Anda di halaman 1dari 60

SEMINAR KASUS

Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Intra Uterine Fethal Death (IUFD) di RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi

OLEH :

KELOMPOK 1

1. MUHAMMAD NOVALDI (2230282166)


2. NURUL HENDRIANI (2230282170)
3. SRI AYU NOVIA (2230282180)
4. VETRI LUSIANA (2230282182)
5. ZULFIRAH NURHALIMAH (2230282184)
`

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death

(IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah

kehamilan dua puluh minggu. (Rosfanty. 2009). Bayi yang ada dalam kandungan selalu

bergerak dan sebagian kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktifitas yang

dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena

dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktifitas yang membahayakan

janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang terlilit lehernya. Ibu hamil

hendaknya berhati-hati saat beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur

(Syaifudin, 2006)

Tahun 2009 World Health Organitation (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210

juta kehamilan di seluruh dunia .Terdapat 3 penyebab utama yang mempengaruhi angka

kematian ibu (AKI), dan yang yang paling dekat dengan kesakitan dan kematian

berhubungan dengan kehamilan, persalinan atau komplikasinya. Kematian dan kesakitan

pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah,

khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar(25-50 %) kematian perempuan usia subur

disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan penyakit kronis lainnya (WHO,

2009).Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka

kematian ibu adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi

adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Karena bayi dalam kandungan ibu IUFD merupakan

2
salah satu penyebab kematian perinatal. IUFD termasuk dalam masalah ang ka kematian bayi

(AKB) yang merupakan salah satu indikator paling penting untuk menilai tingkat

kesejahteraan suatu Negara. Kematian dalam Rahim (IUFD) bisa juga disebabkan karena

beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi

berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin,

sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat menyebabkan kematian. Begitu pula

dengan anemia, kerena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan Fe

dampak pada janin adalah irrefersible. Kerja organ-organ maupun aliran darah janin tidak

seimbang dengan pertumbuhan janin. Kondisi penyakit penyerta pada ibu hamil sangat

berpengaruh pada keberhasilan pelayanan obstetric yang buruk, kejadian lahir mati

merupakan tolak ukur dalam menilai pelayanan antenatal dan intranatal (Survey SDKI Tahun

2012).

Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan pemeriksaan

kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada

trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui

upaya penyuluhan kesehatan tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti pendarahan jalan

lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari kaki, sakit kepala berat, penglihatan kabur, keluar

cairan banyak dari jalan lahir, dan pergerakan janin berkurang. Konsumsi makanan dengan

nilai gizi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia, abortus, kematian janin dalam

Rahim, partus prematurus

Berdasarkan latar belakang diatas sehingga penulis tertarik untuk melaksanankan

studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Intra Uterine Fethal

Death (IUFD) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi” sebagai bahan seminar kasus.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diuraikan rumusan masalah yang

meliputi:

a.) Bagaimana konsep dasar tentang penyakit Intra Uterine Fethal Death?

b.) Bagaimanakah asuhan keperawatan teoritis pada pasien Intra Uterine Fethal Death?

c.) Bagaimana asuhan keperawatan maternitas pada pasien Intra Uterine Fethal Death

di RSAM Bukittinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

a.) Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis tentang ASKEP pada ibu hamil dengan Intra

Uterine Fethal Death (IUFD)

b.) Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui konsep dasar Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

2. Mampu menengakkan diagnosa ibu hamil dengan Intra Uterine Fethal Death

(IUFD)

3. Mampu merencanakan intervensi pada ibu hamil Intra Uterine Fethal

Death(IUFD)

4. Mamapu melakukan tindakan keperawatan Intra Uterine Fethal Death (IUFD)

5. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada hibu hamil Intra Uterine

Fethal Death (IUFD)

1.4 Manfaat

a.) Bagi responden

Diharapkan materi ini dapat menambah wawasan keluarga pasien, maupun keluarga

terdekat untuk mengetahui tentang penyakit Intra Uterine Fethal Death.

4
b.) Bagi profesi keperawatan

Untuk menambah wawasan bagi tenaga kesehatan yang berkerja dipelayanan

kesehatan tentang penyakit Intra Uterine Fethal Death.

c.) Bagi pelayanan rumah sakit

Materi ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan promosi

kesehatan tentang Intra Uterine Fethal Death.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian IUFD

Menurut Whord Helth Organitation (WHO) dan The American College Of

Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati dalam rahim

dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20

minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan merupakan hasil akhir dari gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut

(Agustina.2011) yang dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia

kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.

Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki

delapan bulan.

Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin

dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death

(IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah

kehamilan dua puluh minggu. (Rosfanty.2009)

1. Sebelum dua puluh minggu kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir

dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap

tinggal dalam rahim disebut missed abortion.

2. Sesudah dua puluh minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak

kehamilan dua puluh minggu dan seterusnya. Apabila wanita hamil tidak meraskan

gerakan janin dapat dicurigai terjadi kematian janin dalam rahim.

6
2.2 Klasifikasi IUFD

Kematian janin dapat di bagi menjadi empat golongan :

1) Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua puluh minggu penuh.

2) Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga dua puluh

delapan minggu.

3) Golongan III : Kematian sesudah kehamilan lebih dari dua puluh delapan minggu

(Late Fetal Death).

4) Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

Beriku Jenis-jenis pertolongan perslainan untuk janin mati :

1) Pertolongan persalinan dengan perforasi kronitomi

Perforasi kronitomi merupakan tindakan beruntung yang dilakukan pada bayi yang

meninggal didalam kandungan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation

dan selanjutnya menarik kepala janin (dengan kronitomi) tindakan ini dapat

dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.

Dengan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat

yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kronitomi sudah jarang dilakukan

(Agustina, 2011). Bahaya tindakan proferasi dan kronitomi adalah perdarahan

infeksi, trauma jalan lahir dan yang paling berat rupture uteri pecah/robeknya jalan

lahir).

2) Pertolongan persalinan dengan dekapitasi

Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir

normal pervaginam. Kegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan

kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilakukan dengan section

seesarea kecuali pada keadaan khusus seperti plasnta previa totalis, kesempitan

7
panggul absolute. Persalinan dilakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan

memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat dilahirkan.

3) Pertolongan persalinan dengan eviserasi

Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan

paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya dilahirkan. Eviserasi

adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja diruang sempit untuk

memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,

infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antenatal yang baik, situasi

kehamilan dengan letak lintang selalu dapat diatasi dengan versi luar. Atau sectsio

sesaria.

4) Pertolongan persalinan dengan kleidotomi

Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume

bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan

pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan perslainan bahu pada anak

yang besar.

2.3 Etiologi IUFD

Penyebab kematian janin dalam rahim menurut Winkjosastro (2009), yaitu :

1) 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

2) Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus) berhubungan dengan

peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang sesuai akan

mengurangai risiko IUFD.

3) Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan

kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan,

tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar monokorionik /

monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.


8
4) Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus kematian janin

untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya dalam kasus

ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik

menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang, amniosentesis

dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk keperluan analisis sitogenet.

5) Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu)

dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi

biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml). Pada kondisi yang jarang, perdarahan

janin-ibu mungkin bersifat masif. Uji Kleuhauer-Betke (elusi asam) memungkinkan

perhitungan estimasi volume darah janin dalam sirkulasi ibu.

6) Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klinis yang

benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan trimester

kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena

yang tidak dapat dijelaskan.

7) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat pada

pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histologi terhadap janin, plasenta/selaput

janin, dan tali pusat akan membantu.

Kecuali itu ada sebagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam

kandungan, diantaranya :

1) Ketidak cocokan rhesus darah ibu dengan janin.

Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara ayah rhesus

positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan menjadi rhesus positif.

“Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus”.

9
2) Ketidakcocokan Golongan Darah antara Ibu dan Janin

Terutama pada golongan darah A, B, O. “Yang kerap terjadi antara golongan darah

anak A atau B dengan ibu bergolngan darah O atau sebaliknya.” Sebab, pada saat

masih dalam kandungan, darah ibu dengan janin akan saling mengalir melalui

plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan

membentuk zat antibodynya. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin

tersebut. Misalnya dapat terjadi hidrop sfetalis suatu reaksi imunologis yang

menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut

akiabat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan

kulit janin, penumpukan cairan pada rongga dada atau ronngga jantung dan lain-lain.

Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan

membengkak.”Bahkan darahnya pun bisa bercampur air.” Biasanya kalau sudah

demikian janin tidak akan tertolong lagi. Hidrops fetalis merupakan manifestasi dari

bermacam penyakit bisa karena kelainan darah, rhesus atau kelainan

genetik.“Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan

dipertahankan.Karena janinnya pasti mati.”Sayangnya, seringkali tidak dilakukan

otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops

fetalis.“Padahal dengan mengetahui penyebabnya bisa untuk tindakan pencegahan

pada kehamilan berikutnya.”

3) Gerakan janin berlebihan

Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu

arah saja. Karena gerakannya berlebihan, maka tali pusat yang menghubungkan

janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah

yang mengalir ke plasenta bayi jadi tersumbat. “kalau janin sampai memberontak,

yang ditandai dengan gerakan “liar” biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak
10
terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus

segera dilakukan tindakan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan janin.

Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya

dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. “sebab,

dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya

sendiri, sehingga janin relative kekurangan”

4) Berbagai Penyakit pada Ibu Hamil

Salah satu contohnya preeklamsia dan diabetes.Itulah mengapa pada ibu hamil perlu

dilakukan Cardiotopogravi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.

5) Trauma saat Hamil

Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta atau plasenta terlepas. Trauma

terjadi, misalnya karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau

pemukulan.“Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga

timbul perdarahan di plasenta ataau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran ke bayi

pun jadi tak ada.

6) Infeksi pada Ibu Hamil

Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri

maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak

tahan akan panas tubuh ibunya”

7) Kelainan Bawaan Bayi

Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa

mengakibatkan kematian di kandungan.

2.4 Patofisiologi IUFD

Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) juga bisa terjadi

karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut
11
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan

janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu

pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan

Fe dampak pada janin adalaah irefersibel.

Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami

perubahan sebagai berikut :

1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas

kembali.

2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi

cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.

3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi

merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.

4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin

sangat lemas dan hubungan antara tulang- tulang sangat longgar edema di bawah

kulit.

2.5 Tanda dan Gejala IUFD

Menurut Winkjosastro (2009) ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diwaspadai

oleh ibu, sebagai berikut :

1) Gerakan janin berkurang

Salah satu tanda IUFD yang sangat jelas adalah ketika ibu merasakan janin tidak

bergerak seaktif biasanya. Ini merupakan tanda awal karena sebelumnya janin atau

bayi masih bergerak aktif. Tanda awal ini tidak sepenuhnya menghilangkan gerakan

janin namun hanya berkurang saja. Dan saat itu terjadi seharusnya ibu pergi ke

rumah sakit untuk mengetahui apa penyebab bayi tidak bergerak dalam kandungan.

2) Janin tidak bergerak


12
Setelah tahap gerakan janin yang berkurang secara drastis maka selanjutnya janin

tidak bergerak sama sekali. Ini menjadi tanda bahwa IUFD sudah terjadi dan tidak

mungkin lagi janin diselamatkan. Kejadian ini bisa terjadi pada ibu yang sama sekali

belum pernah mengalami penyebab IUFD pada kehamilan. Janin tidak bergerak

sama sekali menjadi bagian yang fatal, karena mau atau tidak mau maka bayi harus

dilahirkan, meskipun kondisinya sudah meninggal dunia.

3) Perubahan payudara ibu

Adanya berbagai gejala hamil muda termasuk payudara yang semakin membesar

bisa dirasakan sampai akhir kehamilan dan menjelang persalinan. Namun ketika

perubahan payudara terjadi dengan cepat maka itu bisa jadi tanda IUFD. Pada

awalnya payudara ibu akan mengendur kemudian kembali ke ukuran semula.

Payudara tidak kencang lagi karena tidak ada berbagai tanda kehamilan lagi

termasuk kadar hormon kehamilan yang terus menurun.

4) Tekanan darah turun drastis

Salah satu gejala preeklampsia pada ibu hamil adalah tekanan darah tinggi yang

tidak normal. Pada tahap awal mungkin ibu masih merasakan gejala ini termasuk

sakit kepala. Tapi terkadang tanpa disadari ibu masih merasakan sakit kepala tapi

karena tekanan darah yang menurun dengan cepat. Perubahan tekanan darah inilah

yang kemudian bisa menjadi tanda lanjutan IUFD dan bayi sudah meninggal dalam

kandungan.

5) Tidak ada denyut jantung janin

Dalam pemeriksaan kehamilan maka dokter akan menemukan bahwa detak jantung

janin sudah hilang. Detak jantung janin akan terdeteksi dengan stetoskop ketika

janin sudah berusia 24 minggu. Namun saat dokter tidak menemukan detak jantung

13
maka itu bisa jadi tanda kehamilan sudah menurun. Detak jantung sudah tidak

berbunyi atau sulit ditemukan dan itu tanda bahwa sudah terjadi IUFD.

6) Ukuran rahim mengecil

Seharusnya dengan meningkatkan usia kehamilan dan semakin besarnya janin dalam

kandungan, maka ukuran rahim juga ikut membesar. Tapi saat sudah terjadi IUFD

maka tidak ada lagi pertumbuhan janin dalam kandungan. Maka saat itu juga ukuran

rahim akan menurun dengan cepat. Selama empat minggu jika tidak ada lagi

pertumbuhan ukuran rahim, maka itu bisa jadi tanda IUFD pada janin.

7) Payudara mengeluarkan kolostrum

Saat bayi sudah meninggal dalam kandungan dan payudara mulai mengendur, maka

saat itu juga kolostrum bisa keluar seperti ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi ini

biasanya terjadi ketika bayi sudah meninggal dalam kandungan selama beberapa

hari. Biasanya ibu hanya mengira sebagai tanda biasa, tapi ini adalah gangguan

kehamilan yang sangat fatal karena janin sudah meninggal dalam kandungan.

8) Kantung janin ada gas dan janin tumpang tindih

Dalam pemeriksaan USG maka dokter juga akan menemukan tulang tengkorak janin

tumpang tindih dengan bagian tubuh janin yang lain. Kemudian efeknya bisa

membuat kantung janin berisi banyak gas. Ini adalah tanda yang jelas setelah terjadi

IUFD selama satu minggu atau lebih. Dalam waktu 2 hari sejak kematian janin juga

sudah ditemukan gas dalam kantung janin. Lalu tes kehamilan selama 4 hari

berikutnya sudah negatif.

Itulah beberapa tanda dan gejala dari IUFD yang harus diwapadai. Tidak semua ibu

bisa merasakan gejalanya dengan cepat atau setelah beberapa hari. Jadi mengenali tandanya

sejak awal memang sangat diperlukan. Jika itu terjadi maka segera hubungi pelayanan

kesehatan agar segera dapat diberikan tindakan medis.


14
2.6 Diagnosis IUFD

Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :

1) Kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan ditemukan

gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami (mual, sering

berkemih, kepekaan pada payudara). Pada usia kehamilan selanjutnya, kematian

janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.

2) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada

kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak adanya

pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.

3) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin korionik

manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin dapat membantu

diagnosis dini selama kehamilan.

4) Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal digunakan

untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat menunjukkan adanya

kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak janin (tanda spalding), tulang

punggung janin melengkung secara berlebihan dan adanya gas didalam janin.

Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini

merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD dengan mendokumentasikan

tidak adanya aktifitas jantung janin setelah usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi

lain mencakup edema kulit kepala dan maserasi janin

2.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Ultrasonografi

Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali

tulang-tulang letaknya tidak teratur, khususnya tulang tengkorak sering dijumpai

overlaping cairan ketuban berkurang.


15
b. Rontgen foto abdomen

1) Tanda spalding

Tanda spalding menunjukan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih

(overlaping) karena otak bayi yang sudah mencair. Hal ini terjadi setelah bayi

meninggal beberapa hari dalam kandungan.

2) Tanda Nojosk

Tanda ini menunjukan tulang belakang janin yang saling melenting (Hiperpleksi).

3) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah.

4) Tampak odema di sekitar tulang kepala.

c. Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar fibrinogen.

2.8 Komplikasi IUFD

Sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari

3 minggu maka akan mengalami koagulopati intravaskuler diseminata (Disseminated

Intravascular Coagulopathy atau DIC) akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan

darah secara berlebihan.

2.9 Pengelolaan IUFD

Janin yang mati dalam rahim sebaiknya segera dikeluarkan secara :

1) Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.

2) Persalinan anjuran :

a. Dilatasi serviks dengan batang luminaria.

Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus

oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta.

b. Dilatasi serviks dengan kateter folley.

 Untuk umur kehamilan > 24 minggu.

16
 Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis di luar kantong

amnion.

 Diisi 50 ml aquades steril.

 Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban

sebesar 500 gram.

 Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8

tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.

c. Infus oksitosin

 Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai dengan

Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.

 Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes / menit

dinaikkan 4 tetes tiap 15 sampai his adekuat.

d. Induksi prostaglandin

 Dosis :

Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam. Pg-E 2

diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan

NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml dalam infus.

 Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

2.10 Pencegahan IUFD

Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah

bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli

dengan TT (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh

anastomosis.

17
2.11 Penanganan IUFD

a. Penanganan umum yaitu berikan dukungan emosional pada Ibu

b. Penanganan pada masa kehamilan

1) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan klien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil

2) Bila pilihan pada ekspektatif : tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu,

yakinkan bahwa 90% perslainan spontan akan terjadi komplikasi

3) Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan menggunakan oksitosin

atau misoprostol

c. Kematian Janin

Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari.

Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi kolumna,

vetebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian

janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup, tidak ada denyut

jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

Dukungan mental emosional perlu diberikankepada pasien selalu didampingi oleh

orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir pervaginam.

Pilihlah cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu

dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.

d. Bila pilihan persalinan adalah aktif :

1) Tunggu persalinan spontan hingga dua minggu

2) Yakinkan bahwa (90%) persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi

3) Jika trombosit dalam dua minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan

penanganan aktif
18
4) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks

5) Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin

6) Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin

atau kateter foley, dipasang diservik untuk merangsang pembukaan(induksi

kateter)

7) Bila pilihan persalinan adalah ekspektatif :

 Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi

 Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir

 Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan

serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol

 Tempatkan misoprostol 25 µg di puncak vagina, dapat diulangi sesudah 6 jam

 Jika tidak ada respon sesudah 2 x 25 µg misoprostol, naikan dosis menjadi 50

mg menjadi setiap 6 jam

 Catatan : jangan biarkan lebih dari 50 µg setiap kali dan jangan melebihi 4

dosis

 Jika ada tanda infeksi, berikan antibotik untuk metritis

 Jika tes pembukaan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,

waspadai koagulopati

 Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan

berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut

 Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi

plasenta dan infeksi.

19
2.12 Askep Teoritis IUFD

a. Pengkajian

Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan

dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang

diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :

1) Biodata

Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh janin tidak bergerak sejak dua hari yang lalu

3) Riwayat Penyakit yang lalu

Pasien pernah mengalami abortus pada kehamilan pertama

4) Riwayat penyakit keluarga

Menggali riwayat penyakit keluarga pasien, untuk mengetahui apakah terdapat

faktor resiko yang membantu menegakkan diagnosa IUFD nantinya.

5) Riwayat Sosial Budaya

a) Status Emosional

Pasien IUFD merasa sedih atas kehilangan janinnya.

b) Tradisi

Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya

6) Riwayat Menstruasi

Menggali riwayat menstruasi pasien dengan tujuan menegakkan hipotesa

penyakit. Pengkajian riwayat menstruasi meliputi : menerche, skilus menstruasi,

jumlah darah yang keluar saat menstruasi, sifat darah yang keluar saat menstruasi,

teratur atau tidaknya siklus menstruasi, apakah terdapat dismenorhea, serta

mengidentifikasi fluor albus.


20
7) Riwayat Psikososial

Pasien merasa sangat sedih dengan kematian janinnya

8) Anamnesis

Ibu tidak merasakan gerakan-gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan

janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan

bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Pasien merasakan

perutnya sering menjadi keras dan terasa sakit seperti ingin melahirkan.

9) Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

Tidak terlihat gerakan-gerakan janin yang biasanya dapat terlihat terutama

pada pasien yang kurus.

b) Palpasi

Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya lama kehamilan, tidak teraba

gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi

pada tulang kepala janin.

c) Auskultasi

Baik memakai Stetoschope ataupun dopler tidak terdengar DJJ.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Berduka berhubungan dengan kehilangan.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

3) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis.

21
BAB III

Laporan Kasus Dengan Diagnosa Intra Uterine Fetal Death Pada Ny. A Di RSUD

De.Achmad Moctar Bukittinggi

Tanggal Pengkajian : 01 November 2022

Ruangan /Rs : KB IGD & Ruang Kebidanan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi

DATA UMUM KLIEN

1. Initial klien : Ny. A


2. Usia : 29 tahun
3. Alamat : Agam
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : IRT
6. Pendidikan terakhir : SMA
7. Status perkawinan : Menikah

DATA PENANGGUNG JAWAB

1. Nama : Tn. N
2. Umur : 31 tahun
3. Hubungan dengan Klien : Suami
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Alamat : Agam

Diagnosa dan informasi medik yang penting saat masuk

1. Tanggal masuk : 01 November 2022


2. No.MR : 285356
3. Ruang Rawat : Kebidanan
4. Diagnose Medik : G2P0A1H0 + Usia Kehamilan 37 – 38 minggu + UFD
5. Yang Merujuk : IGD

22
6. Alasan Masuk :
Klien masuk ke IGD pada tanggal 01 november 2022 dengan keluhan gerak janin
tidak terasa sejak 3 hari yang lalu,tidak ada keluar darah bercampur lender, tidak ada
nyeri ari-ari

PENGKAJIAN PRE OP

RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat kesehatan saat ini


a) Keluhan utama masuk
Klien masuk ke IGD pada tanggal 01 November 2022 dengan keluhan gerak janin
tidak terasa sejak 3 hari yang lalu, tidak ada keluar darah bercampur lendir, ada
nyeri dari pinggang sampai ke ari-ari, pasien mengeluh terasa seperti ingin
melahirkan.
b) Keluhan saat ini
Klien mengatakan badan terasa lemas, dan terasa nyeri di bagian pinggang
sampai ke ari-ari, pasien mengatakan skala nyeri 6-7.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah mengalami abortus pada kehamilan pertamanya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada.
4. Riwayat kemoterapi
Tidak ada.
5. Riwayat perkawinan
a) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien pertama kali menikah di usia 27 tahun.
b) Lama pernikahan
Lama pernikahan pasien yaitu 2 tahun.
c) Sudah berapa kali menikah
Pasien menikah baru satu kali.
d) Ini adalah suami ke
Suami sekarang merupakan suami pertama.
6. Riwayat haid/status ginekologi
a) Menarche : 13 tahun
23
b) Siklus : 26 hari
c) Banyak : 3 x ganti pembalut
d) Bau : Amis
e) Disminorhe : Tidak ada
f) Masalah khusus : Tidak ada
7. Riwayat obstetric
a) Riwayat kehamilan : Pernah sekali tapi abortus
b) Riwayat persalinan : Belum ada
c) Data keluarga berencana : Tidak memakai KB
d) HPHT : 13 Februari 2022
7. Data psikologi
Pasien mengatakan sangat sedih dan merasa kehilangan setelah mendengar penjelasan
mengenai diagnosa IUFD dari dokter. Pasien bertanya-tanya mengapa hal seperti ini
terjadi padanya. Pasien tampak sulit menerima kondisinya saat ini.
8. Data spiritual
Klien mengerjakan ibadah seperti sholat dan berzikir.
9. Data sosial ekonomi
Paien masuk ke rumah sakit menggunakan BPJS.
10. Aktivitas sehari-hari sebelum sakit dibandingkan dengan selama dirawat
a) Menolong diri sendiri
Sebelum sakit klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri Setelah sakit
pasien tampak lemas dan enggan beraktifitas.
b) Nutrisi
Sebelum sakit asupan nutrisi klien baik, porsi dihabiskan yaitu 1 porsi. Setelah
sakit pasien enggan untuk makan. Pasien hanyak makan ¼ porsi yang diberikan
RS.
c) Asupan cairan
Jumlah cairan yang dihabiskan kurang lebih 2 liter perharinya
d) Masalah khusus : tidak ada
e) Istirahat dan kenyamanan
Pola tidur : tidak teratur
Frekuensi : 7-8 jam

24
Pola tidur saat ini : selama sakit klien sering terbangun, frekuensi tidur
kurang lebih 5 jam di malam hari
Keluhan tidak nyaman : klien mengeluh nyeri pada pinggang sampai ke ari-ari.
f) Eliminasi
Urin : 5x sehari,tidak sakit ketika BAK dan bewarna kuning.
BAB : 1x sehari, terasa keras.
Masalah khusus : tidak ada.
g) Personal hygiene
1) Mandi
Sebelum sakit klien bisa mandi sendiri 2x sehari , selama dirawat klien dibantu
keluarga untuk dilap badannya.
2) Gosok gigi
Sebelum sakit klien gosok gigi 2x1 hari, saat pengkajian dilakukan klien
mengatakan belum ada gosok gigi.
3) Mencuci rambut
Sebelum sakit klien bisa cuci rambut, sekarang belum ada.
4) Masalah khusus
Selama sakit klien tampak murung dan malas untuk melakukan aktivitas.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Tekanan darah : 121/82 MmHg
c) Nadi : 82 x/mnt
d) Suhu : 36,7
e) Pernafasan : 20 x/mnt
f) BB : 85 kg
g) Tinggi Badan : 158 cm
2. Kepala & leher
Kepala : Rambut bersih,hitam dan ikal
Mata : Konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Tidak ada sumbatan,tidak ada pembengkakan
Mulut : Mukosa bibir kering, gigi lengkap
25
Telinga : Bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
pembesaran vena jogularis,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan
Masalah khusus : Tidak ada
3. Thorakc
Jantung : Tidak ada penumpukan cairan
Paru : Tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan
Masalah khusus : Tidak ada
4. Abdomen
Tfu : 32 cm
Posisi Janin : Sunsang
Bagian Terbawah Janin : Belum masuk PAP
Leopold 1 : teraba keras dan bulat, merupakan kepala janin
Leopold 2 : teraba punggung yang keras dan datar pada sisi kanan dan
teraba ekstremitas bayi pada sisi kiri
Leopold 3 : Teraba lembut dan lunak merupakan bokong
Leopold 4 : TFU 32 cm, posisi janin belum masuk panggul (PAP)
5. Pirenium dan genetalia
Vagina : Terpasang kateter foley
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Tidak ada
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada

26
6. Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kiri RL/8 jam, tidak ada edema,
tidak ada lesi dan jejas, ekstremitas tampak lengkap
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Kekuatan otot kuat, tidak ada edema, ekstremitas bawah
tampak lengkap, tidak ada lesi, jejas dan edema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Skrining nyeri

P : Nyeri disebabkan oleh induksi


Q : Nyeri terasa seperti di tusuk tusuk
R : Nyeri terasa dipinggang sampai ke ari-ari
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul

Hasil pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium
Tgl 01/11/2022
 HGB : 11,3 (g/dl)
 HCT : 36,1 (%)
 PT : 11,5
 APTT : 27,9
 HBSaG : Non Reaktif
 Rapid Antigen : Non Reaktif

27
 Plano Test : Positif

Program terapi dokter


 Infus RL/8 jam
 MisoProstol 1/8 tabel, sublingan,pervaginam
 Ceftriaxone

28
ANALISA DATA

N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
Do: Kehilangan Berduka
 Pasien tampak lemas dan
tidak memiliki semangat
dalam beraktivitas
 Pasien tampak sedih dan
gelisah
 Pasien tampak menangisi
kematian janinnya.
Ds :
 Pasien mengatakan sedih
dengan kondisinya
 Pasien mengatakan merasa
sangat kehilangan atas
kematian janinnya
 Keluarga pasien
mengatakan semenjak
sakit waktu dan kualitas
tidur pasien berkurang
Do: Agen pencedera fisik Nyeri akut
 Pasien tampak meringis
 Skala Nyeri : 6
 Tekanan Darah : 121/82
mmHg
 Nadi : 82 x/i
 Pasien dilakukan terapi
induksi untuk merangsang
pembukaan

29
Ds :
 Pasien mengatakan nyeri
pada bagian post OP
 Pasien mengatakan sulit
beraktifitas karena nyeri.
Do : Faktor Psikologis Resiko Defisit Nutrisi
 Pasien tampak hanya
menghabiskan ¼ porsi
makanan yang diberikan
RS.
 Pasien tampak enggan
makan
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak sedih
 121/82 mmHg
 Nadi
82 x/mnt
Ds :
 Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
 Pasien mengatakan sedih
akan kondisi yang
dialaminya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Berduka berhubungan dengan kehilangan dibuktikan dengan pernyataan pasien yang

masih belum bisa menerima kondisi kehilangan janinnya, pasien tampak lemah dan

tidak bersemangat dikarenakan permasalahan psikologisnya.

30
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dibuktikan dengan pasien

yang menerima tindakan induksi persalinan dengan tujuan merangsang pembukaan

untuk mengeluarkan janin. Pasien tampak meringis kesakitan. Pasien mengatakan

nyeri pada bagian luka post operasinya.

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan

pernyataan pasien yang mengatakan tidak nafsu makan. Pasien tampak hanya

menghabiskan ¼ porsi makan yang diberikan RS. Pasien tampak terpuruk dalam

kesedihannya dan enggan untuk makan.

31
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


No Diagnosa keperawatan (SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1. Berduka berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Proses Berduka
kehilangan dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
pernyataan pasien yang masih diharapkan tingkat berduka membaik 1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
belum bisa menerima kondisi dengan kriteria hasil : 2. Identfikasi proses berduka yang dialami
kehilangan janinnya, pasien 1. Verbalisasi menerima 3. Identifikasi sifat keterikatan pada orang yang
tampak lemah dan tidak kehilangan meningkat meninggal
bersemangat dikarenakan 2. Verbalisasi harapan Terapeutik
permasalahan psikologisnya. meningkat 1. Tunjukan sikap menerima dan empati
3. Verbalisasi perasaan sedih 2. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
menurun kehilangan
4. Menangis menurun 3. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga
5. Pola tidur membaik atau orang terdekat
4. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan
cara yang nyaman
Edukasi
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
sikap mengingkari, marah, twar menawar,
depresi, dan menerima adalah hal yang wajar
dalam menghadapi kehilangan
2. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan
3. Anjurkan melewati proses berduka secara
bertahap
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Menajemen nyeri
agen pencedera fisik yang keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
dibuktikan dengan pasien yang diharapkan tingkat nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
32
menerima tindakan induksi dengan kriteria hasi : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
persalinan dengan tujuan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
merangsang pembukaan untuk 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
mengeluarkan janin. Pasien 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
tampak meringis kesakitan. Pasien 4. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
mengatakan nyeri pada bagian luka 5. Nafsu makan membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
post operasinya. 6. Pola tidur membaik nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
33
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Menajemen nutrisi


dengan faktor psikologis keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
dibuktikan dengan pernyataan diharapkan status nutrisi membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
pasien yang mengatakan tidak dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nafsu makan. Pasien tampak hanya 1. Porsi makan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang disukai
menghabiskan ¼ porsi makan yang meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
diberikan RS. Pasien tampak 2. Verbalisasi keinginan untuk 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
terpuruk dalam kesedihannya dan meningkatkan nutrisi nasogastrik
enggan untuk makan. membaik 6. Monitor asupan makanan
3. Frekuensi makan membaik 7. Monitor berat badan
4. Nafsu makan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
34
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Berduka 1. Mengidentifikasi kehilangan yang 2 November 2022
dihadapi 14.00 wib
2. Mengidentfikasi proses berduka S: Pasien mengatakan sedih saat mengetahui
yang dialami didiagnosa IUFD, pasien mengatakan belum bisa
3. Mengidentifikasi sifat keterikatan menerima kondisi yang menimpanya. Keluarga
pada orang yang meninggal pasien mengatakan pasien sering terbangun saat
4. Menunjukan sikap menerima dan malam hari.
empati O:
5. Motivasi agar mau mengungkapkan  Pasien tampak lemas
perasaan kehilangan  Pasien tampak menangis
6. Motivasi untuk menguatkan  Pasien tampak murung dan
dukungan keluarga atau orang  Td 130/90 mmHg
terdekat  N : 98x/i
7. Memfasilitasi mengekspresikan  R : 25x/i
perasaan dengan cara yang nyaman A: Berduka belum teratasi
8. Menjelaskan kepada pasien dan P: Intervensi no 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10
keluarga bahwa sikap mengingkari, dilanjutkan
marah, twar menawar, depresi, dan
menerima adalah hal yang wajar 3 November 2022
dalam menghadapi kehilangan 19.00
9. Menganjurkan mengekspresikan S: pasien mengatakan sangat sedih atas
perasaan tentang kehilangan kehilangan janinnya, pasien mengatakan tidak
10. Menganjurkan melewati proses bersemangat melakukan aktifiitas.
berduka secara bertahap O:
 Pasien tampak menangis
 Pasien tampak lemah
36
 TD 110/90 mmHg
 N 85 x/i
 R : 22x/i
A: Berduka belum teratasi
P: intervensi no 4, 5, 6 dan 7 dilanjutkan

4 November 2022
08.00
S: Pasien mengatakan sedih atas kehilangan
janinnya, namun pasien mengatakan sudah mulai
ikhlas akan kondisinya.
O:
 Pasien tampak mulai menerima
konsdisinya
 Pasien tampak lemah
 Pasien sudah mau mengungkapkan
perasaan dan harapannya
 TD : 110/ 80 mmHg
 N : 90 x/i
 R : 21x/i
A: berduka belum teratasi
P: intervensi dihentikan

Nyeri akut 1. Mengdentifikasi lokasi, karakteristik, 2 November 2022


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas 14.30 wib
nyeri S: Pasien mengatakan nyeri pada punggung
2. Mengidentifikasi skala nyeri sampai ke ari-ari. Pasien mengatakan nyeri pada
3. Mengidentifikasi respon nyeri non genitalia akibat tindakan induksi untuk
verbal merangsang pembukaan.
4. Mengidentifikasi faktor yang

37
memperberat dan memperingan O:
nyeri  Pasien terlihat meringis
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan  Pola tidur tidak teratur
keyakinan tentang nyeri  Pasien terlihat cemas
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya  Kesadaran : compos mentis
terhadap respon nyeri  TD : 130/90 mmHg
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri  N : 98x/mnt
pada kualitas hidup
 R : 25x/mnt
8. Memonitor keberhasilan terapi
 Skala nyeri 6
komplementer yang sudah diberikan
A: Nyeri akut Belum Teratasi
9. Memonitor efek samping
P: Intervensi no 1, 2, 3,4, 9, 10,11, 12, 13, 16
penggunaan analgetic
dan 17
10. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol
3 November 2022
lingkungan yang memperberat rasa
19.30 wib
nyeri
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas, nyeri
11. Memfasilitasi istirahat dan tidur
perut hilang timbul sehingga sulit beraktivitas,
12. Mejelaskan penyebab, periode, dan
O:
pemicu nyeri
13. Menjelaskan strategi meredakan  Pasien terlihat meringis
nyeri  Pola tidur tidak teratur
14. Menganjurkan memonitor nyri  Pasien terlihat cemas
secara mandiri  Kesadaran
15. Menganjurkan menggunakan compos mentis
analgetik secara tepat  TD : 110/90 mmHg
16. Mengajarkan teknik  N : 85x/mnt
nonfarmakologis untuk mengurangi  R : 22 x/mnt
rasa nyeri  Skala nyeri 5
17. Kolaborasi pemberian analgetik, A: Nyeri akut Belum Teratasi
P: Intervensi no 1, 2, 3,4,5,9,11,14,16 dan 17
dilanjutkan
38
4 November 2022
08.00 wib
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas, nyeri
perut masih ada tapi sudah berkurang, pola
aktifitas dan tidur sudah membaik
O:
 Pola tidur teratur
 Kesadaran : compos mentis
 TD : 110/ 80 mmHg
 Nadi : 90 x/i
 R : 21 x/mnt
 Skala nyeri 3

A: Nyeri akut Belum Teratasi


P: Intervensi dihentikan

Resiko Defisit nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi 2 November 2022


2. Mengidentifikasi alergi dan 15.00 wib
intoleransi makanan S: Klien mengatakan selera makan tidak ada.
3. Mengidentifikasi makanan yang Pasien mengatakan sedih atas kehilangan
disukai janinnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori O:
dan jenis nutrien  Porsi makan yang dihabiskan ¼
5. Mengindentifikasi perlunya  Pasien terlihat lemah
penggunaan selang nasogastrik  Pasian tampak sedih
6. Memonitor asupan makanan  Pasien tampak enggan makan
7. Memonitor berat badan A: Resiko defisit nutrisi belum teratasi
8. Memonitor hasil pemeriksaan P: intervensi no 1,4,6,7,8,18,19 dilanjutkan
laboratorium

39
9. Melakukan oral hygiene sebelum 3 November 2022
makan, jika perlu 20.00 wib
10. Memfasilitasi menentukan pedoman S: Klien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
diet (mis: piramida makanan) mengatakan sedih atas kehilangan janinnya.
11. Mensajikan makanan secara menarik O:
dan suhu yang sesuai  Porsi makan yang dihabiskan 1/3
12. Memberikan makanan tinggi serat  Pasien terlihat lemah
untuk mencegah konstipasi  Pasien tampak larut dalam kesedihhannya
13. Memberikan makanan tinggi kalori  Pasien tampak enggan untuk makan
dan tinggi protein A: resiko deficit nutrisi belum teratasi
14. Memberikan suplemen makanan, P: intervensi no 1,4,6,7,8,18,19 dilanjutkan
jika perlu
15. Mengajarkan posisi duduk, jika 4 November 2022
mampu 08.30
16. Mengajarkan diet yang S: Keluarga pasien mengatakan nafsu makan
diprogramkan pasien sudah mulai membaik
17. Berkolaborasi pemberian medikasi O:
sebelum makan (mis: Pereda nyeri,  Porsi makan yang dihabiskan 1/3
antiemetik), jika perlu  Pasien terlihat lemah
18. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Nafsu makan pasien tampak membaik
menentukan jumlah kalori dan jenis
A: resiko deficit nutrisi belum teratasi
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
P: intervensi dihentikan

40
PENGKAJIAN POST OP

RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat kesehatan saat ini


a) Keluhan utama masuk
Klien masuk ke IGD pada tanggal 01 November 2022 dengan keluhan gerak janin
tidak terasa sejak 3 hari yang lalu,tidak ada keluar darah bercampur lendir, ada
nyeri dari pinggang sampai ke ari-ari.
b) Keluhan saat ini
Klien mengatakan setelah tindakan SC dan kehilangan janinnya klien merasa
semakin kehilangan dan merasa sangat sedih, klien juga mengatakan sangat
mengharapkan kehadiran anggota keluarga yang baru.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami abortus pada kehamilan pertamanya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
4. Riwayat kemoterapi
Belum pernah
5. Riwayat perkawinan
a) Pada usia berapa pertama kali menikah
Pasien pertama kali menikah di usia 27 tahun
b) Lama pernikahan
Lama pernikahan pasien yaitu 2 tahun
c) Sudah berapa kali menikah
Pasien menikah baru satu kali
d) Ini adalah suami ke
Suami sekarang merupakan suami pertama
6. Riwayat haid/status ginekologi
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus : 26 hari
c) Banyak : 3 x ganti pembalut
d) Bau : Amis
e) Disminorhe : tidak
41
f) Masalah khusus : tidak ada
7. Riwayat obstetric
a) Riwayat kehamilan : Pernah sekali tapi abortus
b) Riwayat persalinan : Belum ada
c) Data keluarga berencana : Tidak memakai KB
d) HPHT : 13 Februari 2022
8. Data Psikologis
Klien mengatakan merasa sangat kehilangan atas kematian janinnya. Pasien bertanya-
tanya mengapa hal seperti ini terjadi padanya. Pasien tampak sulit menerima
kondisinya saat ini.
9. Data spiritual
Klien tampak tidak mengerjakan ibadah
10. Data sosial ekonomi
Klien masuk kerumah sakit menggunakan BPJS
11. Aktivitas sehari-hari sebelum sakit dibandingkan dengan selama dirawat
a) Menolong diri sendiri
Sebelum sakit klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri Setelah sakit
pasien tampak lemas dan belum bisa mobilisasi
b) Nutrisi
Sebelum sakit asupan nutrisi klien baik, porsi dihabiskan yaitu 1 porsi. Setelah
operasi klien masih berpuasa
c) Asupan cairan
Klien masih puasa dikarenakan post op
d) Masalah khusus : tidak ada
e) Istirahat dan kenyamanan
Pola tidur : tidak teratur
Frekuensi : 3 - 4 jam
Pola tidur saat ini : selama sakit klien sering terbangun, frekuensi tidur
kurang lebih 3 jam di malam hari
Keluhan tidak nyaman : klien mengeluh nyeri pada bagian post op
f) Eliminasi
Urin : 5x sehari,tidak sakit ketika BAK dan bewarna kuning
BAB : belum ada BAB
42
Masalah khusus : tidak ada
g) Personal hygiene
1) Mandi
Sebelum sakit klien bisa mandi sendiri 2x sehari , selama dirawat klien dibantu
keluarga untuk dilap badannya
2) Gosok gigi
Sebelum sakit klien gosok gigi 2x1 hari, saat pengkajian dilakukan klien
mengatakan belum ada gosok gigi
3) Mencuci rambut
Sebelum sakit klien bisa cuci rambut, sekarang belum ada
4) Masalah khusus
Selama sakit klien tampak murung dan malas untuk melakukan aktivitas.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Tekanan darah : 110/80 MmHg
c) Nadi : 90 x/mnt
d) Suhu : 36,7
e) Pernafasan : 21 x/mnt
f) BB : 85 kg
g) Tinggi Badan : 158 cm
2. Kepala & leher
Kepala : Rambut bersih,hitam dan ikal
Mata : Konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Tidak ada sumbatan,tidak ada pembengkakan
Mulut : Mukosa bibir kering, gigi lengkap
Telinga : Bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
pembesaran vena jagularis,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan
Masalah khusus : Tidak ada

43
3. Thorakc
Jantung : Tidak ada penumpukan cairan
Paru : Tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan
Masalah khusus : Tidak ada
4. Abdomen : Terdapat luka post op
5. Pirenium dan genetalia
Vagina : Terpasang kateter
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Tidak ada
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
6. Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kiri RL/8 jam, tidak ada edema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Kekuatan otot kuat, tidak ada edema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Skrining nyeri

44
P : Nyeri disebabkan oleh post op
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri terasa menjalar dari bekas op sampai ke punggung
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul

Hasil pemeriksaan penunjang

1. Laboratorium
Tgl 01/11/2022
 HGB : 11,3 (g/dl)
 HCT : 36,1 (%)
 PT : 11,5
 APTT : 27,9
 HBSaG : Non Reaktif
 Rapid Antigen : Non Reaktif
 Plano Test : Positif

Program terapi dokter


 Infus RL/8 jam
 MisoProstol 1/8 tabel, sublingan,pervaginam
 Ceftriaxone

45
ANALISA DATA

N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
Do: Kehilangan Berduka
 Pasien tampak lemas dan
tidak memiliki semangat
dalam beraktivitas
 Pasien tampak sedih dan
gelisah
 Pasien tampak menangisi
kematian janinnya.
Ds :
 Pasien mengatakan sedih
dengan kondisinya
 Pasien mengatakan sangat
sedih ketika mendengar
tangisan bayi lain
 Pasien mengatakan merasa
sangat kehilangan atas
kematian janinnya
 Keluarga pasien
mengatakan semenjak
sakit waktu dan kualitas
tidur pasien berkurang
Do: Agen pencedera fisik Nyeri akut
 Pasien tampak meringis
 Pasien post OP SC
 Skala Nyeri : 6
 Tekanan Darah : 120/80
mmHg
 Nadi : 90 x/i
Ds :

46
 Pasien mengatakan nyeri
pada bagian post OP
 Pasien mengatakan sulit
beraktifitas karena nyeri.
Do : Faktor Psikologis Resiko Defisit Nutrisi
 Pada jam 21.00 pasien
masih berpuasa sampai
pukul 04.00
 Pasien tampak hanya
menghabiskan ¼ porsi
makanan yang diberikan
RS.
 Pasien tampak enggan
makan
 Pasien tampak lemas
 Pasien tampak sedih
 120/80 mmHg
 Nadi
90 x/mnt
Ds :
 Pasien mengatakan masih
berpuasa
 Pasien mengatakan sedih
akan kondisi yang
dialaminya

47
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Berduka berhubungan dengan kehilangan dibuktikan dengan pernyataan pasien


mengatakan sedih dengan kondisinya,pasien mengatakan sangat sedih ketika mendengar
tangisan bayi lain,pasien mengatakan merasa sangat kehilangan atas kematian janinnya

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dibuktikan Pasien mengatakan
nyeri pada bagian luka post operasinya.

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan pernyataan
pasien yang mengatakan tidak nafsu makan. Pasien tampak terpuruk dalam kesedihannya dan
enggan untuk makan.

48
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


No Diagnosa keperawatan (SDKI)
(SLKI) (SIKI)
1. Berduka berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Proses Berduka
kehilangan dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
pernyataan pasien yang masih diharapkan tingkat berduka membaik 1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
belum bisa menerima kondisi dengan kriteria hasil : 2. Identfikasi proses berduka yang dialami
kehilangan janinnya, pasien 1. Verbalisasi menerima 3. Identifikasi sifat keterikatan pada orang yang
tampak lemah dan tidak kehilangan meningkat meninggal
bersemangat dikarenakan 2. Verbalisasi harapan meningkat Terapeutik
permasalahan psikologisnya. 3. Verbalisasi perasaan sedih 1. Tunjukan sikap menerima dan empati
menurun 2. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
4. Menangis menurun kehilangan
5. Pola tidur membaik 3. Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga
atau orang terdekat
4. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan
cara yang nyaman
Edukasi
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa
sikap mengingkari, marah, twar menawar,
depresi, dan menerima adalah hal yang wajar
dalam menghadapi kehilangan
2. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan
3. Anjurkan melewati proses berduka secara
bertahap
2. Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan Menajemen nyeri
agen pencedera fisik yang keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
dibuktikan dengan pasien yang diharapkan tingkat nyeri menurun, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

49
menerima tindakan induksi dengan kriteria hasi : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
persalinan dengan tujuan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
merangsang pembukaan untuk 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
mengeluarkan janin. Pasien 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
tampak meringis kesakitan. Pasien 4. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
mengatakan nyeri pada bagian luka 5. Nafsu makan membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
post operasinya. 6. Pola tidur membaik nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
50
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Menajemen nutrisi


dengan faktor psikologis keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
dibuktikan dengan pernyataan diharapkan status nutrisi membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
pasien yang mengatakan tidak dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
nafsu makan. Pasien tampak hanya 1. Porsi makan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang disukai
menghabiskan ¼ porsi makan yang meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
diberikan RS. Pasien tampak 2. Verbalisasi keinginan untuk 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
terpuruk dalam kesedihannya dan meningkatkan nutrisi nasogastrik
enggan untuk makan. membaik 6. Monitor asupan makanan
3. Frekuensi makan membaik 7. Monitor berat badan
4. Nafsu makan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika mampu
51
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

52
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. Berduka 1. Mengidentifikasi kehilangan yang 4 November 2022
dihadapi 21.30 wib
2. Mengidentfikasi proses berduka S: Pasien mengatakan sangat sedih karna
yang dialami kehilangan anaknya,klien mengatakan tidak bisa
3. Mengidentifikasi sifat keterikatan memngekspresikan rasa sedih yang dialami
pada orang yang meninggal
4. Menunjukan sikap menerima dan O:
empati  Pasien tampak lemas
5. Motivasi agar mau mengungkapkan  Pasien tampak menangis
perasaan kehilangan  Pasien tampak murung dan
6. Motivasi untuk menguatkan  Td 110/80 mmHg
dukungan keluarga atau orang  N : 90x/i
terdekat  R : 21x/i
7. Memfasilitasi mengekspresikan A: Berduka belum teratasi
perasaan dengan cara yang nyaman P: Intervensi no 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10
8. Menjelaskan kepada pasien dan dilanjutkan
keluarga bahwa sikap mengingkari,
marah, twar menawar, depresi, dan 5 November 2022
menerima adalah hal yang wajar 08.00
dalam menghadapi kehilangan S: pasien mengatakan sudah mulai ikhlas dan
9. Menganjurkan mengekspresikan meyakini bahwa yang terjadi adalah takdir allah
perasaan tentang kehilangan O:
10. Menganjurkan melewati proses
 Pasien tampak menerimaa keadaan
berduka secara bertahap
 Pasien tampak sudah mau membuka diri
 TD 105/80 mmHg
 N 88 x/i
53
 R : 20x/i
A: Berduka teratasi
P: intervensi dihentikan

Nyeri akut 1. Mengdentifikasi lokasi, karakteristik, 4 November 2022


durasi, frekuensi, kualitas, intensitas 22.00 wib
nyeri S: Pasien mengatakan nyeri pada bagian post op
2. Mengidentifikasi skala nyeri menjalar ke punggung
3. Mengidentifikasi respon nyeri non O:
verbal  Pasien terlihat meringis
4. Mengidentifikasi faktor yang  Pasien tidak bisa tidur
memperberat dan memperingan  Pasien terlihat cemas
nyeri  Kesadaran : compos mentis
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan  TD : 110/80 mmHg
keyakinan tentang nyeri  N : 90 x/mnt
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya
 R : 20 x/mnt
terhadap respon nyeri
 Skala nyeri 5
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
A: Nyeri akut Belum Teratasi
pada kualitas hidup
P: Intervensi no 1, 2, 3,4, 9, 10,11, 12, 13, 16
8. Memonitor keberhasilan terapi
dan 17
komplementer yang sudah diberikan
9. Memonitor efek samping
5 November 2022
penggunaan analgetic
08.30 wib
10. Memberikan teknik nonfarmakologis
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas, nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol
perut hilang timbul sehingga sulit beraktivitas,
lingkungan yang memperberat rasa
O:
nyeri
11. Memfasilitasi istirahat dan tidur  Pasien terlihat meringis
12. Mejelaskan penyebab, periode, dan  Pola tidur tidak teratur
pemicu nyeri  Pasien terlihat cemas
13. Menjelaskan strategi meredakan  Kesadaran
54
nyeri compos mentis
14. Menganjurkan memonitor nyri  TD : 105/80 mmHg
secara mandiri  N : 88 x/mnt
15. Menganjurkan menggunakan  R : 20 x/mnt
analgetik secara tepat  Skala nyeri 3
16. Mengajarkan teknik A: Nyeri akut Teratasi
nonfarmakologis untuk mengurangi P: Intervensi dihentikan
rasa nyeri
17. Kolaborasi pemberian analgetik,
Resiko Defisit nutrisi 1. Mengidentifikasi status nutrisi 04 November 2022
2. Mengidentifikasi alergi dan 22.30 wib
intoleransi makanan S:
3. Mengidentifikasi makanan yang  Klien mengatakan masih berpuasa dari
disukai jam 21.00-04.00
4. Mengidentifikasi kebutuhan kalori O:
dan jenis nutrien  Pasien terlihat lemah
5. Memonitor asupan makanan  Pasian tampak sedih
6. Memonitor berat badan  Pasien tampak berpuasa
7. Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium A: Resiko defisit nutrisi belum teratasi
8. Melakukan oral hygiene sebelum P: intervensi no 1,4,6,7,8,18,19 dilanjutkan
makan, jika perlu
9. Memfasilitasi menentukan pedoman 05 November 2022
diet (mis: piramida makanan) 09.00 wib
10. Mensajikan makanan secara menarik S: Klien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
dan suhu yang sesuai mengatakan sedih atas kehilangan janinnya.
11. Memberikan makanan tinggi serat O:
untuk mencegah konstipasi  Porsi makan yang dihabiskan 2/3
12. Memberikan makanan tinggi kalori  Pasien terlihat lemah
dan tinggi protein
 Pasien tampak larut dalam kesedihhannya
13. Memberikan suplemen makanan,
55
jika perlu  Pasien tampak enggan untuk makan
14. Mengajarkan posisi duduk, jika A: resiko deficit nutrisi belum teratasi
mampu P: intervensi no 1,4,6,7,8,18,19 dilanjutkan
15. Mengajarkan diet yang
diprogramkan
16. Berkolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
17. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

56
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death
(IUFD),sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah
kehamilan dua puluh minggu. Berdasarkan hasil pengkajian pada 01 november 2022
didapatkan data subjektif klien mengatakan gerak janin tidak terasa sejak 3 hari yang
lalu,tidak ada keluar darah bercampur lendir dan tidak ada nyeri ari ari. Ny.A mengatakan
sedih dengan keadaan yang dialaminya dan mengatakan sangat kehilangan atas kematian
janinya,klien juga mengatakan nyeri pada bagian post operasi hal itu menyebabkan klien sulit
untuk beraktivitas kemudian klien juga mengatakan tidak nafsu makan karna rasa sedih yang
mendalam atas kondisi yang dialaminya dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 121/82 mmhg,
nadi 82 x/i. Klien tampak lemas dan tidak memiliki semangat dalam beraktifitas, klien
terlihat sangat sedih dan gelisah klien juga selalu menangisi kematian janinya, klien tampak
meringis dengan skala nyeri 5, porsi makan yang dihabiskan hanya ¼ dari porsi yang
disediakan rs dan klien tampak enggan untuk makan. Klien terpasang infus RL/8 jam dan
hasil labor pada tanggal 01 november 2022 didapatkan hasil HGB 11.3 (g/dl), HCT 36,1 (%),
PT 11,5, APTT 27,9, HBSaG :Non Reaktif, Rapid Antigen : Non Reaktif, Plano Test Positif.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
mendorong praktik independen perawat (misalnya, kenyamanan atau kelegaan pasien)
dibandingkan dengan intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter (misalnya,
pemberian obat).Diagnosis keperawatan dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh
selama pengkajian atau asesmen keperawatan meliputi pengkajian data pribadi, pola Gordon,
dan pemeriksaan fisik head to toe. Diagnosis keperawatan mengintegrasikan keterlibatan
pasien di seluruh proses. Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
IUFD yaitu :

57
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jalan lahir
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan bayi
3. Risiko infeski berhubungan dengan ketuban pecah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
5. Resiko defifit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
Dari gambaran pada diagnose yang ada pada konsep teoritis tidak semuanya dialami
oleh klien. Diagnosa yang di jadikan sesuai dengan data subektif dan objektif yang
didapatkan dari klien, diagnose keperawatan yang bisa ditegakkan yaitu :
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
4.3 Intervensi
Dalam perencanaan penyusunan asuhan keperawatan kelompok menggunakan rencana
asuhan keperawatan yang sudah disusun oleh tim pokja SDKI,SLKI dan SIKI sebagai standar
asuhan keperawatan. Pada perencanaan tinjauan kasus dilakukan sejalan dengan intervensi
yang ada pada kajian teoritis. Pada tahap pelaksanaan bisa didapatkan hasil yang baik karna
proses yang ada sejalan dengan perencanaan yang telah disusun. Selain itu keberhasilan dari
tahapan ini karna adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok,klien dan petugas
kesehatan yang ada diruang kebidanan.
4.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawaran dimulai pada tanggal 01 november, tahap awal
kelompok membina hubungan saling percaya dengan klien. Pada pengkajian pertama klien
mengatakan sedih dengan keadaan yang dialaminya dan mengatakan sangat kehilangan atas
kematian janinya,klien juga mengatakan nyeri pada bagian post operasi hal itu menyebabkan
klien sulit untuk beraktivitas kemudian klien juga mengatakan tidak nafsu makan karna rasa
sedih yang mendalam atas kondisi yang dialaminya dari hasil pemeriksaan didapatkan TD
121/82 mmhg, nadi 82 x/i. Klien tampak lemas dan tidak memiliki semangat dalam
beraktifitas, klien terlihat sangat sedih dan gelisah klien juga selalu menangisi kematian
janinya, klien tampak meringis dengan skala nyeri 5, porsi makan yang dihabiskan hanya ¼
dari porsi yang disediakan rs dan klien tampak enggan untuk makan. Klien terpasang infus
RL/8 jam dan hasil labor pada tanggal 01 november 2022 didapatkan hasil HGB 11.3 (g/dl),
HCT 36,1 (%), PT 11,5, APTT 27,9, HBSaG: Non Reaktif, Rapid Antigen: Non Reaktif,
Plano Test Positif
58
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kondisi klien menunjukan adanya perubahan ke
arah yang lebih baik. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 02 november didapatkan klien
mengatakan sedih saat mengetahui didiagnosa IUFD,dan klien belumbisa menerima kondisi
yang menimpanya dan saat dilakukan evaluasi pada tanggal 4 november klien masih merasa
sedih namun sudah mulai ikhlas dengan kndisi yang dialaminya. Pada tanggal 3 november
Nyeri yang awalnya ada di skala 5 sudah mulai berkurang dengan skala nyeri 2, nafsu makan
yang pada awal pengkajian hanya ¼ porsi yang dihabiskan sudah meningkat dan sudah
membaik.

59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
IUFD merupakan salah satu penyebab kematian perinatal. IUFD termasuk dalam
masalah angka kematian bayi (AKB) yang merupakan salah satu indikator paling penting
untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara. Kematian dalam Rahim (IUFD) bisa juga
disebabkan karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,
hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat menyebabkan kematian.
Begitu pula dengan anemia, kerena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu
kekurangan Fe dampak pada janin adalah irrefersible. Kerja organ-organ maupun aliran darah
janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin. Kondisi penyakit penyerta pada ibu hamil
sangat berpengaruh pada keberhasilan pelayanan obstetric yang buruk, kejadian lahir mati
merupakan tolak ukur dalam menilai pelayanan antenatal dan intranatal.
5.2 Saran
Sebenarnya factor resiko dan komplikasi IUFD dapat dicegah apabila ibu hamil rutin
memeriksakan kehamilannya pada dokter ataupun ketempat pelayanan kesehatan lainnya,
sehingga apabila ditemukan komplikasi kehamilan dapat ditangani sejak dini dan diharapkan
dapat mencegah terjadinya IUFD . Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah
atau mendekati aterm adalah ibu merasa gerak janin menurun, tidak bergerak atau gerak janin
terlalu keras,perlu dilakukan ultrasonografi.

60

Anda mungkin juga menyukai