Anda di halaman 1dari 4

NAMA: FELLI LADESRA ZULMI

NIM : 2140142

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA MAKANAN SECARA


KROMATOGRAFI

Ada 30 jenis pewarna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan
dan dilarang untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Salah satunya yaitu
zat warna sintesis Rhodamin B yang merupakan pewarna yang dilarang digunakan
untuk zat tambahan makanan. Rhodamin B adalah zat pewarna buatan yang digunakan
dalam industri tekstil dan kertas. Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C1NCl
dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau
serbuk ungu kemerah-merahan, sangat larut dalam air dan akan menghasilkan warna
merah kebiru-biruan dan berflouresensi kuat. Rhodamin B dapat larut dalam alcohol,
HCl, dan NaOH selain mudah larut dalam air.
Rhodamin B adalah zat pewarna sintesis yang digunakan pada industri tekstil
dan kertas, zat pewarna sintesis ini sangat berbahaya apabila terhirup, mengenai mata
dan kulit serta tertelan. Pengaruh buruk bagi kesehatan antara lain menimbulkan iritasi
pada saluran pencernaan dan air seni menjadi berwarna merah atau merah muda. Pada
kondisi yang lebih akut dapat mengganggu fungsi hati dan menimbulkan kanker hati.
Identifikasi adanya zat tambahan Rhodamin B dalam makanan dapat dilakukan
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tahap identifikasi dengan KLT
dimulai dengan sampel ditotolkan pada plat KLT dan totolkan larutan baku Rhodamin
B. Plat KLT yang mengandung cuplikan dimasukkan kedalam chamber yang lebih
dahulu telah dijenuhi fase gerak berupa n-butanol : etil asetat : ammonia (10 : 4 : 5).
Biarkan hingga lempeng terelusi sempurna kemudian plat KLT diangkat dan
dikeringkan. Ketika pelarut naik akibat dari aksi kapiler pada adsorben, komponen
sampel terbawa dengan kecepatan yang berbeda dan dapat dilihat sebagai deretan titik-
titik setelah platnya dikeringkan dan diwarnai atau dilihat dibawah cahaya ultraviolet.
Mengamati warna secara visual dan dibawah sinar UV 254 nm. Jika secara visual noda
berwarna merah jambu dan dibawah sinar UV 254 nm warna kuning dan 366 nm merah
muda hal tersebut menunjukkan adanya Rhodamin B.
Pemakaian bahan pewarna sintesis dalam pangan walaupun mempunyai
dampak positif bagi produsen dan bagi konsumen, diantaranya dapat membuat suatu
pangan lebih menarik, meratakan warna pangan, dan mengembalikan warna dari bahan
dasar yang hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negative terhadap
kesehatan manusia. Penggunaan pewarna sintesis oleh para pedagang makanan
tradisional di pasar-pasar atau dikantin atau kios pada makanan disebabkan kurangnya
pengetahuan terhadap bahaya pewarna sintesis yang dilarang. Selain itu pertimbangan
harga relatif murah sehingga para pedagang menggunakan pewarna yang tidak
diizinkan tersebut.
Identifikasi Rhodamin B dalam sampel makanan dengan tujuan dapat
mengidentifikasi adanya kandungan Rhodamin B dalam sampel makanan dengan
menggunakan metode kromatografi sederhana, yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Rhodamin B merupakan pewarna sintesis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau
ungu kemerahan, tidak berbau dan dalam larutan akan berwarna merah terang
berpendar/berfluoresensi. Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes
yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika,
produk pembersih mulut dan sabun. Nama lain Rhodamin B adalah D dan C Red no
19. Food Red 15, ADC Rhodamin B, Aizen Rhodamin dan Brilliant.
Identifikasi Rhodamin B pada sampel Terasi dan minuman Ale-ale dengan
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Percobaan pertama yaitu membuat
larutan standar Rhodamin B sebagai pembanding sampel, tetapi standar Rhodamin B
sudah tersedia di Laboratorium sehingga tidak dibuat lagi. Selanjutnya masing-masing
sampel dilarutkan dengan asam asetat glacial encer dengan tujuan untuk mendestruksi
senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel dan menstabilkan Rhodamin B agar tidak
berubah dari bentuk terionisasi menjadi bentuk netral. Kemudian dilakukan penyiapan
eluen sebagai pelarut atau fase gerak. Digunakan propanol dan ammonia dengan
perbandingan 9:1 . Penggunaan eluen ini disesuaikan dengan sifat polar Rhodamin B
karena memiliki gugus karboksil dengan pasangan electron bebas dan gugus amina
pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan membentuk ikatan
hydrogen intermolecular dengan pelarut polar sehingga mudah larut dalam pelarut
polar seperti alcohol. Sehingga digunakan campuran eluen polar agar dapat
mengelusikan Rhodamin B dengan baik. Berikut struktur dari Rhodamin B :

Setelah dibuat eluen, maka larutan eluen tersebut dijenuhkan terlebih dahulu.
Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan partikel fase gerak terdistribusi merata
pada seluruh bagian chamber sehingga proses pergerakan spot diatas fase diam oleh
fase gerak berlangsung optimal, dengan kata lain penjenuhan digunakan untuk
mengoptimalkan naiknya eluen. Kemudian dilakukan penotolan larutan baku dan
sampel menggunakan pipa kapiler. Tujuannya yaitu supaya diperoleh hasil penotolan
yang kecil, karena dalam kromatografi kertas penotolan yang baik diusahakan sekecil
mungkin untuk menghindari pelebaran spot dan jika sampel yang digunakan terlalu
banyak akan menurunkan resolusi. Lalu plat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam
chamber tertutup yang berisi fase gerak dengan posisi fase gerak berada dibawah garis.
Fase gerak perlahan-lahan bergerak naik, setelah mencapai jarak tempuh, kertas
diangkat dan dibiarkan kering diudara, untuk menguapkan sisa pelarut.
Dari hasil pengamatan diperoleh sampel terasi terlihat adanya spot dengan jarak
5,5 cm sedangkan pada sampel minuman ale-ale spotnya 5,6 cm dan spot untuk standar
Rhodamin B yaitu 5,9 cm. Dengan jarak migrasi eluen 8 cm, sehingga diperoleh nilai
Rf untuk sampel terasi sebesar 0,687 , untuk sampel minuman ale-ale sebesar 0,7 dan
untuk standar Rhodamin B sebesar 0,737. Berdasarkan perolehan nilai Rf maka sampel
minuman ale-ale memiliki nilai Rf yang sama dengan nilai Rf standar Rhodamin B.
Namun setelah diamati dibawah sinar UV 254 nm terlihat yang
berpendar/berflouresensi hanya standar Rhodamin B sedangkan untuk kedua sampel
tidak berfluoresensi. Sehingga hal tersebut belum bisa membuktikan bahwa sampel
yang diuji positif mengandung Rhodamin B walaupun memiliki nilai Rf yang sama.
Kemiripan nilai Rf mungkin disebabkan karena adanya senyawa lain, bukan karena
adanya zat Rhodamin B tersebut. Suatu sampel dikatakan sama dengan standar harus
memiliki nilai Rf yang sama dan jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm akan
berfluoresensi dengan warna yang sama.

Anda mungkin juga menyukai