Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN KOMPRES HANGAT JAHE MERAH


(ZINGIBER OFFICINALE ROSC) TERHADAP RASA
NYERI KLIEN RHEUMATHOID ARTHRITIS DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
SEKARJAYA TAHUN 2021

HAIRUL SARNUBI
(NIM: PO.71.20.2.18.050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2021
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN KOMPRES HANGAT JAHE MERAH


(ZINGIBER OFFICINALE ROSC) TERHADAP RASA
NYERI KLIEN RHEUMATHOID ARTHRITIS DI
WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
SEKARJAYA TAHUN 2021

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Alhi Madya Keperawatan

HAIRUL SARNUBI
(NIM: PO.71.20.2.18.050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2021

ii
Poltekkes Kemenkes Palembang
iii
Poltekkes Kemenkes Palembang
iv
Poltekkes Kemenkes Palembang
v
Poltekkes Kemenkes Palembang
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :
“Mengetahui saja tidak cukup, kita harus mengaplikasikannya. Kehendak saja
tidak cukup, kita harus mewujudkannya dalam aksi.”

PERSEMBAHAN :
Laporan Tugas Akhir ini saya persembahkan:

“Teruntuk Ayah saya Supawi dan Ibu saya Zoleha, juga ayah Sofian. terima
kasih yang telah menemani berproses sejak nol, mencurahkan upaya, materi
dan waktu serta selalu memberikan doa dan semangat sehingga saya bisa
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat waktu”.

vi
Poltekkes Kemenkes Palembang
Penerapan Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale
Rosc) Terhadap Rasa Nyeri Klien Rheumathoid Artritis Di
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Sekarjaya Tahun 2021

Hairul Sarnubi
Program Studi D3 Keperawatan Baturaja
Poltekkes Kemenkes Palembang,
Jl. Imam Bonjol No. 652 Kel. Air Paoh
Email : hairulsarnubi@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang : Rheumatoid Artritis adalah penyakit autoimun dimana


persendian mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri, dan
sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi, salah satu
upaya untuk mengurangi rasa nyeri rheumatoid artritis yaitu dengan kompres
hangat jahe merah yang kandungan minyak atsirinya dapat melancarkan peredaran
darah dan peradangan sendi. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh
efektivitas penerapan kompres hangat jahe merah sebelum dan sesudah dilakukan
penerapan kompres hangat jahe merah terhadap penurunan intensitas nyeri pada
klien dengan Rheumatoid Artritis. Metode Penelitian : Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan pada dua orang klien sebagai responden penelitian. Hasil Penelitian
: Diperoleh diagnosa nyeri kronis pada kedua subjek. Pengaruh kompres hangat
jahe merah dapat menurunkan nyeri rheumatoid artritis dengan interval skala
nyeri sebelumnya 6 (nyeri sedang) menjadi skala nyeri 2 (nyeri ringan dan skala
nyeri sebelumnya 7 (nyeri berat) menjadi skala nyeri 2 (nyeri ringan. Kesimpulan
: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nyeri berkurang, dan penerapan
kompres hangat jahe merah ini efektif untuk menurunkan nyeri pada klien dengan
Rheumatoid Arthritis. Saran : Diharapkan jika waktu penelitian lebih lama
kemungkian skala nyeri akan semakin berkurang menjadi 0 dan penerapan
kompres hangat jahe merah ini akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Kata Kunci : Rheumatoid Arthritis, Nyeri, Kompres Hangat Jahe Merah.

vii
Poltekkes Kemenkes Palembang
Application of Red Ginger Warm Compress (Zingiber Officinale
Rosc) Against Rheumathoid Arthritis Clients Pain in the Work
Area of Uptd Puskesmas Sekarjaya in 2021

Hairul Sarnubi
D3 Nursing Study Program Baturaja
Poltekkes Kemenkes Palembang,
Jl. Imam Bonjol No. 652 Kel. Air Paoh
Email : hairulsarnubi@student.poltekkespalembang.ac.id

ABSTRACT
Background: Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease in which the joints
experience inflammation, resulting in swelling, pain, and often eventually causing
damage to the inside of the joints, one of the efforts to reduce the pain of
rheumatoid arthritis is by using a warm compress of red ginger, which contains
essential oils that can improve blood circulation and joint inflammation.Research
objectives: Knowing the effect of the effectiveness of applying red ginger warm
compresses before and after applying red ginger warm compresses to reduce pain
intensity in clients with Rheumatoid Arthritis.Research Methods: A diagnosis of
chronic pain was obtained in both subjects. The effect of a warm red ginger
compress can reduce rheumatoid arthritis pain with the previous pain scale
interval from 6 (moderate pain) to pain scale 2 (mild pain and the previous pain
scale 7 (severe pain) to pain scale 2 (mild pain).Conclusion: Based on the results
of the study, it was found that the pain was reduced, and the application of warm
red ginger compresses was effective in reducing pain in clients with Rheumatoid
Arthritis. Suggestion : It is hoped that if the study time is longer, the pain scale
will decrease to 0 and the application of this red ginger warm compress will get
maximum results.

Keywords: Rheumatoid Arthritis, Pain, Warm Compress Red Ginger.

viii
Poltekkes Kemenkes Palembang
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program
Studi Diploma Tiga Keperawatan Baturaja Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palembang. Karya Tulis Ilmiah ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Muhammad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Palembang.
2. Hj. Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Prodi Keperawatan
Baturaja
4. H. Gunardi Pome, S.Ag, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing utama yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing,
mendidik dan mengarahkan serta memotivasi kepada penulis selama
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5. H. Umar HM, SKM, M.Kes selaku Pembimbing pendamping yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing,
mendidik dan mengarahkan serta memotivasi kepada penulis selama
menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Mariani S.Kep selaku kepala lahan penelitian UPTD Puskesmas
Sekarjaya
7. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
materian dan moral
8. Pihak yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan tugas
akhir ini
Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Walaikumsalam Wr. Wb.
Baturaja, Mei 2021

Hairul Sarnubi

ix
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ................................................................................ i


SAMPUL DALAM .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................... v
ABSTRAK ...........................................................................................vi
ABSTRACT ......................................................................................... vii
KATAPENGANTAR ....................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
1. Tujuan Umum ........................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5
1. Bagi Masyarakat ....................................................... 5
2. Bagi UPTD Puskesmas Sekarjaya ............................ 5
3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi ... 5
4. Bagi Klien ................................................................. 5
5. Bagi Penulis .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 7
A. Konsep Lansia.................................................................. 7
1. Definisi Lansia .......................................................... 7
2. Klasifikasi Lansia ..................................................... 8

x
Poltekkes Kemenkes Palembang
3. Penyakit-Penyakit Yang Sering Dijumpai Lansia .... 8
B. Konsep Rheumatoid Arthritis........................................... 9
1. Pengertian ................................................................. 9
2. Etiologi ................................................................... 10
3. Patofisiologi ............................................................ 11
4. Pathway................................................................... 13
5. Manifestasi Klinis ................................................... 14
6. Komplikasi .............................................................. 16
7. Pemeriksaan Penunjang .......................................... 17
8. Penatalaksanaan Reumatoid Artritis ....................... 18

C. Konsep Nyeri ...................................................................... 19


1. Definisi Nyeri ......................................................... 19
2. Klasifikasi Nyeri..................................................... 20
3. Penyebab Nyeri ...................................................... 21
4. Manifestasi Klinis................................................... 22
5. Karakteristik Nyeri ................................................. 23
D. Konsep Kompres Hangat.................................................... 28
1. Definisi Kompres Hangat ....................................... 28
2. Manfaat Kompres Hangat ...................................... 29
3. Tujuan Kompres Hangat ........................................ 30
E. Terapi Kompres Hangat Jahe Merah .................................. 31
1. Definisi Jahe Merah................................................ 31
2. Manfaat jahe Marah................................................ 32
3. Jenis-Jenis Jahe....................................................... 33
4. Efek Farmakologis Jahe Merah .............................. 36
5. Prosedur Tindakan Kompres hangat Jahe Merah ... 37
BAB III METODE STUDI KASUS ................................................... 40
A. Rancangan Studi Kasus .................................................... 40
B. Subjek Studi Kasus........................................................... 40
C. Tempat Dan Waktu Studi Kasus ...................................... 40
D. Insturmen Dan Metode Pengumpulan Data ..................... 41

xi
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB IV STUDI KASUS ........................................................................ 43
A. Keadaan Umum Puskesmas Sekar Jaya ............................... 43
1. Sejarah Puskesmas Sekar Jaya ........................................ 43
2. Kondisi Geografis ........................................................... 44
3. Kependudukan................................................................. 45
4. Struktur Organisasi ......................................................... 48
5. Sarana dan Ketenagakerjaan ........................................... 49
6. Program Kerja ................................................................. 50
B. Hasil Studi Kasus ................................................................. 51
1. Pengkajian ....................................................................... 51
2. Pemeriksaan Fisik ........................................................... 51
3. Analisis Data ................................................................... 53
4. Diagnosa Keperawatan.................................................... 54
5. Intervensi Keperawatan ................................................... 55
6. Implementasi Keperawatan ............................................. 56
7. Evaluasi Keperawatan ..................................................... 57
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................ 62
A. Pengkajian ............................................................................ 62
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................... 63
C. Rencana Tindakan Keperawatan .......................................... 63
D. Implementasi Keperawatan .................................................. 64
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 65
BAB VI PENUTUP ................................................................................ 67
A. Kesimpulan........................................................................... 67
B. Saran ..................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Manifestasi Ekstraartikuler dari Reumatoid Artritis ........................... 15


Tabel 2. Kriteria American Rheumatoid Association ...................................... 15
Tabel 3. Tanda dan Gejala Nyeri Kronis .......................................................... 23
Tabel 4. Efek farmakologis zat aktif terkandung dalam rimpang jahe merah .. 36
Table 5. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ..................................... 46
Table 6. Jumlah penduduk berdasarkan sasaran program ................................. 46
Table 7. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Medis.................... 46
Table 8. Jumlah sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya .................... 47
Table 9. Sarana Puskesmas Sekar Jaya ............................................................. 49
Tabel 10. Pengkajian ......................................................................................... 51
Tabel 11. Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 51
Tabel 13. Analisa Data ...................................................................................... 53
Tabel 14. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 54
Tabel 15. Intervensi Keperawatan..................................................................... 55
Tabel 16. Implementasi Keperawatan ............................................................... 56
Tabel 17. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 57
Tabel 18. Evaluasi dan Kriteria Hasil Penerapan Kasus 1 ................................ 60
Tabel 19. Evaluasi dan Kriteria Hasil Penerapan kasus 2 ................................. 61

xiii
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif “Muka” ...................................... 25


Gambar. 2 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0 - 10) ......................................... 26
Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya ..................................... 45

xiv
Poltekkes Kemenkes Palembang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan


Lampiran 2. Surat Izin Studi Kasus
Lampiran 3. Informasi Dan Pernyataan Persetujuan
Lampiran 4. Instrumen Studi Kasus
Lampiran 5. Bukti Proses Bimbingan
Lampiran 6. Foto Kegiatan
Lampiran 7. Biodata

xv
Poltekkes Kemenkes Palembang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh

semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004,

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Berdasarkan

data Riskesdes tahun 2018, penyakit yang terbanyak pada lansia adalah

untuk penyakit yang tidak menular antara lain: hipertensi, masalah gigi,

penyakit sendi, masalah mulut, diabetes melitus, penyakit jantung, dan

stroke, adapun penyakit menular antara lain : ISPA, diare dan pneumonia.

(kemkes.go.id).

Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan

kronis autoimun atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa

terganggu dan turun yang menyebabkan hancurnya organ sendi dan

lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut (Sakti,

Muhlisin, 2019; Masruroh, Muhlisin, 2020). Sebagian besar masyarakat

Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik, karena sifatnya yang

seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang

ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas

sehari-hari (Nurwulan, 2017).

1
Poltekkes Kemenkes Palembang
2

Rasa nyeri Rheumathoid Arthritis merupakan gejala penyakit yang

paling sering menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis. Selain

pengobatan secara farmakologi, pengobatan Rheumathoid Arthritis dapat

dilakukan secara non farmakologi. Salah satui intervensi non farmakologi

yang dapat dilakukan perawat secara Jurnal Kesehatan mandiri dalam

menurunkan skala nyeri dengan kompres hangat, tetapi sekarang sudah ada

yang temuan baru untuk meringankan nyeri Rheumathoid Arthritis, yaitu

salah satunya dengan melakukan kompres hangat jahe merah pada pasien.

Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai

penetrasi yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus

kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer.

Senyawa gingerol telah terbukti mempunyai aktivitas sebagai antipiretik,

antitusif, anti implamasi dan analgesik (Hasti Supriyanti, 2015).

Menurut WHO tahun 2016 mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-

10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang

berusia 55 tahun (Majdah, Ramli, 2016; Putri, Priyanto, 2019).

Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di

Indonesia mencapai 7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita

rheumatoid arthritis di Indonesia justru tingkat kesadaran dan salah

pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan

bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya penderita

untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid arthritis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


3

Sedangkan menurut Provinsi Sumatera Selatan Rheumathoid Arthritis

15,6% (Riskesdas, 2013).

Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) pada tahun 2018

penyakit Rheumathoid Arthritis berdasarkan riwayat diagnosis dokter

berjumlah 1.040 kasus dengan proporsi 6,59%. (Riskesdas Provinsi

Sumatera Selatan, 2019).

Berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh kompres hangat

jahe merah (Zingiber Officinale Rosc) terhadap rasa nyeri pada pasien

Rheumathoid Arthritis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen

one-group pretest-posttest design dengan menggunakan rumus acak

random sederhana dengan sampel sebanyak 16 orang bertempat diwilayah

kerja Puskesmas Siulak Deras, pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara dengan penilaian hasil ukur menggunakan numeric Analog

Visual (NAV). Rata-Rata intensitas nyeri pretest kompres jahe merah 6,88

dan posttest 3,94. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan intensitas

nyeri Rheumathoid Arthritis pretest dan posttest dilakukan kompres jahe

merah. Ini dibuktikan dengan uji test didapat nilai yang signifikan = 0,000.

(Arman dkk. 2018 ).

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang penerapan kompres hangat jahe merah pada lansia untuk

mengurangi nyeri pada lansia dengan Rheumatoid Artritis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penerapan kompres hangat jahe merah

terhadap penurunan tingkat nyeri pada klien dengan nyeri Rheumathoid

Arthritis di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekarjaya Kecamatan

Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2021 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penerapan kompres hangat jahe merah

terhadap penurunan tingkat nyeri pada klien dengan nyeri

Rheumathoid Arthritis di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Sekarjaya

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2021 ?

2. Tujuan Khusus

Diharapkan :

a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan penerapan

kompres hangat jahe merah terhadap penurunan tingkat nyeri

pada klien dengan nyeri Rheumathoid Arthritis.

b. Melakukan penerapan kompres hangat jahe merah (zingiber

officinale rosc) terhadap rasa nyeri klien rheumathoid arthritis.

c. Melakukan penilaian / evaluasi terhadap tindakan penerapan

kompres hangat jahe merah (zingiber officinale rosc) terhadap

rasa nyeri klien rheumathoid arthritis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


5

D. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang rheumatoid

artritis dan manfaat pemberian kompres hangat jahe merah untuk

mengurangi nyeri.

2. Bagi UPTD Puskesmas Sekarjaya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

untuk menambah pengetahuan dalam melakukan perawatan

terhadap klien dengan rheumatoid artritis di UPTD Puskesmas

Sekarjaya.

3. Bagi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Hasil studi kasus ini bisa memberi masukan bagi

pengembangan IPTEK khususnya tentang penyakit Rheumathoid

Arthritis dan manfaat pemberian kompres hangat jahe merah untuk

mengurangi nyeri.

4. Bagi klien

Diharapkan dengan adanya asuhan keperawatan ini klien

mengetahui tentang penyakit Rheumathoid Arthritis dan manfaat

pemberian kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri.

Poltekkes Kemenkes Palembang


6

5. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di gunakan sebagai

motivasi bagi mahasiswa agar dapat mengetahui bahwa pemberian

kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri sangat

bermanfaat bagi penderita Rheumathoid Arthritis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagau tahap akhir perkembangan

pada daur kehidupan mansuia (Budi Anna Keliat, 1999).

sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun

1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Maryam

Siti, 2019 Hal 32)

Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan

seehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang terjadi, oleh karena itu tubuh akan menumpuk

makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut

penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri

hidup dengan episode terminal. (Sunaryo, dkk. 2016)

Pada lansia sistem muskuloskeletal akan mengalami

beberapa perubahan seperti perubahan pada jaringan penghubung

(kolagen dan elastin), berkurangnya kemampuan kartilago,

kepadatan tulang berkurang, perubahan struktur otot, dan terjadi

penurunan elastisitas sendi (Olviani, Yurida, et al., 2020).

7
Poltekkes Kemenkes Palembang
8

2. Klasifikasi Lansia

Berikut ini adalah 5 klasifikasi pada lansia :

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi.

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Maryam, dkk.

2012)

3. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut.

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU

No. 13 tentang Kesehatan).

Poltekkes Kemenkes Palembang


9

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,

serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam Siti,

2019).

B. Konsep Rheumathoid Arthritis

1. Definisi

Reumatoid Artritis (RA) merupakan suatu penyakit

inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya

adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga

melibatkan seluruh organ tubuh. Karakteristiknya adalah terjadinya

kerusakan dan proliferasi pada membaran sinovial, yang

menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan

deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting

dalam memulai dan timbulnya penyakit ini (Zairin, 2012).

Reumatoid Artritis ditandai dengan adanya peradangan dari

lapisan selaput sendi (sinovium) yang lama menyebabkan sakit,

kekakuan, hangat, bengkak dan merah. Peradangan sinovium dapat

menyerang dan merusak tulang dan kartilago. Sel penyebab radang

melepaskan enzim yang dapat mencerna tulang dan kartilago.

Sehingga dapat terjadi kehilangan bentuk dan kelurusan pada

sendi, yang menghasilkan rasa sakit dan pengurangan kemampuan

bergerak.

Poltekkes Kemenkes Palembang


10

Reumatoid Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas,

pembengkakan, kekauan dan kemerahan pada sendi. Akibatnya

timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai Rheumathoid

Arthritis yang merupakan penyakit autoimun. (Nugroho, 2012)

2. Etiologi

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa

teori yang dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid artritis,

yaitu :

a. Infeksi Streptokokus hemolitikus dan Streptokokus non-

hemolitikus

b. Endokrin

c. Autoimun

d. Metabolic

e. Factor genetic serta faktor pemicu lingkungan

Pada saat ini, rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh

factor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap

kolagen tipe II; faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan

organisme mikroplasma atau group difterioid yang menghasilkan

antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu Rheumathoid Arthritis,

yaitu :

1) Kelainan pada daerah artikuler

a) Stadium I (stadium sinovatis)

Poltekkes Kemenkes Palembang


11

b) Stadium II (stadium destruksi)

c) Stadium III (stadium deformitas)

2) Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler

Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-

artikuler adalah :

a) Otot : terjadi miopati

b) Nodul subkutan

c) Pembuluh darah perifer: terjadi proliferasi tunika intima,

lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa

d) Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari

aloiran limfe sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan

aktivitas sistem retikuloendotelial dan proliferasi yang

mengakibatkan splenomegali

e) Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi

leukosit

f) Visera

(Amin, Hardhi, 2015)

3. Patofisiologi

Pada Rheumathoid Arthritis, reaksi autoimun terutama

terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan

enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah

kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan

akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang

Poltekkes Kemenkes Palembang


12

rawan dan menimbulkan erosi tulang, akhirnya menghilangkan

permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan

turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan

generatif dengan menghilangnya elastisitas dan kekuatan kontraksi

otot (Lukman, 2013).

Poltekkes Kemenkes Palembang


13

4. Pathway

Reaksi faktor R Kekakuan Sendi Hambatan


dengan antibodi, mobilitas Fisik
faktor metabolik,
infeksi dengan Reaksi Peradangan Nyeri
kecendrungan virus

Sinovial Menebal Pannus Kurang Informasi


tentang Penyakit

Infiltrasi dalam os. Defisit pengetahuan


Nodul
Subcondria

Deformitas sendi
Hambatan Nutrisi
Pada Kartilago Kartilago Nekrosis
Gangguan Body Image Artikularis

Kerusakan Erosi Kartilago


Kartilago

Adhesi Pada
Tendon dan Permukaan Sendi
Ligament Melemah

Ankilosis Fibrosa
Hilangnya
kekuatan otot

Keterbatasan
Gerakan Sendi Kekuatan Sendi Ankilosis Tulang

Defisit Perawatan Hambatan


Amrin, Hardhi 2015
Diri Mobilitas Fisik

Poltekkes Kemenkes Palembang


14

5. Menifestasi Klinis

Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada

klien Rheumathoid Arthritis. Manifestasi ini tidak harus timbul

sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini

memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi.

a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat

badan menurun dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan

yang hebat.

b. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-

sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi

interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat

terserang.

c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat

generalista tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini

berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang

biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu

kurang dari satu jam.

d. Artritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada

gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik

mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada

radiogram. (Nurna, 2011).

Poltekkes Kemenkes Palembang


15

Tabel 1. Manifestasi Ekstraartikuler dari Reumatoid Artritis

Organ Manifestasi

Kulit Nodula subkutan.


Vaskulitis, menyebabkab bercak-bercak coklat.
Lesi-lesi ekimotik.

Jantung Perikarditis.
Tamponade perikardium (jarang).
Lesi peradangan pada miokardium dan katup
jantung.

Paru-paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi


Peradangan pada paru-paru.

Mata Skleritis.

Sistem Saraf Neuropati perifer.


Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom carpal
tunner, neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis,
dan abnormalitas vertebra servikal.

Sistemik Anemia (sering).


Osteoporosis generalisata.
Sindrom Felty.
Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitis sika).
Amiloidosis (jarang).

Tabel 2. Kriteria American Rheumatoid Association untuk Reumatoid Artritis.

Kriteria Definisi
1. Kaku pagi hari Kekakuan pagi hari pada persendian dan di
sekitarnya, sekurangnya selama satu jam sebelum
perbaikan maksimal.
2. Artritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak, persendian atau
terjadi efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya tiga sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam
kriteria ini terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria yaitu PIP*, MCP*, pergelangan tangan,
siku pergelangan kaki, serta MTP* kiri dan kanan.
3. Artritis pada persendian Sekurang - kurangnya terjadi pembengkakan satu
tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.

Poltekkes Kemenkes Palembang


16

4. Artritis simteris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera


pada kriteria dua) pada kedua belah sisi
(keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat
diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris).
5. Nodul reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.
6. Faktor reumatoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7. Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi
artritis raumatoid pada pemeriksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau diklasifikasi tulang
yang berlokalisasi pada studi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
(Lukman, Ningsih, 2019).

6. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah

gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama

penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat

pengubah perjalanan penykit (disease modifying antirheumatoid

drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas utama pada Rheumathoid Arthritis.

Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran

jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi

neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat

ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat

vaskulitis (Nugroho, 2012).

Poltekkes Kemenkes Palembang


17

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Faktor Reumatoid, Fiksasi lateks, Reaksi-reaksi aglutinasi

b. Laju Endap Darah : Umumnya meningkat pesat (80-100 mmhg)

mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat

c. Protein C-reaktif : positif selama masa eksaserbasi

d. Sel Darah Putih : Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi

e. Haemoglobin : umumnya menunjukkan anemia sedang

f. Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses

autoimun sebagai penyebab Reumatoid Artritis.

g. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan

pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang

yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi

kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.

Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

h. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

i. Artroskop Langsung, Aspirasi cairan sinovial

j. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi

dan perkembangan panas.

(Amir Hardhi, 2015)

Poltekkes Kemenkes Palembang


18

8. Penatalaksanaan Reumatoid Artritis

Setelah diagnosis Rheumathoid Arthritis dapat ditegakkan,

pendekatan pertama yang harus dilakukan adalah segera berusaha

untuk membina hubungan yang baik antara pasien dengan

keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.

a. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan

penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin

hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien.

b. OAINS diberikan sejak dini mengatasi nyeri sendi akibat

inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan :

1) Aspirin; pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan

dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g/minggu

sampai terjadi perbaikkan atau gejala toksik. Dosis terapi

20-30 mg/dl.

2) Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan

sebagainya.

c. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) digunakan

untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi

akibat Rheumathoid Arthritis. Mula khasiatnya baru terlihat

setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka

efektivitasnya dalam menekan proses reumatoid akan

berkurang.

Poltekkes Kemenkes Palembang


19

d. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat

kemampuan pasien RA dengan tujuan :

1) Mengurangi rasa nyeri

2) Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak

sendi

3) Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot

4) Mencegah terjadinya deformitas

5) Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri.

(Amir Hardhi, 2015)

C. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

Menurut Mohamad (2012), mendefenisikan nyeri sebagai suatu

sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.

Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat

yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan

oleh orang lain, mencakup pola pikir, aktivitas seseorang secara langsung,

dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting

yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologis (Ns. Priyoto,

S.Kep, 2015).

Poltekkes Kemenkes Palembang


20

2. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan

berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu lamanya

nyeri.

a. Nyeri berdasarkan tempat nya:

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur tubuh yang di transmisikan ke bagian tubuh di

daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain.

5) Psychogenic pain, yaitu nyeri dirasakan tanpa penyebab organik,

tetapi akibat dari trauma psikologis.

6) Phantom pain, merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah

tak ada lagi, contoh nya amputasi.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya :

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

Poltekkes Kemenkes Palembang


21

3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap 10-15 menit lalu

menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringanya :

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

(Ns. Piryoto, S.Kep, 2015).

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :

1) Nyeri akut, yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

konsep mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

2) Nyeri kronis, yaitu pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung lebih dari 3 bulan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

3. Penyebab Nyeri

a. Kondisi muskuloskeletal kronis

b. Kerusakan system saraf

c. Penekanan saraf

d. Infiltrasi tumor

Poltekkes Kemenkes Palembang


22

e. Ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan

reseptor

f. Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-

zoster)

g. Gangguan fungsi metabolik

h. Riwayat posisi kerja statis

i. Peningkatan indeks massa tubuh

j. Kondisi pasca trauma

k. Tekanan emosional

l. Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)

m. Riwayat penyalahgunaan obat/zal

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

4. Manifestasi Klinis

Tabel 3. Tanda dan Gejala Nyeri Kronis

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Merasa depresi (tertekan) 2. Bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Merasa takut mengalami 1. Bersikap protektif (mis. Posisi
cedera berulang menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
6. Berfokus pada diri sendiri
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Poltekkes Kemenkes Palembang


23

5. Karakteristik Nyeri

Menurut Prasetyo (2010), karakteristik nyeri dapat dilihat

dengan menggunakan metode P, Q, R, S, T, yaitu :

a. Faktor pencetus (P : Provocate)

Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus –

stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat

melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami

cedera. Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psigonetik

maka perawat harus dapat mengeksploirasikan perasaan klien

dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat mencetus

nyeri.

b. Kualitas (Q : Quality)

Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

diungkapakan oleh klien, sering kali klien mendeskripsikan

nyeri dengan kalimat-kalimat tajam, tumpul, berdenyut,

berpindah-pindah, seperti tertindih, perih, tertusuk dan lain-lain,

dimana tiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan

kualitas nyeri yang dirasakan.

c. Lokasi (R : Region)

Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta klien

untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak

nyaman oleh klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik,

maka perawat dapat meminta klien untuk melacak daerah nyeri

Poltekkes Kemenkes Palembang


24

dari titik yang paling nyeri, kemungkinan hal ini akan sulit

apabila nyeri yang dirasakan bersifat difusi (menyebar).

d. Keparahan (S : Severe)

Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan

karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien

diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai

nyeri ringan, nyeri sedang atau berat. Namun kesulitannya

adalah makna dari istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan

klien serta tidak adanya batasan-batasan khusus yang

membedakan antara nyeri ringan, sedang dan berat. Hal ini juga

bisa disebabkan karena memang pengalaman nyeri pada masing-

masing individu berbeda-beda.

e. Durasi (T : Time)

Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan

awitan, durasi dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan :

“Kapan nyeri mulai di rasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri

dirasakan?”, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu

yang sama setiap hari?”, “Seberapa sering nyeri kambuh?” atau

dengan kata-kata lain yang semakna. Skala nyeri menurut

bourbanis atau skala penilaian numerik (numeric rating scale,

NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian

kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

Poltekkes Kemenkes Palembang


25

intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan intervensi

terapeutik. Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan

menggunakan skala numerik, yaitu : (Andaners, 2010).

Skala intensitas nyeri “muka”, Judha M.S & Fauziah A(2012) :

Gambar. 1 Skala Intensitas Nyeri Deskriptif “Muka”

1) Skala 0 : Tidak nyeri

2) Skala 1 - 3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik.

3) Skala 4 - 6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

4) Skala 7 - 9 : Nyeri berat secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi.

Poltekkes Kemenkes Palembang


26

5) Skala 10 : Nyeri sangat berat, klien sudah tidak sanggup

atau tidak mampu lagi untuk berkomunikasi, bahkan

memukul.

Gambar. 2 Skala Intensitas Nyeri Numerik (0 - 10)

Pengelompokkan skala nyeri 0 – 10 (comparative pain scale)

1) Tidak ada rasa sakit (merasa normal).

2) Nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) = sangat ringan,

seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar waktu anda tidak

pernah berfikir tentang rasa sakit.

3) (tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan ringan

pada kulit.

4) (bisa ditoleransi) = nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke

hidung menyebabkan hidung berdarah atau suntikan oleh

dokter.

5) (menyedihkan) = kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi

atau rasa sakit dari sengatan lebah.

6) (sangat menyedihkan) = kuat, dalam, nyeri yang menusuk,

seperti pergelangan kaki yang terkilir.

7) (intens) = kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat

sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi sebagian

Poltekkes Kemenkes Palembang


27

indra anda, menyebabkan tidak fokus, komunikasi

terganggu.

8) (sangat intens) = sama seperti 6 kecuali bahwa rasa sakit

benar benar mendominasi indra anda menyebabkan tidak

dapat berkomunikasi dengan baik dan tak mampu

melakukan perawatan diri.

9) (benar banar mengerikan) = nyeri begitu kuat sehingga

anda tidak lagi dapat berpikir jernih dan sering mengalami

perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan

berlangsung lama.

10) (menyiksa tak tertahankan) = nyeri begitu kuat sehingga

anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai sampai menuntut

untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya,

tidak peduli apa efek samping atau resikonya.

11) (sakit tak terbayangkan, tak dapat diungkapkan) = nyeri

begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan orang tidak

pernah mengalami skala rasa sakit ini. Karena sudah keburu

pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur

dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit

yang luar biasa parah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


28

D. KONSEP KOMPRES HANGAT

1. Definisi Kompres Hangat

Kompres hangat merupakan salah satu pengobatan non farmakologi

yang dapat membantu meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot. Efek

fisiologis terapi panas terhadap hemodinamik mampu meningkatkan

penyerapan nutrisi, leukosit dan anti bodi dan meningkatkan pembuangan

sisa metabolik dan sisa jaringan sehingga membantu resolusi kondisi

inflamasi (Chandra, 2002).

Menurut Price (1995), kompres hangat sebagai metode yang sangat

efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan

melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh

darah dan dapat meningkatkan aliran darah. Secara biologi efek

pemberian terapi kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan

sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor

yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor

mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer.

Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada

medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamus

bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini

menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan, dan akan terjadi penurunan

ketegangan otot sehingga nyeri sendi yang dirasakan pada penderita

osteoarthritis dapat berkurang bahkan menghilang.

Poltekkes Kemenkes Palembang


29

Kompres hangat juga berfungsi untuk melancarkan pembuluh darah

sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan,

menurunkan kontraksi otot, meningkatkan aliran darah daerah persendian

dan meningkatkan rasa nyaman. Panas dapat menyebabkan dilatasi

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara

fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu pelebaran pembuluh darah,

menurunkan suhu tubuh, menurunkan kekentalan darah, menurunkan

ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler. Respon dari tubuh inilah yang digunakan untuk

keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam

tubuh (Potter & Perry, 2005).

2. Manfaat Kompres Hangat

Kompres hangat dapat digunakan sebagai alat terapi nyeri sendi

untuk menghilangkan rasa sakit yang dialami oleh pasien osteoarthritis,

dimana rasa hangat bisa merelaksasikan dan melancarkan peredaran

darah ke seluruh tubuh sehingga dapat mengurangi ketegangan dan

menimbulkan rasa nyaman. Efektifitas kompres hangat meningkatkan

aliran darah untuk mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot

sehingga proses inflamasi berkurang (Lemone & Burke, 2001).

Pengompresan yang dilakukan dengan menggunakan bulibuli panas

yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan

panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan

pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot

Poltekkes Kemenkes Palembang


30

sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &

Potter, 2005).

3. Tujuan Kompres Hangat

Kompres hangat bertujuan melebarkan pembuluh darah dan

mereggangkan ketegangan otot pada bagian yang terasa nyeri. Tujuan

dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot

tubuh lebih rileks, menurunkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan

aliran darah dan memberikan ketenangan pada klien (Azril Kimin, 2009).

Kompres hangat juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,

menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan. Selain itu,

kompres hangat juga dapat menghilangkan sensasi rasa sakit. Menurut

Hegner (2003) efek dari kompres air hangat dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu efek secara fisik, kimia dan biologis. Efek fisik dengan cara transfer

panas yang diberikan melalui kompres air hangat sehingga menyebabkan

zat cair, padat dan gas memuai ke segala arah. Efek kimia pemberian

kompres air hangat yaitu meningkatkan metabolisme sel tubuh. Efek

biologis yang dapat terjadi ketika diberikan kompres air hangat adalah

peningkatan sirkulasi darah dan peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2

dan CO2 di dalam darah akan meningkat sedangkan pH darah akan

mengalami penurunan.

Menurut Kozier dalam Suprapti (2008) mengungkapkan bahwa

panas mempunyai efek yang berbeda dalam tubuh, efek tersebut juga

tergantung dari lamanya pemberian panas. Pemberian panas 15 – 30

Poltekkes Kemenkes Palembang


31

menit memiliki efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi

peningkatan aliran darah. Peningkatan aliran darah akan menurunkan

viskositas darah dan metabolisme lokal karena aliran darah membawa

oksigen ke jaringan.

E. Terapi Kompres Hangat Jahe Merah

1. Definisi Jahe Merah

Jahe (Zingiber officinale Rosc) adalah salah satu bumbu dapur yang

sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur,

rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan penganan.

Pemakaian jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang pesat seiring

dengan mulai berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk

pengobatan (Lentera, 2002).

Jahe merah adalah jahe yang sangat cocok untuk herbal dengan

kandungan minyak atsiri dan oleoresinnya yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jahe lainnya sehingga ampuh menyembuhkan

berbagai macam penyakit. Jahe merah (Zingiber officinale Rosc)

memiliki rimpang berwarna merah sampai jingga muda dan lebih kecil

dari pada jahe gajah dan jahe kecil. Sama halnya dengan jahe merah

selalu dipanen setelah berumur 10 bulan. Kandungan kimia gingerol

dalam jahe merah mampu memblokir prostaglandin sehingga dapat

menurunkan nyeri sendi pada penderita Rheumatoid Artritis.

Jahe merah atau jahe sunti mempunyai banyak keunggulan

dibandingkan dengan jenis jahe lainnya, terutama jika ditinjau dari segi

Poltekkes Kemenkes Palembang


32

kandungan senyawa kimia dalam rimpangnya, yang terdiri dari zat

gingerol, oleoresin dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak

digunakan sebagai bahan baku obat (Lentera, 2002).

2. Manfaat Jahe Merah

Kandungan minyak atsiri dan oleoresin yang cukup tinggi pada

rimpang jahe merah menyebabkan jahe merah memiliki peranan penting

dalam dunia pengobatan, baik pengobatan tradisional maupun untuk skala

industri dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Jahe merah tidak

hanya dimanfaatkan bagian daging rimpangnya, tetapi juga kulit

rimpangnya bisa dijadikan obat. Secara turun-temurun, kulit rimpang jahe

merah yang dipanggang hingga menjadi hitam banyak digunakan sebagai

obat mencret dan disentri. Disamping itu, bisa digunakan oleh para wanita

yang ingin mengatur masa menstruasinya.

Berdasarkan penelitian dan pengalaman, jahe merah sebagai bahan

baku obat dengan rasanya yang panas dan pedas, telah terbukti berkhasiat

dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Misalnya pencahar

(laxative), penguat lambung (stomachic), peluluh masuk angin

(expectorant), peluluh cacing penyebab penyakit (anthelmintic), sakit

encok (rheumatism), sakit pinggang (lumbago), pencernaan kurang baik

(dyspepsia), radang setempat yang mengeluarkan nanah dan darah, radang

tenggorokan (bronchitis), bengek (asma), muntah-muntah dan nyeri otot,

kurang daya penglihatan (alexteric), pengobatan balak (leucoderma),

kurang darah (anemia), saban-saban (starangury), sakit kusta (leprosy),

Poltekkes Kemenkes Palembang


33

borok-borok (ulcers), sakit demam (fevers), panas dan serasa terbakar di

badan, penyakit darah, perangsang syahwat (aphrodisiac), memperbaiki

rasa, memperbaiki pencernaan, muntah-muntah (emetic), rasa nyeri,

penyakit jantung, bagian badan yang membengkak, jaringan yang

bertambah besar (elephantiasis), meramang (piles), sedu sedan

(eructation), gangguan lambung, disengat kalajengking, digigit ular, serta

keracunan makan udang atau kepiting. Jahe merah juga merupakan bahan

baku obat yang berfungsi menambah stamina (tonikum), obat untuk

menghilangkan rasa nyeri otot, obat penyakit cacing, untuk menambah

terang penglihatan, sakit kepala dan sebagainya (Lentera, 2002).

3. Jenis – Jenis Jahe

Jenis-jenis jahe Ciri utama tanaman yang tergolong famili

Zingiberaceae adalah berdaun tunggal dengan tulang daun sejajar atau

melengkung (sebagai salah satu ciri dari tumbuhan monokotil/berbiji

tunggal) dan memiliki rimpang yang beraroma khas. Berdasarkan aroma,

warna, bentuk, dan besarnya rimpang dikenal 3 jenis jahe, yakni :

a. Jahe gajah, jahe badak atau jahe besar

Batang jahe gajah berbentuk bulat, berwarna hijau muda,

diselubungi pelepah daun, sehingga agak keras. Tinggi tanaman 55,88-

81,38 cm. Daunnya tersusun secara selang-seling dan teratur,

permukaan daun. bagian atas berwarna hijau muda jika dibandingkan

dengan bagian bawah. Luas daun 24,87-27,52 cm² dengan ukuran

Poltekkes Kemenkes Palembang


34

panjang 17,42-21,99 cm, lebar 2,00-2,45 cm, lebar tajuk antara 41,05-

53,81 cm dan jumlah daun dalam satu pohon mencapai 25-31 lembar.

b. Jahe kecil atau jahe emprit

Batang jahe kecil berbentuk bulat, berwarna hijau muda dan

diselubungi oleh pelepah daun sehingga agak keras. Tinggi rata-rata

tanaman antara 41,87-56,45 cm. Susunan daun berselangseling dan

teratur dengan warna permukaan daun bagian atas hijau muda. Luas

daun 14,36-20,50 cm², panjang daun 17,45-19,79 cm, lebar daun 2,24-

3,26 cm, dan lebar tajuk berkisar 34,93-44,87 cm. Jumlah daun dalam

satu pohon 20-29 lembar.

c. Jahe merah atau jahe sunti

Batang jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau

kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun.

Tinggi tanaman mencapai 34,18- 62,28 cm. Daun tersusun berselang-

seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap)

dibandingkan dengan kedua tipe lainnya. Permukaan daun bagian atas

berwarna hijau muda dibandingkan dengan bagian bawahnya. Luas

daun 32,55- 51,18 cm² dengan panjang 24,30-24,79 cm, lebar 2,79-

31,18 cm dan lebar tajuk 36,93-52,87 cm.

Rimpang jahe ini berwarna merah hingga jingga muda. Ukuran

rimpang pada jahe merah lebih kecil dibandingkan dengan kedua jenis

jahe di atas, yakni panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi mencapai

Poltekkes Kemenkes Palembang


35

5,86-7,03 cm dan berat rata-rata 0,29- 1,17 kg. Akar berserat agak

kasar dengan panjang 17,03- 24,06 cm dan diameter akar mencapai

5,36-5,46 mm. Jahe merah memiliki aroma yang tajam dan rasanya

sangat pedas. Jahe merah atau jahe sunti mempunyai banyak

keunggulan dibandingkan dengan jenis jahe lainnya, terutama jika

ditinjau dari segi kandungan senyawa kimia dalam rimpangnya, yang

terdiri dari zat gingerol, oleoresin dan minyak atsiri yang tinggi,

sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat (Lentera,

2002).

Pemakaian ketiga jenis jahe memiliki perbedaan yang

disebabkan kandungan kimia dari setiap jenis jahe yang berbeda. Jahe

gajah dengan aroma dan rasa yang kurang tajam lebih banyak

digunakan untuk masakan, minuman, permen dan asinan. Jahe kecil

dengan aroma yang lebih tajam dari jahe gajah banyak digunakan

sebagai rempahrempah, penyedap makanan, minuman dan bahan

minyak atsiri.

Sementara itu, jahe merah mempunyai banyak keunggulan

dibandingkan dengan jenis lainnya terutama jika ditinjau dari segi

kandungan senyawa kimia dalam rimpangnya. Di dalam rimpang jahe

merah terkandung zat gingerol, oleoresin dan minyak atsiri yang

tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat.

Namun demikian, seiring dengan semakin berkembangnya pemakaian

obat-obatan tradisional, ketiga jenis jahe ini sudah banyak dikonsumsi

Poltekkes Kemenkes Palembang


36

sebagai obat dan telah banyak pula orang yang disembuhkan

penyakitnya oleh ketiga jenis jahe ini, baik sebagai bahan obat utama

maupun sebagai bahan pelengkap ramuan obat (Lentera, 2002).

4. Efek Farmakologis Jahe Merah

Efek farmakologis jahe merah adalah dapat memperkuat khasiat

bahan lain yang dicampurkan pada proses pembuatan obat.

Berdasarkan penelitian, efek farmakologis yang dikandung jahe merah

dan jahe gajah ternyata sama saja. Perbedaannya, efek yang

ditimbulkan oleh jahe gajah lebih besar, karena kandungan minyak

atsiri dan oleoresinnya lebih tinggi. Secara umum, efek zat aktif yang

terkandung dalam rimpang jahe merah disajikan dalam tabel berikut

ini :

Tabel. 4 Efek farmakologis zat aktif terkandung dalam rimpang jahe merah

No. Nama Zat Aktif Efek Farmakologis


1. Limonene Menghambat jamur candida alhicans, anti
kholinesterase, obat flu.

2. 1,8- cineole Mengatasi ejakulasi prematur, anastetik


antiholinestrase, perangsang aktivitas syaraf
pusat, merangsang ereksi, merangsang keluarnya
keringat, penguat hepar.

3. 10- dehydroginger- Merangsang keluarnya ASI, mengahambat kerja


dione, 10-ginger- enzim siklo-oksigenase, penekan prostaglandin.
dione, 6-gingerdion,
6-gingerol

4. Alpha-linolenic acid Anti-pendarahan diluar haid, merangsang


kekebalan tubuh, merangsang produksi getah
bening.

5. Arginine Mencegah kemandulan, memperkuat daya tahan


sperma.

Poltekkes Kemenkes Palembang


37

6. Aspartic acid Perangasang syaraf, penyegar.

7. Betha-sitoserol Perangsang hormon androgen, menghambat


hormon estrogen, mencegah hiper-lipoprotein,
melemahkan potensi sprerma, bahan baku feroid.

8. Caprylic acid Anti jamur candida albican.

9. Capsaicin (seluruh Merangsang ereksi, menghambat keluarnya enzim


bagian tanaman) 5-lipoksigenase dan siklo-oksigenase,
meningkatkan aktivitas kelenjar endokrin.

10. Clorogenic acid Mencegah proses penuanan, merangsang


(seluruh bagian regenerasi kulit.
tanaman)

11. Pernesol Bahan pewangi makanan, parfum, merangsang


regenerasi sel normal.
(Sumber : Anonim, buletin APTOI, edoisi 17, 2002)

5. Prosedur Tindakan Kompres Hangat Jahe Merah

a. Persiapan Alat dan Bahan

1. Baskom / ember berisi air hangat

2. Jahe 100 gram

3. Handuk

4. Termometer air

5. Parutan

6. Jam tangan

b. Pre interaksi

1) Kaji adanya kebutuhan tindakan kompres air hangat

2) Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat

menyebabkan kontraindikasi

3) Siapkan alat dan bahan

Poltekkes Kemenkes Palembang


38

d. Tahap Orientasi

1) Berikan salam dan panggil nama klien dengan namanya

2) Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada

klien

e. Tahap Kerja

1) Beri kesempatan klien bertanya sebelum tindakan

dilakukan

2) Menanyakan keluhan utama klien

3) Jaga privasi klien

4) Siapkan satu atau dua rimpangan jahe

5) Cuci jahe hingga bersih tanpa membuang kulitnya

6) Jahe yang sudah di cuci dipotong menjadi beberapa

bagian lebih kecil lalu dipanaskan diatas kompor

sampai mendidih

7) Tuangkan rebusan air jahe ke dalam ember dengan

campur sedikit air mentah hingga suhu air menjadi

hangat-hangat kuku

8) Cuci tangan dan pakai handscoon

9) Celupkan washlap dalam air hangat rebusan jahe, peras

sebelum digunakan untuk mengkompres

10) Lakukan kompres selama 5-10 menit pada daerah yang

nyeri/ rematik dan ulangi beberapa kali

Poltekkes Kemenkes Palembang


39

11) Jika tidak ada reaksi alergi dari kompres air jahe seperti

reaksi gatal atau kemerahan, tumbuk jahe yang sudah di

rebus tadi menjadi bagian yang lebih halus

12) Tempelkan tumbukan jahe tersebut pada daerah nyeri

selama ± 15 menit

13) Setelah kompres hangat dilakukan, yakinkan klien

dalam keadaan kondisi kering dan nyeman

14) Klien dan lingkungan di rapikan

15) Lepaskan handscoon dan cuci tangan dengan benar

f. Terminasi

1) Evaluasi hasil kegiatan

2) Berikan umpan balik positif

3) Kontrak pertemuan selanjutnya

4) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik

5) Bereskan peralatan

g. Dokumentasi

1) Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus

Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Studi

Keperawatan dengan pendekatan penerapan penerapan kompres hangat jahe

merah untuk mengatasi nyeri pada penderita rheumatoid artritis yang

meliputi proses pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subjek Studi Kasus

Adapun Subjek dalam studi kasus ini melaksanakan penerapan pada 2

klien dengan kasus yang sama yaitu diagnosa Rheumatoid Artritis. Dengan

kreteria sebagai berikut :

1. Klien yang menderita penyakit rheumatoid arthrtitis

2. Klien berusia 50 tahun – 70 tahun

3. Klien yang berjenis kelamin perempuan dan laki-laki

4. Klien yang mengalami nyeri di bagian kaki

5. Klien dengan skala nyeri 4 sampai dengan 7

C. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Lokasi studi kasus dilaksanakan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas

Sekar Jaya Kabupaten OKU. Waktu pelaksanaan studi kasus dilakukakan

dengan data kunjungan pasien 3x pertemuan.

40
Poltekkes Kemenkes Palembang
41

D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini berupa dokumentasi standar asuhan

keperawatan yang dilakukan pada dua klien dengan masalah yang sama yaitu

Rheumatoid Arthritis, dengan tahap pengkajian, perumusan diagnosis

keperawatan, penyusunan perencanaan, pelakasanaan keperawatan dan

evaluasi keperawatan dan checklist instrumen kompres hangat jahe merah,

cara penerapan kompres hangat jahe merah, dan prosedur penerapan kompres

hangat jahe merah.

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data

adalah :

1. Wawancara

Dalam pengkajian kasus ini, wawancara dilakukan dengan klien

maupun keluarga klien untuk mendapatkan data subjektif. data yang

perlu ditanyakan yaitu, data biografi klien, keluhan klien, pola persepsi

kesehatan, pola aktivitas, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi,

pola istirahat, pola kognitif, pola persepsi diri, pola peran hubungan,

pola nilai keyakinan.

2. Observasi dan Pengukuran

Dalam studi kasus ini, observasi dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan secara umum, dilakukan melalui pemeriksaan

fisik secara head to toe dengan menggunakan teknik IPPA (Inspeksi,

Palpasi, Perkusi, Auskultasi).

Poltekkes Kemenkes Palembang


42

3. Studi Dokumentasi

Adalah proses pencatatan yang dilakukan perawat dari keadaan

klien, seperti catatan medis maupun catatan keperawatan dan

laboratorium.

4. Studi Kepustakaan

Adalah proses untuk mendapatkan dasar teori yang adapun

sumber tersebut dari beberapa buku dan sumber lainnya yang bersifat

ilmiah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB IV
STUDI KASUS
A. Keadaan Umum Puskesmas Sekar Jaya

1. Sejarah Puskesmas Sekar Jaya

Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat di Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu maka mulai 1 Januari 2011 dimulailah operasional

Puskesmas Sekar Jaya. Pelaksanaan operasional UPTD Puskesmas Sekar

Jaya Kecamatan Baturaja Timur didasarkan pada surat keputusan kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu nomor:

445/41/XIV/5.2/2010 tanggal 30 Desember 2010.

Berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

OKU nomor: 445/03/SK/XIV/5.2/2011 maka wilayah kerja Puskesmas

Sekar Jaya meliputi 2 kelurahan dan 2 desa, yaitu: Kelurahan Sekar Jaya,

Kelurahan Baturaja Permai, Desa Terusan, dan Desa Tanjung Kemala.

Keempat wilayah ini sebelumnya termasuk ke dalam wilayah kerja UPTD

Puskesmas Sukaraya.

Saat ini puskesmas Sekar Jaya melaksanakan pelayanan rawat jalan

dan Tindakan yang hanya terbatas saat jam kerja yaitu pukul 7.30 WIB

sampai 14.00 WIB. Dalam waktu mendatang Puskesmas Sekar Jaya

direncanakan menjadi puskesmas rawat inap dan UGD 24 jam dengan

penambahan fasilitas yang dibutuhkan.

43
Poltekkes Kemenkes Palembang
44

Kecamatan Baturaja Timur, dengan luas wilayah seluruhnya

mencapai 5.371 km2.

2. Kondisi Geografis

UPTD Puskesmas Sekar Jaya terletak di Jalan Korpri Perumahan

Sebimbing Sekundang (RSS Sriwiyaja) Kelurahan Sekar Jaya Kecamatan

Baturaja Timur. Bangunan Puskesmas Sekar jaya terletak jauh dari jalan

raya sehingga agak sulit dijangkau oleh masyarakat. Selain itu keadaan

jalan yang belum sepenuhnya diaspal menyulitkan pengguna jalan jika

terjadi hujan.

Puskesmas Sekar jaya berjarak ± 5 km dari ibukota kecamatan dan

± 9 km dari ibukota kabupaten. Letaknya dari Rumah Sakit Umum Daerah

Ibnu Sutowo ± 7 km.Lingkungan sekitar Puskesmas Sekar Jaya sebagian

masih berupa daerah hutan dan rawa. Sebagian kecil telah dikelola

menjadi kebun dan sisanya merupakan lahan developer yang masih dalam

tahap pembangunan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


45

Peta Wilayah

Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya

Pustu Baturaja permai

Pustu Sekar jaya

Poskesdes Tanjung Kemala

Poskesdes Talang Kibang

3. Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya tahun

2018 adalah 16919 jiwa dengan perincian seperti pada tabel di bawah.

Poltekkes Kemenkes Palembang


46

Table 5. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Kelurahan/Desa Jumlah Jenis Kelamin Jumlah


penduduk Laki- Perempuan KK
(jiwa) laki
1. Sekar Jaya 7879 3985 3895 2.373
2. Baturaja Permai 6325 3198 3127 1.416
3. Terusan 1041 551 490 366
4. Tanjung kemala 1674 826 848 632
Jumlah 16919 8560 8359 4.787

Table 6. Jumlah penduduk berdasarkan sasaran program

No Kelurahan/Desa Jumlah (jiwa)


Bayi Balita Bumil Bulin WUS PUS Lansia
1. Sekar Jaya 181 764 199 190 2915 1339 670
2. Baturaja Permai 145 614 160 153 2340 1075 538
3. Terusan 24 101 26 25 385 177 88
4. Tanjung kemala 39 162 42 40 619 285 142
Jumlah 389 1641 428 409 6260 2876 1438
Ditinjau dari segi tenaga medis dan sarana pelayanan kesehatan,

wilayah Puskesmas Sekar Jaya masih perlu mendapat penambahan.

Berikut ini adalah jumlah tenaga medis dan sarana pelayanan kesehatan

yang ada berada di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya.

Table 7. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Medis

No. Jenis Sarana Sekar Baturaja Terusan Tanjung


jaya Timur kemala

1. Sarana Puskesmas 1 - - -
Kesehatan
Pustu 1 1 - -
Poskesdes - - 1 1
Posyandu 6 4 2 2
RS/klinik - - - -

Poltekkes Kemenkes Palembang


47

2. Tenaga Dokter 3 - - -
Medis
Bidan 24 15 4 2
Perawat 3 3 3 -
Terdapat 23 sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya seperti

yang tertera pada tabel di bawah ini.

Table 8. Jumlah sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sekar Jaya

No Sekolah Negeri Swasta Jumlah


1. PAUD - - -
2. TK - 10 10
3. SD 5 - 5
4. MII - - -
5. SD LB 1 - 1
6. SMP 2 - 2
7. MTS - - -
8. SMP LB 1 - 1
9. SMA 2 - 2
10. SMKN - - -
11. MAN - - -
Total 21

Poltekkes Kemenkes Palembang


48

4. Struktur Organisasi

Koordinator Tim
Manajemen Mutu2)
Febrianti G,
S.ST,M.Kes M.Kes3) Kepegawaian
Candra Minarti

Penanggung jawab Penanggungjawab UKP Penanggung


UKM Pengembangan Kefarmasian dan Jawab Jejaring
Maritsa, S.Kep, Ners Laboratoroium & Jejaring
Dr. Sutarmi Puskesmas
Zurhayati
M
Maritsa, S

4)

5) \

6)

Poltekkes Kemenkes Palembang


49

5. Sarana dan Ketenagakerjaan

Puskesmas Sekar Jaya dibangun di atas tanah seluas ± 1500 m2

dengan luas bangunan ± 500 m2 yang terdiri dari 1 bangunan puskesmas

dan 1 rumah dinas dokter. Bangunan puskesmas terdiri dari: ruang tata

usaha, ruang kepala puskesmas, ruang Balai Pengobatan (BP), ruang KIA

merangkap KB, ruang MTBS, ruang gigi, ruang PKPR, ruang

pendaftaran/karcis, ruang apotek, ruang gudang obat, ruang imunisasi dan

sanitasi, ruang gizi, ruang laboratorium, ruang surveilans/simpus, ruang

tunggu pasien, gudang, dan 2 wc yang salah satunya terletak di ruang

KIA/KB. Di depan dan samping bangunan puskesmas terdapat halaman

rumput yang dapat dipakai sebagai tempat parkir, apel, dan senam.

Table 9. Sarana Puskesmas Sekar Jaya

No Sarana Jumlah Keterangan


1. Puskesmas induk 1 Kondisi baik
2. Puskesmas pembantu 2 Kondisi baik
3. Pos kesehatan desa 2 Kondisi baik
4. Rumahdinas Puskesmas 3 Kondisi baik
Sebagai perpanjangan tangan puskesmas terdapat 2 puskesmas pembantu

yang berada di Kelurahan Baturaja Permai dan Kelurahan Sekar Jaya. Selain itu

terdapat 2 poskesdes yang berada di desa Terusan dan Desa Tanjung Kemala. Saat

ini Puskesmas Sekar Jaya memiliki 175 tenaga kesehatan yang terdiri dari 53

orang Pegawai Negeri Sipil, 24 orang tenaga Honor/PTT, 27 tenaga TKS dan 71

orang tenaga Magang.

Poltekkes Kemenkes Palembang


50

6. Program Kerja

Program-program yang diadakan di Puskesmas Sekar Jaya meliputi:

a. Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat karena Kecelakaan

b. Kesehatan Keluarga

c. Keluarga Berencana

d. Gizi

e. Kesehatan Lingkungan

f. P2P

1. P2P ISPA

2. P2 Diare

3. P2 TB paru

4. DHF

5. Imunisasi

g. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

h. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

i. Perawatan Kesehatan Masyarakat

j. Kesehatan Gigi dan Mulut

k. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

l. Kesehatan Jiwa

m. Kesehatan Mata

n. Laboratorium Sederhana

o. Pelayanan penunjang

p. Pencatatan dan Pelaporan

Poltekkes Kemenkes Palembang


51

B. Hasil Studi Kasus

1. Pengkajian

Data Kasus 1 Kasus 2


1) Identitas Klien
Nama : Ny. S Tn. R
Umur : 61 Tahun 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Laki-Laki
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa: Ogan Ogan
Bahasa : Indonesia Indonesia
Pendidikan Terakhir : SD Sederajat SD Sederajat
Alamat : Baturaja Permai Baturaja Permai
2) Keadaan Umum Klien mengatakan Klien mengatakan
nyeri dibagian lutut nyeri dibagian lutut
kaki kanan, tidak bisa yang menjalar ke
di tekuk dan sering bagian punggung
kesemutan kaki baik kaki kanan
maupun kaki kiri
3) Riwayat kesehatan Klien mengatakan Klien mengatakan
keluarga tidak ada anggota orang tuanya tidak
keluarga yang menderita penyakit
menderita penyakit apapun.
Artritis Rheumatoid
sebelumnya.
Tabel 10. Pengkajian

2. Pemeriksaan Fisik

Data Kasus 1 Kasus 2


1. Tanda-tanda vital
a.Tekanan darah : 140/100 mmHg 130/80 mmHg
b. Pols : 89 x/menit 86 x/menit
c. Temperatur : 36,5 C 36,0 C
d. RR : 19 x/menit 18 x/menit
2.Tinggi Badan : 156 cm 163 cm
3. Berat badan : 61 kg 58 kg
4. Rambut

a. Ketebalan : Tipis Tipis


b. Tekstur :
c. Warna : Kering Kering

Hitam, sebagian ada Hitam

Poltekkes Kemenkes Palembang


52

d. Kebersihan : yang berwarna putih


(beruban)

Bersih Bersih
5.Mata
a. Kesimetrisan : Simetris Simetris
b. Kelopak mata : Normal Normal
c. Konjungtiva : Tidak anemis Tidak anemis
d. Pupil : Isokor Isokor
e. Kornea : Jernih Jernih
f. Sklera Tidak Ikterik Tidak Ikterik
g.Gangguan penglihatan: Tidak ada Tidak ada
6.Ekstremitas : Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
ekstremitas bawah ekstremitas bawah
terdapat kekakuan ada oedema, nyeri
sendi pada bagian sendi dibagian lutut
lutut sebelah kanan, dan punggung kaki
dengan kekuatan otot baik kiri maupun
derajat 4, klien kanan dengan skala
merasakan nyeri nyeri 7 (nyeri berat).
dengan skala nyeri 6
(nyeri sedang).
Tabel 11. Pemeriksaan Fisik

Poltekkes Kemenkes Palembang


53

3. Analisis Data

Kasus 1 Kasus 2

Data Masalah Etiologi Data Masalah Etiologi


DS : DS :
Klien mengatakan nyeri Nyeri Kronis Kondisi Klien mengatakan nyeri Nyeri Kronis Kondisi
dibagian lutut kaki kanan, (D.0078) Muskuloskeletal dibagian lutut yang (D.0078) Muskuloskeletal
tidak bisa di tekuk dan Kronis menjalar ke bagian Kronis
sering kesemutan punggung kaki baik kaki
kanan maupun kaki kiri,
DO : DO :
1 Kesadaran klien 1 Kesadaran klien
composmentis, composmentis,
2 keadaan umum klien 2 keadaan umum klien
tampak lemah, tampak lemah,
3 klien tampak meringis, 3 klien tampak meringis,
4 skala nyeri 6, 4 Skala nyeri 7,
5 TTV : 5 TTV
TD : 104/100 mmHg TD : 130/80 mmHg
Pols : 89 x/menit Pols : 86 x/menit
Temp : 36.5 C RR : 18 x/menit
RR : 19 x/menit Temp : 36.0  C
Tabel 14. Analisa Data

Poltekkes Kemenkes Palembang


54

4. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan peneliti dapat merumuskan

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien yaitu sebagai berikut

Kasus 1 Kasus 2

Diagnosa : Diagnosa :

Nyeri Kronis (D.0078) Nyeri Kronis (D.0078)


berhubungan dengan kondisi berhubungan dengan kondisi
muskuloskeletal kronis muskuloskeletal kronis
(SDKI,2018) (SDKI,2018)

Tabel 15. Diagnosa Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


55

5. Intervensi Keperawatan

Kasus 1 Kasus 2
Waktu Luaran & Luaran &
Diagnosa Diagnosa
Ekspetasi Intervensi Ekspetasi Intervensi
Keperawatan Keperawatan
( Kriteria Hasil ) ( Kriteria Hasil )
14 April Nyeri Kronis Tingkat Nyeri Penerapan Nyeri Kronis Tingkat Nyeri Penerapan
2021 (D.0078) Ekspetasi : Menurun kompres (D.0078) Ekspetasi : kompres
berhubungan Kriteria Hasil: hangat jahe berhubungan Menurun hangat jahe
dengan kondisi 1. Kemampuan merah dengan kondisi Kriteria Hasil: merah
muskuloskeletal menuntaskan muskuloskeletal 1. Skala nyeri
kronis aktivitas kronis menurun
meningkat 2. Tidak meringis
2. Skala nyeri
menurun
3. Tidak meringis

Tabel 16. Intervensi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


56

6. Implementasi Keperawatan

Kasus 1 Kasus 2
Diagnosa
Waktu
Keperawatan Implementasi Implementasi

14-16 Nyeri Kronis Observasi: Observasi:


April (D.0078)
2021 berhubungan 1. Mengidentifikasi kondisi kulit yang 1. Mengidentifikasi kondisi kulit yang akan
dengan kondisi akan di lakukan kompres. di lakukan kompres.
muskuloskeletal 2. Memeriksa suhu alat kompres dengan 2. Memeriksa suhu alat kompres dengan
kronis menggunkan termometer air menggunkan termometer air

Terapeutik : Terapeutik :

3. Memilih metode kompres yang nyaman 3. Memilih metode kompres yang nyaman
dengan kain/handuk kecil dengan kain/handuk kecil
4. Memilih lokasi kompres yaitu di bagian 4. Memilih lokasi kompres yaitu di bagian
kaki kanan yang mengalami nyeri kaki kanan dan kiri yang mengalami nyeri

Edukasi : Edukasi :

5. Menjelaskan prosedur kompres hangat 5. Menjelaskan prosedur kompres hangat


jahe merah jahe merah

Tabel 17. Implementasi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


57

8. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan Hari 1 Hari 2 Hari 3


Kasus 1 (Ny.S) 14 April 2021. Pukul 10.33 WIB 15 April 2021. Pukul 15.00 WIB 16 April 2021. Pukul 15.00 WIB
S: S: S:
1. Klien mengatakan nyeri, linu, 1. Klien mengatakan sudah 1. Klien mengatakan sudah
dan kesemutan dibagian lutut mengerti cara kompres hangat mengerti dan sudah
kaki kanan. jahe merah yang diajarkan menerapkan kompres hangat
2. Klien mengatakan akan 2. Klien mengatakan nyerinya hangat jahe merah yang
belajar cara kompres hangat sudah mulai berkurang dan diajarkan.
jahe merah yang diajarkan kaki mulai bisa ditekuk. 2. Klien mengatakan nyerinya
padanya. 3. Skala Nyeri Klien 4 sudah berkurang.
3. Skala nyeri Klien 6 4. 3. Skala Nyeri Klien 3
5.
O: 6. O: O:
1. Klien berusaha untuk 1. Klien mampu melakukan 1. Klien mampu melakukan
memperhatikan penerapan teknik kompres hangat hangat teknik kompres hangat jahe
yang diajarkan. jahe merah tersebut. merah tersebut secara mandiri.
2. Setelah diberikan penerapan 2. Setelah diberikan penerapan 2. Setelah diberikan penerapan
kompres hangat jahe merah kompres hangat jahe merah kompres hangat jahe merah
skala nyeri 5. skala nyeri 3. skala nyeri 2.

A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi

P : Intervensi dilanjutkan, P : Intervensi dilanjutkan, P : Intervensi dilanjutkan secara


Monitor keberhasilan penerapan Motivasi terus klien untuk mandiri dengan tetap motivasi
kompres hangat jahe merah melakukan penerapan kompres klien untuk melakukan penerapan
yang sudah diberikan. hangat jahe merah di daerah kompres hangat jahe merah di

Poltekkes Kemenkes Palembang


58

yang terasa nyeri setiap pagi dan daerah yang terasa nyeri setiap
sore hari selama 10-15 menit. pagi dan sore hari selama 10-15
menit.

Evaluasi Keperawatan Hari 1 Hari 2 Hari 3


Kasus 2 (Tn.R) 14 April 2021. Pukul 11.30 WIB 15 April 2021. Pukul 15.30 WIB 16 April 2021. Pukul 15.30 WIB
S: S: S:
1. Klien mengatakan nyeri 1. Klien mengatakan sudah 1. Klien mengatakan sudah
dibagian lutut yang menjalar mengerti cara kompres hangat mengerti dan sudah
ke punggung kaki. jahe merah yang diajarkan menerapkan kompres hangat
2. Klien mengatakan akan 2. Klien mengatakan nyerinya jahe merah yang diajarkan.
belajar cara kompres hangat sudah mulai berkurang. 2. Klien mengatakan nyerinya
jahe merah yang diajarkan 3. Skala Nyeri klien 5 sudah berkurang.
padanya. 3. Skala Nyeri klien 3
3. Skala Nyeri Klien 7

O: O: O:

1. Klien berusaha untuk 1. Klien mampu melakukan 1. Klien mampu melakukan


mengikuti penerapan yang teknik kompres hangat jahe teknik kompres hangat jahe
diajarkan. merah tersebut. merah tersebut secara
2. Setelah diberikan penerapan 2. Setelah diberikan penerapan mandiri.
kompres hangat jahe merah kompres hangat jahe merah 2. Setelah diberikan penerapan
skala nyeri 6. skala nyeri 4. kompres hangat jahe merah
skala nyeri 2.

A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi

Poltekkes Kemenkes Palembang


59

P : Intervensi dilanjutkan, P : Intervensi di pertahankan dan P : Intervensi dilanjutkan secara


Monitor keberhasilan penerapan dilanjutkan, Motivasi terus klien mandiri dengan tetap motivasi
kompres hangat jahe merah untuk melakukan penerapan klien untuk melakukan penerapan
yang sudah diberikan. kompres hangat jahe merah di kompres hangat jahe merah di
daerah yang terasa nyeri setiap daerah yang terasa nyeri setiap
pagi dan sore hari selama 10-15 pagi dan sore hari selama 10-15
menit. menit.
Tabel 18. Evaluasi Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang


60

Evaluasi Hasil Penerapan Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber


Officinale Rosc) Terhadap Rasa Nyeri Klien Rheumathoid
Arthritis

Kasus 1
Tabel 19. Evaluasi dan Kriteria Hasil Penerapan Kasus 1
Evaluasi Hasil Penelitian
Waktu Skala Nyeri Skala Nyeri
Sebelum dilakukan Setelah dilakukan
Penerapan Kompres Penerapan Kompres
Hangat Jahe Merah Hangat Jahe Merah
14 April 2021 6 5
15 April 2021 4 3
16 April 2021 3 2

Kriteria Hasil Penelitian


Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1 3 5
2 4
Kemampuan
menuntaskan √
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
1 3 5
2 4
Skala Nyeri √
Meringis √

Poltekkes Kemenkes Palembang


61

Evaluasi Hasil Penerapan Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber


Officinale Rosc) Terhadap Rasa Nyeri Klien Rheumathoid
Arthritis

Kasus 2
Tabel 20. Evaluasi dan Kriteria Hasil Penerapan kasus 2
Evaluasi Hasil Penelitian
Waktu Skala Nyeri Skala Nyeri
Sebelum dilakukan Setelah dilakukan
Penerapan Kompres Penerapan Kompres
Hangat Jahe Merah Hangat Jahe Merah
14 April 2021 7 6
15 April 2021 5 4
16 April 2021 3 2

Kriteria Hasil Penelitian


Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
1 3 5
2 4
Skala Nyeri √
Meringis √

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan pada klien 1 dan klien 2 didapatkan

bahwa kedua subjek memiliki keluhan yang berbeda, dimana pada klien Ny.S

dengan keluhan nyeri di bagian lutut kaki kanan, kaki tidak bisa ditekuk dan

sering kesemutan, klien mengeluh nyeri saat setelah melakukan aktivitas

berat, skala nyeri klien 6 (nyeri sedang) dengan menggunakan pengukuran

Numeric Rating Scale (NRS) nyeri yang tiba-tiba. Pada pemeriksaan tanda-

tanda vital didapatkan hasil, Tekanan darah : 140/100 mmHg, pernafasan : 19

x/menit, nadi : 89 x/menit, suhu : 36,5oC, tinggi badan : 156 cm, berat badan :

61 kg. Sedangkan pemeriksaan ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat

udema, tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada lesi, terdapat ke kakuan sendi

pada bagian lutut sebelah kanan.

Sedangkan pada klien Tn.R di dapatkan keluhan nyeri di bagian lutut

yang menjalar ke bagian punggung kaki baik kaki kiri dan kaki kanan, skala

nyeri klien 7 (nyeri berat) dengan menggunakan pengukuran NRS nyeri yang

tiba-tiba. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, Tekanan darah

: 140/100 mmHg, pernafasan : 19 x/menit, nadi : 89 x/menit, suhu : 36,5oC,

tinggi badan : 156 cm, berat badan : 61 kg. Sedangkan pemeriksaan

ekstrimitas atas tidak terdapat udema namun pada ekstemitas bawah terdapat

udema pada punggung kaki, tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada lesi.

Saat pengkajian didapatkan data yaitu kedua klien mengeluh nyeri

dengan interval nyeri saat pengkajian 5-6 yaitu nyeri sedang dan 7 yaitu nyeri

62
Poltekkes Kemenkes Palembang
63

berat. Kambuhnya nyeri menurut subjek sering tiba-tiba dan di malam serta

pagi hari. Hal ini sesuai dengan pendapat teori Nasrullah (2016) tanda dan

gejala arthritis rheumatoid adalah nyeri persendian, bengkak, kekakuan pada

sendi terutama pada pagi hari, terbatasanya pergerakan, sendi terasa panas,

tampak warna kemerahan disekitar kulit, perubahan ukuran pada sendi dari

ukuran normal.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah didapatkan pada kedua

klien maka di rumuskan diagnosis keperawatan nyeri kronis berhubungan

dengan kondisi muskulos keletal kronis. Perumusan diagnosis keperawatan

sesuai dengan teori Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2018)

dimana didapatkan berdasarkan penyebab, gejala, tanda mayor dan minor.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Dalam merencanakan tindakan keperawatan terdapat tujuan yang

harus dicapai selama perawatan. tujuan dari tindakan yang akan dilakukan

berfokus pada teori yang ada berdasarkan buku Standar Luaran Keperawatan

yang memuat tentang tujuan yang akan dicapai, ekspektasi dan kriteria hasil.

Berdasarkan data dari pengkajian dan diagnosis keperawatan nyeri

kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis maka penulis

dapat menyusun rencana tindakan keperawatan dengan penerapan kompres

hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pada Ny.S dan

Tn.R, dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis berpedoman pada

teori.

Poltekkes Kemenkes Palembang


64

Pada tahap pengkajian ini penulis tidak mengalami kesulitan dalam

pengumpulan data karena klien bersifat terbuka dalam memberikan jawaban

atas pertanyaan yang penulis ajukan sehingga penulis dapat mengumpulkan

data secara menyeluruh.

D. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh kompres hangat

jahe merah (Zingiber Officinale Rosc) terhadap rasa nyeri pada pasien

Rheumathoid Arthritis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen one-

group pretest-posttest design dengan menggunakan rumus acak random

sederhana dengan sampel sebanyak 16 orang bertempat diwilayah kerja

Puskesmas Siulak Deras, pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara dengan penilaian hasil ukur menggunakan numeric Analog Visual

(NAV). Rata-Rata intensitas nyeri pretest kompres jahe merah 6,88 dan

posttest 3,94. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan intensitas nyeri

Rheumathoid Arthritis pretest dan posttest dilakukan kompres jahe merah. Ini

dibuktikan dengan uji test didapat nilai yang signifikan = 0,000. (Arman dkk.

2018 ).

Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap lanjutan dari tahap

perencanaan yang di aplikasikan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan. Pada klien I dan klien II tahap implementasi yang

dilakukan yaitu berdasarkan dari perumusan diagnosa dengan beberapa

intervensi maka penulis melakukan implementasi yang dilakukan dengan

menerapkan kompres hangat jahe merah, penerapan ini dilakukan selama 3 x

Poltekkes Kemenkes Palembang


65

kunjungan selama 20 menit. Ada pun tindakan yang dilakukan diantaranya

adalah Mengobservasi kondisi kulit yang akan di lakukan kompres hangat

jahe merah setalah itu memeriksa suhu air dengan menggunakan alat yaitu

termometer air. Selanjutnya melakukan tindakan yaitu terapeutik dengan cara

memilih metode kompres yang nyaman dengan kain/handuk kecil setelah itu

memilih lokasi kompres yaitu di bagian kaki yang mengalami nyeri dan yang

terakhir mengedukasi klien dengan cara menjelaskan prosedur kompres

hangat jahe merah.

Serta berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan skala nyeri setelah

dilakukan penerapan kompres hangat jahe merah selama 3 hari dari tanggal

14 s.d 16 April 2021 dengan frekuensi 1 kali dalam sehari selama 20 menit,

terjadi penurunan skala nyeri pada ke-2 klien yaitu sebelum dilakukan

penerapan skala nyeri berada di interval 5-6 yaitu nyeri sedang dan 7 yaitu

nyeri berat, setelah dilakukan penerapan didapatkan skala nyeri berada di

interval nyeri ringan. Maka dapat disimpulkan terdapat efektivitas penerapan

kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri pada rheumatoid

arthritis.

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap penilaian keberhasilan dalam

penerapan kompres hangat jahe merah untuk mengatasi nyeri Rheumatoid

Arthritis. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui skala nyeri sebelum dan

sesudah dilakukan penerapan, melihat efektifitas dari tindakan yang

dilakukan, serta mengetahui evaluasi hasil penerapan sebelum dan sesudah

Poltekkes Kemenkes Palembang


66

dilakukan kompres hangat jahe merah. Setiap kunjungan akan dinilai

perkembangan dari klien yang telah diberikan penerapan kompres hangat jahe

merah.

Walaupun nyeri yang dirasakan sebelum dilakukan penerapan

kompres hangat jahe merah berbeda yaitu skala nyeri 6 dan 7 namun

mengalami penurunan yang sama, setelah dilakukan tindakan dimana klien 1

skala nyeri yang dirasakan dalam interval skala 2 yaitu nyeri ringan

sedangkan untuk klien 2 berada dalam interval skala 2 yaitu nyeri ringan, hal

ini dikarenakan aktivitas kerja yang terjadi pada Ny.S dan Tn. R cukup

banyak karena pada umumnya kegiatan yang dilakukan Ny.S dan Tn. R dapat

mengakibatkan banyaknya pergerakan pada sendi, hal ini sesuai dengan teori

yang dikemukkan oleh (Sarwono, 2013) rheuomatoid arthritis lebih sering

terjadi pada orang yang mempunyai aktivitas berlebih dalam menggunakan

lutut dan kaki yang sering jongkok karena terjadi penekanan yang berlebih

pada lutut sehingga menimbulkan peradangan pada sendi. Evaluasi hasil

penerapan sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat jahe merah

didapatkan nyeri mengalami penurunan. Hal ini berdasarkan teori Hidayat

(2020) terjadinya penurunan nyeri rheumatoid arthritis di karenakan tanaman

jahe merah mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek

farmakologis yaitu rasa pedas dan bersifat hangat yang bersifat analgesik

serta melancarkan sirkulasi darah yang diindikasikan untuk menghilangkan

nyeri rheumatoid arthritis.

Poltekkes Kemenkes Palembang


BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan secara langsung

pada Ny.S dan Tn.R dengan nyeri Rheumatoid Artritis yang berada di rumah

Ny.S dan Tn.R selama 3 hari yang di mulai pada hari Rabu tanggal 14 April

2021 sampai hari Jum’at tanggal 16 Juni 2021 dengan memfokuskan aplikasi

Kompres Hangat Jahe Merah. Diawali dengan pengkajian, Perumusan

diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi, maka dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil identifikasi dan monitor skala nyeri yang dilakukan

saat sebelum dan sesudah dilakukan penerapan kompres hangat jahe

merah yang dilakukan pada klien dengan Rheumatoid Arthritis maka

dapat disimpulkan antara Klien 1 dan Klien 2 mengalami penurunan

skala nyeri, perbedaan antara nyeri yang dirasakan klien 1 dan 2 sebelum

dilakukan tindakan dimana klien 1 skala nyeri yang dirasakan dalam

interval skala 6 yaitu (nyeri sedang) sedangkan untuk klien 2 berada

dalam interval skala 7 yaitu (nyeri berat), mengalami penurunakan skala

nyeri menjadi skala nyeri 2 (nyeri ringan).

2. Berdasarkan hasil penelitian pada klien 1 dan klien 2 mengenai

efektifitas penerapan kompres hangat jahe merah untuk mengurangi nyeri

pada klien dengan rheumatoid arthritis adalah kompres air hangat dengan

67
Poltekkes Kemenkes Palembang
68

kombinasi tanaman jahe merah efektif untuk mengurangi nyeri klien

dengan Rheumatoid Arthritis.

3. Berdasarkan evaluasi hasil penerapan sebelum dan sesudah dilakukan

kompres hangat jahe merah pada Klien 1 dan Klien 2 didapatkan hasil

skala nyeri mengalami penurunan. Selain itu, menurut responden yang

dilakukan penerapan kompres hangat jaeh merah dapat meningkatkan

rasa nyaman pada area yang di kompres sehingga nyeri berkurang.

B. Saran

Untuk pelaksanaan kegiatan penelitian kedepan nya diharapkan jadwalnya

tidak digabung dengan kegiatan dinas mata kuliah yang lain supaya bisa

mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan mempermudah peneliti

untuk menyelesaikan penelitiannya tepat waktu dan tidak tergesa-gesa.

Poltekkes Kemenkes Palembang


DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: Medication
Publishing.
Andri, J. Dkk. (2020). Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit
Rheumatoid Arthritis Pada Lansia. (Junal Kesmas Asclepius
Volume 2.) e-ISSN : 2684-8287
Arman, E. Dkk. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber
Officinale Rosc) Terhadap Rasa Nyeri Pada Pasien Rheumatoid
Artritis. (Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume 10) e-ISSN :
2540-961
Chandra, (2002). Pengaruh kompres hangat. Jakarta : EGC
DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Hannan, Mujib, dkk. (2018). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Osteoarthritis Pada Lansia Di Posyandu
Lansia Puskesmas Pandian Sumenep (Journal Universitas
Wiraraja).
Herlina, E (2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta :
Fmedia.
Kemkes.go.id, (2019). Indonesia Memasuki Periode Aging Population. (article.
www.kemkes.go.id) jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Lentera, (2002). Pengaruh Kompres Hangat Jahe Merah (Zingiber Officinale
Rosc) Terhadap Rasa Nyeri Pada Pasien Rheumatoid Artritis.
(Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume 10) e-ISSN : 2540-961
Lukman, Ningsih Nurna. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Maryam, s., et al. (2012). Mengenal usia lanjut dan perawatannya, Jakarta :
selemba medika
Nugroho, T. (2012). Mengungkap Tentang Luka Bakar & Artritis Reumatoid.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Olviani, Yurida dan Erna Lidia Sari. 2020. Pengaruh Kompres Air Serai
Terhadap Penurunan Nyeri Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan
Keperawatan Vol 11(1): 388.
Potter & Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC) dalam Keperawatan
Gerontik. Jakarta: Salemba Medika.

Poltekkes Kemenkes Palembang


Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Andi.
Virgo, G (2019). Efektivitas Kompres Jahe Merah Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rheumatoid Arthritis Di
Puskesmas Pembantu Bakau Aceh Wilayah Kerja Puskesmas
Batang Tumu. (Journal Universitas Pahlawan).

Poltekkes Kemenkes Palembang


JADWAL KEGIATAN

No Uraian Kegiatan Januari Februari Maret April Mei

1 Pengajuan Judul

2 Konsultasi BAB I

3 Konsultasi BAB II

4 Konsultasi BAB III

5 Revisi BAB II – III

6 ACC BAB I – Instrumen

8 Seminar Proposal

9 Pengumpulan revisi
proposal
10 Pengajuan surat
pengambilan data ke
Kesatuan Bangsa dan
Politik
11 Pengajuan surat
pengambilan data ke
Puskesmas Sekar Jaya
12 Penelitian Hari ke-1

13 Penelitian Hari ke-2

14 Penelitian Hari ke-3

15 Konsultasi BAB IV

16 Konsultasi BAB V

17 Konsultasi BAB VI

Poltekkes Kemenkes Palembang


18 Revisi BAB IV-VI

19 ACC Laporan Tugas


Akhir
20 Seminar Hasil Laporan
Tugas Akhir
21 Pengumpulan Revisi
Laporan Tugas Akhir

Poltekkes Kemenkes Palembang


Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
Poltekkes Kemenkes Palembang
FOTO KEGIATAN PENELITIAN

KLIEN 1 KLIEN 2

Poltekkes Kemenkes Palembang


BIODATA

Nama : HAIRUL SARNUBI


Tempat, Tanggal Lahir : KARANG PENDETA, 02 FEBRUARI 1999
Agama : ISLAM
Nama Orang Tua
Ayah : SUPAWI
Ibu : ZOLEHA
Jumlah Saudara :2
Anak Ke :2
Riwayat Pendidikan :
TAHUN 2005-2011 : SD NEGERI KARANG PENDETA
TAHUN 2011-2014 : SMP NEGERI 1 TIGA DIHAJI
TAHUN 2014-2017 : SMA NEGERI 1 TIGA DIHAJI
TAHUN 2018-2021 : POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
D3 KEPERAWATAN BATURAJA
Alamat : DESA KARANG PENDETA KEC. TIGA
DIHAJI KAB. OKU SELATAN

Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai