Anda di halaman 1dari 6

CARA MEMAHAMI KEADAAN ANAK TUNAGRAHITA ATAU ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Muhammad Alfaiz1
Pendidikan Jasmani, Universitas Garut

Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan


intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada
umumnya. Kondisi ini biasanya terdeteksi sejak masa kanak-kanak, tetapi bisa
pula muncul ketika dewasa. Anak dengan tunagrahita dapat dikenali dari proses
berpikir dan belajar yang lebih lambat dibandingkan anak-anak lain seusianya.
Tak hanya itu, seorang anak tunagrahita juga kurang cakap dalam mempraktikkan
keterampilan saat menjalani kegiatan sehari-hari secara normal. Kata tunagrahita
sendiri merupakan istilah lain dari sebutan disabilitas intelektual. Penyebab
kondisi ini umumnya dikaitkan dengan masalah selama kehamilan maupun setelah
anak dilahirkan.

Ada beragam hal yang dapat menjadi penyebab tunagrahita seperti


penyebab utama dari kondisi tunagrahita masih belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa kondisi di bawah ini diduga mampu meningkatkan risiko
terjadinya disabilitas intelektual:

1. Infeksi pada otak yang terjadi setelah bayi lahir

2. Bayi lahir premature

3. Bayi tidak mendapatkan cukup oksigen selama proses persalinan

4. Ibu terkena infeksi ketika hamil, misalnya rubella

5. Ibu hamil atau janin terpapar racun, seperti timbal atau radiasi nuklir

6. Anak mengalami malnutrisi berat

7. Cedera pada otak karena kecelakaan atau terjatuh


1
Penulis lahir di Garut, 01 Februari 2002, penulis merupakan Mahasiswa Universitas
Garut.
8. Riwayat anggota keluarga dengan kondisi tunagrahita

9. Ibu mengonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang, atau obat-


obatan tertentu saat hamil.

Selain berbagai risiko di atas, ada beberapa penyakit pada anak yang dapat
meningkatkan risiko disabilitas intelektual, yaitu sindrom Down, epilepsi, atau
sindrom fragile X (HaloDokter 2019).

(hellosehat 2021) kondisi ini Kondisi ini diklaim memengaruhi satu persen
dari populasi. Apalagi, disabilitas intelektual atau tunagrahita dapat terjadi kapan
saja, bisa dimulai saat anak berada dalam kandungan atau sebelum mencapai usia
18 tahun, tidak hanya itu saja, kebanyakan anak laki-laki didiagnosis mengalami
tunagrahita dibandingkan dengan anak perempuan. Orangtua juga perlu
mengetahui bahwa anak yang mengalami tunagrahita juga memiliki kemungkinan
mengalami autisme. Akan tetapi, presentase autisme masih lebih tinggi
dibandingkan disabilitas intelektual.

Namun ada 2 cara bagi kita untuk mendiagnosis kondisi tunagrahita pada
anak. Biasanya Dokter nantinya akan mendiagnosis masalah disabilitas intelektual
pada anak ini dengan mengukur seberapa jauh kemampuan orang tersebut dalam
berpikir dan memecahkan masalah.

1. Tes kecerdasan intelektual (IQ)

Seorang anak dikatakan mengalami tunagrahita apabila ia memiliki


IQ (Intelligence Quotient) yang sangat rendah. Itu sebabnya tes IQ
digunakan sebagai salah satu cara mendiagnosis penyakit ini. Tes IQ ini
nantinya bertujuan untuk mengukur kemampuan belajar dan memecahkan
masalah seorang anak. Umumnya, nilai IQ normal adalah sekitar 100.
Anak-anak dengan kondisi disabilitas intelektual umumnya memiliki skor
IQ rendah, yaitu di bawah 50 dan memiliki nilai tertingginya di angka 75.
Biasanya, anak-anak tidak dapat menjalankan tes kecerdasan (Intelligence
Quotient Test atau tes IQ) sampai mereka berusia 4 hingga 6 tahun. Oleh
karena itu, orangtua mungkin harus menunggu hingga anak mencapai usia
tersebut sebelum mengetahui dengan pasti apakah anak mengalami
tunagrahita atau tidak.

2. Tes adaptif

Setelah melakukan tes IQ, dokter dan evaluator juga akan melihat
bagaimana perkembangan serta apa saja yang sudah bisa dilakukan anak
sesuai dengan usianya.

Ada tiga bidang yang akan dinilai dalam fungsi adaptif anak, seperti:

 Konseptual (Bahasa, membaca, menulis, menghitung, penalaran,


pengetahuan, dan memori)

 Sosial (Empati, komunikasi, kemampuan mengikuti aturan, serta menjalin


pertemanan)

 Praktikal (Tanggung jawab pekerjaan, mengelola uang, mengatur tugas,


merawat barang).

Dikutip dari jurnal Healthy Childern, hingga kini belum ada obat yang bisa
menyembuhkan kondisi tunagrahita atau disabilitas intelektual pada anak. Namun,
kebanyakan anak dapat melewatinya dengan terus melatih diri juga belajar.
Tentunya, hal ini perlu dukungan dari orangtua agar ia bisa melakukan banyak
hal.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk menangani anak
dengan tunagrahita:

 Mempelajari semua hal mengenai disabilitas intelektual

 Berkomunikasi dengan orangtua lainnya yang juga mengalaminya

 Bersabar karena anak butuh lebih banyak waktu belajar

 Mengajari anak mengenai kemandirian dan tanggung jawab.


Biasanya anak dengan kondisi seperti ini butuh bantuan seperti halnya
dimasukkan kedalam sekolah khusus. Beberapa anak dengan disabilitas
intelektual mungkin akan membutuhkan orang lain untuk menemaninya seperti
hal nya masuk sekolah. Selain itu, ada juga sekolah atau sarana pendidikan anak
tunagrahita yang menerapkan proses belajar seperti di asrama. Orangtua bisa
memberikan anak program pendidikan khusus atau mendapatkan layanan lain
untuk membantu mereka belajar dan berkembang.Anak dengan kondisi disabilitas
intelektual perlu mempelajari cara untuk hidup mandiriKemandirian dan
keterampilan hidup ini mereka butuhkan untuk menjaga diri saat beranjak dewasa,
seperti cara memasak atau naik bus umum untuk berangkat kerja.

Anak tunagrahita pun memiliki karakteristiknya masing-masing, baik yang


ditunjukan secara intelektual maupun kemampuannya dalam beradaptasi (sehatQ
2021). Secara intelektual, karakteristik anak tunagrahita meliputi:

1. Kemampuan duduk, merangkak, atau berjalan yang lambat

2. Terlambat atau kesulitan berbicara

3. Kesulitan untuk memahami peraturan di mayarakat

4. Kesulitan mengingat sesuatu

5. Terlambat untuk menguasai keterampilan sehari-hari, seperti pergi ke


toilet, berpakaian, atau makan sendiri

6. Susah memahami akibat dari sebuah tindakan

7. Sulit untuk berpikir logis

8. Masalah perilaku, seperti tantrum yang meledak-ledak

9. Sulit memecahkan masalah.


Klasifikasi anak tunagrahita sebagai berikut:

1. IQ 55 – 77 (tingkat ringan)

2. IQ 40 – 55 (sedang)

3. IQ 25 – 40 (parah)

4. IQ < 25 (sangat parah)

Ada beberapa cara khusus untuk menangani anak tunagrahita ini, namun
sayangnya, belum ada obat untuk menyembuhkan anak tunagrahita. Saat memiliki
anak dengan kebutuhan khusus ini, orangtua harus siap mental. Jika sang anak
termasuk dalam kategori parah, orang tua mesti merelakan bahwa harapan hidup
buah hati mungkin di bawah rata-rata. Penanganan anak tunagrahita dengan
kategori ringan atau sedang memerlukan dukungan penuh dari orangtua. Saat
dewasa nanti, anak mungkin bisa hidup mandiri, termasuk mencari nafkah.

Mempunyai anak tunagrahita bukanlah aib, jadi orangtua sebaiknya tidak


melakukan tindakan negatif, baik pada sang anak maupun diri sendiri. Anda dapat
melakukan beberapa hal berikut sebagai cara menangani anak tunagrahita:

1. Pelajari berbagai hal mengenai disabilitas intelektual

2. Melatih kemandirian anak

3. Bimbing anak untuk melakukan sesuatu dengan tepat

4. Beri apresiasi jika anak menunjukkan kemajuan

5. Libatkan anak dalam kegiatan kelompok

6. Berkomunikasi dengan orangtua lain yang mengalami hal sama.

Jangan ragu juga untuk berdiskusi dengan ahli medis atau dokter supaya
mereka dapat merekomendasikan terapi anak tunagrahita yang bisa dijalani si
kecil. Jika perlu, mintalah dukungan dari keluarga atau praktisi kesehatan. Dengan
ini, orangtua dapat memberikan tindakan yang tepat dan bermanfaat bagi buah
hati.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/berbagai-kemungkinan-penyebab-anak-
tunagrahita-dan-ciri-cirinya
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/
anak-tunagrahita/
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-anak-tunagrahita-agar-bisa-
dikenali-sejak-dini

Anda mungkin juga menyukai