Anda di halaman 1dari 35

MODUL PENGENDALIAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT

KERJA TERAPIS GIGI DAN MULUT TERHADAP BEBAN


KERJA
DI KLINIK PRATAMA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Penyusun :
Febby Rahmadhani
P1337425319003
MODUL PENGENDALIAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA
TERAPIS GIGI DAN MULUT TERHADAP BEBAN KERJA
DI KLINIK PRATAMA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Penyusun :
Febby Rahmadhani
Dr.drg.Lanny Sunarjo, MDSc
Tri Wiyatini, S.KM, M.Kes (epid)
drg. Endah Aryati Eko Ningtyas, MDSc

Penerbit Buku :
Program Pasca Sarjana Magister Terapan Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

MODUL PENGENDALIAN RISIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA


TERAPIS GIGI DAN MULUT TERHADAP BEBAN KERJA
DI KLINIK PRATAMA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Penyusun :
Febby Rahmadhani
Dr.drg.Lanny Sunarjo, MDSc
Tri Wiyatini, S.KM, M.Kes (epid)
drg. Endah Aryati Eko Ningtyas, MDSc

Editor:

Desain Sampul dan Tata Letak:

ISBN:

Copyright Program pascasarjana magister terapan kesehatan 2021


70 halaman, 18,2 x 25,7 cm
Cetakan pertama 2021

Penerbit:
Program Pascasarjana Magister Terapan Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jalan Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang,
50239 Telp. (024) 7460274
E-mail :divisipenerbitanmst@yahoo.com
Website :http://mst.poltekkes–smg.ac.id

Dicetak dan distribusikan oleh


Program Pascasarjana Magister Terapan Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Hak cipta dilindungi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta Pasal 72.Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentukdalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin penulis dari pen erbit.

KATA PENGANTAR
Segala puji atas kehadirat Allah SWT yangtelah memberikan rahmat dan karunia-

Nya sehingga “Modul Pengendalian Risiko Penyakit Akibat Kerja Terhadap Beban Kerja

Terapis Gigi dan Mulut di Klinik Pratama Poltekkes Kemenkes Semarang dapat diselesaikan

dengan baik.Penyusunan Modul ini ditujukan untuk syarat menyelesaikan tugas Praktik Kerja

Lapangan, Prodi Terapis Gigi dan Mulut Magister Terapan Kesehatan, Poltekkes Kemenkes

Semarang

Dalam penyusunan Modul ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tri Wiyatini, S.KM, M.Kes (epid) selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes

Kemenkes Semarang sekaligus sebagai Pembimbing Lahan

2. Prof.Dr.dr. Suharyo Hadisaputro, S.p.PD-KTI selaku Ketua Program Magister

Terapan Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang.

3. Dr. Bedjo Santoso, S.SiT, M.Kes selaku ketua program studi Terapis Gigi dan Mulut.

4. Dr. drg. Lanny Sunarjo, MDSc, selaku Dosen Pembimbing Tesis, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran untuk membimbing,

memberikan saran dan motivasi kepada penulis, sehingga dapat segera menyelesaikan

laporan PKL dengan baik dan tepat waktu.

5. drg. Endah Aryati Eko Ningtyas, MDSc sebagai pembimbing lahan dari yang dengan

senang hati membimbing kami dan memberikan kesempatan bagi kami untuk menimba

ilmu lebih dalam.

6. dr. Bambang Hariyana, M.Kes selaku pembimbing lahan khususnya di

PromosiKesehatan yang dengan senang hati membimbing kami dan memberikan

kesempatan bagi kami untuk menimba ilmu lebih dalam


7. Serta semua pihak luar terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Modul ini masih belum sempurna dan masih terdapat

kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semoga Laporan ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak lain untuk

memanfaatkannya, sekian terima kasih.

Semarang, November 2020

Penulis

Febby Rahmadhani

DAFTAR ISI

HALAMAN
Halaman Judul
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar isi…………………………………………………………………………………………...
BAB I Pendahuluan........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................................................4
1.5 Sasaran…..................................................................................................................................4
BAB II Materi Dasar I…................................................................................................................5
Kajian Program Keselamat dan Kesehatan Pekerja...............................................................5
BAB II Materi Dasar II..........................................................................................................7
Kajian Keterkaitan Program Dengan Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut..........................7
BAB II Materi Dasar III.........................................................................................................12
Penyakit Akibat Kerja............................................................................................................12
BAB II Materi Dasar IV........................................................................................................15
Beban Kerja...........................................................................................................................15
BAB II Materi Dasar V..........................................................................................................17
A. Terapis Gigi dan Mulut...................................................................................................17
B. Risiko Penyakit Akibat Kerja Terapis Gigi dan Mulut...................................................17
Standar Operasional Prosedur Pengendalian Risiko Akibat Kerja........................................18
Poster......................................................................................................................................20
BAB III Penutup…................................................................................................................21
A. Kesimpulan….................................................................................................................21
B. Saran…...........................................................................................................................21
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bekerja merupakan salah suatu upaya yang di lakukan seseorang untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidup, dan juga yang dapat menghasilkan barang atau

jasa yang akhirnya berguna untuk memenuhi kepuasan hidupnya. Setiap pekerjaan

mempunyai resiko baik ringan, sedang maupun tinggi , tidak terkecuali seorang

tenaga pekerja professional salah satunya tenaga Kesehatan. Undang-undang no

13 tahun 2003 pada pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pekerja

mempunyai hak atas perlindungan kesehatan dan kesematan kerja dan juga pasal

87 ayat 1 berbunyi setiap pekerjaan harus menerapkan manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja yang terintegrasi.DiIndonesia ditetapkan maksimal bekerja

dalam sehari yaitu 8 jam karena jika lebih dari itu dapat berakibat buruk bagi

pekerja. Melakukan aktifitas kerja yang berlebihan dapat berpengaruh fatal pada

organ tubuh, yang dapat menurunkan efektifitas kerja, berakibat terhadap

kecelakaan kerja, meningkatkan kelelahan fisik, bahkan dapat berakibat terjadinya

penyakit akibat kerja.

Dinegara maju terdapat data bahwa setidaknya hampir setiap tahun terdapat

dua juta pekerja meninggal dunia yang di sebabkan karena faktor kelelahan hal

tersebut merupakan salah satu pennyebab adanya beban kerja yang berlebih.

Terapis Gigi dan Mulut merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut rentan

dalam terjadinya kecelakan kerja atau penyakit akibat kerja, hal tersebut dapat
dilihat dari tugas pokok seorang terapis gigi dan mulut yang terdiri dari menjadi

pendamping dokter gigi dalam bekerja, terapis gigi dan mulut juga mengisi rekam

medis, juga melakukan tidakan prefentif dan kuratif sederhana. Hal tersebut dapat

saja menyebabkan penyakit akibat kerja, jika tidak di lakukan penanganan sejak

dini.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zeid Al-Hourani hasilnya yaitu dari

81 sampel yang usianya < 30 tahun melaporkan bahwa semua peserta mengalami

nyeri dalam satu bagian tubuh, area nyeri yang paling umum dilaporkan adalah di

leher (70,4%) dan bahu (71,6%). Penyebab terjadinya hal tersebut di karenakan

beberapa faktor internal maupun eksternal misalnya umur, jenis kelaman, indek

massa tubuh, kebiasaan olahraga, dan masih banyak lagi faktor yang ikut berperan.

Beban kerja yang diterima oleh pekerja harus seimbang dengan kemampuan

fisiknya yang terdiri dari kemampuan keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran

tubuh pekerja agar tercapainya produktifitas dan kualitas kerja yang dapat

dilakukan dengan cara salah satunya memberikan edukasi tentang resiko

ergonomi dalam suatu pekerjaan oleh pekerja karena pekerjaan yang tidak

ergonomis dapat berakibat terhadap penurunan performa dalam bakerja.

Klinik pratama poltekkes kemenkes semarang merupakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan medik dasar yang bersifat

promotif, preventif, rehabilitative. Terdiri dari 10 orang tim pelayanan kesehatan,

salah satunya terapis gigi dan mulut yang bertanggung jawab terhadap beberapa

pekerjaan. Berdasarkan data wawancara yang didapatkan terapis gigi dan mulut di
klinik pratama mempunyai tugas bukan hanya sebagai terapis gigi dan mulut saja

tapi juga bertanggung jawab sebagai adminitrasi di klinik termasuk adminitrasi

untuk pasien BPJS , koodinator dalam pengelolahan limbah medis, bertanggung

jawab dalam sarana dan prasarana, dan koordinator APD klinik. Dalam melakukan

tugas tersebut Terapis Gigi dan Mulut mengalami beberapa keluhan nyeri pada

saat setelah melakukan pekerjaannya yang dapat saja menyebabkan penyakit

akibat kerja yang diakibatkan beban kerja yang berlebih terjadinya beban kerja di

karenakan kurangnya sumber daya manusia karena klinik pratama sendiri belum

lama berdiri. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas saya tertarik untuk

membuat model pengendalian resiko penyakit akibat kerja terhadap beban kerja

terapis gigi dan mulut di Klinik Pratama Poltekkes Kemenkes Semarang”

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk menetahui pengendalian risiko penyakit akibat kerja terhadap

beban kerja terapis Gigi dan Mulut di Klinik Pratama Poltekkes Kemenkes

Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Sebagai panduan kepada terapis gigi dan mulut dalam peningkatan

pengetahuan dalam pengendalian risiko penyakit akibat kerja

terhadap beban kerja terapis gigi dan mulut di klinik pratama

poltekkes kemenkes semarang.


b. Mengurangi tingkat keluhan nyeri kepada terapi gigi dan mulut

dalam melakukan pekerjaannya.

1.3 Ruang Lingkup

Klinik Pratama Poltekkes Kemenkes Semarang adalah merupakan

tempat layanan kesehatan yang ada di lingkup Poltekkes Kemenkes Semarang

yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan terapis gigi dan mulut untuk

meminimalisir penyakit akibat kerja tehadap beban kerja

2. Manfaat Praktis

Melaksanakan model pengendalian risiko penyakit akibat kerja

terhadap beban kerja terapis gigi dan mulut di klinik pratama

poltekkes kemenkes semarang

3. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kepada

terapis gigi dan mulut.


1.5 Sasaran

Model Posisi Kerja ini di tujukan kepada para Terapis Gigi dan Mulut

yang bekerja, klinik pratama poltekkes kemenkes semarang.


BAB II
MATERI DASAR I

A. Kajian Program Keselamat dan Kesehatan Pekerja

Undang-undang Kecelakaan nomor 3 tahun 1992 menyatakan bahwa

tenaga kerja berperan aktif juga bertanggung jawab atas dilaksanakannya

program peningkatan dan pemeliharaan kesejahteraan agar terwujudnya

perlindungan tenaga kerja dan keluarganya. Dalam hal ini dapat diketahui

bahwa karyawan juga ikut bertanggung jawab dan berperan aktif agar

tercapainya kesejahteraan bersama.

Tahun 1992 undang-undang no 23 tentang Kesehatan yaitu dalam

Jaminan Sosial Tenaga Kerja hanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja yang akan mendapatkan jaminan pengobatan, upah sementara, dan ganti

rugi Hal ini dapat menyebabkan kerugian terhadap suatu klinik atau

perusahaan bahkan 1-3 kali lipat kerugian. Ditambah lagi jika terjadi

kerusakan pada pada peralatan kerja.

Syarat utama keselamatan kerja yang menjadi program pemerintah pada

pasal 3 ayat 1 Undang-undang no 1 tahun 1970 yaitu :

a. Mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan

b. Mencegah dan memadamkan risiko kebakaran


c. Memberikan jalan kepada pekerja untuk menyelamatkan diri pada

kejadi-kejadian yang berbahaya

d. Mencegah menyebarluasnya faktor-faktor yang menjadi penyebab

kesecalakaan kerja

e. Mencegah terjadi penyakit akibat kerja ataupu penularaan

dilingkungan kerja

f. Mendapatkan penerangan yang baik

g. Mendapatkan udara yang cukup

h. Mendapatkah suhu dan kelembapan udara yang baik

i. Menyelenggarakan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan

j. Mendapatkan kesesuaian tenaga kerja terhadap alat kerja, lingkungan

kerja serta cara kerja

k. Mengadakan pengaman untuk pekerja aga terhindar dari bahaya

kecelakaan kerja.

Pada pasal pasal 3 ayat 1 Undang-undang no 1 tahun 1970 kemudian di

sederhanakan atau di perbaharui oleh pemerintah menjadi Undang-undang no

13 tahun 2003 pada pasal 86 ayat 1 yang isinya setiap pekerja berhak

memperoleh :

1. Kesehatan dan keselamatan kerja

2. Moral

3. Perlakuan yang sesuai harkat, martabat dan nila-nilai agama.


BAB II
MATERI DASAR II

1. Kajian Keterkaitan Program Dengan Masalah Kesehatan Gigi Dan Mulut


Seorang Terapis gigi dan mulut memiliki banyak tugas dalam melakukan

pekerjaannya yang terdiri dari Promotif, Preventif dan Kuratif ditambah lagi

dengan tugas adminitrasi yang diberkan misalnya pelaporan atau pengisian

rekam medis juga bekerja dibagian adminitrasi hal tersebut dapat

memungkinkannya terjadinya Penyakit Akibar Kerja yang di sebabkan terlalu

banyak nya Beban Kerja pada seorang Terapis Gigi dan Mulut ditambah lagi

dalam melakukan pekerjaanya Terapis Gigi dan Mulut tidak menerapkan system

kerja yang ergonomi.

Langkah pencegahan, yang dapat dilakukan untuk meminimalisir hal

tersebut yaitu di berikannya model pengendalian resiko penyakit akibat kerja

terhadap beban kerja dengan menggunakan prinsip-prinsip ergonomi terhadap

terapis gigi dan mulut sebagai pedoman oleh terapis gigi dan mulut dalam

menghindari penyakit akibat kerja yang dapat saja di dapatkan diklinik pada saat

melakukan pekerjaanya.

Sehingga pekerja memiliki kelebihan misalnya dapat meningkatkan kualitas

pekerja dalam bekerja, mengurangi kelelahan dalam bekerja.


2. Ergonomi

a. Pengertian

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua suku kata

yaitu ergos artinya “Kerja” dan nomos yang artinya peraturan atau hukum,

jadi dapat disimpulkan ergonomic adalah peraturan tentang bagaimana

melakukan kerja, yang terdiri dari sikap kerja. Sehingga kesehatan kerja yang

menjadi salah satu prioritas manusia sebagai tenaga kerja. Tujuan di

terapkannya ergonomi adalah meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental,

meningkatkan kesejahteraan social, dapat meningkatkan keseimbangan

rasional antara aspek-aspek tehnik,ekonomi, antropologi serta budaya agar

teciptanya kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

International Labour Organization (ILO) menyatakan sebagai ilmu

terapan Biologi dan Manusia mempunyai hubungan yang erat dengan tehnik

pekerja serta lingkungan kerja, agar mendapatkan kepuasaan kerja yang

maksimal juga dapat meningkatkan produktivitasnya.

Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan

keselamatan kerja, kesehatan kerja juga dapat berperan sebagai desain

pekerjaan contohnya dapat menjadi tolak ukur penentuan jumlah jam istrahat,

pemilihan waktu untuk pergantian waktu kerja (shift kerja). Salah satu factor

yang mempengaruhinya adalah postur dan sikap tubuh pada saat nmelakukan

aktifitas kerja. Bila postur kerja yang dilakukan tidak ergonomis para pekerja

akan mudah kelelahan sehingga dapat menurukan konsentrasi dan ketelitian


dalam bekerja, pekerjaan akan menjadi lambat yang juga berakibat

menurunkan kualitas dan kuantitas kerja. Desain Ergonomi adalah hal yang

tepat diperlukan unguk menghindarkan diri cidera regaangan berulang yang

dapat berkembang dari waktu ke waktu dan dapat berakibat kecacatan jangka

panjang.

b. Tujuan Ergonomi

Tujuan dari adanya ergonomic yaitu untuk merancang suatu sistem yang

terdiri dari, lokasi kerja, metode kerja, peralatan, dan lingkungan kerja seperti

pencahayaan sesuai dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat pekerja agar

tercapai kenyamanan dan keamanan efisiensi kerja.

Ergonomic memliki dua tujaun utama yaitu : meningktakan efektifitas

dan efisensi dengan nama pekerjaan dan aktivitas lain dilakukan misalnya

meningkatkan kegunaan kemudahan penggunaan peralatan, mengurangi

kesalahan dan meningkatkan produktivitas, memperbaiki keselamatan

pekerja, mengurangi kelelahan dan stress, meningkatkan kepuasan kerja dan

dapat memperbaiki kualitas hidup.

Ergonomi merupakan disiplin ilmu yang bersifat multidisiplin dan

terintrgraso oleh elmen fisiologi, psokologi, anatoimi, dan ilmu lain yang

berkaitan dengan pekerjaan. Sehingga, di dalam perkembangannya memilki

tujuan :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental sebagai upaya mencegah

adanya cedera adanya penyakit akibat kerja


b. Meningkatkan kesejahteraan social untuk memperbaiki untuk

memperbaiki kualitas social

c. Meningkatkan efisiensi sistem melalui konstribusi rasional dalam aspek

ekonomi social dan budaya

Federation of Europen Ergonomics Society membagi ergonomi dalam tiga

kategori :

1. Ergonomi Fisik : terdiri dari anatomi manusia, antropometri,

fisiologis dan biomekanik

2. Ergonomi Kognitif : terdiri dari proses pikir manusia yaitu persepsi,

memori, dan respon motorik

3. Ergonomi Organisasi : terfokus pada optimasi sistem sosioteknikal,

seperti sistem struktur organisasi, kebijakan

dan proses.

Beberapa aspek dalam penerapan ergonomi :

a. Faktor manusia

Manusia merupakan pelaku atau pengguna yang menjadi titik sentral. Pada

bidang rancang bangun yang dikenal dengan istilah Human Centered

Desigent (HCD). Perancangan HCD berdasarkan pada karakter manusia

yang sebagai tiik sentral yang dapat menjadi patokan dalam penataan suatu

produk yang argonomis.

Factor pembatas agar dapat bekerja dengan aman dan nyaman yaitu: faktor

dari dalam yatiu berasal dari manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan
otot, bentuk dan ukuran tubuh. Kemudian faktor dari luar yang dapat

mempengaruhi kerja berasal dari manusia itu sendiri seperti, penyakit, gizi,

lingkungan, social ekonomi dan adat istiadat.

b. Faktor antropometri

Yaitu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia terutama dimensi

ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri adalah ukuran tubuh yang

digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang

sesuai dengan ukuran tubuh penggunanya sehingga antropometri mutlak

diperlukan untuk menjamin sistem kerja yang baik. Jika alat tersebut tidak

sesuai maka tenaga kerja akna merasa tidak nyaman dan lebih lama dalam

bekerja shingga menimbulkan kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang

dapat berakibat pekerja bekerja dengan cara yang todak alamiah.

c. Faktor sikap tubuh dalam bekerja

Tenaga kerja mempunyai hubungan berinteraksi dengan sarana kerja yang

pata menentukan efisisensi, efektifitas dan produktivitas kerja yang

berpedoman dalam SOP (Standard Operating Prosedures. Sikap tubuh yang

tidak alamiah dalam bekerja misalnya, tidak terjangkaunya tangan dalam

mengambil barang yang melebihi jangkauannya. Penggunaan meja dan kursi

harus sesuai dengan ukuran tubuh pekerja.

d. Faktor manusia dan mesin

Penggunaan teknologi dalam pelaksanaan produksi dapat menimbulkan

hubungan manusia sebagai pekerja dan mesin sebagai sarana kerjanya.


Secara argonomis hubungan manusia dam mesin harus menjadi hubungan

yang selaras dans sesuai

e. Faktor pengorganisasian kerja

Pengoganisasian kerja yang menyangkut waktu kerja, waktu isterahat kerja

lembur dan lainnya dapat menejadi penentu tingkat kesehatan dan efisiensi

pekerja. Pengaturan waktu kerja dan waktu isterahat yang baik tidak boleh

lebih dari 8 jam per hari apabila hal tersebut tidak bisa dihindari perlu

dibentuk shift kerja.

f. Faktor pengendalian lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan faktor pendorong untuk tercapainya efisiensi

kerja. Lingkungan kerja yang buruk akan menurukan produktivitas kerja

bahkan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja,

pencemaran lingkungan. Sehingga dalam melaksankan tugasnya pekerja dapat

merasa tidak nyaman dan tidak sehat.

Beberapa faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan dan

keselamatan misalnya, faktor fisik yaitu kebisingan dan getaran, faktor kimia

seperti bahan kimia, faktor fisiologis seperti cara kerja, penentuan jam kerja,

jam isterahat dan jam lembut, kemudian faktor psikologis seperti suasana

tempat kerja dan hubungan antar pekerja, faktor biologi seperti infeksi bakteri

dan jamur.
BAB II
MATERI DASAR III

A. Penyakit Akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang terjadi dikarenakan lingkungan

kerja.maupun APD yang dikenakan pekerja. Penyakit kerja itu sendiri sudah

diatur dalam peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor Per

01/MEN/1981dan no 22/1993 yang di dalamnya mengatur ada 31 jenis

Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang mempunyai penyebab spesifik yang

sebab utamanya terdiiri dari beberapa faktor. Jika dilihat dari angka

kecelakaan kerja diindonesia yang terus menrus terajdi peningkatan hal

tersebut di karena :

a. Faktor fisik

1. Kebisingan

2. Radiasi

3. Suhu udara tinggi

4. Pencahayaan yang kuat

5. Tekanan udara tinggi

b.Faktor Kimia

1. Debu

2. Uap

3. Gas

4. Larutas
5. Insketisida

c.F aktor Infeksi

1) HIV/AIDS

2) Hepatitis

d. Faktor Fisisologis

Faktor ini disebabkan karena kesalahan posisi badan yang

kurang baik cara dalam melakukan suatu pekerjaan yang

mengakibatkan kelelahan fisik yang lama kelamaan dapat

menyebabkan perubahan fisik pekerja

Secara teknis penegakan diagnosis terdiri dari beberapa aspek yang di

lakukan yaitu :

1. Menentukan diagnosis melalui pemeriksaan fisik, anamnesis, dan

pemeriksaan penunjang lainnya

2. Menetukan faktor risiko melalui melalui riwayat penyakit secara

cermat dan teliti

3. Membandingka geja sakit saat bekerja dan tidak bekerja

4. Pemeriksaan laboratorium

5. Pengujian lingkunga kerja

6. Konsultasi kepada ahli medis lainnya


Penyakit akibat kerja yang harus di waspadai oleh pekerja :

a. Asma yaitu sangat berisiko oleh pekerja yang terpapar asap, gas,

debu

b. Dermatitis Kontak yaitu dapat terjadi pada pekerja yang

terpapar bahan kimia, atau bahan pengawet

c. Penyakit Paru yaitu dapat terjadi pada pekerja yang bekerja

dilingkungan tambang.

d. Musculokeletal Disorder yaitu bagian pada otot yang

disebabkan karena penerimaan beban statis dalam waktu yang

terus menerus atau sering

e. Low Back Pain atau nyeri pada daerah punggung bawah yaitu

nyeri pada daerah punggung bawah yang meliputi vertebra

lumbar, diskus invertebralis, diantara tulang belekang dengan

duskus dan saraf otot punggung bawah.

f. Hernia Nucleus Pulposus yaitu nyeri karena proses patologik

kolumna vertebralis pada diskus infertebralis

g. Sindrom Carpal Tunner yaitu di sebabkan karena tekanan atau

getaran mekanis pada nervus medianus.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit akibat

kerja :

1. Peningkatan Kesehatan Pekerja

2. Adanya jaminan kesehatan pekerja


3. Deteksi Dini

4. Menetapkan Standar Operasional Pekerja


BAB II
MATERI IV

A. Beban Kerja

Beban kerja adalah kegiatan yang di berikan dalam suatu dalam suatu unit

atau pun instansi secara sistematis dengan tehnik majemen dalam jangka

waktu tertentu. Beban kerja sangat erat kaitannya dengan kinerja pekerja yang

juga berkaitan pula dengan kualitas kerja. Semakin banyak beban kerja yang

di berikan maka semakin besar pula beban kerja seorang pekerja. Beban kerja

yang berlebih dapat mempengaruhi Indikator beban kerja yaitu :

1. Jam kerja yang efektif

2. Latar belakang pendidikan

3. Jenis tugas kerja yang diberikan

Dari sudut pandang ergonomi beban kerja yang diterima seseorang harus
harus sesuai dengan keterbatasan fisik maupun kognitifnya. Beban kerja
seseorang harus di sesuaikan dengan keterampilan, kesegaran jasmani, usia,
dan ukuran tubuh seorang pekerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja :

1. Beban kerja karena faktor eksternal :

a. Tugas

b. Organisasi Kerja

c. Lingkungan Kerja
2. Beban Kerja karena Faktor Internal :

a. Somati : Jenis Kelamin, umur, kondisi kesehatan

b. Psikis : Motifasi, Apresepsi, Kepercayaan dan Keinginan


BAB II
MATERI DASAR V

A. Terapis Gigi dan Mulut

Tugas pokok seorang terapis gigi dan mulut yaitu memberikan

kemampuan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang layanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini memelihara dan berperilaku hidup

sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya penyakit

gigi dan mulut selain itu mampu menguasai kelainan pada gigi dan mulut.

Menurut Undang-undang 23 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa

dalam mesujudkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal dalam

masyarakat melalui pendeketan promotif yaitu peningkatan kesehatan,

preventif pencegahan penyakit gigi dan mulut, kuratif dan pemulihan

kesehatan yang terbatas yang diselenggarakan secara teratur san

bekesinambungan.

Terapis gigi dan mulut dalam melakukan tugasnya di puskesmas maupun

rumah sakit selain sebagai dental assisten juga memiliki beberapa tugas

tambahan yaitu mengisi rekam medis, membersihkan ruangan, melakukan

sterilisasi, melakukan adminitrasi. Hal tersebut sangat rentan akan

mengakibatkan kelelahan sehingga rentan terjadinya penyakit akibat kerja.


B. Risiko Penyakit Akibat Kerja Terapis Gigi dan Mulut

a. Musculoskeletal Disorder

Musculoskeletal Disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal


karena otot menerima beban statis secara berulang-ulang atau terus
menerus dalam jangka waktu yang lama.

b. Low Back Pain

Low back pain adalah Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah

punggung bawah yang berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus

intervertebralis,ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus, medula

spinalis, dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada pelvis dan

abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar.

c. Hernia Nucleus Pulposus (HNP)

Hernia Nucelus Pulposus (HNP) adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh

proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis

(diskogenik).

d. Sindrom Carpal Tunner

Sindrom Carpal Tunner merupakan neuropati perifer karena tekanan atau

getaran mekanis pada nervus medianus di dalam terowongan karpal pada

pergelangan tangan,tepatnya dibawah fleksor retinakulum.


Standar Operasional Prosedur Pengendalian Risiko Penyakit Akibat
Kerja Terhadap Terapis Gigi dan Mulut di Klinik Pratama
Poltekkes Kemenkes Semarang :

a. Tujuan : SOP ini dibuat untuk sebagai pengendalian risiko

penyakit akibat kerja terhadap terapis gigi dan mulut

di Klinik Pratama Poltekkes Kemenkes Semarang

b. Manfaat : SOP ini diharapkan dapat berfungsi sebagai petunjuk

pengendalian risiko penyakit akibat kerja terhadap

terapis gigi dan mulut di Klinik Pratama Poltekkes

Kemenkes Semarang dan mengurangi keluhan nyeri

pada bagian tubuh terapis gigi dan mulut.

c. Ruang Lingkup : SOP ini sebagai petunjuk praktis terapis gigi dan

mulut untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja

d. Tata Laksana :

1. Penyakit akibat kerja oleh terapis gigi dan mulut

yaitu :

a. Musculoskeletal Disorder gangguan pada bagian

otot skeletal karena otot menerima beban statis

secara berulang-ulang atau terus menerus dalam

jangka waktu yang lama.


b. Low Back Pain adalah nyeri pada daerah

punggung bawah yang berkaitan dengan

masalah vertebra lumbar, diskus

intervertebralis,ligamentum di antara tulang

belakang dengan diskus, medula spinalis, dan

saraf otot punggung bawah, organ internal pada

pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi

area lumbar.

c. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu

nyeri yang disebabkan oleh proses patologik

dikolumna vertebralis pada diskus

intervertebralis (diskogenik).

d. Sindrom Carpal Tunner merupakan neuropati

perifer karena tekanan atau getaran mekanis

pada nervus medianus di dalam terowongan

karpal pada pergelangan tangan,tepatnya

dibawah fleksor retinakulum.

2. Penyebab penyakit akibat kerja :

a. Umur

b. Jenis Kelamin

c. Kebiasaan merokok

d. Kesegaran jasmani
e. Indeks Masa Tubuh

3. Cara yang perlu di lakukan untuk mengindari

penyakit akibat kerja :

a. Melakukan istrahat sekurang-kurangnya 30

menit setelah 4 jam bekerja.

b. Tidak melakukan gerakan yang statis

c. Melakukan peregangan otot di sela-sela

waktu kerja

d. Mengkonsumsi makanan bergizi

e. Olahraga minimal 2 kali dalam seminggu


KENALI
RISIKO PENYAKIT AKIBAT
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang
terjadi dikarenakan lingkungan kerja

Hernia Nucleus Pulpous Musculoskeletal Disorder

Sindrom Carpal Tuner

Lakukan :

Istrahat disela Tidak melakukan


waktu kerja Olahraga
gerakan statis

PASCASARJANA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

FEBBY RAHMADHANI
NIM P1337425319003
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada modul ini yaitu :

1. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang terjadi dikarenakan lingkungan

kerja dan beban kerja adalah kegiatan yang di berikan dalam suatu dalam suatu

unit atau pun instansi secara sistematis dengan tehnik majemen dalam jangka

waktu tertentu.

2. Penyakit akibat kerja oleh terapis gigi dan mulut adalah : Musculoskeletal

Disorder, Low Back Pain, Hernia Nucleus Pulposus (HNP), Sindrom Carpal

Tunner.

3. Hal yang perlu dilakukan untuk menghindari penyakit akibat kerja : Melakukan

istrahat sekurang-kurangnya 30 menit setelah 4 jam bekerja, Tidak melakukan

gerakan yang statis, mengkonsumsi makanan bergizi dan olahraga minimal 2

kali dalam seminggu.

4. Keberhasilan model Pengendalian Risiko Kerja ini terwujud apabila

dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas program maupun lintas sektoral,

terarah dan berkesinambungan.Harapan kami agar buku panduan ini dapat

dijadikan pedoman program promotif dan preventif dalam mencegah penyakit

akibat kerja kepada terapis gigi dan mulut sehingga memunculkan kesadaran

pada terapis gigi dan mulut akan pentingnya pemeliharaan keselamatan dan

kesehatan kerja
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, dkk. 2017. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja Pada Pekerja Las.
Jurnal MKMI Vol 13 No 1

Nur Vita RR, dkk. 2016. Profil Potensi Penyakit Akibat Kerja Tahap Pembatikan.
Journal of Public Health. Vol 5 No 4

Rizcarachmakurnia Nafizta, dkk. 2017. ANALISIS BEBAN KERJA DAN


KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT DI PUSKESMAS PONCOL KOTA
SEMARANG. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 5. No

Sudarmo, dkk. 2016. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Terhadap Kepatuhan


Keegunaan Alat Pelindung Diri (Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja.
Jurnal Berkala Kesehatan. Vol 1. No 2

Salaswati Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pnecegahannya. Jurnal


Kedokteran Syiah Kuala, Vol 15. No 2

Anita Julia, dkk. 2013. PENEMPATAN DAN BEBAN KERJA TERHADAP


MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA PRESTASI KERJA
PEGAWAI DINAS TENAGA KERJA DAN MOBILITAS PENDUDUK
ACEH. Jurnal Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Volume 2, No. 1.

Sumaryani Dewi Soemarko. 2012. PENYAKIT AKIBAT KERJA “Identifikasi dan


rehabilitasi kerja”. Program Magister Kedokteran Kerja FKUI, PPDS
Kedokteran Okupasi FKUI, Departemen IKK FKUI - K3 Expo Seminar
SMESCO

Mar`atus Siti, dkk. 2017. Analisis Beban Kerja Mental dan Tingkat Burnout pada
Perawat Menggunakan Metode NASA - Task Load Index dan Maslach
Burnout Inventory - Human Service Survey (Studi Kasus: Bangsal Bedah
Kanthil 1 RSUD Kabupaten Karanganyar). SEMINAR NASIONAL TEKNIK
INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Anda mungkin juga menyukai