VOKASIONAL
PERBANDINGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA DAN DI
FINLANDIA
Disusun Oleh
Kelompok 6:
idyawati (125514021)
Achmad Ali Asfahani(125514023)
Alfian Dwi Ernanto (125514030)
Chita Riska Handini (125514204)
Angga Kurniawan (125514216)
Febrian Laksono (125514221)
Alfian Dwi E (125514030)
Randy Ade A
(114219)
0
BAB I
PENDAHULUAN
I.3. Tujuan
1. Mengetahui sejarah pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.
2. Mengetahui sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.
3. Mengetahui perbandingan sistem pendidikan kejuruan di Indonesia dan Finlandia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pasca Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, Ambacht Leergang dikenal dengan Sekolah
Pertukangan (SPT), Ambacht School menjadi Sekolah Pertukangan Lanjutan (SPL),
dan Technische School sebagai Sekolah Teknik (ST), sedangkan THS menjadi Institut
Teknologi Bandung(ITB).
2
Lama pendidikan SPT adalah 2 tahun setelah SD 6 tahun. SPL adalah 1 tahun
setelah SPT , SPT adalah 4 tahun yang kemudian menjadi 3 tahun setelah SD.
Lembaga pendidikan teknik dan kejuruan berkembang menjadi lembaga pendidikan
kejuruan yag mempunyai peran sentral dalam penyediaan tenaga tukang yang
terampil dan teknisi tingkat pertama.
Jurusan-jurusan yang dibuka pada lembaga pendidikan teknik tersebut
didasarkan atas penggolongan jabatan (job description) dan analisis pekerjaan (job
analysis) beserta persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi
Buruh Internasional (ILO).
Dengan melihat sejarah tersebut, berarti sekolah teknik dan kejuruan baru
dibuka 317 tahun setelah pertama yang didirikan oleh Portugis dan 246 tahun setelah
sekolah pertama didirikan oleh VOC/ Belanda.
Dengan demikian, hingga saat ini sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia
1,5 abad. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda, pada tahun 1940 terdapat
sekitar 88 sekolah kejuruan di Indoneasia dengan 13.230 siswa, umumnya dalam
bidang pertukangan, teknik, dan pertanian.
Siap Kerja
Sejak kemerdekaan hingga sekarang, pendidikan teknik dan kejuruan
berkembang pesat. Pemerintah sendiri saat ini sedang menggalakkan peran SMK yang
lebih diminati masyarakat karena berorientasi pada pekerjaan.
Kebijakan pemerintah antara lain dengan menargetkan penambahan jumlah
SMK sehingga perbandingan SMA dengan SMK nantinya menjadi 40 : 60. Saat ini
saja terdapat 4.200 SMK dengan siswa 2,1 juta orang atau 35% dari total populasi
siswa SLTA.
Kebijakan ini dilandasi dengan semakin meningkatnya angka pengangguran
serta semakin terbukanya sektor-sektor formal dan informal yang membutuhkan
tenaga kerja menengah yang berkualitas.
Karena berhadapan langsung dengan dunia kerja, sepanjang sejarahnya
sekolah ini sangat dinamis, terbukti dari kurikulum yang sering diperbaharui dan
banyaknya inovasi yang diluncurkan untuk membuat sekolah ini lebih relevan dengan
kebutuhan dunia kerja.
3
II.1.2 Sejarah Pendidikan Kejuruan di Finlandia
4
Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
5
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
6
Acuan Operasional Penyusunan KTSP
7) Agama
1) Pendidikan agama
2) Pendidikan kewarganegaraan
3) Bahasa
4) Matematika
6) Pengetahuan sosial
9) Keterampilan/kejuruan, dan
8
Di Finlandia, tidak ada kewajiban untuk mengenyam pendidikan di institusi
formal pendidikan di sekolah. Wajib belajar 9 tahun dapat ditempuh dengan cara
belajar di luar institusi pendidikan formal sekolah, misalnya belajar di rumah secara
mandiri. Bila demikian halnya, pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk
mengawasi perkembangan belajar anak. Orang tua dan wali murid dari anak yang
dikenakan wajib belajar wajib memberikan jaminan bahwa anaknya akan
menyelesaikan program wajib belajar. Jumlah anak yang mengenyam pendidikan
dasar di luar sekolah sangat minim.
Pendidikan wajib dasar diawasi oleh pemerintah daerah dengan cara mendata
seluruh nama anak dalam usia wajib belajar. Orang tua dan wali murid akan selalu
diingatkan untuk memasukkan anaknya ke sekolah ketika usianya telah memenuhi
syarat. Kepala Sekolah mendata seluruh pendaftaran sekolah. Ketika terdapat anak
dalam usia wajib belajar tidak terdaftar, orang tua atauwali murid akan diberitahukan.
Jika anak masih juga belum dimasukkan sekolah maka orang tua sang anak akan
dikenakan denda administratif untuk kelalaiannya menyekolahkan anak.
Bagi mereka yang tidak lagi masuk dalam usia wajib belajar, namun belum
pernah, atau tidak menyelesaikan pendidikan wajib dasar, dapat menerima pendidikan
dasar dari pusat pendidikan orang dewasa, baik yang dimiliki oleh Pemerintah
maupun Swasta.
Satu tahun ajaran pendidikan dasar terdiri dari 190 hari sekolah, di mulai pada
pertengahan bulan Agustus, dan berakhir pada awal bulan Juni tahun berikutnya.
Dalam satu tahun ajaran, terdapat libur musim panas selama 2 bulan.
9
yang diakui di Finlandia, yakni Suomeksi (bahasa Finlandia bagi anak yang berbahasa
ibu Finlandia) dan Swedish (bahasa Swedia bagi anak yang berbahasa ibu Swedia). Di
beberapa sekolah, khususnya di kawasan utara Finlandia, pelajaran juga diberikan
dalam bahasa Sami (bahasa kaum Sami yang menempati wilayah utara Finlandia).
Bahasa Roman, bagi siswa imigran Roma (finnish gypsies), dan bahasa tanda (sign
language) juga diberikan bagi siswa yang membutuhkan perlakuan bahasa khusus.
1) Bahasa Ibu dan Sastra (Mother Tongue and Literature): Dari kelas 1 – 9
2) Bahasa Asing 1: Basanya Bahasa Inggris, diberikan dari Kelas 1 – 9
11) Pelajaran Agama (Religion): Terdapat 2 pelajaran agama, yakni, Lutheran atau
Orthodoks, dari kelas 1 – 9
10
12) Etika (Ethics): Kelas 1 – 9
Pendidikan dasar kesenian bagi anak dan remaja disediakan oleh lembaga seni
musik, tari, seni visual, dan seni rupa. Pemerintah Daerah juga diwajibkan untuk
menyediakan lembaga pendidikan kesenian tersebut. Kementerian Pendidikan dapat
bekerja sama dengan pemerintah daerah, kelompok atau asosiasi masyarakat seni
yang terdaftar untuk mendirikan lembaga kesenian. Pendidikan dasar kesenian juga
dapat disediakan oleh lembaga pendidikan publik dengan persetujuan Kementerian
Pendidikan. Peraturan perundangan mengatur bahwa pendidikan dasar kesenian wajib
diselenggarakan oleh sebuah lembaga pendidikan.
12
macam bentuk kesenian, yakni musik, literatur, dansa, pertunjukkan (sirkus dan
teater), serta seni visual (arsitektur, seni audiovisual, seni visual, dan seni rupa).
13
Sektor pendidikan dan pelatihan kejuruan terdiri dari pendidikan kejuruan
(initial vocational education and training) dan pendidikan kejuruan lanjutan (further
vocational education and training). Jenjang pendidikan ini menempa siswanya untuk
memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dunia
kerja dengan memberikan pengetahuan yang memadai serta penanaman prinsip
lifelong learning. Pendidikan dan pelatihan kejuruan diselenggarakan di institusi
sekolah kejuruan dengan juga menyediakan pelatihan kerja magang (apprenticeship
training). Jenjang pendidikan ini dapat diikuti oleh para pelajar yang telah
menyelesaikan jenjang pendidikan dasar, maupun para kaum dewasa yang telah
bekerja.
Jenjang pendidikan dan pelatihan kejuruan menyediakan keterampilan dan
keahlian dasar yang dibutuhkan oleh dunia kerja, termasuk sektor pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan khusus. Mereka yang telah menyelesaikan jenjang
pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat melanjutkan studinya di jenjang pendidikan
kejuruan lanjutan atau di perguruan tinggi, seperti Universitas dan/atau Politeknik.
Pendidikan dan pelatihan kejuruan mencetak siswanya agar memiliki
kompetensi dan keahlian khusus agar mereka siap terjun ke dunia kerja, atau
membuka lapangan usahanya sendiri (entrepreneurship). Mayoritas siswa yang
mengikuti jenjang pendidikan ini merupakan mereka yang telah menamatkan
pendidikan wajib dasar. Namun seperlima siswa yang mengikuti jenjang pendidikan
dan pelatihan kejuruan merupakan kaum dewasa yang hendak mengasah keterampilan
kerja mereka.
Pembiayaan
Sistem pendidikan Finlandia adalah sistem yang egaliter, tanpa biaya sekolah
dan disediakan makanan gratis di sekolah untuk siswa full-time. Anggaran pendidikan
Finlandia pada tahun 2009 adalah Euro 11,1 milyar atau Euro 2100 per kapita (sekitar
Rp 25 juta per kapita per tahun).
Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan
secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang
pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang
perekonomian mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas
14
seluruh warganegaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi
Finlandia. Bab II Seksi 16 Konstitusi Finlandia secara tegas menyatakan bahwa,
“Everyone has the right to basic education free of charge. Provisions on the duty to
receive education are laid down by an Act. The Public authorities shall, as provided in
more detail by an Act, guarantee for everyone equal opportunity to receive other
educational services in accordance with their ability and special needs, as well as the
opportunity to develop themselves without being prevented by economic hardship.
The freedom of science, the arts and higher education is guaranteed.”
Kompetensi Guru
Pada tahun 1974, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan kompetensi tenaga
pengajar dan pendidik di seluruh jenjang pendidikan. Sebelum tahun 1974, persyaratan untuk
menjadi seorang guru sekolah dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah sarjana
strata-1 (Bachelor of Arts). Namun dimulai sejak tahun 1979, seorang guru untuk dapat
mengajar di jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun haruslah seorang sarjana strata-2
(magister) di bidang pendidikan (Master of Arts on Education). Saringan seleksi para guru
diperketat guna memperoleh guru dan tenaga pendidik yang handal dan berkompeten dalam
memberikan ilmu kepada seluruh siswa.
PSG
Setiap siswa diberikan rencana studi pribadi berdasarkan kurikulum inti yang
dikeluarkan oleh dewan nasional pendidikan atau persyaratan kualifikasi berbasis
kompetensi di lapangan.
15
Sekitar 70 sampai 80% dari pelatihan berlangsung di tempat kerja di bawah bimbingan dan
pengawasan instruktur pelatihan . Instruksi teoritis tambahan diberikan oleh lembaga
pendidikan kejuruan.
Sistem Pendidikan
16
Gambar. Sistem Pendidikan Di Finlandia
Evaluasi
Untuk menilai keberhasilan studi siswa dalam program kualifikasi kejuruan, maka
siswa tersebut akan diberikan kesempatan untuk memperlihatkan keahliannya sesuai
dengan bidang ilmu yang diterima selama sekolah. Demonstrasi keahlian tersebut
memberikan penilaian seberapa besar kemampuan siswa kejuruan untuk terjun di
dunia kerja. Setelah melewati penilaian demonstrasi keahlian, siswa tersebut akan
memperoleh sertifikat keahlian (certificate of skills) yang juga memberikan
pengakuan bahwa siswa tersebut telah memenuhi kualifikasi kejuruan bidang ilmu
tertentu.
17
Berdasarkan PP tersebut jelaslah bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran yang sangat
strategis, dalam upaya pembangunan nasional, khususnya dalam sector pembangunan social
dan ekonomi. Pendidikan kejuruan merupakan investasi yang mahal, namun sangat strategis
dalam menghasilkan manusia Indonesia yang trampil dan berkeahlian dalam bidang-
bidangnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa, khususnya kebutuhan dunia
usaha dan industry.
Pembiayaan
Kompetensi Guru
PSG
18
penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan melalui pendayagunaan sumberdaya
pendidikan yang ada di dunia kerja.
1. Praktik dasar kejuruan yang dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di
industri.
Praktik dasar kejuruan dapat dilaksanakan di industri apabila industri pasangan memiliki
fasilitas pelatihan memadai. Namun apabila industri pasangan tidak memiliki fasilitas
pelatihan maka kegiatan praktik dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
2. Praktik keahlian produktif dilaksanakan di industri dalam bentuk praktik kerja industri (on the
job training) berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri atau
perusahaan.
Sistem Pendidikan
Evaluasi
19
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
3. Sistem Evaluasi dilakukan oleh pihak Sekolah berkolaborasi dengan pelaku DU/DI
5. sistem pendidikan yang lentur berdasarkan pada penguatan (a flexible system based
on empowerment)
2. PERBANDINGAN
DAFTAR PUSTAKA
http://allknowledgez.blogspot.com/2012/12/pendidikan-vokasional-indonesia-dan.html.
22
Diakses pada tanggal 04 Mei 2014.
http://edutechpreneur.wordpress.com/2010/06/03/studi-komparasi-pendidikan-dasar-
indonesia-dengan-finlandia/.Diposting pada tanggal 3 Juni 2010. Diakses pada tanggal
04 Mei 2014.
http://www.yppti.org/index.php?option=com_content&view=article&id=47:sejarah-
pendidikan-kejuruan-di-indonesia&catid=5:artikel&Itemid=4. Di posting pada tanggal
28 April 2010. Diakses pada tanggal 04 Mei 2014.
http://1ptk.blogspot.com/2012/03/contoh-kasus-pendidikan-kejuruan.html.
Diakses pada tanggal 04 Mei 2014
23
LAMPIRAN PERTANYAAN
PERTANYAAN
1. Apakah di Finlandia Perusahaan ikut andil dalam ujian untuk menentukan kelulusan
pada TVET disana? (Rohma Eka 125514202)
2. Bagaimana cara menentukan kelulusan siswa SMK jika tidak menggunakan sistem
penilaian tidak naik kelas, dan bila mereka tidak cerdas dan tidak beruntung
bagaimana? (M Syafi’i 125514223)
JAWABAN
1. Ya, memang benar DU&DI di Finlandia ikut andil dalam membuat bahan ujian
sebagai standard kelulusan pada TVET di Finlandia karena perusahaan menginginkan
lulusan yang bisa bekerja secara kompeten di bidang pekerjaannya.
2. TVET di Finlandia menggunakan sistem yang hampir sama dengan Perguruan Tinggi
di Indonesia yaitu SKS, jadi jika ada mata pelajaran yang tidak lulus ia dapat
mengambil mata pelajaran yang lain, dan apabila telah mencapai SKS yang
ditentukan maka peserta didik dapat lulus. Mengenai beruntung atau tidak beruntung
sebenarnya itu adalah penjelasan bagian sejarah pendidikan di Finlandia, saat ini
seluruh warga negara Finlandia memiliki kesempatan yang sama untuk dapat
mengenyam pendidikan.
24