A. Laporan Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Adapun anak klien yang bertanggung jawab atas Tn. T adalah Tn. A
Jawa Barat.
b. Keluhan Utama
dirasa dibagian perut bagian kanan atas dengan skala nyeri 7 dari 10,
Pada tanggal 02 Oktober 2022 klien masuk rumah sakit melalui Unit
belum BAB sejak 3 hari yang lalu, badan terasa lemas, klien juga
dirasa dibagian perut bagian kanan atas dengan skala nyeri 7 dari 10,
nyeri terasa hampir setiap saat akibat dari belum BAB. Klien juga
keluhan nyeri perut dan juga demam. Klien tidak mempunyai riwayat
penyakit Diabetes Melitus, Jantung, dan tidak ada alergi obat maupun
pada makanan.
Gambar 3.1
X X X X
58 Th
Tn. N
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
X : Meninggal
Di Rumah :
Di Rumah Sakit :
2) Pola Eliminasi
Di Rumah :
- BAK
produksi urine 400 – 600 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine
- BAB
Di Rumah Sakit :
produksi urine 300 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine khas,
- BAB
3) Pola Aktivitas
Di Rumah :
Di Rumah Sakit :
4) Pola Tidur
Di Rumah :
tidur siang karena aktivitas nya berkebun, kualitas tidur baik, tidak
Di Rumah Sakit :
Klien mengatakan lama tidur malam 4 – 5 jam per hari, lama tidur
siang 2 jam per hari, kualitas tidur baik, masalah yang mengganggu
5) Pola Kebersihan
Di Rumah :
(pagi dan sore), menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, frekuensi
Di Rumah Sakit :
g. Riwayat Seksualitas
h. Riwayat Pengetahuan
yaitu Thypoid Fever dan klien juga tau bahwa makanan yang harus
dihindari atau dibatasi oleh klien. Seperti makanan yang pedas, asam
1) Psikis
2) Sosial
Hubungan klien dengan pasien lain serta perawat baik dan tidak
ada masalah.
3) Spiritual
keluarganya.
j. Pemeriksaan Fisik
07.30 WIB.
1) Keadaan Umum
Badan : 171 cm, Berat Badan : 78 kg. Berat Badan Ideal : 63 kg.
2) Sistem Penginderaan
Telinga
- Inspeksi :
- Palpasi :
Mata
- Inspeksi :
penglihatan.
- Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada bola mata, tidak ada peningkatan
Hidung
- Inspeksi :
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak
ada sumbatan.
- Palpasi :
Mulut
- Inspeksi :
3) Sistem Integumen
- Inspeksi :
Warna kulit sawo matang, kulit nampak lembab, tidak ada lesi.
- Palpasi :
- Palpasi :
- Auskultasi :
5) Sistem Pernafasan
- Inspeksi :
- Palpasi :
- Perkusi :
- Auskultasi :
6) Sistem pencernaan
- Inspeksi :
- Palpasi :
Pekak.
- Auskultasi :
7) Sistem Perkemihan
- Inspeksi :
- Palpasi :
tekan.
8) Sistem Persarafan
- Nervus Olfaktorius
- Nervus Optikus
cm.
- Nervus Trigeminus
menggerakkan rahangnya.
- Nervus Auditorius
semua pertanyaan.
kata “Ach “.
- Nervus Acessorius
yang diberikan.
- Nervus Hipoglosus
9) Sistem Endokrin
- Inspeksi :
tangan.
- Palpasi :
- Auskultasi :
- Ekstremitas Atas :
kiri.
- Ekstremitas Bawah :
Tabel 3.1
Tabel 3.2
DATA LABORATORIUM
Tanggal pemeriksaan :3 Oktober 2022
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi :
1. Hemoglobin 15,1 g/dL 13,40 – 17,30
2. Eritrosit 4,66 x10ˆ6/uL 4.74 – 6,32
3. Leukosit 13,04 x10ˆ3/uL 5.07 – 11.10
4. Trombosit 194 x10ˆ3/uL 185 – 398
5. Hematokrit 42,2 % 39.90 – 51.10
6. Basofil 0% 0-1
7. Eosinofil 0% 0.70 – 5.40
8. Neutrofil 82 % 42.50 – 71.00
9. Limposit 15 % 20.40 – 44.60
10. Monosit 3% 3.60 – 9.90
11. MVC 91 fL 73.40 – 91.00
12. MCH 32 pg 24.20 – 31.20
13. MCHC 32 g/dL 31.90 – 36.00
14. RDW – CV 12,3 % 11.30 – 14.60
Kimia :
15. Glukosa Darah Sewaktu 107 mg/dL 70 – 110
16. Ureum 24.4 mg/dL 15.0 – 50.0
17. Creatinin 0.56 mg/dL 0.60 – 1.10
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LAIN
Tanggal pemeriksaan : 3 Oktober 2022
Jenis pemeriksaan Hasil
- Thyposa H 1/320
- H Paratyphi A 1/80
- H Paratyphi B Negatif
- H Paratyphi C Negatif
- Thyposa O 1/80
- O Paratyphi A 1/80
- O Paratyphi B 1/90
- O Paratyphi C Negatif
Tabel 3.3
THERAPI OBAT
NamaObat Dosis Frekuensi Rute Waktu Kegunaan
Ceftriaxone 1000 2x1 Bolus IV (06.00- Antibiotik
mg 18.00)
Paracetamol 500 g 3x1 Drip (06.00- Menurunkan
14.00- gejala demam
22.00)
Ketorolac 10 mg 2x1 Drip (06.00- Menetralisir rasa
18.00) nyeri
Omeprazole 40 mg 3x1 Bolus IV (06.00- Asam lambung
14.00-
22.00)
Nacl 0,9% 500 20 tpm IV 24.00 Keseimbangan
ml cairan elektrolit
Bagan 3.1
Salmonella Thyposa
Hipertermia
Tabel 3.4
2. Hipertemia (D.0130)
3. Konstipasi (D.0049)
RSUD Karawang
Tabel 3.5
5. Evaluasi Keperawatan
B. Pembahasan Kasus
Keperawatan pada pasien Ny. Y dengan diagnosa Cronik Kidney Disease (CKD) on HD
Masalah yang penulis temukan selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yaitu pengumpulan data
yang dilakukan melalui pasien, keluarga, catatan perawat, dan pemeriksaan fisik.
Selanjutnya data tersebut dianalisa dan ditegakan diagnosa keperawatan (Potter &
Perry, 2010).
Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juli 2019, di dapatkan data identitas
pasien. Nama pasien Ny. Y, umur 37 tahun, tempat tanggal lahir karawang 1 Januari
1982, jenis kelamin perempuan. Ny. Y bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan
pada tanggal 1 Juli 2019 dan dirawat di Ruang Rengasdengklok dengan dianosa
Dengan keluhan utama badan terasa lemas dan sesak napas, klien mengeluh haus
karena membatasi asupan cairan. Klien dibawa oleh keluarganya pada tanggal 1 Juli
2019, klien masuk rumah sakit melalui Unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak
napas sejak 1 hari yang lalu, badan terasa lemas, terdapat pitting edema pada
ekstremitas bawah derajat II kembali pada waktu 5 detik, BAK sedikit sejak 3 bulan
tanggal 3 Juli 2019 klien mengatakan cepat merasa lelah dan sesak nafas bila
beraktivitas. Klien mengeluh haus karena membatasi asupan cairan, klien nampak
beraktivitas di tempat tidur, terdapat pitting edema pada ekstremitas bawah. Klien
mengatakan sudah rutin cuci darah/hemodialisa (HD) setiap hari rabu dan sabtu
dalam satu minggu sekali sejak bulan April 2019, tetapi terlambat melakukan HD
pada hari sabtu kemarin. Keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos
mentis. Tanda - tanda vital klien yaitu tekanan darah : 140/100 mmHg, Nadi : 98
2. Diagnosa Keperawatan
Dari literatur yang penulis yang penulis pelajari, secara teoritis Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), Terdiri dari 4 diagnosa
Penurunan curah jantung, Intoleransi aktivitas. Sedangkan pada tinjauan kasus atau
selama 3 x 24 jam diharapkan status cairan membaik dengan kriteria hasil menurut
(EBP), tekanan darah membaik, tekanan nadi membaik, pasien mau untuk
membatasi asupan cairan. Serta intervensi keperawatan utama menurut (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen cairan dan pemantauan cairan.
Diagnosa keperawatan ke dua berdasarkan prioritas yaitu, Pola napas tidak efektif.
diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil menurut (Tim Pokja SLKI
DPP PPNI, 2019) : Pemanjangan fase ekspirasi menurun, frekuensi napas membaik,
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen jalan napas dan pemantauan
respirasi.
diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil menurut (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI, 2019) : Kemudahan melakukan aktivitas sehari – hari meningkat,
utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen energi dan
terapi aktivitas.
4. Implementasi Keperawatan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
klien – keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama praktek di rumah sakit pada pasien
Memonitor status hidrasi R/ : Denyut nadi teraba kuat dengan irama teratur, akral
hangat, CRT dapat kembali dalam waktu 2 detik, mukosa bibir kering/pucat, turgor
kulit elastis. Memonitor berat badan harian R/: BB : 60 kg, Memonitor hasil
Hematokrit : 26.5%, Ureum : 70.8 mg/dL, Creatinin : 9.96 mg/dL. Mencatat intake
– output dan hitung balance cairan 24 jam R/: IWL : 15cc x 60kg/24jam = 37.5cc,
Balance Cairan : Intake cairan : Nutrisi : 500cc, Minum : 500cc, Obat injeksi :
100cc, Infus : 300cc, Output cairan : Produksi urine : 300cc, IWL : 37.5cc, Balance
pemberian obat kumur rasa mint terhadap rasa haus (EBP) : Obat kumur rasa mint
(diberikan 3cc Listerine), aqua gelas yang kosong di isikan dengan Listerine 3cc,
lalu diberikan pada pasien untuk berkumur /R : klien mengatakan akan mengikuti
prosedur tindakan yang akan diberikan oleh perawat. Mencatat nilai rasa haus R/:
Memberikan obat kumur rasa mint R/ : Klien mengatakan terasa dingin di mulut
setelah berkumur dengan obat kumur rasa mint. Mencatat nilai rasa haus setelah
berkumur dengan obat kumur rasa mint, nilai rasa haus 3 (Haus Ringan).
Mengajarkan cara membatasi cairan R/ : Klien sudah bisa mengontrol rasa hausnya
5. Evaluasi Keperawatan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
karena pasien telah dirujuk untuk pulang pada hari jumat tanggal 7 Juli 2019. Untuk
melakukan aplikasi berkumur dengan obat kumur rasa mint (Listerine) pada saat
dirumah untuk mengurangi rasa haus ketika terasa haus timbul dimana mencegah
SN, 2015) Judul “Pengaruh Kumur Dengan Obat Kumur Rasa Mint Terhadap Rasa
Haus Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di SMC RS
Telogorejo” menunjukan hasil penelitian pemberian obat kumur rasa mint terhadap rasa
haus pasien PGK yang menjalani hemodialisa dengan populasi semua pasien PGK yang
Telogorejo dengan kriteria inklusi : menajalani hemodialisa secara rutin 2 kali per
minggu pada waktu siang hari (shift siang) saat menunggu untuk dilakukan hemodialisa
pasien bersedia menjadi responden dan pasien mengalami rasa haus. Pelaksanaan
dengan obat kumur rasa mint subyek diukur terlebih dahulu skala rasa hausnya dan
setelah diberikan intervensi tersebut subyek kembali diukur skala rasa hausnya.
pemantauan pengukuran rasa haus visual analogue scale (VAS) for assessment of thirst
prosedur berkumur dengan obat kumur rasa mint. Dan peneliti mendapatkan hasil
penelitian rerata sebelum diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint
menunjukkan nilai 5,56 (haus sedang), sedangkan nilai rerata setelah diberikan
intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint mengalami penurunan menjadi 3,69
(haus ringan).
Analisa hasil nilai rerata setelah diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa
mint mengalami penurunan menjadi 3,69 (haus ringan). Berdasarkan nilai rerata
disimpulkan bahwa terjadi penurunan intensitas rasa haus responden sebesar 33,6%.
Ada pengaruh kumur dengan obat kumur rasa mint atau obat kumur rasa mint mampu
menurunkan rasa haus pasien PGK yang menjalani hemodialisa di SMC RS Telogorejo
Semarang.
Sedangkan penulis tertarik mengambil topik Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Aplikasi
Pengaruh Obat Kumur Rasa Mint Terhadap Rasa Haus Pasien Ny. Y Cronik Kidney
Karawang”. Dengan data Medikal Rekap pada tahun 2018 terdapat 10,48% pasien yang
menderita penyakit ginjal kronik di ruang rawat RSUD Karawang dengan menajalani
hemodialisa. Selain itu pada tahun 2019 terdapat 16,85% yang menderita gagal ginjal
peningkatan 6,37% pada PGK yang menjalani hemodialisa dari tahun 2018 sampai
tahun 2019.
Penulis memberikan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine) pada ke 3
intensitas rasa haus, dimana nilai yang lebih siginifikan akan diambil untuk dijadikan
pasien kelolaan dalam tugas Karya Ilmiah Akhir. Hasil perbandingan intensitas rasa
haus di hari pertama pengkajian pada tanggal 3 Juli 2019 yang telah dilakukan
menggunakan instrument Visual Analogue Scale (VAS) untuk menentukan nilai rasa
haus, serta dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat,
didapatkan hasil :
Tabel 3.8
Terdapat nilai intensitas rasa haus yang signifikan dari perbandingan ke tiga pasien
Karawang. Klien mengeluh haus karena membatasi asupan cairan, klien mengatakan
sudah rutin menjalani cuci darah/HD setiap hari rabu dan sabtu dalam satu minggu
sekali sejak bulan April 2019 dan terakhir HD yang ke 23 pada rabu 26 Juni 2019, tetapi
Sebelum penulis memberikan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint pada Ny. Y,
penulis menjalaskan terlebih dahulu tentang bagaimana obat kumur rasa mint bisa
mengurangi haus. Menurut (Putra, 2013) berkumur dengan obat kumur rasa mint dapat
berpengaruh terhadap rasa haus responden akibat rasa haus pasien akibat dari sifat atau
kandungan dari mint dan dari gerakan berkumur yang dapat meningkatkan sekresi
saliva. Salah satu kandungan kimia dari mint adalah menthol yang mempunyai sensasi
Penulis menjelaskan obat kumur apa yang akan digunakan dalam pemberian aplikasi
tersebut yaitu dengan menggunakan obat kumur rasa mint (listerine), kadungan obat
Dosis pemberian pada dewasa 20 ml setiap pagi dan malam, berkumur selama 30 detik
masalah keperawatan pada pasien Ny. Y dengan risiko ketidakseimbangan cairan maka
aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Liseterin) merupakan salah satu bentuk
Pada Ny. Y penulis menerapkan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine)
sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat dilakukan selama 3 hari
kelolaan terdapat perubahan terhadap nilai intensitas rasa haus pada Ny. Y dengan
Hasil nilai intensitas rasa haus pada Ny. Y dalam 3 hari kelolaan
Tabel 3.9
dengan obat kumur rasa mint (Listerine) terdapat perubahan terhadap balance cairan
yang dari setiap harinya, balance cairan hari pertama +1062.5cc, hari ke dua +912.5cc,
hari ke tiga +266cc. Sehingga pada hari ketiga pasien dirujuk untuk pulang. Dapat
disimpulkan bahwa terjadi penurunan sebesar 6 nilai intensitas rasa haus dari haus berat
menjadi haus ringan. Adanya pengaruh aplikasi pemberian obat kumur rasa mint
terhadap rasa haus Ny. Y yang menjalani hemodialisa di Ruang Rengasdengklok RSUD
Karawang.
Penulis tertarik menerapkan pemberian obat kumur rasa mint (Listerine). Pertama,
peneliti melihat peluang yang ada di ruangan untuk menerapkan implementasi sesuai
aplikasi tindakan keperawatan tersebut. kedua, aplikasi ini dapat diterapkan dalam salah
satu upaya manajemen cairan, tindakan bertujuan untuk mengurangi rasa haus dalam
asupan intake dan output balance cairan yang tidak seimbang sehingga menghindari
pasien dari masalah kelebihan cairan yang menjadi masalah utama pada pasien
penderita CKD.
Adapun kendala yang ditemui mahasiswa selama praktek. Pertama, tidak adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang aplikasi pemberian obat kumur rasa mint
terhadap penurunan rasa haus pada pasien CKD. Kedua, kendala yang ditemukan
berhubungan dengan kerja sama klien serta keluarga tidak patuh untuk melakukan
aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine) secara mandiri pada saat malam
hari sesuai dosis yang diberikan tanpa pengawasan oleh perawat. Klien/keluarga
berat berkeinginan untuk minum, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang signifikan
untuk mengatasi kelebihan cairan dalam manajemen cairan. Kendala tersebut tidak
berlangsung lama dan terjadi diawal pemberian asuhan keperawatan pada hari pertama.
Setelah diberikan edukasi dan diingatkan secara berulang - ulang, akhirnya kepatuhan
rasa mint hanya bisa dilakukan pengawasan oleh mahasiswa selama 3 hari kelolaan
asuhan keperawatan karena pasien sudah dirujuk untuk pulang, sehingga masalah
melaksanakan dalam kepatuhan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine)
selama berada dirumah, bertujuan untuk menghindari terjadinya lagi kelebihan cairan