Anda di halaman 1dari 5

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERBIT......................................................................................................1

PENGANTAR PENULIS........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................1

BAB 1.................................................................................................................................1

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH....................................................................................

A. HAKIKAT MUHAMMADIYAH...................................................................................
B. DASAR AMAL USAHA MUHAMMADIYAH................................................................
C. PEDOMAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH..........................................................
D. SIFAT MUHAMMADIYAH........................................................................................
E. MUHAMMADIYAH AWAL DAN MASA KINI.............................................................
BAB I

A. KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud gerakanya ialah Dakwah
Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat .
Dakwah dan Amar Ma’ruf nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan: Kepada yang
telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan
murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama
Islam.

Adapun da’wah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat
kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan
mengharap keridlaan Allah semata-mata.

Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang
sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah “Terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya”.

B. HAKIKAT MUHAMMADIYAH

Hakikat Muhammadiyah merupakan sebuah terminologi dalam dunia Irfan Islami. Hakikat
Muhammadiyah bermakna entifikasi awal dari Zat Ilahi yang menduduki puncak seluruh “entifikasi
permanen” (a’yan tsâbitah) dan puncak seluruh entifikasi permanen ini adalah ismu ‘azham (nama-nama
teragung) dan himpunan seluruh nama terindah Tuhan. Beranjak dari hakikat ini, seluruh semesta
bermunculan dan tampilan seluruh semesta ini disebut juga sebagai haqiqat al-haqâiq. Sesuai dengan
keyakinan para arif, hakikat Muhammadiyah secara sempurna memanifestasi dalam diri seorang insan
paripurna (kamil); nabi, rasul, wali, yang merupakan cermin dan manifestasi-manifestasi hakikat ini di
alam sifla (rendah) dan manifestasi sempurnanya di alam ini adalah Rasulullah Muhammad Saw.[1]

Terdapat banyak riwayat terkait dengan hakikat nur Muhammadi yang sangat berpengaruh dalam
membentuk redaksi hakikat Muhammadiyah; karena riwayat tersebut membagi wujud Rasulullah Saw
menjadi dua bagian, wujud khalqi (lahir) dan wujud haqqi (batin) dan menempatkannya sangat dekat
kepada Haq (Tuhan) dan mahkluk tidak mampu mencerap kesempurnaannya. Misalnya:

1.     “Lii ma’allâhi waqtun la yasa’uni fihi malakun muqarrab wala nabiyyun mursal.”[2] Atau riwayat
lain, “Laa yasa’uni fihi ghairu Rabbi.” Aku bersama Tuhan pada waktu-waktu yang (pada waktu itu) tiada
malaikat terdekat dan tiada nabi utusan. Atau riwayat lainnya, “Tiada yang memiliki akses (pada waktu
itu) selain Tuhanku.”

2.     “Ana sayyidun wuldi Adam wala fakhra.”[3] Aku adalah penghulu anak-anak Adam dan hal ini bukan
kebanggaan bagiku.

3.     “Adamu wa man dunahu tahta liwâi.”[4] Adam dan siapapun yang datang setelahnya semuanya
berada di bawah panjiku.
4.     “Awwalu maa khalaqallâh nûri.”[5] Yang paling perdana yang diciptakan Allah Swt adalah cahayaku.

C. DASAR DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenarbenarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah
mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah
Anggaran Dasar, yaitu:

1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.

2. Hidup manusia bermasyarakat.

3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya
landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat.

4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai
ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.

5. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.

6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.

D. PEDOMAN AMAL USAHA DAN PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan bagaimanapun cara
perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman: “Berpegang teguh
akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”.

E. SIFAT MUHAMMADIYAH

Menilik: (a) Apakah Muhammadiyah itu, (b) Dasar amal usaha Muhammadiyah dan (c) Pedoman amal
usaha dan perjuangan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-
sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini:

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.

2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.

3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.

4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.


5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang
sah.

6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.

7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan
ajaran Islam.

8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan
agama Islam serta membela kepentingannya.

9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan
membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.

10. Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

(Keputusan Muktamar ke 35)

F. MUHAMMADIYAH AWAL DAN MASA KINI

Masa awal

Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1918 atau 8 Dzulhijah 1330 Hijriah oleh Kiai Haji Ahmad
Dahlan. Ahmad Dahlan yang sebelumnya bernama Muhammad Darwis ini mendirikan perserikatan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta untuk memurnikan ajaran-ajaran Islam yang banyak
dipengaruhi hal-hal mistik yang sama sekali tidak berhubungan dengan ilmu agama.

Sebagai seorang pegawai kesultanan Yogyakarta, pedagang dan juga khotib waktu itu, Muhammad
Darwis tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat kembali ke Islam murni yang sebenar-benarnya
berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadist. Ia merasa saat itu melihat umat muslim di sekitarnya dalam
keadaan beku, tidak terarah dan dipenuhi dengan amalan-amalan bersifat mistik.

Darwis muda akhirnya sering mengadakan kajian tentang keagamaan di rumahnya di sela-sela waktu ia
berdagang dan menjadi khotib. Meski awalnya ajarannya ditolak, bahkan sampai masjid yang
didirikannya dihancurkan, Darwis tak patah semangat. Berkat kesabarannya, akhirnya ajaran
Muhammadiyah dapat diterima secara luas.

Pekerjaannya sebagai pedagang juga mendukung tersebarnya ajaran Muhammadiyah yang diinisiasi
Darwis.
Murid-murid Muhammad Darwis akhirnya semakin banyak. Tak hanya laki-laki, juga banyak perempuan.
Muhammad Darwis sering memberikan pelajaran bagi para perempuan dan ibu-ibu muda dalam
pengajian yang disebut sebagai Sidrotul Muntaha.

Sejarah Muhammadiyah masih berlanjut. Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammad Darwis sudah
mendirikan 5 sekolah dasar (SD). Kemudian ia melanjutkan pada 1919 mendirikan sekolah lanjutan.
Dalam bahasa Belanda, nama sekolah lanjutan itu ialah Hooge School Muhammadiyah.
Seiring perkembangan zaman namanya juga berubah-ubah, dari pada 1921 berubah menjadi Kweek
School Muhammadiyah, pada 1923 dipecah menjadi dua untuk laki-laki dan perempuan, hingga pada
1930 menjadi Mu’alimin (untuk sekolah lanjutan laki-laki) dan Mu’alimat (untuk sekolah lanjutan
perempuan).

K.H ahmad Dahlan menjadi pendiri sekaligus ketua pertama dari 1918 hingga 1923. Muhammadiyah
dikenalkan dengan cara silaturahmi, diskusi, tausiyah, dan pemberian keteladanan dalam praktik
pengamalan ajaran Islam.

Perserikatan Muhammadiyah era pimpinan K.H ahmad Dahlan mulai memperkenalkan perangkat awal
organisasi di antaranya, Majelis Tabligh, Majelis Sekolahan dan Pengajaran, Majelis Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKO), Majelis Taman Pustaka, Aisyiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
(HW) dan juga penerbitan majalah Soeara Muhammadijah.

Pada masa awal berdiri ini, Muhammadiyah mengadakan 11 kali Muktamar yang semuanya diadakan di
Yogyakarta. Saat itu, Muktamar lebih sering dikenal dengan algemen vergadering atau year vergadering
atas seruan pemerintah Hindia Belanda.

Masa sekarang

Tepatnya pada Muktamar ke-47 Makassar, 7 Agustus 2015, Din Syamsuddin mendapat pengganti
sebagai ketua umum Muhammadiyah. Dia adalah Dr. KH Haedar Nashir. Haedar sendiri bukan nama
baru di kalangan Muhammadiyah.

Ia merintis dari menjadi ketua PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Sekretaris PP Muhammadiyah dan
akhirnya menjadi ketua umum. Haedar dikenal sebagai sosok cerdas, dan sering memberikan ide-ide
soal pembaruan Islam. Hal ini tercermin dalam salah satu bukunya berjudul “Muhammadiyah sebagai
Gerakan Pembaharuan”.

Di era sekarang ini, Muhammadiyah bertekad mendudukan Islam lebih maju, bukan hanya Islam yang
hanya mengusung toleransi dan kemanusiaan, tetapi juga Islam yang objektif dan Islam yang
membangun adab bangsa. Muhammadiyah di bawah pimpinan Haedar Nashir berupaya agar hadir dan
menyentuh isu-isu publik yang menyangkut kehidupan banyak orang.

Selain itu, Muhammadiyah juga berupaya untuk tetap menjaga khittah dan prinsipnya, agar tak terlibat
dalam politik praktis. Seperti diketahui memasuki tahun politik 2019, Muhammadiyah diguncang isu
keberpihakan politik. Namun, melalui Haedar Nashir, Muhammadiyah menegaskan tetap akan kembali
ke khittah dan kepribadian organisasi, yaitu organisasi sosial keagamaan. Itulah sejarah Muhammadiyah
di Indonesia. Semoga kita bisa belajar dari perkembangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai