Anda di halaman 1dari 4

DTUGAS MATA KULIAH

Nama : Daffa Aulialfajr 1222010040


Kelas :MPI IA
Mata Kuliah : Ulumul Quran

Kerjakan Tugas Berikut!


1. Download satu jurnal tentang tafsir Quran
2. Kemukakan 40 poin penting dari jurnal tersebuat yang
harus diketahui tentang tafsir Quran

Jawaban:
Tafsir Al Quran
penulis Adam Rizkala
1. Pengertian Tafsir Al Quran : secara etimologis tafsir berasal dari kata “ – ‫َفس ََّر – ُي َف ِّس ُر‬
‫ ” َت ْفسِ يْرً ا‬yang artinya adalah menjelaskan, menerangkan, atau menyingkap.
2. Ibnu Abbas menafsirkan kata “ ‫سيرًا‬ ِ ‫ ”َتْف‬adalah “‫صْيًلا‬
ِ ْ‫ ”َتف‬yang berarti penjelasan atau
perincian.
3. Menurut Al Zakarsyi
Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, menjelaskan maknanya, menarik kesimpulan
hukum dan hikmahnya.
4. menurut Az-Zurqooni
Tafsir adalah ilmu yang membahas tentang Al Quran Al karim dari segi makna yang
terkandung di dalamnya sesuai apa yang dimaksud oleh Allah ta’ala sebatas
kemampuan manusia.
5. Dari kedua pengertian tersebut dapat mengetahui bahwa tafsir adalah ilmu yang
membahas tentang keterangan serta penjelasan terhadap makna dan maksud ayat-ayat Al
Quran sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Allah sebatas kemampuan manusia.
6. Ilmu tafsir memiliki sejarah perkembangan perkembangan ilmu tafsir Al Quran sangat
panjang karena dari mulai masa Nabi dan para sahabat hingga masa tadwin
7. Uslub atau stalistika yang digunakan dalam Al Quran sangatlah indah dan beragam,
diantaranya ada haqiqah, majaz, sarih, kinayah, ijaz, dan ithnab, yang mana uslub
tersebut juga digunakan oleh orang-orang Arab di saat itu dalam pembicaraan dan
syair-syair mereka.
8. Dengan diturunkannya Al Quran dengan uslub inilah para sahabat menafsirkan Al
Quran sesuai kemampuan mereka dalam memahami bahasa Arab
9. Pemahaman Nabi dan Para Sahabat Terhadap Al Quran Sudah menjadi hal yang
lumrah apabila pemahaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap Al Quran itu
sangatlah rinci dan menyeluruh. Demikian pula pemahaman para sahabat yang
menyeluruh terhadap Al Quran dari sisi dzahir dan ahkamnya.
10. Adapun pemahaman yang lebih rinci dimana ayat yang ingin mereka ketahui
penafsirannya terdapat musykil atau mutasyabih atau semisalnya maka mau tidak
mau mereka harus merujuk atau bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
mengenai penafsiran ayat tersebut.
11. Sumber Para Sahabat dalam Menafsirkan Al Quran
Sumber utama para sahabat dalam menafsirkan Al Quran adalah mencarinya dalam
Al Quran itu sendiri, karena antara satu ayat dengan ayat yang lainnya saling
menafsirkan.
12. Setelah itu, mereka merujuk kepada Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang mana beliau sendiri adalah seorang mubayyin terhadap ayat-ayat Al Quran itu
sendiri
13. Apabila mereka tidak menemukan penafsiran dari keduanya atau tidak sempat
menanyakannya kepada Nabi maka mereka menggunakan ra’yu (pemikiran) atau
berijtihad dengan bantuan pengetahuan mereka terhadap bahasa Arab,
14. sya’ir-sya’ir Arab jahiliyyah, pengenalan terhadap tradisi Arab, pengetahuan
terhadap keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani di Jazirah Arab tatkala turunnya
Al Quran, latar belakang turunnya Al Quran, dan kemampuan penalaran mereka.
15. Yang terakhir, baru mereka menanyakan kepada ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan
Nasrani,
16. Bentuk Tafsir Ilmu tafsir saat itu belum menjadi disiplin ilmu tersendiri karena saat
itu ilmu ini belum disusun secara sistematis dan hanya berupa riwayat-riwayat yang
masih berserakan.
17. Saat itu ilmu tafsir belum disusun dalam sebuah kitab, karena memang para sahabat
adalah kaum ummiyyiin. Disamping itu, penafsiran Al Quran saat itu belum
menyeluruh karena hanya ayat-ayat yang sukar dipahami saja yang mereka tafsirkan
dan mereka tanyakan kepada Nabi.
18. Tafsir di Masa Tabi’in dengan cara mencari Sumber dalam Menafsirkan Al Quran.
Dalam menafsirkan Al Quran para ahli tafsir di masa tabi’in berpegang dengan Al
Quran itu sendiri, hadits-hadits Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat, dan juga
penafsiran sahabat.
19. Mereka juga mengambil dari ahli kitab yang termaktub dalam kitab-kitab mereka
dan juga menafsirkan dengan metode ijtihad dan pendalaman terhadap Al Quran.
20. masih banyaknya ayat-ayat yang belum ditafsirkan di zaman Nabi dan para sahabat
maka hadits-hadits dan ucapan para sahabat terkait tafsir Al Quran tidak mencakup
seluruh ayat dalam Al Quran. Sehingga mereka berusaha menafsirkan ayat-ayat yang
rancu di zaman mereka dengan kemampuan pengetahuan mereka terhadap bahasa
Arab dan hadits-hadits Nabi.
21. Setelah berkembangnya Islam ke berbagai negeri maka mulailah berdiri madrasah-
madrasah tafsir Al Quran.
22. Madrasah-madrasah tersebut diantaranya :
Madrasah tafsir di Mekah : didirikan oleh Ibnu Abbas
Madrasah tafsir di Madinah : didirikan oleh Ubayy bin Ka’ab
Madrasah tafsir di Iraq : didirikan oleh Ibnu Mas’ud
23. Masa tadwin (pembukuan) ini terjadi pada akhir masa Bani Umayyah dan permulaan
Bani Abbasiyyah.
24. Periode Awal Tafsir sebelum itu diajarkan antara satu sama lain dengan metode
periwayatan, dimana sahabat meriwayatkan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam, sebagaimana mereka saling meriwayatkan. Dan tabiin meriwayatkan dari
sahabat, sebagaimana mereka saling meriwayatkan. Dan pada masa inilah langkah
awal (munculnya disiplin ilmu) tafsir.
25. Periode Kedua Setelah berakhirnya masa sahabat dan tabi’in maka datanglah masa
tadwin (pembukuan) terhadap hadits-hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang dikelompokkan menjadi bab tersendiri
26. Pembukuan tafsir ini belum disusun secara sistematis seperti antara satu surat
menafsirkan surat lainnya, ayat menafsirkan ayat, disusun dari awal hingga akhir dsb.
Bahkan saat itu dijumpai banyak para ulama’ mengembara ke berbagai negeri untuk
mengumpulkan hadits-hadits Nabi.
27. Periode Ketiga Setelah melewati periode yang kedua maka ilmu tafsir ini mulai
menjadi disiplin ilmu tersendiri. Ilmu tafsir ini disusun setiap ayat dalam Al Quran
dan diurutkan sesuai dengan urutan mushaf.
28. Diantara para penyusun tersebut adalah : Ibnu Majah (w. 273 H) Ibnu jarir Ath-
Thabari (w. 310 H) Abu Bakar bin Al-Mudzir An-Naisaaburi (w. 318 H) Ibnu Abi Hatim
(w. 327 H) Abu Syaikh ibnu Hibban (w. 369 H) Al-Hakim (w. 405 H) dan lainnya.
29. Tafsir yang disusun itu dikenal dengan istilah tafsir bil ma’tsur atau tafsir bil manqul,
yakni metode menafsirkan Al Quran dengan Al Quran dan riwayat hadits dan juga
atsar para sahabat.
30. Setelah berkembangnya ilmu pengetahuan di masa Abbasiyyah, para mufassir
berupaya mengembangkan tafsir dengan peran ra’yu atau ijtihad. Tafsir dengan
bentuk ini dikenal dengan istilah tafsir bir-ra’yi atau tafsir bil ma’qul,
31. Penafsiran membutuhkan bantuan berbagai macam cabang ilmu seperti ilmu bahasa
Arab, ilmu qira’ah, ilmu Al Quran, ilmu hadits, ushul fiqih, ilmu sejarah, dan
selainnya.
ِ ‫ك لِّ َي َّد َّبرُوا آ َيا ِت ِه َولِ َي َت َذ َّك َر ُأولُو اَأْل ْل َبا‬
32. ‫ب‬ ٌ ‫ار‬
َ ‫ك ُم َب‬ َ ‫ِك َتابٌ َأ‬
َ ‫نز ْل َناهُ ِإلَ ْي‬
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya
mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran
33. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa hikmah diturunkannya Al Quran adalah
agar kita mentadabburi atau memperhatikan serta mengambil pelajaran dari ayat-
ayat tersebut
34. Belajar Tafsir Adalah Sunnah Para Salaf
35. Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata :“Dahulu ketika orang-orang dikalangan kami belajar 10
ayat tidak akan melewati pelajaran tersebut hingga ia mengetahui maknanya dan
mengamalkannya.”
36. Beredarnya Kesalahan Tafsir di Masyarakat Banyaknya beredar kesalahan penafsiran
di kalangan masyarakat adalah musibah yang besar. Ini dapat mengakibatkan
penyalahgunaan ayat untuk sebuah kepentingan. Maka sangat di butuhkan ilmu
tafsir ini
37. Dalam menafsirkan Al Quran hendaknya kita benar-benar mengetahui ilmunya
terlebih dahulu dan bertawaqquf tatkala tidak mengetahui tafsirnya.
Dalam hal ini, kita bisa meneladani Ibnu Abbas tatkala menafsirkan firman Allah yang
berbunyi “‫ض‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫” َفاطِ ِر ال َّس َم َاوا‬.
38. Dahulu aku tidak mengerti tafsir dari kalimat “ ‫ض‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ ” َفاطِ ِر ال َّس َم َاوا‬hingga aku pun
menjumpai dua orang badui yang saling memperdebatkan masalah sumur. Lalu,
salah seorang diantara mereka berekata : “Akulah yang membuat sumur ini pertama
kali" Itu salah satu pentingnya Al Quran yang di praktekan sahabat
‫ْأ‬
ِ ‫آن ِب َغي ِْر عِ ْل ٍم َف ْل َي َت َب َّو َم ْق َع َدهُ م َِن ال َّن‬
39. ‫ار‬ ِ ْ‫َمنْ َقا َل فِي القُر‬
Barang siapa yang berkata tentang Al Quran dengan tanpa ilmu maka hendaknya ia
menempatkan tempat duduknya di neraka
Salah atu ya yang mengharuskan kita mengerti Al Quran
40. Sebagian kaum muslimin khususnya di negara kita memahami bahwa fitnah yang
dimaksud ayat tersebut ditafsirkan sebagai “perkataan bohong tanpa berdasarkan
kebenaran yg disebarkan dengan maksud menjelekkan orang”. Padahal fitnah yang
dimaksud dalam ayat tersebut bermakna “perbuatan syirik kepada Allah”.
Salah satu yang terjadi di negeri kita dikarenakan pendeknya ilmu tentang tafsir

Anda mungkin juga menyukai