangunan, dan kantor.

II.2. Kurikulum Pendidikan

II.2.1. Kurikulum Pendidikan Dasar Indonesia

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di


masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata


pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.

4
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau


satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas
pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan
khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman
pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik


dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi


sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral
berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2) Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta


didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.

5
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi


dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi
kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan


(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional.

5) Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian


keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6) Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan


pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah


untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

6
Acuan Operasional Penyusunan KTSP

1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia


2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
dan kemampuan peserta didik

3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

5) Tuntutan dunia kerja

6) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

7) Agama

8) Dinamika perkembangan global

9) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

10) Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

11) Kesetaraan gender

12) Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum Pendidikan Dasar

Berdasarkan pada UU Sisdiknas No.20/2003 bab X pasal 37 ayat 1, kurikulum


pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:

1) Pendidikan agama
2) Pendidikan kewarganegaraan

3) Bahasa

4) Matematika

5) Ilmu pengetahuan alam

6) Pengetahuan sosial

7) Seni dan budaya


7
8) Pendidikan jasmani dan olah raga

9) Keterampilan/kejuruan, dan

10) Muatan local

II.2.2. Kurikulum Pendidikan Dasar Finlandia

Berbeda dengan sistem pendidikan dasar di Indonesia, pendidikan dasar di


Finlandia diselenggarakan selama 9 tahun. Hal ini terkait erat dengan revolusi sistem
pendidikan Finlandia yang dilakukan sejak tahun 1968 ketika dilakukan penghapusan
sistem pendidikan berjenjang (parallel school system). Sistem pendidikan Finlandia
tidak lagi mengenal sistem pendidikan menengah pertama, atau setara dengan
pendidikan di tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) di Indonesia. Sejak tahun
1968, Finlandia mengadopsi sistem pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun.

Sesuai dengan Undang-Undang Pendidikan Dasar No.628 Tahun 1998,


seluruh anak yang tinggal menetap di Finlandia, dan telah memasuki usia 7 tahun,
wajib mengenyam pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berakhir ketika seluruh silabus
pendidikan dasar 9 tahun telah diselesaikan, atau 10 tahun sejak dimulainya wajib
belajar. Orang tua atau wali murid dalam usia wajib belajar wajib menyekolahkan
anaknya untuk mengikuti program wajib belajar. Pemerintah daerah memiliki
kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk
seluruh anak yang tinggal di kekuasaan wilayah administratifnya.

Usia merupakan satu-satunya persyaratan untuk masuk mengikuti pendidikan


dasar. Seorang anak dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dasar
satu tahun lebih awal dari usia yang telah ditetapkan, apabila ada bukti tertulis yang
menyatakan bahwa sang anak telah siap mental dan psikis, serta kemampuan untuk
mengikuti pelajaran pendidikan dasar di sekolah. Persyaratan yang sama juga
diterapkan terhadap anak yang hendak mengikuti pendidikan dasar ketika usianya
lebih tua satu tahun dari usia yang ditetapkan.

8
Di Finlandia, tidak ada kewajiban untuk mengenyam pendidikan di institusi
formal pendidikan di sekolah. Wajib belajar 9 tahun dapat ditempuh dengan cara
belajar di luar institusi pendidikan formal sekolah, misalnya belajar di rumah secara
mandiri. Bila demikian halnya, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk
mengawasi perkembangan belajar anak. Orang tua dan wali murid dari anak yang
dikenakan wajib belajar wajib memberikan jaminan bahwa anaknya akan
menyelesaikan program wajib belajar. Jumlah anak yang mengenyam pendidikan
dasar di luar sekolah sangat minim.

Pendidikan wajib dasar diawasi oleh pemerintah daerah dengan cara mendata
seluruh nama anak dalam usia wajib belajar. Orang tua dan wali murid akan selalu
diingatkan untuk memasukkan anaknya ke sekolah ketika usianya telah memenuhi
syarat. Kepala Sekolah mendata seluruh pendaftaran sekolah. Ketika terdapat anak
dalam usia wajib belajar tidak terdaftar, orang tua atauwali murid akan diberitahukan.
Jika anak masih juga belum dimasukkan sekolah maka orang tua sang anak akan
dikenakan denda administratif untuk kelalaiannya menyekolahkan anak.

Bagi mereka yang tidak lagi masuk dalam usia wajib belajar, namun belum
pernah, atau tidak menyelesaikan pendidikan wajib dasar, dapat menerima pendidikan
dasar dari pusat pendidikan orang dewasa, baik yang dimiliki oleh Pemerintah
maupun Swasta.

Pendidikan, pengajaran, buku ajar, transportasi sekolah dan makanan siswa di


tingkat wajib belajar 9 tahun di sekolah umum/pemerintah disediakan secara gratis.

Satu tahun ajaran pendidikan dasar terdiri dari 190 hari sekolah, di mulai pada
pertengahan bulan Agustus, dan berakhir pada awal bulan Juni tahun berikutnya.
Dalam satu tahun ajaran, terdapat libur musim panas selama 2 bulan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (Government Degree) No.1435 Tahun


2001 tentang Tujuan Umum Nasional dan Penetapan Waktu Belajar dalam Pendidikan
Dasar, siswa yang duduk di kelas 1 dan 2 akan menerima pelajaran maksimum 19 jam
pelajaran per minggu dengan maksimum 5 mata pelajaran per hari. Di lain pihak,
siswa kelas 3 hingga kelas 9 akan menerima pelajaran maksimum 30 jam per minggu
dengan maksimum 7 mata pelajaran per hari. Pelajaran diberikan dalam bahasa resmi

9
yang diakui di Finlandia, yakni Suomeksi (bahasa Finlandia bagi anak yang berbahasa
ibu Finlandia) dan Swedish (bahasa Swedia bagi anak yang berbahasa ibu Swedia). Di
beberapa sekolah, khususnya di kawasan utara Finlandia, pelajaran juga diberikan
dalam bahasa Sami (bahasa kaum Sami yang menempati wilayah utara Finlandia).
Bahasa Roman, bagi siswa imigran Roma (finnish gypsies), dan bahasa tanda (sign
language) juga diberikan bagi siswa yang membutuhkan perlakuan bahasa khusus.

Penyelenggaraan pendidikan dasar Finlandia diatur oleh Kurikulum Inti


Nasional untuk Pendidikan Dasar (National Core Curriculum for Basic
Education 2004), yang diterbitkan oleh Badan Pendidikan Nasional Finlandia.
Kurikulum inti pendidikan dasar menetapkan bahwa siswa jenjang pendidikan dasar
wajib memenuhi dan menuntaskan seluruh silabus pelajaran. Silabus pendidikan dasar
Finlandia terdiri dari 20 mata pelajaran, yang diberikan pada tingkatan kelas tertentu,
yaitu:

1) Bahasa Ibu dan Sastra (Mother Tongue and Literature): Dari kelas 1 – 9
2) Bahasa Asing 1: Basanya Bahasa Inggris, diberikan dari Kelas 1 – 9

3) Bahasa Asing 2: Biasanya bahasa Latin, diberikan dari kelas 1-9

4) Matematika (Mathematics): Dari kelas 1 – 9

5) Pendidikan Lingkungan Alam (Environmental Studies): Dari kelas 1 – 4

6) Biologi (Biology): Dari kelas 5 – 9

7) Geografi (geography): Dari kelas 7 – 9

8) Fisika (Physiscs): Dari kelas 5 – 9

9) Kimia (Chemistry): Dari kelas 7 – 9

10) Pendidikan Kesehatan (Health Education): Kelas 7 – 9

11) Pelajaran Agama (Religion): Terdapat 2 pelajaran agama, yakni, Lutheran atau
Orthodoks, dari kelas 1 – 9

10
12) Etika (Ethics): Kelas 1 – 9

13) Pelajaran Sejarah (History): Kelas 5 – 9

14) Pelajaran Sosial (Social Studies): Kelas 7 – 9

15) Musik (Music): Kelas 1 – 9

16) Seni Visual (Visual Arts): Kelas 1 – 9

17) Kerajinan Tangan (Crafts): Kelas 1 – 9

18) Pendidikan Olah Raga (Physical Education): Kelas 1 – 9

19) Kerumahtanggaan (Home Economics): Kelas 7 – 9

20) Bimbingan Belajar dan Keterampilan (Educational and Vocational Guidance):


Kelas 1-9

Setelah anak menyelesaikan seluruh silabus pendidikan dasar, maka anak


tersebut akan menerima sebuah sertifikat yang menyatakan bahwa anak tersebut telah
menyelesaikan pendidikan wajib dasar 9 tahun dan berhak untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan menegah atas (general upper secondary school) atau pendidikan
kejuruan (vocational education and training). Dalam jenjang pendidikan dasar 9
tahun, tidak terdapat ujian nasional untuk kenaikan tingkat kelas, maupun ujian
nasional untuk kelulusan pendidikan wajib dasar 9 tahun. Anak hanya akan
memperoleh penilaian yang diberikan oleh guru di tiap akhir tahun ajaran dan di akhir
jenjang pendidikan dasar.

Bantuan pendidikan khusus diberikan kepada siswa yang membutuhkan


berbagai macam bentuk bantuan khusus yang ditentukan pada saat siswa tersebut
menjalankan pendidikan dasar. Bantuan tersebut di berikan kepada siswa yang
mengalami hambatan mental (masalah keluarga, masalah pergaulan, dll) dan fisik
(cacat atau sakit) yang menghalangi siswa untuk menjalankan pendidikan dasar.
Tujuan pemberian bantuan untuk siswa yang membutuhkan perlakukan pendidikan
khusus adalah untuk mendukung siswa mengikuti seluruh silabus pendidikan dasar.
Bantuan khusus diberikan dalam bentuk bimbingan belajar, medis, atau bantuan untuk
11
memasukkan siswa yang memiliki keterbelakangan mental atau fisik ke sekolah
khusus.

Sistem pendidikan dasar Finlandia juga memberikan perhatian khusus kepada


para siswa asing yang berimigrasi dan menetap di Finlandia. Secara kesuluruhan,
siswa imigran yang menjalani pendidikan dasar di Finlandia sebesar 3%. Siswa
imigran tersebut akan memperoleh hak dan kewajiban yang sama dengan siswa
Finlandia. Siswa imigran juga dikenakan wajib belajar pendidikan dasar dan wajib
memenuhi kurikulum pendidikan dasar Finlandia. Namun demikian, sekolah yang
menampung para siswa imigran untuk menjalani pendidikan dasar wajib memberikan
ilmu pengetahuan dengan memperhatikan latar belakang bahasa dan budaya siswa
imigran tersebut. Seluruh siswa imigran akan memperoleh pelajaran bahasa Finlandia
atau Swedia agar menjadikan kedua bahasa tersebut menjadi bahasa kedua mereka.
Namun demikian, terdapat beberapa sekolah yang menyediakan pelajaran bahasa
asing yang merupakan bahasa ibu para siswa imigran.

Guna menunjang kemampuan adaptasi dan integrasi siswa imigran dengan


lingkungan sekolah dan sistem pendidikan sekolah dasar, preparatory teaching akan
disediakan bagi mereka, yang diselenggarakan dalam waktu setengah hingga 1 tahun.

Pendidikan kesenian dasar berbeda dengan pendidikan dasar wajib.


Pendidikan kesenian dasar bersifat sukarela dan dikenakan biaya oleh pihak
penyelenggara pendidikan seni.

Pendidikan dasar kesenian bagi anak dan remaja disediakan oleh lembaga seni
musik, tari, seni visual, dan seni rupa. Pemerintah Daerah juga diwajibkan untuk
menyediakan lembaga pendidikan kesenian tersebut. Kementerian Pendidikan dapat
bekerja sama dengan pemerintah daerah, kelompok atau asosiasi masyarakat seni
yang terdaftar untuk mendirikan lembaga kesenian. Pendidikan dasar kesenian juga
dapat disediakan oleh lembaga pendidikan publik dengan persetujuan Kementerian
Pendidikan. Peraturan perundangan mengatur bahwa pendidikan dasar kesenian wajib
diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan.

Tujuan dasar penyelenggaraan pendidikan dasar kesenian ditentukan oleh


kurikulum inti nasional. Kurikulum tersebut menyediakan isi pengajaran 9 (sembilan)

12
macam bentuk kesenian, yakni musik, literatur, dansa, pertunjukkan (sirkus dan
teater), serta seni visual (arsitektur, seni audiovisual, seni visual, dan seni rupa).

Badan Pendidikan Nasional Finlandia menentukan tujuan dan isi pengajaran


setiap bentuk pengetahuan kesenian, baik di tingkat dasar maupun lanjutan.
Pemerintah daerah yang menyediakan pendidikan dasar kesenian menerima dana
bantuan dari pemerintah pusat sesuai dengan jumlah penduduk. Penyedia pendidikan
kesenian publik dan swasta juga menerima bantuan dana pemerintah pusat
berdasarkan jumlah jam pelajaran yang diberikan. Jaringan lembaga penyedia
pendidikan kesenian di Finlandia yang menerima bantuan dana tersebut sebanyak 87
lembaga seni musik, dan 36 sekolah kesenian lainnya.

II.3 Pendidikan Vokasi/Kejuruan

II.3.1. Pendidikan Vokasi/Kejuruan di Finlandia

Keberhasilan sistem pendidikan Finlandia yang mampu mencetak individu


yang memiliki kompetensi yang tinggi diraih berkat komitmen kuat rakyat dan
pemerintah Finlandia melaksanakan strategi jangka panjang di bidang pendidikan
yang berkelanjutan. Tujuan utama sistem pendidikan Finlandia adalah mewujudkan
high-level education for all. Tujuan tersebut mengupayakan agar seluruh rakyat
Finlandia dapat mengenyam pendidikan hingga tingkatan tertinggi, secara merata,
dengan kemampuan, keahlian dan kompetensi yang terbaik.
Finlandia membangun sistem pendidikan dengan karakteristik yang
dilaksanakan secara konsisten, yakni, free education, free school meals, dan special
needs education dengan berpegang teguh pada prinsip inklusivitas. Pendidikan dasar
Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu menjamin kesetaraan
kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati pendidikan terlepas dari faktor
gender, strata sosial, latar belakang etnis dan golongan. Fokus utama sistem
pendidikan adalah kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat kompetensi rakyat
dalam menyokong pembangunan nasional berdasarkan inovasi.

13
Sektor pendidikan dan pelatihan kejuruan terdiri dari pendidikan kejuruan
(initial vocational education and training) dan pendidikan kejuruan lanjutan (further
vocational education and training). Jenjang pendidikan ini menempa siswanya untuk
memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dunia
kerja dengan memberikan pengetahuan yang memadai serta penanaman prinsip
lifelong learning. Pendidikan dan pelatihan kejuruan diselenggarakan di institusi
sekolah kejuruan dengan juga menyediakan pelatihan kerja magang (apprenticeship
training). Jenjang pendidikan ini dapat diikuti oleh para pelajar yang telah
menyelesaikan jenjang pendidikan dasar, maupun para kaum dewasa yang telah
bekerja.
Jenjang pendidikan dan pelatihan kejuruan menyediakan keterampilan dan
keahlian dasar yang dibutuhkan oleh dunia kerja, termasuk sektor pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan khusus. Mereka yang telah menyelesaikan jenjang
pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat melanjutkan studinya di jenjang pendidikan
kejuruan lanjutan atau di perguruan tinggi, seperti Universitas dan/atau Politeknik.
Pendidikan dan pelatihan kejuruan mencetak siswanya agar memiliki
kompetensi dan keahlian khusus agar mereka siap terjun ke dunia kerja, atau
membuka lapangan usahanya sendiri (entrepreneurship). Mayoritas siswa yang
mengikuti jenjang pendidikan ini merupakan mereka yang telah menamatkan
pendidikan wajib dasar. Namun seperlima siswa yang mengikuti jenjang pendidikan
dan pelatihan kejuruan merupakan kaum dewasa yang hendak mengasah keterampilan
kerja mereka.

Pembiayaan

Sistem pendidikan Finlandia adalah sistem yang egaliter, tanpa biaya sekolah
dan disediakan makanan gratis di sekolah untuk siswa full-time. Anggaran pendidikan
Finlandia pada tahun 2009 adalah Euro 11,1 milyar atau Euro 2100 per kapita (sekitar
Rp 25 juta per kapita per tahun).
Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan
secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang
pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang
perekonomian mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas
14
seluruh warganegaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi
Finlandia. Bab II Seksi 16 Konstitusi Finlandia secara tegas menyatakan bahwa,
“Everyone has the right to basic education free of charge. Provisions on the duty to
receive education are laid down by an Act. The Public authorities shall, as provided in
more detail by an Act, guarantee for everyone equal opportunity to receive other
educational services in accordance with their ability and special needs, as well as the
opportunity to develop themselves without being prevented by economic hardship.
The freedom of science, the arts and higher education is guaranteed.”

Kompetensi Guru
Pada tahun 1974, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
pengajar dan pendidik di seluruh jenjang pendidikan. Sebelum tahun 1974, persyaratan untuk
menjadi seorang guru sekolah dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah sarjana
strata-1 (Bachelor of Arts). Namun dimulai sejak tahun 1979, seorang guru untuk dapat
mengajar di jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun haruslah seorang sarjana strata-2
(magister) di bidang pendidikan (Master of Arts on Education). Saringan seleksi para guru
diperketat guna memperoleh guru dan tenaga pendidik yang handal dan berkompeten dalam
memberikan ilmu kepada seluruh siswa.

PSG

Pelatihan magang adalah praktek kerja di perusahaan yang dilengkapi dengan


studi teoritis. pada pelatihan magang ini sebuah kontrak kerja sementara (Kontrak
magang) ditanda tangani oleh para pihak pelatihan magang. Dalam pelatihan magang
peserta magang memungkinkan untuk belajar tentang kualifikasi kejuruan awal,
kualifikasi lanjut bahkan spesialis. Ini adalah trek pelatihan dipilih oleh sekitar 9 %
dari siswa SMK setiap tahun.

Pelatihan magang didasarkan pada sebuah perjanjian jangka tetap tertentu,


yang mana peserta pelatihan yang memiliki prospek berusia 15 atau lebih akan
diambil pengusaha.

Setiap siswa diberikan rencana studi pribadi berdasarkan kurikulum inti yang
dikeluarkan oleh dewan nasional pendidikan atau persyaratan kualifikasi berbasis
kompetensi di lapangan.
15
Sekitar 70 sampai 80% dari pelatihan berlangsung di tempat kerja di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur pelatihan . Instruksi teoritis tambahan diberikan oleh lembaga
pendidikan kejuruan.

Sistem Pendidikan

Untuk menamatkan jenjang pendidikan dan pelatihan kejuruan, seorang siswa


harus memperoleh 120 angka kredit, yang terdiri dari 90 kredit untuk pelajaran
kejuruan, 20 kredit untuk mata pelajaran inti kejuruan, dan 10 kredit untuk mata
pelajaran pilihan lainnya. Diantara ke-120 angka kredit tersebut sudah termasuk 20
angka kredit untuk pelatihan kerja magang (on-job-training). Satu angka kredit setara
dengan 40 jam kerja, termasuk pembelajaran di sekolah dan independent study. Untuk
menyelesaikan keseluruhan materi pendidikan jenjang kejuruan membutuhkan waktu
selama 3 tahun.
Pendidikan dan pelatihan kejuruan menyediakan 8 bidang ilmu yang terdiri
dari 53 program kualifikasi kejuruan (vocational qualification) guna memenuhi sekitar
118 jenis keahlian dan kompetensi pekerjaan (specialist qualifications).
Vocational Education and Training – Upper Secondary Education Level
8 fields of education and 53 qualifications
1. Humanities and Education --> 3 vocational qualification
2. 5 vocational qualifications Culture

3. Social Sciences, Business and Administration --> 1 ocational qualification

4. Natural Sciences --> 1 vocational qualification

5. Technoloy, Communications and Transport --> 26 vocational qualifications

6. Natural Resources and the Environment --> 6 vocational qualifications

7. Social Services, Health and Sports --> 6 vocational qualifications

8. Tourism, Catering and Home Economics --> 5 vocational qualifications

16
Gambar. Sistem Pendidikan Di Finlandia

Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan studi siswa dalam program kualifikasi kejuruan, maka
siswa tersebut akan diberikan kesempatan untuk memperlihatkan keahliannya sesuai
dengan bidang ilmu yang diterima selama sekolah. Demonstrasi keahlian tersebut
memberikan penilaian seberapa besar kemampuan siswa kejuruan untuk terjun di
dunia kerja. Setelah melewati penilaian demonstrasi keahlian, siswa tersebut akan
memperoleh sertifikat keahlian (certificate of skills) yang juga memberikan
pengakuan bahwa siswa tersebut telah memenuhi kualifikasi kejuruan bidang ilmu
tertentu.

II.3.2. Pendidikan Vokasi/Kejuruan di Indonesia

Sekolah menengah kejuruan memiliki peran strategis mewujudkan sumber daya


Indonesia yang handal. Hal ini sesuai dengan PP RI No. 29 tahun 1990 Bab I pasal 1 yaitu :
“Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangakan
sikap propesional”. Lebih lanjut PP No 73 tahun 1991, pasal 3 ayat 6 menyatakan bahwa:
“Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk
bekerja dalam bidang tertentu”.

17
Berdasarkan PP tersebut jelaslah bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran yang sangat
strategis, dalam upaya pembangunan nasional, khususnya dalam sector pembangunan social
dan ekonomi. Pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal, namun sangat strategis
dalam menghasilkan manusia Indonesia yang trampil dan berkeahlian dalam bidang-
bidangnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa, khususnya kebutuhan dunia
usaha dan industry.

Pembiayaan

Sistem pembiayaan pendidikan di Indonesia sekarang menurut ketentuan Undang-


Undang (UU) no. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) fasal 46 menyebutkan
bahwa pendanaan pendidikan menjadi tangung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat. Pasal 49 ayat 1 menyebutkan selain gaji pemerintah minimal
mengalokasikan 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan pemerintah
daerah minimal mengalokasikan 20 % dari Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
pada sektor pendidikan, lebih lanjut ayat 3 dan 4 menyatakan bahwa dana pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah bedasarkan prinsip keadilan, kecukupan dan keberlanjutan
(pasal 47 ayat 1).

Kompetensi Guru

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan, : Guru wajib memiliki


kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8). Kualifikasi
akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana atau program diploma empat (Pasal 9).

PSG

Merujuk kepada Kepmendikbud RI Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan PSG


pada SMK (pasal 2), tujuan PSG adalah: (a) Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
kejuruan melalui peranserta IP; (b) Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (c) Menghasilkan
tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi bekal dasar
pengembangan dirinya secara berkelanjutan; (d) Memberi pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan; (e) Meningkatkan efisiensi

18
penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya
pendidikan yang ada di dunia kerja.

Di Indonesia dalam penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda, peserta diklat SMK


menjalani magang di industri hanya beberapa bulan selama mereka menjalani sistem
pendidikan tiga tahun atau empat tahun di SMK. Pendidikan Sistem Ganda melalui program
praktik kerja industri merupakan suatu langkah nyata (substansial) untuk membuat sistem
pendidikan dan pelatihan kejuruan lebih relevan dengan dunia kerja dalam rangka
menghasilkan tamatan yang bermutu. Program yang dilaksanakan di industri atau dunia usaha
meliputi:

1. Praktik dasar kejuruan yang dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di
industri.
Praktik dasar kejuruan dapat dilaksanakan di industri apabila industri pasangan memiliki
fasilitas pelatihan memadai. Namun apabila industri pasangan tidak memiliki fasilitas
pelatihan maka kegiatan praktik dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
2. Praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri (on the
job training) berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau
perusahaan.

Muliaty A. M. (2005/2007) dalam promosi doktornya di UNJ mengemukakan ;


“Basically Dual System of Education of Vocational High School is education and training
system for vocational competence that is conducted in vocational schools and business work
to produce middle level workers with special skills”. Pendidikan sistem ganda pada sekolah
menengah kejuruan merupakan sistem pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh
kemampuan kerja yang diselenggarakan pada sekolah-sekolah kejuruan dan bekerja di
perusahaan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai keahlian
tertentu. Dalam penerapan pendidikan sistem ganda di SMK di Indonesia, disebutkan : “The
Indonesia vocational education system is somewhat similar to what is implemented in
Germany and Finland” (Dual Education System on Wikipedia). Pendidikan sistem ganda di
Indonesia relatif sama, seperti yang diselenggarakan di Jerman dan Finlandia

Sistem Pendidikan

Evaluasi
19
BAB III

PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

Dari perbandingan Pendidikan kejuruan antara Negara Indonesia dengan


finlandia maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa poin yang harus ditiru
Indonesia agar pendidikan kejuruannya menjadi lebih baik, diantaranya :

1. Pendidikan gratis untuk seluruh peserta didik, pembiayaan dilakukan pemerintah


sepenuhnya

2. Kompetensi tenaga pendidik yang tinggi

3. Sistem Evaluasi dilakukan oleh pihak Sekolah berkolaborasi dengan pelaku DU/DI

4. Saat melakukan magang peserta pelatihan mendapatkan pre village berupa

5. sistem pendidikan yang lentur berdasarkan pada penguatan (a flexible system based
on empowerment)

2. PERBANDINGAN

Perbandingan sistem pendidikan Indonesia dengan Finlandia memiliki banyak


perbedaan-perbedaan yang mendasar seperti :
a. Di Finlandia Peran Pemerintah sangat dominan dalam memberikan bantuan biaya
pendidikan kepada setiap peserta didik mulai pada jenjang Sekolah dasar sampai
pada tingkat Perguruan Tinggi, sedangkan di Indonesia pendidikan gratis hanya
diperuntukan untuk siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b. Di Finlandia tidak terdapat penjenjangan sekolah seperti di Indonesia ada SD,
SMP atau SMA, disana mereka hanya belajar 12 tahun dan akan mendapatkan
ijazah setaraf SMA.
c. Di Finlandia setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa inggris serta wajib
membaca satu buku setiap minggu, akan tetapi di Indonesia anak belajar bahasa
inggris hanya sekedarnya, dan juga untuk kurangnya minat banyak membaca,
apalagi harus habis satu buku tiap minggu.
20
d. Di Finlandia sistem pendidikannya gratis sejak TK hingga tingkat universitas,
sedangkan di Indonesia pendidikannya gratis hanya terbatas pada sekolah dasar
sampai sekolah lanjutan atas, itupun tidak sepenuhya gratis dan tidak semua
sekolah yang menyelenggarakan itu.
e. Di Finlandia, selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses
belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para siswa yang agak lamban atau
lemah dalam hal belajar. Bahkan terhadap siswa yang lemah, sekolah menyiapkan
guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka diberikan les
privat. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem tinggal kelas, apabila ada
siswa yang lemah maka siswa tersebut harus tinggal kelas atau mengulang.
f. Di Finlandia, guru yang masuk kelas terdiri 3 orang, 2 orang guru bidang studi
dan 1 orang guru bantu dan jumlah siswanya hanya sekitar 20 siswa tiap kelas.
Berbeda dengan di Indonesia yang memiliki 1 orang guru dengan jumlah siswa 30
– 40 siswa tiap kelas.
g. Di Finlandia, semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
Sedangkan di Indonesia hanya sebagian fasilitas yang dibiayai.
h. Di Finlandia, makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah
semuanya ditangani oleh pemerintah. Sebaliknya di Indonesia, biaya ditanggung
sepenuhnya oleh orang tua siswa.
i. Mengenai prospek karier dan kesejahteraan di Finlandia, setiap guru menerima
gaji rata-rata 3400 euro per bulan setara 42 juta rupiah. Guru disiapkan bukan saja
untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan disiapkan juga
khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi guru
pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan
universitas. Namun, di Indonesia, kesejahteraan guru kurang begitu di perhatikan
terutama guru honorer yang hanya memperoleh gaji Rp 250.000,- perbulan.
j. Di Finlandia Ada dua opsi institusi Pendidikan tinggi di Finlandia yaitu
Universitas dan Politeknik ( University of Applied Science/UAS). Universitas
merupakan institusi yang mempromosikan bidang riset, keilmuwan, pembelajaran
seni dan pendidikan untuk negara dan masyarakat, sedangkan University of
Applied Science (UAS) merupakan institusi pendidikan yang memberikan
penekanan terhadap bisnis setempat, industri dan sektor servis terutama di level
regional. Sementara di Indonesia terdapat beberapa bentuk Perguruan Tinggi
seperti Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.
21
k. Di Finlandia kurikulum inti diterbitkan oleh The National Board of Education
secara nasional, Pemerintah lokal dan sekolah dapat melakukan penyesuaian
terhadap mata pelajaran yang akan diajarkan, berbasis pada kebutuhan peserta
didik. Bahkan orang tua peserta didik juga diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam penyusunan kurikulum sekolah dan juga tujuan pendidikannya. Sementara
di Indonesia Acuan kurikulum pendidikan nasional dibuat oleh Depdiknas dan
pengembangannya diserahkan pada sekolah sebagaimana KTSP
diimplementasikan. Namun pada prakteknya, tidak semua pendidik memiliki
kompetensi untuk mengembangkan KTSP sebab sudah terbiasa dengan pola
kurikulum yang sentralistis.
l. Di Finladia tidak mengenal adanya sistem ‘tinggal kelas’ tidak mengenal
rangking, sebab peringkat atau nilai dianggap tidak penting oleh pendidik, yang
penting adalah bagaimana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran.
Sementara di Indonesia Mengenal adanya ‘tinggal kelas’ bagi peserta didik yang
nilainya kurang dan dianggap tidak patut untuk melanjutkan ke kelas yang
berikutnya selain itu selalu merangking peserta didiknya dalam rapot penilaian
akhir semester atau akhir tahun.
m. Di Finladia menganut kebijakan mengurangi tes menjadi sesedikit mungkin. Tak
ada ujian nasional sampai siswa yang menyelesaikan pendidikan menengah
mengikuti matriculation examination untuk masuk PT. Sementara di Indonesia
Kebijakan-kebijakan pendidikan cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering
berganti & di penuhi dengan test evaluasi seperti ulangan harian, ulangan blok,
ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional.
n. Di Finladia semua guru tamatan S2, the best ten lulusan universitas yang diterima
menjadi guru dan para guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar
dan memilih metode serta buku pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
Sementara itu, kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1,
masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan selain itu guru
disibukkan dengan pembuatan silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat dan
memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik).

DAFTAR PUSTAKA

http://allknowledgez.blogspot.com/2012/12/pendidikan-vokasional-indonesia-dan.html.

22
Diakses pada tanggal 04 Mei 2014.

http://edutechpreneur.wordpress.com/2010/06/03/studi-komparasi-pendidikan-dasar-
indonesia-dengan-finlandia/.Diposting pada tanggal 3 Juni 2010. Diakses pada tanggal
04 Mei 2014.

http://KBRI Helsinki - Finlandia.htm. Diakses pada tanggal 04 Mei 2014

http://www.yppti.org/index.php?option=com_content&view=article&id=47:sejarah-
pendidikan-kejuruan-di-indonesia&catid=5:artikel&Itemid=4. Di posting pada tanggal
28 April 2010. Diakses pada tanggal 04 Mei 2014.

http://www.unevoc.unesco.org/tvetipedia. Diakses pada tanggal 04 Mei 2014

http://1ptk.blogspot.com/2012/03/contoh-kasus-pendidikan-kejuruan.html.
Diakses pada tanggal 04 Mei 2014

23
LAMPIRAN PERTANYAAN

PERTANYAAN

1. Apakah di Finlandia Perusahaan ikut andil dalam ujian untuk menentukan kelulusan
pada TVET disana? (Rohma Eka 125514202)
2. Bagaimana cara menentukan kelulusan siswa SMK jika tidak menggunakan sistem
penilaian tidak naik kelas, dan bila mereka tidak cerdas dan tidak beruntung
bagaimana? (M Syafi’i 125514223)

JAWABAN

1. Ya, memang benar DU&DI di Finlandia ikut andil dalam membuat bahan ujian
sebagai standard kelulusan pada TVET di Finlandia karena perusahaan menginginkan
lulusan yang bisa bekerja secara kompeten di bidang pekerjaannya.
2. TVET di Finlandia menggunakan sistem yang hampir sama dengan Perguruan Tinggi
di Indonesia yaitu SKS, jadi jika ada mata pelajaran yang tidak lulus ia dapat
mengambil mata pelajaran yang lain, dan apabila telah mencapai SKS yang
ditentukan maka peserta didik dapat lulus. Mengenai beruntung atau tidak beruntung
sebenarnya itu adalah penjelasan bagian sejarah pendidikan di Finlandia, saat ini
seluruh warga negara Finlandia memiliki kesempatan yang sama untuk dapat
mengenyam pendidikan.

24

Anda mungkin juga menyukai