Kerajaan Majapahit
Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila
(Fase E)
Projek ini dimulai dengan tahap temukan, peserta didik diajak untuk mengenali
bentuk dan fungsi kearifan lokal yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Setelah itu,
kegiatan dilanjutkan dengan menemukan hubungan antara identitas diri, identitas budayanya,
dan belajar untuk memahami bahwa identitas adalah sebuah konsepsi yang dinamis dan
selalu berubah. Berangkat dari pemahaman tentang identitas ini, peserta didik membongkar
asumsinya terhadap identitas budaya yang ada di wilayahnya maupun budaya orang lain.
Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat menumbuhkan apresiasi terhadap budaya
dan kearifan lokal sebuah kelompok masyarakat. Tahap ini ditutup dengan menemukan
masalah atau tantangan yang terjadi di sekitarnya yang memiliki kait dengan sumber daya
alam atau sumber daya lokal.
Setelah itu projek dilanjutkan dengan tahap bayangkan, dimana pada tahap ini peserta
didik diajak untuk melihat langsung bagaimana bentuk kearifan lokal yang ada di
wilayahnya. Dari sini peserta didik diminta untuk mengkritisi hubungan antara bentuk
kearifan lokal yang ditemukan dan fungsinya bagi masyarakat. Tahap ini diakhiri dengan
membayangkan kondisi impian yang peserta didik harapkan terjadi pada lingkungannya dan
kearifan lokal yang ada di wilayahnya.
Projek dilanjutkan dengan tahap lakukan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik
untuk menggaungkan kearifan lokal yang ditemui dan bermakna bagi peserta didik sesuai
dengan kemampuan dan keterampilan yang ia miliki. Lalu, projek diakhiri dengan tahap
bagikan, di mana seluruh peserta didik membagikan pengetahuannya akan kearifan lokal
kepada warga sekolah, guru, dan perwakilan masyarakat.
Melalui projek ini, peserta didik diharapkan telah mengembangkan tiga dimensi Profil
Pelajar Pancasila, yaitu Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, dan Kreatif
- Persepsi akan suatu budaya atau pengetahuan lokal akan rentan bias, sehingga penting
bagi kelompok guru secara sadar memahami kemungkinan tersebut sehingga
pengetahuan lokal yang diambil adalah yang paling berguna bagi kebutuhan
pembelajaran
Tahap Temukan: Mengenali dan membangun kesadaran murid terhadap pengetahuan lokal
1 2 3 4 5
Pengantar Materi Bentuk dan Fungsi Pengaruh Identitas Diri dan Tantanga
Kearifan Lokal Kearifan Lokal Identitas Kelompok n di
Kelompok pada Sekitarku
Identitas Diri
Tahap Bayangkan: Menggali bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada di wilayah masing-
masing
6 7 8 9
Tahap Lakukan: Mewujudkan pelajaran yang mereka dapat melalui bentuk aksi
pelestarian budaya lokal yang paling mungkin dilakukan
10 11 12 13
Tahap Bagikan: Menggenapi proses dengan aksi pelestarian budaya lokal serta melakukan
evaluasi dan refleksi
14 15 16 17
Dimensi Profil Sub-elemen Profil Target Pencapaian di akhir Fase E (SMA, Aktivitas
Pelajar Pelajar Pancasila Usia 16-18 tahun) pelajar Terkait
Pancasila
Terkait
Kreatif
Relevansi projek ini bagi sekolah dan semua guru mata pelajaran
Sejalan dengan hal tersebut, sekolah sebagai salah satu institusi budaya memiliki
peran untuk ambil bagian dari upaya pelestarian budaya lokal yang kini keadaannya semakin
terancam dari waktu ke waktu. Selain itu, sekolah yang dapat memberikan pengalaman akan
keberagaman budaya yang dibutuhkan, diikuti dengan refleksi pada tahapannya akan
membentuk masukan dan pengalaman positif dari keberagaman itu sendiri. Di mana hal ini
akan menghasilkan peserta didik yang mampu mengelola perbedaan secara konstruktif,
beradaptasi dengan baik, membangun sinergi atas perbedaan sehingga sekolah dapat
mendorong peserta didik lebih mudah dan siap menjadi bagian dari masyarakat global.
Namun demikian, tim penyusun memahami bahwa kondisi tiap sekolah berbeda-beda.
Oleh karena itu, guru dan kepala sekolah mempunyai kebebasan dan kewenangan untuk
menyesuaikan jumlah aktivitas, alokasi waktu per aktivitas, dan apakah semua aktivitas
diselesaikan dalam waktu singkat atau disebar selama satu semester/satu tahun ajar. Materi
ataupun rancangan aktivitas juga bisa disesuaikan agar projek bisa berjalan efektif dan efisien
sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi sekolah juga kondisi daerah tempat
sekolah berdiri. Kami juga akan memberikan saran praktis dan alternatif pelaksanaan
beberapa aktivitas, serta rekomendasi aktivitas pengayaan, jika diperlukan
Persiapan
Guru membekali diri dengan pengetahuan akan definisi dan berbagai bentuk kearifan lokal
yang memiliki hubungan dengan sejarah kerajaan Majapahit
Pelaksanaan
1. Guru mengawali projek dengan meminta peserta didik untuk menuliskan pepatah /
peribahasa / nasihat-nasihat orang tua atau orang dewasa yang masih diingat sampai
saat ini.
2. Setelah peserta didik selesai menulis, guru bersama dengan peserta didik membahas
hasil tulisan peserta didik dan menanyakan jika ada peserta didik lain yang
menuliskan hal serupa.
3. Guru menggali lebih dalam apakah peserta didik tahu arti dari pepatah / peribahasa /
nasihat-nasihat tersebut. Kemudian guru memberi pengantar bahwa pepatah /
peribahasa / nasihat-nasihat merupakan salah satu bentuk kearifan lokal.
4. Setelah itu, guru bertanya kepada peserta didik tentang pengertian dan bentuk kearifan
lokal yang diketahui. Beberapa pertanyaan pemantik yang bisa dipakai:
c. Kearifan lokal apa yang kamu ketahui? Berasal dari daerah mana kearifan lokal
tersebut?
d. Bagaimana kamu bisa mengetahui bentuk kearifan lokal tersebut? Apakah kamu tahu
atau pernah mencari tahu makna dibalik kearifan lokal tersebut?
Materi 1
Untuk mempertahankan kearifan lokal tersebut, para orang tua dari generasi
sebelumnya, dan lebih tua akan mewariskannya kepada anak-anak mereka dan begitu
seterusnya. Mengingat kearifan lokal adalah pemikiran yang sudah lama dan berusia puluhan
tahun, maka kearifan lokal yang ada pada suatu daerah jadi begitu melekat dan sulit untuk
dipisahkan dari masyarakat yang hidup di wilayah tersebut.
Tugas
Peserta didik diminta untuk mencari tahu salah satu bentuk kearifan lokal “Kerajaan
Majapahit” di Pulau Jawa dari berbagai sumber.
Glosarium
adat : aturan (perbuatan dan sebagainya) yang lazim diturut atau dilakukan sejak
dahulu kala
budaya : sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah
tangible : berwujud nyata
Objektif
- Sebagai pengantar, peserta didik tertarik untuk masuk ke dalam topik kearifan lokal
peserta didik mengenal salah satu kearifan lokal yang ada
Lampiran Kegiatan 1
Kearifan Lokal adalah – Setiap negara di dunia itu memiliki keunikannya tersendiri,
termasuk juga negara Indonesia. Negara kita begitu unik, saking uniknya kalau ada nominasi
untuk negara yang paling unik, maka Indonesia pasti masuk sebagai salah satu nominasinya,
bahkan, mungkin keluar sebagai juaranya.
Keunikan Indonesia sendiri berasal dari adat istiadat, tradisi, dan kearifan lokal yang ada di
Indonesia. Bukan hanya satu, setiap daerah bahkan memiliki kearifan lokalnya masing-
masing.
Sayangnya, seiring berjalannya waktu, sama seperti kebanyakan adat, tradisi, dan budaya,
kearifan lokal yang ada di berbagai daerah semakin banyak yang tergerus zaman. Alih-alih
mempertahankan kearifan lokal yang sudah turun-temurun dari nenek moyang, banyak anak
muda yang menggantinya dengan pandangan-pandangan dari luar yang justru belum tentu
ada benarnya atau bahkan hanya akan merusak kearifan lokal yang sudah ada.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup suatu masyarakat di wilayah tertentu mengenai
lingkungan alam tempat mereka tinggal. Pandangan hidup ini biasanya adalah pandangan
hidup yang sudah berurat akar menjadi kepercayaan orang-orang di wilayah tersebut selama
puluhan bahkan ratusan tahun.
Untuk mempertahankan kearifan lokal tersebut, para orang tua dari generasi sebelumnya, dan
lebih tua akan mewariskannya kepada anak-anak mereka dan begitu seterusnya. Mengingat
kearifan lokal adalah pemikiran yang sudah lama dan berusia puluhan tahun, maka kearifan
lokal yang ada pada suatu daerah jadi begitu melekat dan sulit untuk dipisahkan dari
masyarakat yang hidup di wilayah tersebut.
Mirisnya, meski banyak orang tua tetap berusaha mewariskan kearifan lokal dan pandangan
hidup yang mereka dapatkan dari nenek moyang, tetapi banyak anak muda justru
menganggap kearifan lokal dan pandangan hidup tradisional yang sudah turun-temurun dari
nenek moyang adalah pandangan dan pemikiran kuno yang sudah tidak lagi relevan dengan
zaman modern saat ini.
Padahal, kalau dipikir-pikir lagi, segala sesuatu yang termasuk pandangan hidup yang masih
tradisional tidak selamanya buruk dan tidak selamanya juga merupakan pandangan yang
salah. Bahkan, bisa berlaku sebaliknya, karena kearifan lokal yang dipertahankanlah yang
membuat suatu masyarakat jadi begitu unik dan berbeda dari masyarakat yang tinggal di
wilayah lain.
Dengan kearifan lokal, maka tatanan sosial dan alam sekitar agar tetap lestari dan terjaga.
Selain itu, kearifan lokal juga merupakan bentuk kekayaan budaya yang harus digenggam
teguh, terutama oleh generasi muda untuk melawan arus globalisasi. Dengan begitu
karakteristik dari masyarakat daerah setempat tidak akan pernah luntur.
Apalagi, kearifan lokal berasal dari nenek moyang kita, yang jelas lebih mengerti segala
sesuatunya terutama yang berkaitan dengan wilayah tersebut. Selain itu, ada kebijaksanaan
Sebaliknya, pandangan yang terlalu modern memiliki potensi yang lebih merusak terutama
merusak kearifan lokal yang sudah ada. Bahkan, tak menutup kemungkinan akan merusak
kebudayaan yang sudah ada, juga merusak alam sekitar.
Setiap negara, daerah, atau wilayah memiliki adat budayanya masing-masing. Berbeda
dengan negara kita yang masih mempertahankan budaya dan adat istiadat, kebanyakan orang-
orang dari negara asing di luar sana sudah melupakan adat dan istiadat nenek moyang
mereka.
Mereka lebih suka dengan kehidupan bebas yang dianggap modern tanpa terikat dengan
petuah-petuah apalagi adat lama yang dianggap ketinggalan zaman.Tidak hanya itu, seiring
berjalannya waktu, budaya asing juga mulai merambah ke berbagai wilayah di Indonesia.
Sebaliknya, Indonesia memiliki banyak kearifan lokal yang juga mengandung nilai-nilai
budaya yang sangat kuat. Mengingat usia dari nilai-nilai budaya ini sudah mencapai puluhan
atau ratusan tahun, nilai-nilai budaya pada kearifan lokal ini sangat dipercaya oleh
masyarakat setempat. Kepercayaan yang kuat inilah yang membuat budaya asing tidak bisa
dengan mudah masuk dan mempengaruhi masyarakat. Dengan begitu, karakteristik
masyarakat dari suatu daerah akan tetap terjaga dengan baik.
Menghindari budaya asing yang masuk ke Indonesia bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Apalagi, di era globalisasi seperti sekarang, dimana segalanya bisa terhubung dengan mudah
dan cepat. Budaya atau tren dari luar biasanya menyebar cepat melalui YouTube, televisi, dan
media sosial.
Karena keberadaan teknologi inilah yang membuat budaya asing bisa dengan mudah
memasuki Indonesia. Namun, disisi lain, berbeda dengan budaya luar, kearifan lokal
memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi, sehingga bisa diakomodir dengan mudah tanpa
harus merusak kepercayaan kearifan lokal yang sudah ada sebelumnya.
Alhasil kalaupun ada budaya asing yang masuk, budaya asing ini hanya akan jadi tren sesaat
dan bukannya menggantikan budaya warisan nenek moyang yang sudah ada. Apalagi sampai
merusak kepercayaan yang sudah berusia puluhan hingga ratusan tahun.
Salah satu video Wonderful Indonesia yang sempat viral beberapa bulan yang lalu misalnya.
Video tersebut pada dasarnya berisi tentang berbagai kebudayaan tradisional Indonesia.
Namun, kemudian dicampur dengan beberapa hal bernuansa modern dan asing seperti musim
EDM. Hasilnya? Video itu terlihat sangat indah dan disukai banyak orang, baik itu orang
asing maupun lokal.
Contoh lainnya adalah pembangunan sebuah gedung di Indonesia. Tidak jarang arsiteknya
memadukan budaya lokal dengan mencontek desain bangunan tradisional di Indonesia,
kemudian memadukannya dengan arsitektur modern. Masjid Raya Sumatera Barat yang ada
di jantung kota Padang misalnya, bangunannya meniru arsitektur khas Minangkabau,
sedangkan atap masjid justru dibuat seperti rumah Gadang yang menjadi rumah tradisional
dari Provinsi Sumatera Barat. Meskipun begitu, tetap terlihat lebih modern.
Kearifan lokal yang sudah dipercaya oleh masyarakat sejak lama mau tidak mau juga akan
mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, kearifan lokal
yang sudah berusia puluhan tahun pada akhirnya akan menjadi kepercayaan atau pedoman
yang dianut oleh masyarakat setempat.
Alhasil ketika terjadi sesuatu pun, masyarakat akan menjadikan kearifan lokal sebagai
patokan sebelum mengambil sikap atau tindakan tertentu. Kebiasaan ini juga membuat
masyarakat di wilayah tertentu dapat mengembangkan budaya yang sudah ada menjadi lebih
terarah dari sebelumnya. Dengan kata lain, kearifan lokal memiliki ciri berupa dapat
memberikan arah bagi masyarakat setempat.
Kearifan lokal yang ada mungkin memiliki sifat yang sangat tradisional, tetapi keberadaan
kearifan lokal sangatlah penting bagi masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan, kearifan
lokal bukan hanya bisa dijadikan pedoman dalam bertindak maupun bersikap, tetapi juga
memiliki fungsi tertentu. Berikut fungsi dari kearifan lokal bagi masyarakat!
Kearifan lokal memiliki cakupan yang cukup luas. Bukan hanya adat istiadat, kearifan lokal
juga merupakan pandangan hidup masyarakat mengenai sumber daya alam yang ada di
wilayah mereka. Kearifan lokal yang ada membuat masyarakat lebih sadar mengenai
pentingnya sumber daya alam yang ada disekitar mereka.
Alih-alih merusak, kearifan lokal justru membantu untuk mendorong masyarakat di wilayah
tertentu untuk melakukan konservasi agar alam tempat mereka tinggal tetap terjaga dan tidak
mengalami kerusakan. Misalnya, Museum Majapahit adalah salah satu pihak yang dapat
tampil dan berperan sebagai mediator antara pelestari budaya (baik pemerintah, arkeolog,
akademisi, maupun LSM) dengan masyarakat setempat yang berprofesi sebagai pembuat
bata. Salah satu tujuan utama penyampaian informasi yang dilakukan Museum Majapahit
adalah untuk memberikan wawasan kepada masyarakat setempat bahwa tempat tinggal
mereka merupakan tanah yang luar biasa istimewa. Daerah yang mereka tinggali sehari-
sehari dahulu merupakan pusat kota salah satu kerajaan termahsyur di Nusantara, yaitu
Majapahit. Masyarakat perlu memahami bahwa situs yang lestari dapat memberikan manfaat
yang positif terhadap aspek ideologis, akademis, dan ekonomis. Manfaat aspek ideologis
yaitu sebagai penguat jati diri bangsa dengan menjaga warisan budaya, manfaat akademis
yaitu sebagai pengetahuan yang dipelajari dengan dibukanya situs wisata untuk para warga
ataupun turis, serta manfaat ekonomis yaitu sebagai objek. Di antara seluruh metode
penyajian, pameran merupakan kunci utama keberhasilan museum, karena pameran
merupakan hal yang pertama kali dilihat seseorang ketika mengunjungi museum. Pameran
Museum Majapahit sebaiknya mengikuti trend perkembangan tata pamer yang lebih terkini.
Rumah-rumah yang ada di Kota Majapahit pada masa itu beragam, mungkin keberagaman
tersebut berdasarkan status sosial masing-masing pemilik rumah. Golongan priyayi sebagai
kelompok social memiliki ciri-ciri tertentu yang menunjukkan perbedaannya dengan
kelompok sosial lainnya, terutama kelompok sosial dari rakyat kebanyakan. Salah satu
lambang kepriyayian tampak pada rumah yang menjadi tempat tinggal. Tingkat
kebangsawanan dan tingkat kepangkatan pada pemerintahan menentukan bentuk dan struktur
bangunan tempat tinggal. Oleh karena keberagaman tersebut, pemukiman Majapahit menjadi
lebih indah. Nagarakretagama juga menggambarkan bahwa pada masa itu rumah-rumah
tertata rapi dan indah. Keindahan tersebut disebutkan karena pada halaman rumah terdapat
berbagai bunga, meliputi bunga tanjung, kesara, campaka dan lain-lainnya. Keindahan dari
rumah-rumah pada masa Majapahit juga terlihat dari kuatnya tiang-tiang rumah, berukir
indah dan berwarna-warni. Kakinya berbahan dari batu merah yang bergambar beraneka
lukisan. Genting atap rumah-rumah juga diuraikan bahwa bersemarak serba meresapkan
pandang, menarik perhatian akan keindahannya. Selain itu, beberapa bahan yang digunakan
dalam membangun rumah adalah batu berwarna merah, saat ini disebut dengan batu bata.
Relief-relief candi yang terdapat di Jawa Timur juga menggambarkan beberapa bentuk
bangunan-bangunan pada saat itu. Bentuk bangunan tersebut meliputi bangunan bertiang
satu, bangunan bertiang empat, bangunan bertiang enam, bangunan bertiang delapan, dan
bangunan tertutup. Corak bangunan dengan tiang tanpa dinding diperkirakan adalah banguan
publik, sedangkan bangunan yang tertutup adalah bangunan tempat tinggal. Temuan artefak
berupa miniatur rumah yang terdapat di Museum Trowulan juga dapat mewakili bagaimana
bentuk bangunan rumah pada masa itu. Miniatur tersebut digunakan sebagai maket dalam
perencanaan pemukiman pada masa Majapahit. Pada miniatur rumah, kita dapat melihat
variasi atap yang bermacam-macam, ada tajug, gonjong, limasan, dan kampung. Dapat dilihat
juga jenis bahan yang digunakan untuk atap, yaitu genteng, sirap, bambu dan ijuk. Ragam
Orang-orang tua kita di masa lalu, tentu ingin yang terbaik untuk kehidupan anak cucunya
kelak. Sayangnya, mereka tidak bisa hidup selamanya untuk menjaga agar anak cucunya
tetap menjalani kehidupan yang baik. Sebagai gantinya, nenek moyang kita mewariskan
berbagai kearifan lokal. Dengan kearifan lokal yang melekat pada masyarakat, maka bukan
hanya merupakan pandangan hidup yang bisa menjadi lebih baik. Lebih dari itu, kearifan
lokal juga mencakup nasihat atau petuah, pantangan yang tidak boleh dilanggar, juga
kepercayaan yang dipelihara dengan baik. Petuah dan nasihat lama ini diwariskan tentu saja
untuk menjaga agar kehidupan setiap generasi di wilayah tertentu dapat berjalan baik.
Kearifan lokal yang ada juga mencakup adat dan istiadat. Meski seringkali dianggap kuno,
tetapi adat dan istiadat inilah yang justru membuat sebuah daerah jadi unik dan berbeda dari
daerah lainnya di Indonesia. Dengan adanya kearifan lokal, maka masyarakat akan
menganggap seperangkat tradisi sebagai hal yang sudah seharusnya dilakukan, karena
mereka sudah terbiasa dengan adat istiadat dan budaya tersebut. Selain itu, masyarakat
setempat juga sudah menganggap bahwa kearifan lokal merupakan hal yang memang harus
dilakukan di wilayah tersebut. Namun, beda ceritanya dengan para turis, dan pelancong yang
berkunjung ke suatu wilayah identik dengan kearifan lokalnya. Kearifan lokal yang tercermin
dalam adat istiadat dan budaya ini jelas tidak bisa ditemukan di wilayah lain, karena itulah
yang membuat turis merasa terkesan dengan wilayah tersebut.
Lihat saja Bali, bukan hanya punya alam yang cantik, Bali juga memelihara adat dan budaya
yang diwariskan oleh para nenek moyang kepada mereka. Alhasil, warisan budaya inilah
yang membuat Bali terasa berbeda, terasa lebih istimewa, terasa lebih berkesan dibandingkan
dengan tempat-tempat lain yang ada di dunia.
Kearifan lokal bukan hanya memiliki ciri dan fungsi saja, tetapi kearifan lokal juga terdiri
dari dua jenis, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata atau dikenal dengan istilah tangible,
dan juga kearifan lokal tidak berwujud atau yang biasa disebut intangible. Apa maksudnya?
Yuk simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Bentuk kearifan lokal tidak berwujud antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun, atau cerita
yang mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya yang bertujuan agar para
generasi muda di wilayah tersebut tidak melakukan tindakan buruk yang dapat merugikan diri
sendiri, masyarakat, serta alam sekitar yang menjadi rumah serta sumber penghidupan
mereka. Contohnya adalah kepercayaan asal Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha
terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah
Indonesia. Mayoritas penduduk Kerajaan Majapahit yang memiliki wilayah amat luas di
Nusantara memeluk agama Hindu, Buddha, atau ajaran Siwa-Buddha, meskipun ada pula
yang masih menganut kepercayaan leluhur yakni Kejawen atau Animisme.
Ajaran Siwa-Buddha merupakan sinkretisme atau percampuran dari agama Hindu dan
Buddha di Nusantara.
Di era Majapahit, ajaran yang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram Kuno ini
berpadu menjadi satu. Fungsi Agama dalam Pemerintahan pada Masa Kejayaan Majapahit
menuliskan bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Majapahit juga diwarnai oleh hal-hal
yang bersifat keagamaan. Agama memiliki fungsi dan peran sebagai pengendali jarak sosial,
pemberi fenomena integrasi dan menumbuhkan rasa toleransi antar warga. Kerajaan memberi
pengakuan dan kesempatan yang sama terhadap tokoh-tokoh agama untuk duduk dalam
pemerintahan. Adanya satu bangunan suci (candi) yang memiliki dua atau lebih sifat
keagamaan, merupakan bukti dari integrasi sosial dan toleransi dalam bidang agama. Bukan
hanya bagi pemeluk Hindu atau Buddha, melainkan juga umat muslim karena penganut
agama Islam sudah ada di zaman Majapahit. Penduduk Majapahit sejak era Hayam Wuruk
diduga sudah ada yang memeluk Islam.
Hal tersebut diperkuat dengan ditemukannya pemakaman muslim di Desa Tralaya, Trowulan,
yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Aktivitas Mandiri
Aktivitas Kelompok
4. Setelah itu, catat dan buatlah simpulan informasi tersebut pada kertas folio!
5. Referensi dapat kalian cari melalui buku, internet ataupun dengan mengunjungi
museum!
Asesmen
Kegiatan 2
Persiapan
Guru membekali diri dengan pengetahuan akan definisi dan berbagai bentuk kearifan lokal
yang memiliki hubungan dengan sejarah kerajaan Majapahit
Pelaksanaan
1. Guru mengawali projek dengan meminta peserta didik untuk menuliskan pepatah /
peribahasa / nasihat-nasihat orang tua atau orang dewasa yang masih diingat sampai
saat ini.
2. Setelah peserta didik selesai menulis, guru bersama dengan peserta didik membahas
hasil tulisan peserta didik dan menanyakan jika ada peserta didik lain yang
menuliskan hal serupa.
3. Guru menggali lebih dalam apakah peserta didik tahu arti dari pepatah / peribahasa /
nasihat-nasihat tersebut. Kemudian guru memberi pengantar bahwa pepatah /
peribahasa / nasihat-nasihat merupakan salah satu bentuk kearifan lokal.
4. Setelah itu, guru bertanya kepada peserta didik tentang pengertian dan bentuk kearifan
lokal yang diketahui. Beberapa pertanyaan pemantik yang bisa dipakai:
c. Kearifan lokal apa yang kamu ketahui? Berasal dari daerah mana kearifan lokal
tersebut?
d. Bagaimana kamu bisa mengetahui bentuk kearifan lokal tersebut? Apakah kamu tahu
atau pernah mencari tahu makna dibalik kearifan lokal tersebut?
5. Guru meminta siswa menyebutkan hal – hal yang mereka ketahui tentang kerajaan
Majapahit
Materi 2
Kerajaan Majapahit
Sumpah Palapa
Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan
beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu
kemudian dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut :
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran,
Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman
isun amukti palapa”.
Artinya: “Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah kalah Gurun seran,
Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan
beristirahat”
Tugas
Peserta didik diminta untuk mencari tahu salah satu bentuk kearifan lokal “Sejarah Kerajaan
Majapahit” di Pulau Jawa dari berbagai sumber.
Glosarium
Amukti : kebebasan, kemerdekaan
Candi : bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan,
penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada
zaman dulu)
Kitab : buku
Objektif
- Sebagai pengantar, peserta didik tertarik untuk masuk ke dalam topik kearifan lokal
peserta didik mengenal salah satu kearifan lokal yang ada
Lampiran Kegiatan 2
Materi 2
Setelah Singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, antara
abad ke-14 - ke-15 M. Berdirinya kerajaan ini sebenarnya sudah direncanakan oleh
Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan
kemegahan Singhasari yang saat itu sudah hampir runtuh. Saat itu dengan dibantu oleh Arya
Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut
dalam kitab Pararaton sebagai hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit, yang
namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol
tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang
pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya.
Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh
sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan Majapahit.
Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal
sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang
menyebabkan pembantupembantunya melakukan pemberontakan.
Kerajaan Majapahit penuh dengan intrik politik dari dalam kerajaan itu sendiri. Kondisi yang
sama juga terjadi menjelang keruntuhan Majapahit. Masa pemerintahan
Tribhuwanattunggadewi Jayawisnuwarddani adalah pembentuk kemegahan kerajaan.
Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan
oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak
kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun
1350 hingga 1389.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai
zaman keemasan. Wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas, bahkan melebihi luas wilayah
Republik Indonesia sekarang. Oleh karena itu, Muhammad Yamin menyebut Majapahit
dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di
bawah kekuasaan Majapahit. Hal ini memang tidak dapat dilepaskan dan kegigihan Gajah
Mada. Sumpah Palapa, ternyata benar-benar dilaksanakan. Dalam melaksanakan cita-citanya,
Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, misalnya Adityawarman dan Laksamana Nala.
Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan laut yang sangat kuat.
Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara. Di bawah
pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan
SUMPAH PALAPA
Pada saat diangkat sebagai Mahapatih Gajah Mada bersumpah bahwa ia tidak akan
beristirahat (amukti palapa) jika belum dapat menyatukan seluruh Nusantara. Sumpah itu
kemudian dikenal dengan Sumpah Palapa sebagai berikut :
“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran,
Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman
isun amukti palapa”.
Artinya: “Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat; Sesudah kalah Gurun seran,
Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan
beristirahat”
Untuk mengatur kehidupan beragama dibentuk badan atau pejabat yang disebut
Dharmadyaksa. Dharmadyaksa adalah pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani
persoalan keagamaan. Di Majapahit dikenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut.
1. Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu),
2. Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha.
Majapahit juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain. Hubungan dengan Siam, Birma,
Kamboja, Anam, India, dan Cina berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan
dengan luar negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat.
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan tenteram.
Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran rakyat
diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Dengan demikian lalu
lintas menjadi lancar. Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian,
terutama perdagangan. Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai.
Misalnya, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai
dan yang berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan.
Hal itu menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang yang menjajakan barang
dagangannya dari daerah pantai atau muara ke pedalaman atau sebaliknya.Bahkan di daerah
pantai berkembang perdagangan antar daerah, antar
pulau, bahkan dengan pedagang dari luar. Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan sebagai
pusat pelayaran dan perdagangan. Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman
Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak
pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan Siam.
Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan kaya.
Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah
Indonesia Timur dan Malaka.
Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya dan
dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan
lahan pertanian. Tanggultanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah bahaya
banjir.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra
yang paling terkenal pada zaman Majapahit adalah Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis
oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan di bidang
sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang penting
adalah Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat katakata
yang sekarang menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Di
samping itu, Empu Tantular juga menulis kitab Arjunawiwaha.
Sutasoma 139,4d-5d
Hyan Buddha tan pabi lawan siwarajadewa rwanekadhatu winuwus wara Buddhawisma
bhineki rakwa rinapankenapanarwanosen manka n jiwatwa kalawan siwatatwa tunggal
bhineka ika tan hanna dharma mangruwa
Artinya : “Dewa Buddha tidak berbeda dengan Siwa. Mahadewa di antara dewa-dewa.
Keduanya dikatakan mengandung banyak unsur Buddha yang boleh dikatakan tidak
Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat. Misalnya
Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi dan Surawana di dekat
Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.
Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga raja,
setelah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur kejayaan
Majapahit. Meskipun peperangan berakhir, Majapahit terus mengalami kelemahan karena
raja yang berkuasa tidak mampu lagi mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang
menyebabkan runtuhnya Majapahit adalah semakin meluasnya pengaruh Islam pada saat itu.
Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan runtuhnya kerajaan itu. Pencapaian
itu terus dipertahankan hingga masa perkembangan Islam di Jawa. Peninggalan peradaban
Majapahit juga dapat kita saksikan pada perkembangan lingkup kebudayaan Bali pada saat
ini. Kebudayaan yang masih dikembangkan hingga masa Islam adalah cerita wayang yang
berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji
dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana). Selain itu dapat kita saksikan juga pada unsur
arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni ukir sulur-suluran dan tanaman melata, senjata keris,
lokasi keramat, dan masih banyak lagi.
Aktivitas Mandiri
Aktivitas Kelompok
4. Setelah itu, catat dan buatlah simpulan informasi tersebut pada kertas folio!
5. Referensi dapat kalian cari melalui buku, internet ataupun dengan mengunjungi
museum!
Asesmen
Persiapan
Guru membekali diri dengan pengetahuan akan definisi dan berbagai bentuk kearifan lokal
yang memiliki hubungan denganpeninggalan sejarah kerajaan Majapahit
Pelaksanaan
b. Di manakahletakPulauJawa?
Materi