Anda di halaman 1dari 34

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan di

Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya tanaman kentang yang secara umum hampir sama seperti
budidaya tanaman lain. Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman,
penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan kegiatan
pemasaran kentang. Produksi Bibit kentangHikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi
nol (G0) sampai generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola
satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur
jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara stek. Hasil dari stek kentang yang ditanam
merupakan umbi G0 (generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi
vegetatif pertama), tahap perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas G2 (generasi
vegetatif kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi vegetatif ketiga) maka
diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi vegetatif keempat). Planlet (tanaman kultur jaringan)
Umbi G0 Umbi G1 Umbi G2 Umbi G3 Umbi G4 Gambar 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang

2 / 34
23Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Bibit kentang bermutu
merupakan syarat utama pada budidaya kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai
melalui bibit kentang bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat (Wattimena,
2000). Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu kelayakan
sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman yang pernah ditanam sebelum
penanaman kentang. Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang
dilakukan tiga kali yaitu saat tanaman berumur 30-40 HST (Hari Setelah Tanam), 40-50 HST, dan saat
berumur 60-70 HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang meliputi penyakit yang menyerang
tanaman. Pihak pengawas benih memeriksa setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih
1 000 tanaman dari setiap hektar. Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi
disortasi dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi secara acak
dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label setelah permintaan
penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan. Sertifikat diberikan untuk lot bibit yang lulus
pemeriksaan sedangkan label dikeluarkan setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan
nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen,
ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8). Benih dasar (G2) berlabel putih, benih
pokok (G3) berlabel ungu, dan benih sebar (G4) berlabel biru. Batas toleransi pemeriksaan lapang dan
umbi kentang bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Standar Toleransi
Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Benih G2 Benih G3 Benih G4 Isolasi (minimal)
10 m 10 m 10 m Virus (maksimal) 0.1 % 0.5 % 2 % Layu bakteri 0.5 % 1 % 1 % Busuk daun, penyakit
lain 10 % 10 % 10 % CVL (campuran varietas lain) 0 % 0.1 % 0.5 % Sumber : BPSBTPH, 2003

3 / 34
24Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang Faktor
Benih G2 (%) Benih G3 (%) Benih G4 (%) Busuk coklat
dan busuk lunak (maksimal) 0.3 0.5 0.5 Common scab, black scurf, powdery scab, late blight (infeksi
ringan) (maksimal) 3 5 5 Busuk kering (maksimal) 1 3 3 Penggerek
umbi (maksimal) 3 5 5 Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal) 3 5
5 CVL (maksimal 0 0.1 0.5 Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil 3 5 5 Sumber :
BPSBTPH, 2003 Pembibitan Kentang G0 Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam
yang berupa tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3). Tanaman Kultur Jaringan
Aklimatisasi Produksi Stek Mini Tanam Umbi G0 Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0
Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa dengan harga Rp 25
000 per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai 14 tanaman. Tanaman tersebut
dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku per tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong
dalam satu tanaman. Kemudian dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam
bak plastik yang

4 / 34
25berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam mempunyai sifaf
porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk
mengadaptasikan planlet dari kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali
(Zacky, 2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah aklimatisasi,
tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan
dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5
m x 16 m dengan jarak tanam (5 cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek
kembali sampai 2 bulan. Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang
G0 dipanen. Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan sebanyak 2
400 tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak 14
400 tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing
adalah 37.5 %, 43.75 %, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu
tanaman rata-rata sebanyak 7 umbi, sehingga menghasilkan 63 000 umbi dalam setiap
greenhouse. Tabel 4 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G0. Tabel 4. Produksi Umbi
Kentang G0 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (> 60) 10 15 750 M (31-60)
25 31 500 S (21-30) 20 18 900 SS (<20) 20 18 900 Afkir dan Busuk 15 9 450 Umbi mini yang
dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama beberapa hari, kemudian diperlakukan dengan
fungisida sebelum disimpan di tempat yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian
ditanam di lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).

5 / 34
26Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0 Setiap 3 kali sehari
tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan
unsur hara bersamaan dengan pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan
dosis 30 gram per 200 m2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma dilakukan apabila
terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak
mengganggu perakaran mengingat jarak tanam yang sempit. Jika terdapat tanaman yang layu atau
berwarna kuning harus segera dicabut dan disulam dengan stek yang baru. Pembibitan kentang
G0 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse Hasil panen umbi
kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di gudang penyimpanan umbi kentang
disortasi dan grading menurut ukuran (Tabel 5).

Baca lebih lanjut (29 Halaman)


Unduh sekarang (34 Halaman)

Teks penuh
(1)
Aspek teknis yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya tanaman
kentang yang secara umum hampir sama seperti budidaya tanaman lain.
Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman,
penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan
kegiatan pemasaran kentang.
Produksi Bibit kentang
Hikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi nol (G0) sampai
generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola
satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa
planlet melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara
stek. Hasil dari stek kentang yang ditanam merupakan umbi G0 (generasi
vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi
vegetatif pertama), tahap perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas
G2 (generasi vegetatif kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi
vegetatif ketiga) maka diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi
vegetatif keempat).
Planlet (tanaman kultur jaringan)
Umbi G0
Umbi G1
Umbi G2
Umbi G3
Umbi G4
(2)
Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSBTPH). Bibit kentang bermutu merupakan syarat utama pada budidaya
kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai melalui bibit
kentang bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat
(Wattimena, 2000).
Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
kelayakan sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman
yang pernah ditanam sebelum penanaman kentang.
Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang dilakukan
tiga kali yaitu saat tanaman berumur 30-40 HST (Hari Setelah Tanam), 40-50
HST, dan saat berumur 60-70 HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang
meliputi penyakit yang menyerang tanaman. Pihak pengawas benih
memeriksa setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih 1 000
tanaman dari setiap hektar.
Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi disortasi
dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih 1 000 butir umbi
secara acak dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan
label setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan.
Sertifikat diberikan untuk lot bibit yang lulus pemeriksaan sedangkan label
dikeluarkan setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan nama
penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan,
tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8).
Benih dasar (G2) berlabel putih, benih pokok (G3) berlabel ungu, dan benih
sebar (G4) berlabel biru. Batas toleransi pemeriksaan lapang dan umbi
kentang bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang
Faktor Benih G2 Benih G3 Benih G4
Isolasi (minimal) 10 m 10 m 10 m
Virus (maksimal) 0.1 % 0.5 % 2 %
Layu bakteri 0.5 % 1 % 1 %
Busuk daun, penyakit lain 10 % 10 % 10 % CVL (campuran varietas lain) 0 %
0.1 % 0.5 %
(3)
Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih
Kentang Faktor Benih G2 (%) Benih G3 (%) Benih G4 (%) Busuk coklat dan
busuk lunak (maksimal) 0.3 0.5 0.5 Common scab, black scurf, powdery scab,
late
blight (infeksi ringan) (maksimal)
355
Busuk kering (maksimal) 1 3 3
Penggerek umbi (maksimal) 3 5 5
Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal)
355
CVL (maksimal 0 0.1 0.5
Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil 3 5 5
Sumber : BPSBTPH, 2003
Pembibitan Kentang G0
Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa
tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3).
Tanaman Kultur Jaringan
Aklimatisasi
Produksi Stek Mini
Tanam
Umbi G0
Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0
Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa
dengan harga Rp 25 000 per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai 14
tanaman. Tanaman tersebut dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku per
tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong dalam satu tanaman. Kemudian
dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam bak plastik
yang
(4)
berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam
mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air.
Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari kondisi
terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali (Zacky,
2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah
aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek
mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini
ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5 m x 16 m dengan jarak tanam (5
cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek kembali sampai 2 bulan.
Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang G0
dipanen.
Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan
sebanyak 2 400 tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse,
sehingga jumlah tanaman sebanyak 14 400 tanaman. Hama dan penyakit yang
menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, 43.75
%, 18.75 %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata
sebanyak 7 umbi, sehingga menghasilkan 63 000 umbi dalam
setiap greenhouse. Tabel 4 merupakan produksi umbi kentang pada
pembibitan G0.
Tabel 4. Produksi Umbi Kentang G0
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
L (> 60) 10 15 750
M (31-60) 25 31 500
S (21-30) 20 18 900
SS (<20) 20 18 900
Afkir dan Busuk 15 9 450
Umbi mini yang dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama beberapa
hari, kemudian diperlakukan dengan fungisida sebelum disimpan di tempat
yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian ditanam di
lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).
(5)
Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0
Setiap 3 kali sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan
sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan
dengan pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan
dosis 30 gram per 200 m2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma
dilakukan apabila terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu perakaran mengingat
jarak tanam yang sempit. Jika terdapat tanaman yang layu atau berwarna
kuning harus segera dicabut dan disulam dengan stek yang baru. Pembibitan
kentang G0 dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse
Hasil panen umbi kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di
gudang penyimpanan umbi kentang disortasi dan grading menurut ukuran
(Tabel 5).
(6)
Tabel 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran Kelas umbi Ukuran
(gram)
L (besar) > 60
M (sedang) 31-60
S (kecil) 21-30
SS (sangat kecil) <20
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortir dan grading disimpan dalam cool storage. Ruang
pendingin ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang.
Umbi disimpan pada suhu 17-20 0C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin
setelah panen, masa dormansinya semakin panjang. Sebelum dimasukkan
dalam cool storage (ruang pendingin), umbi disemprot pestisida
menggunakan knapsack sprayer, diantaranya Probox (30 gram), Score (15 ml),
Alika (15 ml), dan Previcur (30 ml) dengan volume semprot 14 liter.
Menurut Novary (1999) penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam
lemari es dengan suhu 5-8 0C. Penyimpanan cara ini mampu menghambat
kegiatan respirasi dan metabolisme umbi, proses penuaan, kehilangan air dan
pelayuan, kerusakan oleh bakteri dan kapang, serta proses pertumbuhan yang
tak dikehendaki seperti tumbuhnya tunas.
Kegiatan sortasi umbi dilakukan selama penyimpanan atau jika ada pesanan
dari pembeli. Rata-rata umbi kentang G0 dijual dengan harga Rp 2 500 per
umbi. Namun jika ukurannya lebih kecil maka bisa kurang dari Rp 2 500 per
umbi.
Pembibitan Kentang G1
Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah bibit
kentang G0. Penanaman kentang G0 dilakukan di Rumah Ketat Serangga
(screenhouse) (Gambar 6). Media yang digunakan untuk menanam adalah
media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan.
Sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan fungisida yaitu Basamid
dengan dosis 40 g/m2 dan bahan aktif Dazomet 98 %. Pemberiannya dengan
cara ditabur di atas bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai
merata.
(7)
Gambar 6. Rumah Ketat Serangga (Screenhouse) untuk Pembibitan Kentang
G1
Bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibiarkan selama satu sampai dua
minggu. Setelah mulsa plastik dibuka, bedengan diberi pupuk kandang
campuran sekam dan kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1, dengan dosis
280-360 kg per 200 m2. Kemudian tanah dicangkul sampai pupuk merata.
Menurut Umboh (2000) sebelum diberi mulsa tanah perlu diolah. Pertama-
tama tanah dibersihkan lalu digemburkan. Penggemburan tanah ditujukan
untuk perbaikan sistem aerasi tanah.
Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pembuatan lubang tanam
menggunakan kayu berbentuk seperti garpu berukuran 20 cm atau tugal kayu.
Umbi yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm dengan mata
tunas menghadap ke atas. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah dan
diratakan.
Penyiangan gulma dilakukan bila rumput sudah tumbuh di areal tanaman
kentang. Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan mencabut dan
membuang tanaman penganggu dan dilakukan secara hati-hati agar tidak
terkena perakaran tanaman kentang. Pengairan dilaksanakan seminggu sekali
untuk menjaga kelembaban tanah. Pengairan dilakukan dengan cara
irigasi sprinkler. Menurut Jumin (2008) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi
oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, karena air mempunyai peranan
penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan
menggangggu aktivitas fisiologi maupun morfologi sehingga mengakibatkan
terhentinya pertumbuhan.
Kegiatan pembumbunan tanah dilakukan dua kali. Pembumbunan yang
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Pemupukan susulan
(8)
menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 16 kg per m2. Pupuk susulan
lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 2 kg per m2.
Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm.
Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-45 HST
dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar
10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tumbuh
abnormal atau terserang hama dan penyakit. Roguing dilakukan sejak awal
penanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan
kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer.
Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat
muda berumur 15-30 HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan
tanaman tua dengan umur 60-95 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman
sangat muda membutuhkan larutan unsur hara Multigrand-K sebanyak 30
gram dengan volume semprot 12 liter setiap 200 m2.
Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan campuran
pestisida Aminil, Acrobat, Alika, dan Aquarez masing-masing 40 gram, 4 gram,
10 ml, dan 4 ml dengan volume semprot 20 liter setiap 200 m2.
Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman
umur ini membutuhkan campuran pestisida Equation sebanyak 8 gram,
Agrifos sebanyak 40 ml, dan Aquarez sebanyak 4 ml dengan volume semprot
16 liter per 200 m2.
Pemanenan kentang dilakukan pada saat tanaman berumur 97-100 HST.
Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah
mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah
terkelupas saat ditekan.
Jumlah populasi dari penanaman bibit kentang G0 dalam setiap bedengan
sebanyak 660 tanaman. Terdapat 6 bedengan dalam schreenhouse, sehingga
jumlah tanaman sebanyak 3 960 tanaman. Daya tumbuh tanaman kentang G1
dalam setiap bedengan masing-masing adalah 87.5 %, 87.5 %, 68.75 %, 87.5
%,
(9)
75 %, dan 84.25%. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10
umbi, sehingga menghasilkan 32 175 umbi dalam setiap schreenhouse. Tabel 6
merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G1.
Tabel 6. Produksi Umbi Kentang G1
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
XL (> 120) 5 1 608
L (91-120) 20 6 435
M (61-90) 25 8 043
S (30-60) 30 9 652
SS (<30) 10 3 217
Afkir dan Busuk 10 3 217
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi
bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading.
Bibit yang disortasi dan grading berdasarkan ukuran terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G1 Berdasarkan Ukuran Kelas Umbi
Ukuran (gram)
XL (paling besar) > 120
L (besar) 91-120
M (sedang) 61-90
S (kecil) 30-60
SS (sangat kecil) <30
Sumber : Hikmah Farm, 2009
Umbi yang telah disortasi dan grading disimpan di gudang. Kegiatan sortasi
dan grading dilakukan 3-4 kali sampai dilakukan pemeriksaan umbi oleh
BPSBTPH untuk sertifikasi benih.
Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4
Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah
umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak
menggunakan greenhouse ataupun screenhouse.
(10)
1. Pembukaan dan Persiapan Lahan a) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu
menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada
daerah lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti
traktor. Cara ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas
penanaman kentang sebab bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata
dengan tanah. Cara lain yang sering digunakan dalam pengolahan tanah
adalah metode ”Laci”.
Metode ”Laci” digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas penanaman
jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan
menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke
parit berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang
berasal dari bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian
diratakan dengan diinjak-injak dengan kaki.
b) Pembuatan bedengan
Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap
genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan
air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman
terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76
cm, dan jarak antar bedengan atau parit 15-20 cm (Gambar 7). Hal ini untuk
memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan
kedalaman parit sekitar 15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan
membusuk karena tergenang air. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman
parit sekitar 20 cm, apabila kurang maka tanah sekitar akan kering karena
panas.
Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah
bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi
dan sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan
diatur secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.
(11)
Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah 2. Penanaman
a) Pemupukan Dasar
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman
dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang
harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara
yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah.
Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya
tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan
tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik
merupakan sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang,
pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai
fungsi yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan,
meningkatkan populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah.
Pupuk anorganik atau pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat
pupuk yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk
tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi (Sutedjo, 1994).
Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk
kandang, dan pupuk kimia (Gambar 8). Pupuk hayati adalah pupuk yang
mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman
dari dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati
emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari
bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap
agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk
penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas
pupuk hayati.
(12)
Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk
Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi
sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk
anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur
sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan (Tabel 8). Pupuk
tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga
pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan
tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan
berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru.
Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm
No Jenis pupuk Nama Pupuk Kandungan Hara (%) Dosis (kg/ha) 1 Organik
Kotoran Sapi N : 1.52
P : 0.68 K : 0.79
14 000-18 000
2 Hayati PHE Bakteri Penambat N, Mikroba Pelarut Hara P dan K,
dan
Mikroba Pemantap Agregat
200 Anorganik N : 15 P2O5 : 15 K2O : 15 3 Ponska S : 10 500 Superfos P2O5 :
18 600 Urea N : 46 100 KST MgO : 27 200 S : 4 MgO : 6 K2O : 40 Kornkali Na :
3 150
(13)
b) Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman
Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam
yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam
memenuhi unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila
dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang.
Jarak tanam yang digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam,
semakin kecil ukuran bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada
umumnya pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak
tanam yang digunakan yaitu 76 cm x (15-35) cm untuk kentang bibit.
Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang harus
diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang
ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu
yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah
tumbuh minimal 4 mata tunas (Gambar 9). Bibit dimasukkan ke dalam lubang
tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam
dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah.
Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam
Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat
”gerendel” (roda berjari) berukuran 35 cm (Gambar 10). Keuntungan dari
penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk
membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong
”gerendel” dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai
bedengan terakhir sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.
(14)
Gambar 10. ”Gerendel” alat untuk Membuat Jarak Tanam
3. Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman dipanen.
Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan
susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
a) Penyiangan Gulma
Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di
areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula
dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat
tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya
gulma yang tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak
tumbuh besar dan banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman
kentang. Gulma yang banyak ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine
indica), kirinyuh (Chromolaena odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan
bubuhan (Bidens biterata).
b) Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar
tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat
meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi
dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi
menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada kentang yang dinamakan solanin
dan mengakibatkan umbi berwarna hijau. Solanin merupakan racun bagi
manusia apabila terkena dosis yang banyak (Sumoprastowo, 2000).
(15)
Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak
rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan
menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu
pembumbunan dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun
tanah serta stolon tumbuh menjadi batang sehingga produksi umbi akan
berkurang.
Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama
dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30 HST. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan
diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah
bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm.
Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40 HST
dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar
10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
c) Pemupukan
Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara
yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan
tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama
dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST.
Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per
hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak
tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain.
Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang
kedua yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk
diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan
tanah.
d) Pengairan
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk
melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh
bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak
ada keseimbangan
(16)
antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air
yang diserap tanaman.
Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim
penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm
pengairannya menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari
sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang.
e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT)
Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi
yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan
penyakit yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara
pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara
manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan
mencabut dan membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke
tanaman yang lain.
Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan
dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11).
Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria
umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30
HST, tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur
60-95 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini
setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume
semprot 600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan
antara 2-3 hari sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air
hujan sehingga obat banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau
dilakukan penyemprotan antara 4-5 hari sekali.
(17)
a. Mesin Penggerak b. Stank Sprayer Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk
Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5
drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar.
Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman
umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot
800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam
budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9).
Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm Umur
Tanaman (HST) Volume Semprot (liter/hektar) Jenis Pestisida Fungsi Dosis (per
hektar)
15-30 600 Multigrand-K Unsur hara 1 500 gram Aminil Fungisida 2 000 gram
30-60 1 000 Acrobat Fungisida 200 gram
Alika Insektisida 500 ml
Aquarez Perekat 250 ml
Equation Fungisida 400 gram
60-95 800 Agrifos Fungisida 2 000 ml
Aquarez Perekat 200 ml
Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang
mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain
itu juga mengandung unsur lain berupa P2O5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang
sedikit
jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu 1 500 gram per 600 liter. Fungisida
yang digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis 2
000 gram per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750
g/kg WP. Acrobat dengan dosis 200 gram per 1 000 liter, bahan aktifnya yaitu
dimetomort
(18)
50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang
terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis
yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit
400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500
ml per 1 000 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l
dan tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis
200 ml per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu
organik kompon 38 %.
Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan 3 m ke
kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang.
Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang
masing-masing sekitar 300 m. Masing-masing-masing selang dipegang oleh 3
orang. Satu orang memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman
kentang dari bedengan paling ujung sampai bedengan paling akhir kemudian
kembali lagi ke bedengan paling ujung. Dua orang lainnya menarik dan
menggulung selang.
Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya
busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan
penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi
setelah dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering
(Fusarium spp), dan kudis (Strepromyces scabies).
Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit terpenting
pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat
bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan
fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut.
Selanjutnya Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora
infestans dapat juga menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi.
Jika keadaan baik bagi pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak
mengendap, berwarna coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak.
Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena
pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu oleh bakteri atau jamur lain
maka umbi menjadi busuk basah.
(19)
1. Busuk Daun (Phytopthora infestans)
Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering
dikenal dengan nama ”lodoh” yang disebabkan oleh
cendawan Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya
bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan
akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih
yang mengandung spora (Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini
diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran
tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan dengan teknik yang benar.
Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans)
2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini
menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk
tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman
mati. Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir
yang lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah
menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman),
dan membuang tanaman yang layu.
(20)
Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum)
3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus
Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang,
menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun
menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi
sama sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini,
pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan
mengubur, atau membakar tanaman yang terserang.
Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus
4. Kudis Lak (Rhizoctonia solani)
Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi
(Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit
yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan
umbi yang terserang.
(21)
Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh
cendawan Rhizoctonia solani
5. Busuk Kering (Fusarium spp)
Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi
menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya
adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi.
Penanaman menggunakan umbi yang sehat.
Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh
cendawan Fusarium spp.
f). Roguing
Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu
dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH
Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang
hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang
luas, roguing dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris
tanaman dan berjalan searah mengamati masing-masing tanaman.
(22)
4. Panen
Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman
yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus
dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang
dipanen. Panen tanaman kentang dilakukan pada umur 100-110 HST. Sepuluh
hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis 1 200
ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida
adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang
menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan
umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan
rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk
umbi dan tidak dapat disimpan lama.
Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah
mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian
Gramoxon dan kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak
mudah terkelupas saat ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada
pagi hari dan sedang tidak turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor
sehingga akan cepat busuk pada saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan
mencangkul bagian kanan dan kiri bedengan tanaman secara bergantian dan
hati-hati jangan sampai mengenai umbi (Gambar 17).
Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2
Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir
bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari
langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering.
Kemudian
(23)
umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung
plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang
penyimpanan kemudian disortasi.
Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan
diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini
disebut ”ngasag”. Harga satu hektar tanah sekitar Rp 1 000 000. Pekerja
ngasag dibayar Rp 1 000 per satu ember kentang yang didapat.
Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000
kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar
pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam
satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi
kentang pada pembibitan G2.
Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
XL (>200) 1.5 304
L (61-200) 18.7 3 667
M (31-60) 46 9 112
S (<30) 31 6 074
Afkir 1.8 364
Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar.
Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 2.9 %.
Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan G3
tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi
kentang pada pembibitan G3.
Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
L (61-200) 7 1 153
M (31-60) 55.36 9 079
S (<30) 36.9 6 052
Afkir 0.7 115
Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih 2 000 kg per hektar.
Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 4.2 %.
Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan
(24)
G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan
produksi umbi kentang pada pembibitan G4.
Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4
Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi)
L (61-200) 27.87 610
M (31-60) 43.28 7 159
S (<30) 28.85 4 772
5. Pasca Panen
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi
bersih dan aman agar terlindung dari sinar matahari sebab cahaya dapat
menyebabkan pertumbuhan tunas, selain itu juga harus terlindung dari hujan
dan kehilangan. Agar kondisi umbi dalam keadaan baik maka gudang harus
memenuhi syarat seperti fentilasi cukup, dan lantai terbuat dari kayu agar
dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi. Untuk mencegah serangan
hama dan penyakit, pada permukaan umbi diberi insektisida Agrosip dengan
dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis.
Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Sortasi merupakan
kegiatan memisahkan umbi kentang berdasarkan kualitas yaitu umbi yang
bagus dan yang jelek seperti belah karena cangkul, cacat, dan busuk.
Sedangkan grading adalah kegiatan memisahkan umbi berdasarkan ukuran.
Proses persiapan bibit kentang dilakukan melalui beberapa tahap dimulai dari
sortasi dan grading I, pengangkutan ke gudang, penyimpanan dan sortasi
grading II, penggasan, penyimpanan dan sortasi III, penyimpanan dan sortasi
IV, sampai persiapan sertifikasi oleh BPSBTPH.
Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan saat umbi masih di kebun. Umbi
bibit dipisahkan dengan ukuran XL (> 200 gram), L (61-200 gram), MS (< 61
gram), serta umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut
dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring
plastik berisi 38-40 kg. Kemudian umbi diangkut ke dalam truk dan dibawa ke
gudang penyimpanan. Setelah seminggu atau tergantung kondisi setelah
panen dilakukan sortasi dan grading II. Umbi bibit ukuran MS (<61 gram)
dipisahkan lagi menjadi ukuran M (31-60 gram) dan S (<30 gram).
(25)
Kegiatan perlakuan gas bertujuan untuk mempercepat masa dormansi dan
mencegah dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan bila
kebutuhan dan permintaan umbi meningkat. Jenis obat yang digunakan untuk
perlakuan gas adalah CS2 dengan dosis 800 ml per 8 ton umbi kentang. Obat
diletakkan pada tumpukan krat kentang. Kegiatan perlakuan gas dilakukan
selama 24 jam.
Setelah umbi digas, kemudian disimpan kembali di gudang penyimpanan.
Untuk mencegah hama dan penyakit, permukaan atas umbi diberi insektisida
Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis, kemudian
krat disusun. Sortasi III dilakukan untuk memisahkan umbi yang afkir, umbi
yang telah keluar tunas, dan yang belum keluar tunas. Masing-masing umbi
yang telah disortir diletakkan pada krat yang berbeda. Kegiatan sortasi tetap
dilakukan sampai pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH.
Pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH dilaksanakan antara 1-3 hari setelah
kegiatan sortasi yang terakhir. Pengawas akan memeriksa kurang lebih 1 000
butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. Setelah permintaan penangkar
bibit dinyatakan lulus pemeriksaan, BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat
dan label. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis
tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran
umbi, dan tanggal pemasangan label.
Kehilangan hasil panen digudang disebabkan diantaranya oleh penyimpanan
umbi yang terlalu lama sehingga membuat umbi menjadi busuk, tempat
penyimpanan yang kurang baik sehingga meyebabkan tempat menjadi
lembab dan berpengaruh pada umbi, dan ikut terbawa umbi yang busuk saat
panen sehingga menularkan pada umbi yang masih bagus.
Hasil panen di kebun Gambung Blok Panarikan 1 sebanyak 44 550 kg. Setelah
disortasi kehilangan hasilnya untuk umbi yang busuk sebanyak 336 kg dan
umbi yang hilang karena tidak tersortir, jatuh di lantai, atau tercampur dengan
bibit yang lain sebanyak 8 304 kg. Sehingga kehilangan hasil panen saat di
gudang yaitu 19.39 %.
(26)
6. Pemasaran
Kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dari usaha pertanian.
Kegiatan ini meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang. Penjualan kentang
bibit dilakukan di gudang penyimpanan. Kentang bibit yang dijual meliputi
kentang G0, G1, G2, G3, dan G4 dengan harga yang berbeda (Lampiran 9).
Pengemasan untuk penjualan kentang bibit diantaranya menggunakan waring
tali plastik, tolok bambu, dan peti kayu (Gambar 18).
a. Kemasan Tolok Bambu b. Kemasan Peti Kayu
c. Kemasan Waring Tali Plastik
Gambar 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit
Pengemasan kentang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kemasan
tolok bambu dan waring tali plastik digunakan apabila jarak angkut dari
gudang pembelian dengan tempat pembelinya lebih dekat, sedangkan
kemasan peti kayu digunakan untuk pembelian jarak jauh. Keuntungan dari
kemasan peti kayu yaitu jika terjadi goncangan, bibit tidak saling berbenturan
dan tidak jatuh di lantai
(27)
karena tertahan peti kayu. Namun apabila menggunakan kemasan peti kayu
harga penjualan bertambah Rp 10 000 untuk setiap peti kayu. Data penjualan
bibit kentang G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada tahun 2004-2006 terlihat
pada Gambar 19. 0 50000 100000 150000 200000 2004 2005
2006 tahun v ol um e pe n jua la n (to n) Umbi G2 Umbi G3 Umbi G4
Gambar 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada
Tahun 2004-2006
Penjualan kentang bibit G2 mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun
2006, bahkan pada tahun 2006 tidak menjual kentang bibit G2. Hal ini
disebabkan kesulitan dalam pengadaan benih G1 karena selain memerlukan
perawatan yang intensif dipengaruhi juga oleh bibit yang masih sedikit
jumlahnya. Berbeda dengan kentang bibit G3 dan G4. Pada tahun 2005
sempat mengalami kenaikan volume penjualan, namun pada tahun 2006
mengalami penurunan penjualan. Hal ini berkaitan dengan jumlah bibit
kentang yang akan digunakan untuk pembibitan jumlahnya masih sedikit,
selain itu teknik budidaya yang diterapkan juga sangat berpengaruh. Apabila
teknik budidaya dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh pada
kualitas dan kuantitas umbi kentang.
Penanaman Umbi Kentang G4
Umbi Kentang G4 merupakan generasi terakhir dari bibit bersertifikat.
Penanaman kentang G4 akan menghasilkan umbi G5 yang dijadikan kentang
konsumsi. Umbi G5 apabila ditanam akan menghasilkan kentang yang bersifat
lokal dan tidak dapat dijadikan sebagai bibit. Karena semakin tinggi generasi
kentang maka peluang untuk terinfeksi penyakit semakin tinggi pula.
Secara umum teknik budidaya penanaman umbi kentang G4 sama dengan
penanaman umbi generasi sebelumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan
adalah
(28)
secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Bedengan dibuat untuk
melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air. Sebab akar
tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah
mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada
umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar
bedengan atau parit 15-20 cm. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman
dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang
harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara
yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk dasar
yang diberikan antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia.
Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan
dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N,
mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut
ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya
disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.
Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi
sebanyak 14-18 ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk
anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur
sebelumnya di gudang meliputi Ponska 500 kg/ha, Superfos 600 kg/ha, Urea
100 kg/ha, KST 200 kg/ha, dan Kornkali sebanyak 150 kg/ha. Pupuk tersebut
disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk
tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah
yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan
berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru.
Pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang
digunakan untuk kentang konsumsi yaitu 76 cm x (25-45) cm. Kegiatan
penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Bibit yang siap untuk
ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas. Bibit
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas.
Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun
dengan tanah. Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang konsumsi dilakukan
sampai tanaman dipanen.
(29)
Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan
susulan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di
areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan
mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula
dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat
tanaman berumur 20-30 hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya
gulma yang tumbuh.
Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar
tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat
meninggikan bedengan. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali.
Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 28-30
HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah
di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan
tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar
10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 35-40
HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan
sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm.
Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang.
Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan
bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur 28-30 HST. Jenis
pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar.
Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia.
Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk
susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua
yaitu saat tanaman berumur 35-40 HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk
diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan
tanah.
Pengairan tanaman kentang dilakukan dengan sawah tadah hujan pada
musim penghujan. Pengairan saat musim kemarau menggunakan sprinkler.
Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan
tanaman di lapang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara
manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan
mencabut dan
(30)
membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang
lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia
dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Pestisida
dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur
tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur 15-30 HST,
tanaman muda dengan umur 30-60 HST, dan tanaman tua dengan umur 60-
100 HST.
Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi
hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini
setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume
semprot 600 liter per hektar. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST)
membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot
1 000 liter per hektar. Penyemprotan pestisida tahap akhir dilakukan pada
tanaman tua (60-100 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum
per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar.
Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman
yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus
dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang
dipanen. Panen tanaman kentang konsumsi dilakukan pada umur 110-120
HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone
dengan dosis 1 200 ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan
pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang
tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen
serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal
dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas
sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama.
Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir
bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari
langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering.
Kemudian umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam
karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang
kemudian disortasi.
(31)
Seperti halnya lahan bekas penanaman kentang bibit, lahan bekas panen
kentang konsumsi juga disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul
dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan.
Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi
bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan pencucian kentang
sebelum disortasi dan grading. Seperempat bagian waring tali plastik berisi
kentang (± 9.5 kg) dimasukkan dalam bak pencucian yang berisi air bersih
kemudian dibersihkan sampai tanah yang menempel pada kentang terlepas.
Setelah kentang bersih kentang diletakkan di atas lantai kayu hingga kering.
Umbi untuk konsumsi dipisahkan dengan ukuran AL (> 200 gram), AB (126-
200 gram), ABC (100-125 gram), AR (< 100 gram), dan umbi yang afkir (luka
akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan
dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi 38-40 kg. Umbi konsumsi
ukuran AR (< 100 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran D (33-99 gram) dan
Ares (<33 gram).
Hikmah Farm memasarkan produk kentang konsumsi ke pasar tradisional dan
pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi tujuan pemasaran antara lain
pasar Pangalengan Bandung, pasar Caringin Bandung, pasar Kramatjati
Jakarta, dan pasar Kemang Bogor. Penjualan kentang di pasar tradisional
dilakukan oleh karyawan Hikmah Farm dengan melakukan transaksi dengan
harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga kentang konsumsi yang
bagus berkisar antara Rp 3 800 sampai Rp 4 000 per kilogram, atau
bergantung harga dipasaran. Sedangkan kentang afkir yang rusak mekanik
(umbi terbelah) dijual dengan harga antara Rp 2 500 sampai Rp 3 000 per
kilogram. Kegiatan ini biasa dilakukan pagi hari dengan bandar-bandar yang
ada di pasar.
Kentang konsumsi yang dijual di pasar swalayan adalah kultivar Granola, Pinky,
dan Atlantik. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu Bandung dan
Jakarta. Daerah pemasaran di Bandung meliputi PT. Yogya Toserba, PT. Makro
Indonesia, dan PT. Setiabudi. Sedangkan daerah pemasaran di Jakarta meliputi
Hero dan PT Lion Superindo. Harga penjualan di supermarket PT Lion
Superindo, PT Makro Indonesia, dan PT Yogya Toserba tahun 2008 dapat
dilihat pada Lampiran 10, 11, dan 12.
(32)
Kemasan kentang yang dijual di supermarket menggunakan jaring tali kecil
(polinet) berisikan 1.5 kg dan 2 kg serta memakai label. Label yang digunakan
ada 3 macam (Gambar 20) yaitu warna hijau untuk kentang kultivar Granola
(kentang konsumsi), warna kuning untuk kentang kultivar Atlantik (kentang
goreng), warna merah untuk kentang kultivar Pinky (campuran masakan). Ada
juga yang menggunakan waring tali plastik untuk kentang ukuran 5, 10, 20,
dan 40 kg. Harga kentang kultivar Granola sekitar Rp 6 800/kg, kentang
kultivar Atlantik sekitar Rp 7 500/kg, sedangkan kentang kultivar Pinky sekitar
Rp 8 200. Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan dan harga
dipasaran.
a. Kultivar Granola b. Kultivar Pinky
c. Kultivar Atlantik
(33)
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu sebagai asisten
mandor selama satu bulan dan asisten kepala kebun selama satu bulan
terakhir.
Asisten Mandor
Mandor dalam setiap kebun baik jumlah maupun tugasnya berbeda-beda.
Namun secara umum tugas pokok mandor sama yaitu mengawasi dan
membimbing karyawan dalam setiap kegiatan budidaya kentang maupun
pasca panen. Setiap mandor kebun mempunyai pekerja yang harus diawasi
tersendiri. Pekerja wanita diawasi oleh satu mandor dan pekerja pria diawasi
oleh satu mandor. Ada pula mandor yang mengawasi keduanya baik pekerja
pria maupun wanita. Mandor juga bertugas mengamati perkembangan
tanaman, menetapkan kebijakan kegiatan kerja di lapang dan bertanggung
jawab atas segala aktivitas dan hasil kerja di kebun kepada kepala kebun.
Kehadiran para pekerja ditulis setiap hari oleh mandor dalam buku absensi
untuk mengetahui jumlah karyawan yang bekerja pada hari itu dan untuk
diperhitungkan pembayaran setiap bulannya. Ada pekerja yang sifatnya harian
ada juga yang borongan. Untuk pekerja harian, gaji karyawan ditentukan oleh
berapa hari karyawan tersebut bekerja dalam 1 bulan. Sedangkan pekerja
borongan, gajinya ditentukan oleh prestasi kerja karyawan tersebut. Setiap
kebun ada buku besar masing-masing untuk mengetahui kebutuhan fisik
maupun biaya pekerjaan yang digunakan.
Selama kegiatan pemupukan berlangsung mandor mengawasi dan memeriksa
hasil pekerjaan karyawan. Jika terdapat bedengan yang belum rata diberi
pupuk maka mandor mencontohkan cara menebar pupuk. Kegiatan
pemupukan harus dilakukan dengan teknik yang benar, serta pemberian
pupuk yang tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu agar dihasilkan produksi
kentang yang maksimal.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida.
Setiap kebun kegiatan ini diawasi oleh satu mandor. Mandor yang
menentukan pestisida apa yang dipakai serta jenis, dosis, dan volume yang
digunakan. Mandor mengawasi karyawan secara langsung. Mandor
(34)
mencontohkan cara menyemprot yang benar dan membagi blok mana saja
yang disemprot. Kendala yang dihadapi selama penyemprotan adalah
kebocoran selang sehingga menghambat pekerjaan.
Pemanenan dilakukan apabila tanaman telah memenuhi kriteria panen seperti
usia tanaman mencapai 100 HST. Kegiatan ini dilakukan apabila telah
mendapat persetujuan dari manajer areal. Sebelum kegiatan panen
berlangsung mandor memberi pengarahan mengenai batas blok yang akan
dipanen.
Asisten Kepala Kebun
Kepala kebun hanya dipegang oleh satu orang dalam setiap kebun. Tugas
kepala kebun diantaranya membuat laporan harian kebun berisi daftar hadir
karyawan. Selain itu ada laporan mingguan seperti laporan modal kebun dan
laporan modal karyawan. Laporan modal kebun berisi jumlah bibit yang
ditanam di lahan, hasil panen, serta biaya-biaya produksi yang digunakan,
sedangkan laporan modal karyawan berisi prestasi kerja karyawan selama satu
bulan.
Laporan-laporan tersebut dimasukkan dalam buku besar kebun yang ada di
kantor. Waktu untuk melaporkan tergantung setiap kepala kebun, ada yang
melaporkan setiap hari, tiga hari sekali, dan seminggu sekali.
Selain mengkooordinir semua aktivitas masing-masing kebun dan mengontrol
karyawan serta mandor di lapang, kepala kebun juga membuat perencanaan
kerja. Perencanaan tersebut meliputi kegiatan budidaya tanaman di lapang,
seperti waktu pengolahan lahan, jadwal penanaman, kegiatan pemeliharaan,
serta waktu panen.
Semua kegiatan budidaya yang telah direncanakan kepala kebun didiskusikan
dengan manajer areal. Setelah mendapat persetujuannya maka kegiatan yang
telah direncanakan tersebut dilaksanakan bersama-sama dengan mandor.
Kepala kebun bertanggung jawab atas kegiatan yang telah berlangsung di
lapang kepada manajer area baik kegiatan budidaya maupun kegiatan sortasi
di lapang.
Baca lebih lajut

Figur

Gambar 2.

 Pola Perbanyakan Bibit Kentang p.1


Tabel 2.

 Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang p.2


Tabel 3.
 Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang Faktor
Benih G2 (%) Benih G3 (%) Benih G4 (%) Busuk coklat dan busuk lunak

(maksimal) 0.3 0.5 0.5 Common scab, black scurf, powdery scab, late p.3
Gambar 3.

 Bagan Produksi Umbi Kentang G0 p.3


Tabel 4.

 Produksi Umbi Kentang G0 p.4


Gambar 4.
 Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0 Setiap 3 kali
sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan sistem drip irrigation
fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan pengairan p.5

Gambar 5.

 Pembibitan kentang G0 di Greenhouse p.5


Tabel 5.
 Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran Kelas umbi Ukuran (gram) p.6

Anda mungkin juga menyukai