Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR ASUPAN MAKANAN YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN KUSTA DI KABUPATEN


MOJOKERTO

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

AGNES MONICA WIDYA KRISNAWATI


NIMN : 2020.05.003

AKADEMI GIZI KARYA HUSADA KEDIRI


TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL PROPOSAL / KTI : FAKTOR ASUPAN MAKANAN YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI
KABUPATEN MOJOKERTO
NAMA MAHASISWA : AGNES MONICA WIDYA KRISNAWATI
NIM : 202005003

PROPOSAL/ KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

Hari, tanggal bulan tahun

Oleh :
Pembimbing

MIRTHASARI PALUPI, SST., M.Kes


NIDN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2
1.5 Keaslian Penelitian............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5
2.1 Definisi Penyakit Kusta ...................................................................................... 5
2.2. Cara Penularan Penyakit Kusta ........................................................................... 5
2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Kusta ........................................................................ 5
2.4 Faktor Asupan Makanan Kusta ............................................................................ 6
2.5 Faktor Gizi .......................................................................................................... 6
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................................................... 8
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .......................................................................... 8
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................................... 10
4.1 Jenis Penelitian................................................................................................... 10
4.2 Desain Penelitian ............................................................................................... 10
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 10
4.4 Populasi dan Sampel/Subyek Penelitian ............................................................ 10
4.5 Kerangka Penelitian ........................................................................................... 10
4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel ....... 11
4.7 Prosedur Pengumpulan Data .............................................................................. 11
4.8 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit tropis terabaikan (Neglegted Tropical
Diseases) yang pada dasarnya masih menjadi masalah serius di masyarakat. Penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang dapat menular dari satu individu ke individu
lain dengan masa inkubasi yang lama. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis
tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, dan ketahanan nasional (Depkes,
2012).
Orang yang menderita kusta dapat mengalami kecacatan yang sifatnya menetap jika
tidak mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik. Kecacatan pada penderita kusta
sampai saat ini masih menimbulkan stigma di masyarakat, sehingga penderita kusta sulit
diterima di masyarakat walaupun penyakitnya sudah dinyatakan sembuh. Kecacatan yang
timbul pada penderita kusta merupakan kecacatan yang mencolok pada manifestasi kusta.
Cacat dilihat pada orang yang terkena kusta berkisar dari derajat ringan seperti daerah kecil
dengan anestesi di tangan , dan sangat parah seperti pemendekan jari-jari dan jempol di kedua
tangan , pergelangan tangan penurunan bilateral , ulserasi dan deformitas tetap kedua kaki
membuat mereka tidak berguna untuk berjalan(Soomro,2008).
Penelitian Enis Gancar menyebutkan bahwa M. leprae mampu hidup di luar tubuh
manusia dan dapat ditemukan pada tanah atau debu di sekitar lingkungan rumah penderita.
(Enis Gancar, 2009). Secara epidemiologi faktor environment, faktor host dan faktor agent
merupakan faktor yang menyebabkan kejadian Kusta di Masyarakat (Widoyono, 2008).
Faktor environment meliputi sanitasi lingkungan, kebersihan rumah, kepadatan hunian, suhu
dan temperatur. Penyakit kusta lebih diakibatkan pada perilaku hidup yang tidak sehat yang
tumbuh di wilayah kumuh dan padat penduduk.
Penyebab kusta lainya merupakan akibat kebiasaan hidup yang tidak menjaga pola
makan sehari-hari, termasuk kesehatan dirinya (kebersihan tubuh) maupun lingkungan yang
tidak bersih. Penyakit kusta itu, pada dasarnya bisa menularkan kepada orang lain apabila
penyebab dari penyakit itu mendukung perkembangan virus itu ada di lingkungan tersebut.
Untuk bisa sembuh dari penyakit kusta membutuhkan waktu yang cukup lama. Jadi,
penderita kusta harus dirawat secara rutin setiap saat. Untuk mempercepat proses
penyembuhan para penderita kusta, juga perlu adanya asupan gizi yang optimal bagi para
penderita kusta untuk menunjang perbaikan gizi yang secara tidak langsung dapat membantu
perbaikan sistem imun atau kekebalan tubuh seseorang.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
dilakukan pada penderita kusta untuk meningkatkan kebersihan lingkungan dan asupan
makanan pada penderita kusta dikarenakan sebagian besar penderita kusta berada pada
tingkat ekonomi lemah dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor asupan makanan pada pasien dengan penyakit kusta ?
2. Bagaimana hubungan riwayat gizi dengan kejadian kusta di kabupaten Mojokerto ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Umum
Mengetahui faktor – faktor penyebab kejadian kusta di kabupaten Mojokerto

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor asupan makanan pada pasien dengan penyakit kusta
b. Untuk mengetahui bagaimana hubungan riwayat gizi dengan kejadian kusta di
kabupaten Mojokerto

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu gizi penulis khususnya
tentang kusta.
2. Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi referensi bagi penelitian- penelitian
selanjutnya.

Manfaat Praktis
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan
terhadap penyakit kusta.

1.5 Keaslian Penelitian


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian Hasil


M. BAGUS HADI FAKTOR-FAKTOR Metode yang Hasil yang diperoleh
KESUMA YANG digunakan adalah bahwa terdapat
BERHUBUNGAN analitik hubungan bermakna
DENGAN observasional antara faktor
KEJADIAN dengan desain studi ekonomi dengan
KUSTA case-control. kejadian kusta
TERHADAP dengan nilai p (
PASIEN KUSTA DI 0.000; a = < 0.05 ) ,
RS DR RIVAI terdapat hubungan
ABDULLAH bermakna antara
SUNGAIKUNDUR faktor hygiene
perorangan dengan
kejadian kusta
dengan nilai p (
0.000; a = < 0.05 )
juga terdapat
hubungan bermakna
antara riwayat
kontak dengan
penderita kusta

2
dengan kejadian
kusta dengan nilai p
( 0.000; a = < 0.05 )
dan terakhir terdapat
hubungan bermakna
antara riwayat gizi
dengan kejadian
kusta dengan nilai p
( 0.000; a = < 0.05).
CRISTINO ROSA STUDI KASUS Jenis Penulisan ini Masalah
“ASUHAN adalah kualitatif, keperawatan
KEPERAWATAN dengan pendekatan didapatkan pada Nn.
PADA NN M. T. studi kasus, M. T. adalah Nyeri
DENGAN KUSTA sedangkan akut, kerusakan
DI PUSKESMAS rancangan integritas kulit,
PENFUI KOTA penelitiannya adalah gangguan citra
KUPANG” rancangan deskriptif tubuh, kurang
Studi kasus asuhan pengetahuan dan
keperawatan pada resiko penularan.,
Nn. M. T. Dengan yang dirawat selama
Kusta di Puskesmas 3 hari dengan
Penfui, Kota melakukan teknik
Kupang. relakasasi untuk
mengatasi masalah
nyeri, rawat luka
untuk mengatasi
kerusakan integritas
kulit dan belum
teratasi.
Hairil Akbar FAKTOR RISIKO Jenis Hasil penelitian ini
KEJADIAN penelitian sejalan dengan Nisa
KUSTA DI observasional dan Lilis (2016) di
WILAYAH KERJA analitik dengan Kabupaten Pasuruan
PUSKESMAS pendekatan case bahwa higiene
JUNTINYUAT control. perorangan anak
yang meliputi
kebersihan badan
dan rambut anak
serta kebersihan
handuk anak
berhubungan dengan
kejadian kusta anak
di Kabupaten
Pasuruan
Yulia Cicilia ASUPAN Jenis penelitian yang Hasil penelitian ini
MAKANAN DAN digunakan adalah menunjukkan bahwa
STATUS GIZI penelitian deskriptif. dari 30 responden,
PENDERITA tidak ada responden
KUSTA RFT yang memiliki
(RELEASE FROM asupan energi,

3
TREATMENT) DI karbohidrat, dan
RT.2 RW.2 lemak yang cukup.
KELURAHAN Asupan protein
TAMALANREA responden yang
JAYA MAKASSAR memiliki asupan
protein cukup
sebanyak 8 orang
(26,7%) dan yang
kurang sebanyak 22
orang (73,3%).
Sedangkan status
gizi responden
terdapat yang
berstatus gizi normal
sebanyak 14 (53,3%)
dan tidak normal
(kurus) sebanyak 16
orang (46,7%).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun (lama) yang disebabkan


oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Penyakit tersebut menyerang kulit,
saraf tepi dan dapat menyerang jaringan tubuh lainnya kecuali otak. Kusta bukan
penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, dosa atau
makanan. Penyakit kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer
sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan ukosa traktus respiratirius bagian atas,
kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat (Djuanda Adhi, 2010).

2.2 Cara Penularan Penyakit Kusta

1) Penularan terjadi dari penderita kusta yang tidak diobati ke orang lain dengan
kontak lama melalui pernafasan.
2) Kontak langsung yang lama dan erat melalui kulit.
3) Tidak semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya sebagian kecil saja
(sekitar 5%) yang tertular kusta.
4) Jadi dapat dikatakan bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit
menular.
5) Kemungkinan anggota keluarga dapat tertular kalau penderita tidak berobat
oleh karena itu seluruh anggota keluarga harus diperiksa (Widoyono, 2008).

2.3 Tanda dan Gejala Penyakit Kusta


Menurut Mansjoer Arif (2005) Tanda dan gejala utama penyakit kusta antara lain:
1) Kelainan atau lesi kulit yang mati rasa
2) Penebalan saraf tepi sertai gangguan saraf (mati rasa, kelemahan, kelumpuhan
otot, kulit kering dan retak-retak)
3) Ditemukannya mycobacterium leprae pada pemeriksaan hapusan kulit.
Gejala lain menurut Djuanda Adhi (2010): Wajah berbenjol benjol dan tegang,
demam dari derajat rendah sampai menggigil, napsu makan menurun, mual
muntah dan sakit kepala.
6) Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita kusta
7) Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah sembarangan, karena basil
bakteri masih dapat hidup beberapa hari dalam droplet
8) Isolasi pada penderita kusta yang belum mendapatkan pengobatan. Untuk
penderita yang sudah mendapatkan pengobatan tidak menularkan penyakitnya
pada orang lain.
9) Lakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta
10) Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai mekanisme penularan
kusta dan informasi tentang ketersediaan obat-obatan yang efektif di puskesmas.

5
2.4 Faktor Asupan Makanan Kusta
Menurut The American Heritage Dictionary, Perilaku asupan makanan sama
dengan “kebiasaan makan” yaitu tindakan manusia terhadap makanan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, perasaan dan persepsi tentang hal itu (Khumaidi,
1994 dalam Nurmi Rahmita 2002). Konsumsi makanan adalah jumlah total dari
makanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Hadju,1997).
Perilaku itu sendiri dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi
manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern
(Notoatmodjo, 1993).
Intake makanan adalah semua makanan dan minuman dimakan dan diminum
(Masuk kedalam tubuh) seseorang dalam jangka waktu tertentu, biasanya 24 jam.
(Soeharjo,dkk,1986).
Asupan makanan merupakan faktor yang secara langsung berpengaruh
terhadap status gizi, rendahnya konsumsi atau tidak seimbangnya makanan bergizi
yang dikonsumsi mengakibatkan kurang gizi, pertumbuhan terhambat dan dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Kualitas makanan yang rendah dapat
mempengaruhi risiko kusta yang lebih tinggi karena rendahnya asupan
antioksidan yang mengganggu imunitas tubuh melawan M. Leprae.
2.5 Faktor Gizi
Kusta merupakan penyakit yang melibatkan sistem imun, dimana kerja sistem
imun dipengaruhi oleh asupan gizi dan nutrisi, hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan menurut Departemen Kesehatan RI (2006) bahwa pada prinsipnya
ada hubungan yang sinergis antara status gizi dengan kejadian infeksi suatu
penyakit. Infeksi dapat menyebabkan status gizi seseorang menjadi buruk, sedang
nutrisi yang buruk dapat meraperberat kejadian suatu penyakit. Salah satu faktor
yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan, pada orang yang
terinfeksi tubuhnya akan mengalami defisiensi gizi hal ini diakibatkan oleh
asupan gizi yang tidak mencukupi sehingga tubuh akan melakukan katabolisme
besar-besaran sehingga memperburuk kerja dari tubuh untuk mengatasi infeksi.
Pada penularan infeksi penyakit kusta diketahui faktor nutrisi memiliki peran
yang sangat penting. Secara umum diterima baliwa gizi merupakan salah satu
determinan penting respons imunitas. Penelitian epidemiologis dan klinis
menunjukkan bahwa kekurangan gizi menghambat respons imunitas dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi. Sanitasi dan higiene perorangan yang
buruk, kepadatan penduduk yang tinggi, kontaminasi pangan dan air, dan
pengetahuan gizi yang tidak memadai berkontribusi terhadap kerentanan terhadap
penyakit infeksi. Berbagai penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 35
tahun yang lalu membuktikan bahwa gangguan imunitas adalah suatu faktor
antara (intermediate factor) kaitan gizi dengan penyakit infeksi sebagai contoh.
kekurangan energi protein (KEP) berkaitan dengan gangguan imunitas
berperantara sel (celUmediatedimmunity), fungsi fagosit, sistem komplemen,
sekresi antibodi imunoglobulin A, dan produksi sitokin (cytokines). Kekurangan
zat gizi lunggal, seperti seng, selenium, besi, tembaga, vitamin A, vitamin C,

6
vitamin E, vitamin B6, dan asam folat juga dapat memperburuk respons imunitas.
Selain itu, kelebihan zat gizi atau obesitas juga menurunkan imunitas (Chandra,
1997) pada umumnya dampak kekurangan gizi pada penyakit infeksi dikaitkan
dengan menurunnya fungsi imunitas tubuh. Kekurangan energi-protein, misalnya,
antara Iain, menyebabkan penurunan pada proliferasi limfosit, produksi sitokin,
dan respons antibodi terhadap vaksin (Lesourd, 1997).

7
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
A. Dasar Variabel Yang Diteliti
Pada masa sulit seperti ini, tingkat kesehatan sangat penting. Terutama bagi masyarakat pada
umumnya, karena masyarakat merupakan sumber daya manusia menjadi tumpuan harapan bagi
kelangsungan hidup bangsa kita. Begitupula bagi kelompok para penderita kusta ini, mereka perlu
mendapat perhatian yang serius karena berhubungan denga status gizi mereka yang pada akhirnya
berdampak pada kondisi kesehatan mereka sendiri.
1. Konsumsi Makanan
a. Konsumsi Energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan. Adanya kebiasaan
makan dan mengkonsumsi energi yang kurang atau yang lebih banyak dari kebutuhan akan
mempengaruhi kapasitas kita untuk melakukan kegiatan.
b. Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sebagai sumber energi bagi tubuh, terpenuhunya
kebutuhan tubuh akan menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap hari (Suyatmi M
dalam Ika Dwi Sartika, 2006). Karbohidrat dalam tubuh terutama berfungsi dalam bentuknya sebagai
glukosa, walaupun ada beberapa diantaranya berpeerang sebagai zat pembangun. Karbohidrat adalah
sumber energy utama, setiap gramnya menghasilkan 4 kkal (Hadju, 2001).
c. Konsumsi Protein
Protein adalah zat gizi yang didalam tubuh berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Fungsi utama protein adalah untuk pertunbuhan, akan tetapi bila tubuh kekeurangan zat energi, fungsi
protein adalah untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa akan didahulukan.
d. Konsumsi Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang padat kalori, dimana setiap gram lemah mengandung energi
sebesar 9 kkal/gram. Lemak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah
energy membantu penyerapak vitamin A, D, E, K serta menambah lezatnya hidangan (Hadju, dalam
Nursiah Khalik, 2003).
B. Pola Fikir Variabel yang Diteliti
Berdasarkan dasar pemikiran variable yang telah diuraikan sebelumnya, maka pola pikir
variabel yang diteliti sebagai berikut :

Konsumsi makanan :

a. Konsumsi Energi Asupan makanan pasien kusta


b. Konsumsi Karbohidrat
c. Konsumsi Protein
d. Konsumsi Lemak

8
Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

9
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif untuk mengetahui faktor
kebersihan lingkungan dan asupan makanan yang berhubungan dengan kejadian kusta
4.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriftif. Dengan populasi 10
penderita kusta di kabupaten Mojokerto , dan besar sampel ditarik secara purposive sampling
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kampung baru (desa Sumberglagah) kecamatan Pacet
kabupaten Mojokerto
4.4 Populasi dan Sampel/Subyek Penelitian
4.4.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah penderita kusta di kampung baru (desa Sumberglagah)
kecamatan Pacet kabupaten Mojokerto sebanyak 10 orang.
4.4.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 responden yang ditarik secara purposive
sampling dengan kriteria responden adalah penderita kusta, yang bertempat tinggal di lokasi
penelitian dan bersedia diwawancarai.
4.5 Kerangka Penelitian
Perencanaan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Wawancara Recall 24 jam

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

10
4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel
4.6.1 Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi hasil
penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor asupan makanan.
4.6.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dapat dipengaruhi variabel lain. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah kejadian kusta di kabupaten Mojokerto.
4.6.3 Definisi Operasional
1. Konsumsi makanan adalah semua makanan dan diminum yang dikonsumsi oleh
responden dengan metode recall 24 jam dan food frequency.
a. Konsumsi energi adalah jumlah energi yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan
kecukupan gizi yang dianjurkan.
b. Konsumsi karbohidrat adalah jumlah karbohidrat yang dikonsumsi oleh masyarakat
berdasarkan kecukupan gizi yang dianjurkan (WHO, 1990).
c. Konsumsi protein adalah jumlah protein yang dikonsumsi oleh masyarakat
berdasarkan kecukupan gizi yang dianjurkan.
d. Konsumsi lemak adalah jumlah lemak yang dikonsumsi masyarakat berdasarkan
angka kecukupan gizi.
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dengan populasi adalah 10 responden di kampung baru
(desa Sumberglagah) kecamatan Pacet kabupaten Mojokerto, dan besar sampel ditarik secara
purposive sampling dengan kriteria sampel adalah adalah penderita kusta yang bertempat
tinggal di lokasi penelitian dan bersedia diwawancarai. Pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen berupa lembar recall makanan 24 jam.
4.8 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi Program SPSS
(Statistic Package For Social Science) versi 21 jenis program analisis deskriptif dan analisis
cross table. Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang ditujukan untuk menghasilkan tabel
frekuensi dari variable independent dan variable dependent atau disebut juga analisis
bivariate. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan
informasi yang benar. Pada tahap ini dilakukan dengan memperhatikan kelengkapan
data primer yang diperoleh dari hasil data primer serta didukung oleh data sekunder.
2. Tabulasi

11
Pada tahap ini data yang sudah diolah dengan komputer program SPSS versi 21
jenis program analisis deskriptif dan analisis cross table dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai dengan narasi dan pembahasan.

12

Anda mungkin juga menyukai