Anda di halaman 1dari 40

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 3 Oktober 2022, di

dapatkan data identitas pasien. Nama pasien Tn. T, umur 58 tahun,

tempat tanggal lahir karawang 17 September 1964, jenis kelamin Laki-

laki. Tn. N bekerja sebagai buruh serabutan dengan nomor register

00.86.55.61. Pasien Tn. N datang ke rumah sakit pada tanggal 02

Oktober 2022 dan dirawat di Ruang Rengasdengklok dengan diagnosa

medis Thypoid Fever dan Abdominal Pain .

Adapun anak klien yang bertanggung jawab atas Tn. T adalah Tn. A

berumur 28 tahun beragama islam. Sehari – hari Tn. A bekerja sebagai

pegawai swasta, Tn. A tinggal dengan keluarga di Cidampa Kp

Ciparay. Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Provinsi

Jawa Barat.

b. Keluhan Utama

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 03 Oktober 2022 pukul 07.00,

klien mengatakan nyeri bagian perut, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri

dirasa dibagian perut bagian kanan atas dengan skala nyeri 7 dari 10,

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 60


nyeri terasa hampir setiap saat akibat dari belum BAB. Klien juga

mengeluh demam . Klien belum BAB selama 3 hari.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 02 Oktober 2022 klien masuk rumah sakit melalui Unit

Gawat Darurat oleh keluarganya dengan keluhan nyeri perut dan

belum BAB sejak 3 hari yang lalu, badan terasa lemas, klien juga

mengeluh demam. Dari pemeriksaan klien mengalami Thypoid Fever

dan Abdominal Pain. Pada pengkajian tanggal 3 Oktober 2022 klien

mengatakan nyeri bagian perut, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri

dirasa dibagian perut bagian kanan atas dengan skala nyeri 7 dari 10,

nyeri terasa hampir setiap saat akibat dari belum BAB. Klien juga

mengeluh demam . Klien belum BAB selama 3 hari. Tanda - tanda

vital klien yaitu tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi : 72 kali/menit,

Respirasi : 20 kali/menit, Suhu : 38,2 ºC.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengatakan pernah masuk rumah sakit sebelumnya dengan

keluhan nyeri perut dan juga demam. Klien tidak mempunyai riwayat

penyakit Diabetes Melitus, Jantung, dan tidak ada alergi obat maupun

pada makanan.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 61


Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai

penyakit seperti gagal ginjal kronik, diabetes miletus, ataupun jantung.

Genogram keluarga Tn. N dalam tiga generasi

Gambar 3.1

X X X X

58 Th

Tn. N

Keterangan :

: Laki - laki

: Perempuan

: Garis Keturunan

X : Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah

f. Pola dan Kebiasaan

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 62


1) Pola Nutrisi

Di Rumah :

Klien mengatakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore), nafsu

makan baik, 1 porsi makan yang dihabiskan, tidak ada makanan

yang membuat alergi, tidak ada makanan pantangan, diit rendah

serat, tidak merokok, tapi klien minum kopi.

Di Rumah Sakit :

Klien mengatakan makan 2 kali sehari (pagi dan sore), nafsu

makan baik, 1 porsi makan yang dihabiskan, tidak ada makanan

yang membuat alergi, tidak ada makanan pantangan, diit lunak,

tidak merokok, tidak minum kopi.

2) Pola Eliminasi

Di Rumah :

- BAK

Klien mengatakan frekuensi bak 4 – 6 kali perhari, total

produksi urine 400 – 600 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine

khas, tidak ada keluhan, tidak terpasang kateter.

- BAB

Klien mengatakan belum BAB selama kurang lebih 3 hari.

Di Rumah Sakit :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 63


- BAK

Klien mengatakan frekuensi bak 4 - 5 kali perhari, total

produksi urine 300 ml/cc, warna kuning jernih, bau urine khas,

tidak ada keluhan, tidak terpasang kateter.

- BAB

Klien mengatakan selama di RS belum pernah BAB.

3) Pola Aktivitas

Di Rumah :

Klien mengatakan aktivitas sehari – hari sedang, mobilisasi tidak

terbatas, kebiasaan aktivitas menggembala domba dan berkebun,

tingkat aktivitas mampu miring kanan – kiri, mampu duduk dan

berdiri sendiri, mampu ke kamar mandi sendiri, mampu makan dan

minum sendiri, tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

Di Rumah Sakit :

Klien mengatakan aktivitas sehari – hari ringan, mobilitasi terbatas

karena mengeluh nyeri perut, kebiasaan aktivitas ditempat tidur,

tingkat aktivitas mampu miring kanan – kiri, mampu duduk dan

berdiri sendiri, mampu ke kamar mandi sendiri, mampu makan dan

minum sendiri, keluhan dalam beraktivitas cepat terasa lelah dan

nyeri pada perutnya.

4) Pola Tidur

Di Rumah :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 64


Klien mengatakan lama tidur malam 6 – 7 jam perhari, klien jarang

tidur siang karena aktivitas nya berkebun, kualitas tidur baik, tidak

ada masalah yang mengganggu tidur.

Di Rumah Sakit :

Klien mengatakan lama tidur malam 4 – 5 jam per hari, lama tidur

siang 2 jam per hari, kualitas tidur baik, masalah yang mengganggu

tidur nyeri perut dan demam, pola kebiasaan tidur mengobrol

dengan anak dan istri.

5) Pola Kebersihan

Di Rumah :

Klien mengatakan frekuensi mandi 2 kali perhari (pagi dan sore),

menggunakan sabun mandi, frekuensi menyikat gigi 2 kali perhari

(pagi dan sore), menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, frekuensi

mencuci rambut 2 kali seminggu, menggunakan sampo, tidak ada

hambatan dalam membersihkan diri, persepsi dalam membersihkan

diri sebelum sakit baik.

Di Rumah Sakit :

Klien mengatakan frekuensi mandi 1 kali di sore hari hanya dilap,

menggunakan sabun mandi, frekuensi menyikat gigi 1 kali perhari

(sore), menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, belum mencuci

rambut selama dirawat, tidak ada hambatan dalam membersihkan

diri, persepsi dalam membersihkan diri selama sakit baik.

g. Riwayat Seksualitas

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 65


Klien mengatakan sudah mempunyai 1 anak yaitu laki-laki, klien dan

istri saling mencintai. Klien mengatakan dihargai oleh istrinya, dan

klien sangat menyayangi suami serta anaknya.

h. Riwayat Pengetahuan

Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit yang dideritanya,

yaitu Thypoid Fever dan klien juga tau bahwa makanan yang harus

dihindari atau dibatasi oleh klien. Seperti makanan yang pedas, asam

dan klien juga selalu menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi

dan selalu mencuci tangan sebelum makan.

i. Riwayat Psikososial Spiritual

1) Psikis

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, klien

mengatakan ingin sembuh dan sehat kembali. Klien mengatakan

tidak merasa cemas karena sudah pernah dirawat dengan keluhan

yang sama seperti nyeri perut dan demam.

2) Sosial

Klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan tidak ada

masalah, klien tinggal dirumah dengan istri serta anaknya dan

terletak di perkampungan, kerabat terdekat klien yaitu teman.

Hubungan klien dengan pasien lain serta perawat baik dan tidak

ada masalah.

3) Spiritual

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 66


Klien mengatakan seorang muslim, kegiatan keagamaan yang

selalu dilakukan yaitu beribadah lima waktu, keyakinan klien disaat

sakit yaitu beribadah dan selalu berdoa kepada tuhan untuk

kesembuhannya serta bisa beraktivitas kembali dirumah bersama

keluarganya.

j. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 3 Oktober 2022 pada pukul

07.30 WIB.

1) Keadaan Umum

Kesadaran klien compos mentis, GCS : E4 V5 M6, klien tampak

lemas dan. TTV: Tekanan Darah : 130/90 mmHg, Nadi : 72

kali/menit, Respiratori : 20 kali/menit, Suhu : 38,2 ºC, Tinggi

Badan : 171 cm, Berat Badan : 78 kg. Berat Badan Ideal : 63 kg.

2) Sistem Penginderaan

Telinga

- Inspeksi :

Fungsi pendengaran baik, nampak simetris, tidak ada serumen,

tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.

Mata

- Inspeksi :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 67


Mata simetris, tidak ada pembengkakan palpebra, konjungtiva

tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri 3

mm/3mm, reflek cahaya +/+, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan pada bola mata, tidak ada peningkatan

tekanan intra okuler.

Hidung

- Inspeksi :

Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak

ada sumbatan.

- Palpasi :

Tidak ada nyeri tekan.

Mulut

- Inspeksi :

Mulut nampak bersih, mukosa bibir kering/pucat, jumlah gigi

lengkap, tidak ada peradangan gusi, lidah nampak bersih.

3) Sistem Integumen

- Inspeksi :

Warna kulit sawo matang, kulit nampak lembab, tidak ada lesi.

- Palpasi :

Turgor kulit elastis.

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 68


4) Sistem Kardiovaskuler

- Palpasi :

Iktus kordis teraba pada intercostals V, tidak ada peningkatan

JVP (Jugularis Vena Pressure), CRT (Cafilrary Refilling

Time) dapat kembali dalam waktu 2 detik, akral teraba hangat,

denyut nadi teraba kuat dengan irama teratur.

- Auskultasi :

Bunyi jantung normal S1 dan S2 terdengar murni regular.

5) Sistem Pernafasan

- Inspeksi :

Tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pengembangan paru

saat bernafas simetris.

- Palpasi :

Tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak ada nyeri tekan.

- Perkusi :

Perkusi suara paru resonan.

- Auskultasi :

Bunyi napas normal/vesikuler.

6) Sistem pencernaan

- Inspeksi :

Abdomen nampak simetris.

- Palpasi :

Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran

hepar dan limpa.

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 69


- Perkusi :

Pekak.

- Auskultasi :

Bising usus 12 kali/menit.

7) Sistem Perkemihan

- Inspeksi :

Tidak nampak massa, dan tidak ada pulsasi, tidak terpasang

alat bantu kateter, output urine 750 cc/24 jam.

- Palpasi :

Ginjal teraba, tidak ada tanda hidronefrosis, tidak ada nyeri

tekan.

8) Sistem Persarafan

Test Nervus Cranial :

- Nervus Olfaktorius

Klien mampu membedakan bau kopi dan kayu putih.

- Nervus Optikus

Klien mampu membaca papan nama perawat dalam jarak 30

cm.

- Nervus Okulomotoris, Troklearis, Abdusen

Klien mampu menggerakkan bola mata kearah atas, bawah,

dan samping serta mengedip secara spontan.

- Nervus Trigeminus

Klien mengatakan sentuhan kapas diwajahnya, klien dapat

menggerakkan rahangnya.

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 70


- Nervus Fasialis.

Klien dapat menggerakkan dahi, dapat membedakan rasa asin,

manis pada lidahnya, tidak terdapat parese.

- Nervus Auditorius

Klien mendengar dengan jelas dibuktikan dapat menjawab

semua pertanyaan.

- Nervus Glosofaringeus dan Vagus

Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah,

klien dapat menelan, uvula bergetar saat klien mengucapkan

kata “Ach “.

- Nervus Acessorius

Klien dapat menggerakkan leher, kekuatan otot sama saat

diberi tekanan pada dagu disaat klien menoleh, klien dapat

mengangkat bahunya tanpa rasa nyeri dan melawan tekanan

yang diberikan.

- Nervus Hipoglosus

Klien mampu menjulurkan lidahnnya kekiri dan kekanan dan

dapat menariknya dengan baik dan pergerakan terkontrol.

9) Sistem Endokrin

- Inspeksi :

Tidak ada tanda – tanda gangguan hormonal seperti moonface

dan exophthalmos, tidak terdapat tremor pada kedua belah

tangan.

- Palpasi :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 71


Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.

- Auskultasi :

Tidak ada bunyi desiran.

10) Sistem Muskuloskeletal

- Ekstremitas Atas :

Pergelangan tangan dapat (ekstensi, fleksi, dan rotasi), jari –

jari tangan dapat (abduksi, reflek bisep, dan tricep), kekuatan

otot ++/++, tidak terdapat edema, terpasang infus pada tangan

kiri.

- Ekstremitas Bawah :

Pergelangan kaki dapat (fleksi dan ekstensi), jari – jari kaki

dapat (versi, inversi, abduksi, dan reflek fatella), kekuatan otot

++/++, tidak terdapat edema pada kaki.

k. Penilaian Risiko Jatuh, Kemampuan Fungsional, Risiko Dekubitus

Dilakukan pengkajian pada tanggal 3 Oktober 2022.

Tabel 3.1

PENILAIAN RISIKO JATUH (Skala Morse)

Parameter Nilai Skor


1. Apakah ada riwayat jatuh dalam 3 bulan Tidak 0
terakhir Ya 25
2. Apakah ada penyakit penyerta (diagnosis Tidak 0
sekunder) Ya 15
3. Alat bantu jalan
 Dibantu perawat/tidak menggunakan alat bantu Ya 0
 Menggunakan alat bantu: kruk/tongkat, Ya 15
kursiroda
 Merambat dengan berpegangan pada meja, Ya 30
kursi (furniture)
4. Apakah terpasang infus/pemberian Tidak 0
antikoagulan (heparin)/obat lain yang Ya 20
mempunyai efek samping risiko jatuh
5. Kondisi untuk melakukan gerakan berpindah /

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 72


mobilisasi
 Normal/tirah baring/imobilisasi Ya 0
 Lemah Ya 10
 Ada keterbatasan berjalan Ya 20
6. Status mental
 Menyadari kelemahannya Ya 0
 Tidak menyadari kelemahan nya Ya 15
Jumlahskor……………………………….. 30
0-24 TIDAK BERISIKO
Interpretasi 25-50 RISIKO RENDAH
≥ 51 RISIKO TINGGI
PENILAIAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL (BarthelIndeks)
Aktivitas yang dinilai 0 5 10
1. Makan √
2. Berubah sikap dari berbaring ke duduk/dari √
kursi roda ke bed

3. Mandi
4. Berpakaian √
5. Membersihkan diri √
6. Berpindah/berjalan √
7. Toileting (masuk keluar toilet sendiri) √
8. Naik turun tangga
9. Mengendalikan buang air kecil √
10. Mengendalikan buang air besar √

Jumlah skor 70 Interpretasi 0-20 Ketergantungan TOTAL
21-99 Ketergantungan SEBAGIAN
100 (Ringan,Sedang,Berat)
MANDIRI
PENILAIAN RISIKO DEKUBITUS (METODE NORTON)
YANG SKOR
DINILAI 1 2 3 4
Kondisi fisik Sangat Buruk Sedang Baik
buruk
Status mental Sopor Bingung Apatis Sadar
Aktifitas Ditempat Kursi roda Jalan dengan Jalansendiri
tidur bantuan
Mobilitas Tidak Sangat Gerak terbatas Bebas bergerak
bergerak terbatas
Inkontinensia Inkontinen Selalu Kadang Kontinen
urin dan alvi kontinen inkontinen
Jumlah skor Interpretasi 16-20 : tidak 12-15 : Rentan < 12 : Risiko tinggi
18 ada risiko risiko

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 73


l. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.2
DATA LABORATORIUM
Tanggal pemeriksaan :3 Oktober 2022
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi :
1. Hemoglobin 15,1 g/dL 13,40 – 17,30
2. Eritrosit 4,66 x10ˆ6/uL 4.74 – 6,32
3. Leukosit 13,04 x10ˆ3/uL 5.07 – 11.10
4. Trombosit 194 x10ˆ3/uL 185 – 398
5. Hematokrit 42,2 % 39.90 – 51.10
6. Basofil 0% 0-1
7. Eosinofil 0% 0.70 – 5.40
8. Neutrofil 82 % 42.50 – 71.00
9. Limposit 15 % 20.40 – 44.60
10. Monosit 3% 3.60 – 9.90
11. MVC 91 fL 73.40 – 91.00
12. MCH 32 pg 24.20 – 31.20
13. MCHC 32 g/dL 31.90 – 36.00
14. RDW – CV 12,3 % 11.30 – 14.60
Kimia :
15. Glukosa Darah Sewaktu 107 mg/dL 70 – 110
16. Ureum 24.4 mg/dL 15.0 – 50.0
17. Creatinin 0.56 mg/dL 0.60 – 1.10
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LAIN
Tanggal pemeriksaan : 3 Oktober 2022
Jenis pemeriksaan Hasil
- Thyposa H 1/320
- H Paratyphi A 1/80
- H Paratyphi B Negatif
- H Paratyphi C Negatif
- Thyposa O 1/80
- O Paratyphi A 1/80
- O Paratyphi B 1/90
- O Paratyphi C Negatif

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 74


m. Terapi Obat

Tabel 3.3
THERAPI OBAT
NamaObat Dosis Frekuensi Rute Waktu Kegunaan
Ceftriaxone 1000 2x1 Bolus IV (06.00- Antibiotik
mg 18.00)
Paracetamol 500 g 3x1 Drip (06.00- Menurunkan
14.00- gejala demam
22.00)
Ketorolac 10 mg 2x1 Drip (06.00- Menetralisir rasa
18.00) nyeri
Omeprazole 40 mg 3x1 Bolus IV (06.00- Asam lambung
14.00-
22.00)
Nacl 0,9% 500 20 tpm IV 24.00 Keseimbangan
ml cairan elektrolit

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 75


n. Patofisiologi Berdasarkan Kasus

Bagan 3.1

Salmonella Thyposa

Basil masuk bersama makanan / minuman yang terkontaminasi

Terjadi infeksi pada saluran pencernaan

Anoreksia, mual dan muntah Diserap oleh usus


halus

Kehilangan volume cairan secara


aktif
Melalui pembuluh limfe
masuk kedalam pembuluh
darah
Defisit volume cairan

Masuk ke organ tubuh


Nyeri akut Konstipasi terutama hati dan limfa

Basil yang tidak dihancurkan


berkembang biak dalam hati
dan limfa akan membesar

Masuk ke dalam darah


(endotoksin)

Bakterimia dan menyebar


keseluruh tubuh

Hipertermia

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 76


o. Analisa Data

Pada Pasien Tn. N dengan Thypoid Fever di Ruang

Rengasdengklok RSUD Karawang

Tabel 3.4

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Salmonella Thyposa Nyeri Akut
Klien mengatakan ↓ (D.0077)
nyeri dibagian Basil masuk bersama
perutnya, nyeri dirasa makanan / minuman
apabila klien posisi yang terkontaminasi
supinasi dan ↓
berkurang jika klien Terjadi infeksi pada
posisi lateral, nyeri saluran pencernaan
seperti tertusuk-tusuk, ↓
nyeri dirasa dibagian Diserap oleh usus
perut kuadran atas kiri halus
dan kanan, skala nyeri ↓
7 dari 10, nyeri Melalui pembuluh
muncul hampir setiap limfe masuk
saat. kedalam pembuluh
darah
DO : ↓
1. Klien tampak Masuk ke organ
meringis nyeri tubuh terutama hati
2. Skala nyeri 7 dari dan limfa
10 ↓
3. TTV : TD : 130/90 Basil yang tidak
mmHg, Nadi : 72 dihancurkan
kali/menit, berkembang biak
Respiratori : 20 dalam hati dan limfa
kali/menit, Suhu : akan membesar
38.2℃ ↓
Konstipasi

Nyeri Akut

2 DS : Salmonella Thyposa Hipertemia


Klien mengatakan ↓ (D.0130)
demam sudah 2 hari. Basil masuk bersama
DO : makanan / minuman
1. Keadaan umum yang terkontaminasi
tampak lemah ↓
2. Suhu 38.2ºC Terjadi infeksi pada
saluran pencernaan

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 77


3. Kulit terasa ↓
hangat. Diserap oleh usus
halus

Melalui pembuluh
limfe masuk
kedalam pembuluh
darah

Masuk ke organ
tubuh terutama hati
dan limfa

Basil yang tidak
dihancurkan
berkembang biak
dalam hati dan limfa
akan membesar

Masuk ke dalam
darah (endotoksin)

Bakterimia dan
menyebar keseluruh
tubuh

Hipertermia

3 DS : Salmonella Thyposa Konstipasi


Klein mengatakan ↓ (D.0049)
belum BAB selama 3 Basil masuk bersama
hari. makanan / minuman
yang terkontaminasi
DO : ↓
1. Kedaan umum Terjadi infeksi pada
tampak lemah saluran pencernaan
2. Distensi abdomen ↓
3. Peristaltik usus Diserap oleh usus
12x/menit halus

Melalui pembuluh
limfe masuk
kedalam pembuluh
darah

Masuk ke organ
tubuh terutama hati
dan limfa

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 78



Basil yang tidak
dihancurkan
berkembang biak
dalam hati dan limfa
akan membesar

Konstipasi

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

1. Nyeri Akut (D.0077)

2. Hipertemia (D.0130)

3. Konstipasi (D.0049)

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 79


3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Pada Pasien Tn. N dengan Thypoid Fever di Ruang Rengasdengklok

RSUD Karawang

Tabel 3.5

No. Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan tingkat Definisi: Mengidentifikasi dan
nyeri menurun, dengan mengelola pengalaman sensorik atau
Kriteria Hasil : emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional
Tingkat Nyeri (L.08066)
1. Keluhan nyeri dengan onset mendadak atau lambat
menurun (5) (dari dan berintensitas ringan hingga berat
skala 7 menjadi 3) dan konstan
2. Meringis menurun
(5) Observasi
3. Gelisah menurun - Identifikasi lokasi, karakterisitk,
(5) durasi, frekuensi, kualitas,
4. Tekanan darah intensitas nyeri
membaik (5) - Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri
nonverbal
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (TENS, hipnosis,
akupresusr, terapi musik,
biofeedback,terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat
atau dingin, terapi bermain)
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 80


Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506)


keperawatan selama 3 x 24
jam hipertemia membaik, Definisi: Mengidentifikasi dan
dengan kriteria hasil: mengelola peningkatan suhu tubuh
Termoregulasi (L.14134) akibat disfungsi termoregulasi
1. Pucat menurun (5)
2. Suhu tubuh Observasi:
membaik (5) - Identifikasi penyebab
3. Suhu kulit hipertermia (mis. dehidrasi,
membaik (5) terpapar lingkungan panas,
4. Kadar glukosa penggunaan inkubator)
darah membaik (5)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik:
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Posisikan semi fowler atau
fowler
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 81


sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia, atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian pemberian
cairan dan elektrolit, jika perlu
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi (I.04155)
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan konstipasi Definisi: Mengidentifikasi dan
membaik, dengan Kriteria mengelola pencegahan dan
Hasil :
mengatasi sembelit/ impaksi
Eliminasi Fekal
(L.04033) Observasi:
1. Kontrol pengeluaran - Periksa tanda dan gejala
feses meningkat (5) konstipasi
2. Distensi abdomen - Periksa pergerakan usus,
menurun (5) karakteristik feses (konsistensi,
3. Nyeri abdomen
bentuk, volume, dan warna)
menurun (5)
4. Peristaltik usus - Identifikasi faktor resiko
membaik (5) konstipasi (mis. obat-obatan,
tirah baring, dan diet rendah
serat)
- Monitor tanda dan gejala ruptur
usus dan/atau peritonitis
Terapeutik:
- Anjurkan diet tinggi serat
- Lakukan masase abdomen, jika
perlu
- Lakukan evakuasi feses secara
manual, jika perlu
- Berikan enema atau irigasi, jika
perlu
Edukasi:
- Jelaskan etiologi masalah dan

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 82


alasan tindakan
- Anjurkan peningkatan asupan
cairan, jika tidak ada
kontraindikasi
- Latih buang air besar secara
teratur
- Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Kolaborasi:
- Konsultasi dengan tim medis
tentang penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
- Kolaborasi penggunaan obat
pencahar, jika perlu

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 83


4. Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. N Ruangan : Rengasdengklok

No.RM : 00.86.55.61 Nama Mahasiswa : Tubagus A S

Tabel 3.6 Catatan Keperawatan

Hari/ Jam No. Dx TindakanKeperawatan&Respon Paraf


Tanggal
Rabu/ 07.30 1 - Mengidentifikasi lokasi,
05-10- karakterisitk, durasi, frekuensi,
2022 kualitas, intensitas nyeri
Respon : Pasien nyeri terasa
dibagian perut dengan
karakteristik seperti ditusuk-tusuk
dengan frekuensi sering.
07.45 2
- Mengidentifikasi penyebab
hipertermia (mis. dehidrasi,
terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator) serta
Memonitor suhu tubuh
Respon : penyebab hipertermia
klien akibat dari proses penyakit
nya. Suhu 38,0˚C.
07.50 3
- Memeriksa tanda dan gejala
konstipasi
Respon : Klien mengatakan masih
belum BAB selama dirawat di
08.00 1,2,3 RS.

- Berkolaborasi penggunaan obat


pencahar(Lactulax sirup 1x30ml)
Berkolaborasi pemberian
pemberian cairan (NaCl 500cc
20tpm), Berkolaborasi pemberian
analgetik (Ketorolac 2x10mg):
Respon : klien tampak lemah dan
bersikap kooperatif pada saat
09.15 1 pemeberian obat

- Memberikan kompres hangat


diarea abdomen :
Respon : Klien tampak lebih
11.00 2 rileks dan meringis akibat

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 84


nyerinya berkurang.

- Berkolaborasi pemberian obat


paracetamol drip 3x500mg :
Respon : Klien tampak lemah dan
tenang.
Kamis/ 07.30 1,2,3 - Memonitor tanda – tanda vital.
06-10- Respon : TTV : TD : 130/80
2022 mmHg, Nadi : 80 kali/menit,
Respiratori : 20 kali/menit, Suhu :
37.8 ℃
08.00 1,3 - Berkolaborasi penggunaan obat
pencahar(Lactulax sirup 1x30ml)
Berkolaborasi pemberian
analgetik (Ketorolac 2x10mg):
Respon : klien mengatakan sudah
BAB 1x, tampak lemah dan
bersikap kooperatif pada saat
pemeberian obat
11.30 2
- Menyediakan lingkungan yang
dingin (atur AC ke kondisi yang
nyaman bagi klien)
Respon: Klien tampak lebih
nyaman
11.45 2
- Memposisikan semi fowler
Respon : Klien tampak lebih
13.25 1 nyaman
.
- Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (Relaksasi napas
dalam)
Respon : Klien sudah bisa
mengontrol rasa nyerinya
walaupun tidak diawasi oleh
keluarga.

Jumat/ 14.00 1,2,3 - Memonitor tanda – tanda vital.


07-10- Respon : TTV : TD : 130/80
2022 mmHg, Nadi : 77 kali/menit,
Respiratori : 20 kali/menit, Suhu :
37.00 ℃

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 85


14.10 3 - Mengajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi
Respon: klien paham dan sudah
bisa bagaimana cara mengatasi
konstipasi dengan cara memenuhi
asupan cairannya
14.20 1 - Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Respon: Klien mengatakan akan
membatasi aktivitas nya ketika
dirumah

5. Evaluasi Keperawatan

Nama Pasien : Tn. N Ruangan : Rengasdengklok

No.RM : 02.01.01.20190006883.005. Nama Mahasiswa : Tubagus A S

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 86


Tabel 3.7 Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal No.Dx SOAP Paraf


Rabu/ 1 S : Klien mengeluh nyeri perut.
05-10-2022 O:
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 5
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1 : Manajemen
nyeri
2
S : Klien mengatakan demam nya sudah
sedikit membaik
O:
- Keadaan umum tampak lemah
- Suhu: 37,8˚C
- Terpasang paracematol drip 3x500mg
- Akral teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi no 2 : Manajemen
hipertermia
3
S : Klien mengatakan belum BAB selama
dirawat di RS.
O:
- Kedaan umum tampak lemah
- Peristaltik usus 10x/menit
- Abdomen teraba keras
- Bunyi abdomen pekak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 3 : Manajemen
Konstipasi
Kamis/ 1 S : Klien mengeluh nyeri nya berkurang dan
06-10-2022 sudah jarang terasa
O:
- TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi : 82
kali/menit, Respiratori : 20 kali/menit,
Suhu : 37.8 ℃
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1 : Manajemen
nyeri
2
S : Klien mengatakan demamnya sudah
berkurang
O:
- Keadaan umum tampak lemah
- Suhu: 37.8 ℃
A : Masalah teratasi sebagian

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 87


P : Lanjutkan intervensi no 2 : Manajemen
3 hipertermia

S: Klien mengatakan sudah BAB 1x hari ini


O:
- Kedaan umum tampak lemah
- Peristaltik usus 13x/menit
- Abdomen teraba keras

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi no 3 : Manajemen
konstipasi
Jumat/ 1 S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri perut
07-10-2022 lagi
O:
- TTV : TD : 130/80 mmHg, Nadi : 78
kali/menit, Respiratori : 20 kali/menit,
Suhu : 37.00 ℃
- Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
2
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak
O:
- Keadaan umum tampak baik
- Suhu 37.00 ℃
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 S: Klien mengatakan sudah BAB 3x perhari
O:
- Kedaan umum tampak baik.
- Peristaltik usus 12x/menit
- Bunyi abdomen timpani
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

B. Pembahasan Kasus

Penulis akan membahas masalah yang ditemukan selama melaksanakan Asuhan

Keperawatan pada pasien Ny. Y dengan diagnosa Cronik Kidney Disease (CKD) on HD

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 88


di Ruang Rengasdengklok RSUD Karawang. Adapun masalah tersebut berupa

kesenjangan antara teori dan pelaksanaan praktek secara langsung.

Masalah yang penulis temukan selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. Y

dengan diagnosa CKD on HD adalah sebagai berikut.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yaitu pengumpulan data

yang dilakukan melalui pasien, keluarga, catatan perawat, dan pemeriksaan fisik.

Selanjutnya data tersebut dianalisa dan ditegakan diagnosa keperawatan (Potter &

Perry, 2010).

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 3 Juli 2019, di dapatkan data identitas

pasien. Nama pasien Ny. Y, umur 37 tahun, tempat tanggal lahir karawang 1 Januari

1982, jenis kelamin perempuan. Ny. Y bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan

nomor register 02.01.01.201900016883.005. Pasien Ny. Y datang ke rumah sakit

pada tanggal 1 Juli 2019 dan dirawat di Ruang Rengasdengklok dengan dianosa

medis CKD on HD.

Dengan keluhan utama badan terasa lemas dan sesak napas, klien mengeluh haus

karena membatasi asupan cairan. Klien dibawa oleh keluarganya pada tanggal 1 Juli

2019, klien masuk rumah sakit melalui Unit Gawat Darurat dengan keluhan sesak

napas sejak 1 hari yang lalu, badan terasa lemas, terdapat pitting edema pada

ekstremitas bawah derajat II kembali pada waktu 5 detik, BAK sedikit sejak 3 bulan

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 89


terakhir. Dari pemeriksaan klien mengalami gagal ginjal kronik. Pada pengkajian

tanggal 3 Juli 2019 klien mengatakan cepat merasa lelah dan sesak nafas bila

beraktivitas. Klien mengeluh haus karena membatasi asupan cairan, klien nampak

beraktivitas di tempat tidur, terdapat pitting edema pada ekstremitas bawah. Klien

mengatakan sudah rutin cuci darah/hemodialisa (HD) setiap hari rabu dan sabtu

dalam satu minggu sekali sejak bulan April 2019, tetapi terlambat melakukan HD

pada hari sabtu kemarin. Keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos

mentis. Tanda - tanda vital klien yaitu tekanan darah : 140/100 mmHg, Nadi : 98

kali/menit, Respiratori : 26 kali/menit, Suhu : 37.00 ºC.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari literatur yang penulis yang penulis pelajari, secara teoritis Penyakit Ginjal

Kronik (PGK) menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), Terdiri dari 4 diagnosa

keperawatan, yaitu : Risiko ketidakseimbangan cairan, Pola napas tidak efektif,

Penurunan curah jantung, Intoleransi aktivitas. Sedangkan pada tinjauan kasus atau

praktek asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan diagnosa CKD on HD terdapat 3

diagnosa keperawatan yaitu : Risiko ketidakseimbangan cairan, Pola napas tidak

efektif, Intoleransi aktivitas.

3. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang utama berdasarkan prioritas yaitu, Risiko

ketidakseimbangan cairan. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam diharapkan status cairan membaik dengan kriteria hasil menurut

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 90


(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) : Kekuatan nadi meningkat, rasa haus menurun

(EBP), tekanan darah membaik, tekanan nadi membaik, pasien mau untuk

membatasi asupan cairan. Serta intervensi keperawatan utama menurut (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen cairan dan pemantauan cairan.

Diagnosa keperawatan ke dua berdasarkan prioritas yaitu, Pola napas tidak efektif.

Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil menurut (Tim Pokja SLKI

DPP PPNI, 2019) : Pemanjangan fase ekspirasi menurun, frekuensi napas membaik,

kedalaman napas membaik. Serta intervensi keperawatan utama menurut (Tim

Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen jalan napas dan pemantauan

respirasi.

Diagnosa keperawatan ke tiga berdasarkan prioritas yaitu, Intoleransi aktivitas.

Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil menurut (Tim Pokja

SLKI DPP PPNI, 2019) : Kemudahan melakukan aktivitas sehari – hari meningkat,

keluhan lelah menurun, perasaan lemah menurun. Serta intervensi keperawatan

utama menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) yaitu : Manajemen energi dan

terapi aktivitas.

4. Implementasi Keperawatan

Menurut (Supratti & Ashriady, 2016) Implementasi adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 91


Ukuran intervensi keperwatan yang diberikan kepada klien terkait dengan

dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien – keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul di

kemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar

sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif

(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam

melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor – faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama praktek di rumah sakit pada pasien

Ny. Y dengan CKD on HD : Memonitor tanda – tanda vital R/ : TD : 140/100

mmHg, Nadi : 98 kali/menit, Respiratori : 26 kali/menit, Suhu : 37.00 ℃.

Memonitor status hidrasi R/ : Denyut nadi teraba kuat dengan irama teratur, akral

hangat, CRT dapat kembali dalam waktu 2 detik, mukosa bibir kering/pucat, turgor

kulit elastis. Memonitor berat badan harian R/: BB : 60 kg, Memonitor hasil

pemeriksaan laboratorium R/: Hasil lab, 1 juli 2019 : Hemoglobin : 9 g/dL,

Hematokrit : 26.5%, Ureum : 70.8 mg/dL, Creatinin : 9.96 mg/dL. Mencatat intake

– output dan hitung balance cairan 24 jam R/: IWL : 15cc x 60kg/24jam = 37.5cc,

Balance Cairan : Intake cairan : Nutrisi : 500cc, Minum : 500cc, Obat injeksi :

100cc, Infus : 300cc, Output cairan : Produksi urine : 300cc, IWL : 37.5cc, Balance

Cairan/24 jam : Intake – Output = 1400 – 337.5 = +1062.5 cc. Menjelaskan

pemberian obat kumur rasa mint terhadap rasa haus (EBP) : Obat kumur rasa mint

(diberikan 3cc Listerine), aqua gelas yang kosong di isikan dengan Listerine 3cc,

lalu diberikan pada pasien untuk berkumur /R : klien mengatakan akan mengikuti

prosedur tindakan yang akan diberikan oleh perawat. Mencatat nilai rasa haus R/:

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 92


Sebelum dilakukan intervensi klien mengatakan haus, nilai rasa haus 9 (Haus Berat).

Memberikan obat kumur rasa mint R/ : Klien mengatakan terasa dingin di mulut

setelah berkumur dengan obat kumur rasa mint. Mencatat nilai rasa haus setelah

diberikan intervensi R/ : Klien mengatakan tidak terlalu merasa haus setelah

berkumur dengan obat kumur rasa mint, nilai rasa haus 3 (Haus Ringan).

Mengajarkan cara membatasi cairan R/ : Klien sudah bisa mengontrol rasa hausnya

walaupun tidak diawasi oleh keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan

merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,

untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil

dari proses keperawatan (Supratti & Ashriady, 2016).

Setelah pemberian asuhan keperawatan selama 3 hari hasil evaluasi masalah

keperawatan risiko ketidakseimbangan cairan pada pasien Ny. Y teratasi sebagian,

karena pasien telah dirujuk untuk pulang pada hari jumat tanggal 7 Juli 2019. Untuk

mencapai hasil yang maksimal intervensi ditingkatkan, anjurkan untuk tetap

melakukan aplikasi berkumur dengan obat kumur rasa mint (Listerine) pada saat

dirumah untuk mengurangi rasa haus ketika terasa haus timbul dimana mencegah

terjadinya ketidakpatuhan dalam membatasi cairan saat dirumah.

C. Pembahasan Evidence Based Practice

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 93


Dengan analisa jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh (Ardiyanti, Armiyati, & Arif

SN, 2015) Judul “Pengaruh Kumur Dengan Obat Kumur Rasa Mint Terhadap Rasa

Haus Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di SMC RS

Telogorejo” menunjukan hasil penelitian pemberian obat kumur rasa mint terhadap rasa

haus pasien PGK yang menjalani hemodialisa dengan populasi semua pasien PGK yang

menajalani hemodialisa di SMC RS Telogorejo Semarang sejumlah 51 pasien, sampel

16 responden dengan PGK yang menjalani hemodialisa di unit hemodialisa SMC RS

Telogorejo dengan kriteria inklusi : menajalani hemodialisa secara rutin 2 kali per

minggu pada waktu siang hari (shift siang) saat menunggu untuk dilakukan hemodialisa

pasien bersedia menjadi responden dan pasien mengalami rasa haus. Pelaksanaan

penelitian dilakukan dengan kelompok subyek sebelum diberikan intervensi berkumur

dengan obat kumur rasa mint subyek diukur terlebih dahulu skala rasa hausnya dan

setelah diberikan intervensi tersebut subyek kembali diukur skala rasa hausnya.

Instrument dalam penelitian tersebut dengan menggunakan lembar instrument

pemantauan pengukuran rasa haus visual analogue scale (VAS) for assessment of thirst

intensity. Instrumen dilengkapi dengan protokol prosedur tindakan berupa lembar

prosedur berkumur dengan obat kumur rasa mint. Dan peneliti mendapatkan hasil

penelitian rerata sebelum diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint

menunjukkan nilai 5,56 (haus sedang), sedangkan nilai rerata setelah diberikan

intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint mengalami penurunan menjadi 3,69

(haus ringan).

Analisa hasil nilai rerata setelah diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa

mint mengalami penurunan menjadi 3,69 (haus ringan). Berdasarkan nilai rerata

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 94


sebelum dan sesudah diberikan intervensi berkumur dengan obat kumur rasa mint dapat

disimpulkan bahwa terjadi penurunan intensitas rasa haus responden sebesar 33,6%.

Ada pengaruh kumur dengan obat kumur rasa mint atau obat kumur rasa mint mampu

menurunkan rasa haus pasien PGK yang menjalani hemodialisa di SMC RS Telogorejo

Semarang.

Sedangkan penulis tertarik mengambil topik Karya Ilmiah Akhir dengan judul “Aplikasi

Pengaruh Obat Kumur Rasa Mint Terhadap Rasa Haus Pasien Ny. Y Cronik Kidney

Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisa Di Ruang Rengasdengklok RSUD

Karawang”. Dengan data Medikal Rekap pada tahun 2018 terdapat 10,48% pasien yang

menderita penyakit ginjal kronik di ruang rawat RSUD Karawang dengan menajalani

hemodialisa. Selain itu pada tahun 2019 terdapat 16,85% yang menderita gagal ginjal

kronik diruang rawat RSUD Karawang dengan menjalani hemodialisa. Terdapat

peningkatan 6,37% pada PGK yang menjalani hemodialisa dari tahun 2018 sampai

tahun 2019.

Penulis memberikan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine) pada ke 3

pasien yang dirawat di Ruang Rengasdengklok untuk mengetahui perbandingan nilai

intensitas rasa haus, dimana nilai yang lebih siginifikan akan diambil untuk dijadikan

pasien kelolaan dalam tugas Karya Ilmiah Akhir. Hasil perbandingan intensitas rasa

haus di hari pertama pengkajian pada tanggal 3 Juli 2019 yang telah dilakukan

menggunakan instrument Visual Analogue Scale (VAS) untuk menentukan nilai rasa

haus, serta dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat,

didapatkan hasil :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 95


Hasil penilaian intensitas rasa haus

Tabel 3.8

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 3 Juli 2019

Nama Klien Pre Intervensi Post Intervensi


Ny. A Nilai rasa haus 7 (Haus Berat) Nilai rasa haus 3 (Haus
Ringan)
Ny. T Nilai rasa haus 6 (Haus Sedang) Nilai rasa haus 3 (Haus
Ringan
Ny. Y Nilai rasa haus 9 (Haus Berat) Nilai Rasa haus 3 (Haus
Ringan)

Terdapat nilai intensitas rasa haus yang signifikan dari perbandingan ke tiga pasien

tersebut adalah Ny. Y dengan diagnosa CKD on HD di ruang Rengasdengklok RSUD

Karawang. Klien mengeluh haus karena membatasi asupan cairan, klien mengatakan

sudah rutin menjalani cuci darah/HD setiap hari rabu dan sabtu dalam satu minggu

sekali sejak bulan April 2019 dan terakhir HD yang ke 23 pada rabu 26 Juni 2019, tetapi

terlambat melakukan HD pada hari sabtu tanggal 29 Juni 2019.

Sebelum penulis memberikan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint pada Ny. Y,

penulis menjalaskan terlebih dahulu tentang bagaimana obat kumur rasa mint bisa

mengurangi haus. Menurut (Putra, 2013) berkumur dengan obat kumur rasa mint dapat

berpengaruh terhadap rasa haus responden akibat rasa haus pasien akibat dari sifat atau

kandungan dari mint dan dari gerakan berkumur yang dapat meningkatkan sekresi

saliva. Salah satu kandungan kimia dari mint adalah menthol yang mempunyai sensasi

rasa dingin dan menyegarkan pada mulut.

Penulis menjelaskan obat kumur apa yang akan digunakan dalam pemberian aplikasi

tersebut yaitu dengan menggunakan obat kumur rasa mint (listerine), kadungan obat

kumur yang digunakan pada listerine yaitu :

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 96


- Thymol : 0,64 mg dalam 1 ml

- Methyl Salicylate : 0,6 mg dalam 1 ml

- Menthol : 0,42 mg dalam 1 ml

- Eucalyptol : 0,92 mg dalam 1 ml

Dosis pemberian pada dewasa 20 ml setiap pagi dan malam, berkumur selama 30 detik

lalu buang cairan kumur tersebut.

Berdasarkan pengamatan dan observasi penulis di Ruang Rengasdengklok RSUD

Karawang khususnya pada proses asuhan keperawatan, sejalan betapa prioritasnya

masalah keperawatan pada pasien Ny. Y dengan risiko ketidakseimbangan cairan maka

aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Liseterin) merupakan salah satu bentuk

intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat.

Pada Ny. Y penulis menerapkan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine)

sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah dibuat dilakukan selama 3 hari

kelolaan terdapat perubahan terhadap nilai intensitas rasa haus pada Ny. Y dengan

diagnosa CKD on HD sebagai berikut.

Hasil nilai intensitas rasa haus pada Ny. Y dalam 3 hari kelolaan

Tabel 3.9

Dilakukan perngkajian pada tanggal 03 s/d 05 Juli 2019

Hari ke- Pre Intervensi Post Intervensi


Hari pertama Nilai rasa haus 9 (Haus Nilai rasa haus 3 (Haus
Berat) Ringan)
Hari kedua Nilai rasa haus 8 (Haus Nilai rasa haus 2 (Haus
Berat) Ringan)
Hari ketiga Nilai rasa haus 9 (Haus Nilai rasa haus 3 (Haus
Berat) Ringan)

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 97


Berdasarkan nilai intensitas rasa haus pre dan post diberikan intervensi berkumur

dengan obat kumur rasa mint (Listerine) terdapat perubahan terhadap balance cairan

yang dari setiap harinya, balance cairan hari pertama +1062.5cc, hari ke dua +912.5cc,

hari ke tiga +266cc. Sehingga pada hari ketiga pasien dirujuk untuk pulang. Dapat

disimpulkan bahwa terjadi penurunan sebesar 6 nilai intensitas rasa haus dari haus berat

menjadi haus ringan. Adanya pengaruh aplikasi pemberian obat kumur rasa mint

terhadap rasa haus Ny. Y yang menjalani hemodialisa di Ruang Rengasdengklok RSUD

Karawang.

Penulis tertarik menerapkan pemberian obat kumur rasa mint (Listerine). Pertama,

peneliti melihat peluang yang ada di ruangan untuk menerapkan implementasi sesuai

Evidence Based Practice (EBP), sehingga mahasiswa berpeluang untuk membuktikan

aplikasi tindakan keperawatan tersebut. kedua, aplikasi ini dapat diterapkan dalam salah

satu upaya manajemen cairan, tindakan bertujuan untuk mengurangi rasa haus dalam

asupan intake dan output balance cairan yang tidak seimbang sehingga menghindari

pasien dari masalah kelebihan cairan yang menjadi masalah utama pada pasien

penderita CKD.

Adapun kendala yang ditemui mahasiswa selama praktek. Pertama, tidak adanya

Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang aplikasi pemberian obat kumur rasa mint

terhadap penurunan rasa haus pada pasien CKD. Kedua, kendala yang ditemukan

berhubungan dengan kerja sama klien serta keluarga tidak patuh untuk melakukan

aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine) secara mandiri pada saat malam

hari sesuai dosis yang diberikan tanpa pengawasan oleh perawat. Klien/keluarga

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 98


mengatakan lupa berkumur dengan obat kumur rasa mint (Listerine) karena rasa haus

berat berkeinginan untuk minum, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang signifikan

untuk mengatasi kelebihan cairan dalam manajemen cairan. Kendala tersebut tidak

berlangsung lama dan terjadi diawal pemberian asuhan keperawatan pada hari pertama.

Setelah diberikan edukasi dan diingatkan secara berulang - ulang, akhirnya kepatuhan

klien/keluarga mengalami peningkatan. Ketiga, dalam aplikasi pemberian obat kumur

rasa mint hanya bisa dilakukan pengawasan oleh mahasiswa selama 3 hari kelolaan

asuhan keperawatan karena pasien sudah dirujuk untuk pulang, sehingga masalah

keperawatan utama yaitu risiko ketidakseimbangan cairan hanya teratasi sebagian.

Tetapi mahasiswa memberikan edukasi kepada klien/keluarga untuk tetap

melaksanakan dalam kepatuhan aplikasi pemberian obat kumur rasa mint (Listerine)

selama berada dirumah, bertujuan untuk menghindari terjadinya lagi kelebihan cairan

yang menjadi masalah utama bagi penderita PGK.

STIKes Kharisma Program Profesi Ners TA 2018/2019 | 99

Anda mungkin juga menyukai