Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Intra Uterine Fethal Death (IUFD) di RSUD Dr.
OLEH :
KELOMPOK 1
( ) ( )
PENDAHULUAN
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death
(IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah
kehamilan dua puluh minggu. (Rosfanty. 2009). Bayi yang ada dalam kandungan selalu
bergerak dan sebagian kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktifitas yang
janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang terlilit lehernya. Ibu hamil
hendaknya berhati-hati saat beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur
(Syaifudin, 2006)
Tahun 2009 World Health Organitation (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 210
juta kehamilan di seluruh dunia .Terdapat 3 penyebab utama yang mempengaruhi angka
kematian ibu (AKI), dan yang yang paling dekat dengan kesakitan dan kematian
pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah,
disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan penyakit kronis lainnya (WHO,
2009).Menurut hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 angka
kematian ibu adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. Karena bayi dalam kandungan ibu IUFD merupakan
2
salah satu penyebab kematian perinatal. IUFD termasuk dalam masalah ang ka kematian bayi
(AKB) yang merupakan salah satu indikator paling penting untuk menilai tingkat
kesejahteraan suatu Negara. Kematian dalam Rahim (IUFD) bisa juga disebabkan karena
beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin,
sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat menyebabkan kematian. Begitu pula
dengan anemia, kerena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan Fe
dampak pada janin adalah irrefersible. Kerja organ-organ maupun aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuhan janin. Kondisi penyakit penyerta pada ibu hamil sangat
berpengaruh pada keberhasilan pelayanan obstetric yang buruk, kejadian lahir mati
merupakan tolak ukur dalam menilai pelayanan antenatal dan intranatal (Survey SDKI Tahun
2012).
Upaya untuk mencegah terjadinya kematian janin dalam rahim yaitu dengan pemeriksaan
kehamilan sekurang-kurangnya 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Peningkatan pengetahuan ibu hamil melalui
upaya penyuluhan kesehatan tentang tanda bahaya pada kehamilan seperti pendarahan jalan
lahir, pembengkakan muka, kaki dan jari kaki, sakit kepala berat, penglihatan kabur, keluar
cairan banyak dari jalan lahir, dan pergerakan janin berkurang. Konsumsi makanan dengan
nilai gizi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia, abortus, kematian janin dalam
studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Intra Uterine Fethal
Death (IUFD) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi” sebagai bahan seminar kasus.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diuraikan rumusan masalah yang
meliputi:
a.) Bagaimana konsep dasar tentang penyakit Intra Uterine Fethal Death?
b.) Bagaimanakah asuhan keperawatan teoritis pada pasien Intra Uterine Fethal Death?
c.) Bagaimana asuhan keperawatan maternitas pada pasien Intra Uterine Fethal Death
di RSAM Bukittinggi?
Untuk mengetahui dan menganalisis tentang ASKEP pada ibu hamil dengan Intra
2. Mampu menengakkan diagnosa ibu hamil dengan Intra Uterine Fethal Death
(IUFD)
Death(IUFD)
1.4 Manfaat
Diharapkan materi ini dapat menambah wawasan keluarga pasien, maupun keluarga
4
b.) Bagi profesi keperawatan
Materi ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan promosi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obstetricians and Gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Kematian janin dalam kandungan merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. (Sarwono, 2009). Sedangkan menurut
(Agustina.2011) yang dimaksud kematian janin adalah kematian yang terjadi saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.
Umumnya kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki
delapan bulan.
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death
(IUFD), sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah
1. Sebelum dua puluh minggu kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir
dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap
2. Sesudah dua puluh minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak
kehamilan dua puluh minggu dan seterusnya. Apabila wanita hamil tidak meraskan
6
2.2 Klasifikasi IUFD
1) Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai dua puluh minggu penuh.
2) Golongan II : kematian sesudah ibu hamil dua puluh minggu hingga dua puluh
delapan minggu.
3) Golongan III : Kematian sesudah kehamilan lebih dari dua puluh delapan minggu
4) Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.
Perforasi kronitomi merupakan tindakan beruntung yang dilakukan pada bayi yang
dan selanjutnya menarik kepala janin (dengan kronitomi) tindakan ini dapat
dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.
Dengan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat
yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kronitomi sudah jarang dilakukan
infeksi, trauma jalan lahir dan yang paling berat rupture uteri pecah/robeknya jalan
lahir).
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir
kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilakukan dengan section
seesarea kecuali pada keadaan khusus seperti plasnta previa totalis, kesempitan
7
panggul absolute. Persalinan dilakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan
memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat dilahirkan.
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan
paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya dilahirkan. Eviserasi
adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja diruang sempit untuk
infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antenatal yang baik, situasi
kehamilan dengan letak lintang selalu dapat diatasi dengan versi luar. Atau sectsio
sesaria.
bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan
pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan perslainan bahu pada anak
yang besar.
peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana yang sesuai akan
kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan,
5) Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju ibu)
dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi
biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml). Pada kondisi yang jarang, perdarahan
benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan kehamilan trimester
kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa tromboembolik vena
7) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat pada
Kecuali itu ada sebagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin dalam
kandungan, diantaranya :
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara ayah rhesus
positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan menjadi rhesus positif.
9
2) Ketidakcocokan Golongan Darah antara Ibu dan Janin
Terutama pada golongan darah A, B, O. “Yang kerap terjadi antara golongan darah
anak A atau B dengan ibu bergolngan darah O atau sebaliknya.” Sebab, pada saat
masih dalam kandungan, darah ibu dengan janin akan saling mengalir melalui
plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan
tersebut. Misalnya dapat terjadi hidrop sfetalis suatu reaksi imunologis yang
menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut
kulit janin, penumpukan cairan pada rongga dada atau ronngga jantung dan lain-lain.
Akibat penimbunan cairan yang berlebihan tersebut, maka tubuh janin akan
demikian janin tidak akan tertolong lagi. Hidrops fetalis merupakan manifestasi dari
genetik.“Biasanya bila kasusnya hidrops fetalis, maka tak ada manfaatnya kehamilan
otopsi pada janin yang mati tersebut, sehingga tidak bisa diketahui penyebab hidrops
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu
arah saja. Karena gerakannya berlebihan, maka tali pusat yang menghubungkan
janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah
yang mengalir ke plasenta bayi jadi tersumbat. “kalau janin sampai memberontak,
yang ditandai dengan gerakan “liar” biasanya karena kebutuhannya ada yang tidak
10
terpenuhi, entah itu karena kekurangan oksigen, atau makanan. Karena itu, harus
Misalnya, apakah oksigen dan gizinya cukup? Kalau ibu punya riwayat sebelumnya
dengan janin meninggal, maka sebaiknya aktivitas ibu jangan berlebihan. “sebab,
dengan aktivitas berlebihan, maka gizi dan zat makanan hanya dikonsumsi ibunya
Salah satu contohnya preeklamsia dan diabetes.Itulah mengapa pada ibu hamil perlu
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta atau plasenta terlepas. Trauma
terjadi, misalnya karena benturan pada perut, entah karena kecelakaan atau
timbul perdarahan di plasenta ataau plasenta lepas sebagian. Akhirnya aliran ke bayi
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri
maupun virus. “Bahkan demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin tak
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa
Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) juga bisa terjadi
karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut
11
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan
janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu
pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan
Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami
1) Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
2) Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi
3) Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
4) Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang- tulang sangat longgar edema di bawah
kulit.
Menurut Winkjosastro (2009) ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diwaspadai
Salah satu tanda IUFD yang sangat jelas adalah ketika ibu merasakan janin tidak
bergerak seaktif biasanya. Ini merupakan tanda awal karena sebelumnya janin atau
bayi masih bergerak aktif. Tanda awal ini tidak sepenuhnya menghilangkan gerakan
janin namun hanya berkurang saja. Dan saat itu terjadi seharusnya ibu pergi ke
rumah sakit untuk mengetahui apa penyebab bayi tidak bergerak dalam kandungan.
tidak bergerak sama sekali. Ini menjadi tanda bahwa IUFD sudah terjadi dan tidak
mungkin lagi janin diselamatkan. Kejadian ini bisa terjadi pada ibu yang sama sekali
belum pernah mengalami penyebab IUFD pada kehamilan. Janin tidak bergerak
sama sekali menjadi bagian yang fatal, karena mau atau tidak mau maka bayi harus
Adanya berbagai gejala hamil muda termasuk payudara yang semakin membesar
bisa dirasakan sampai akhir kehamilan dan menjelang persalinan. Namun ketika
perubahan payudara terjadi dengan cepat maka itu bisa jadi tanda IUFD. Pada
Payudara tidak kencang lagi karena tidak ada berbagai tanda kehamilan lagi
Salah satu gejala preeklampsia pada ibu hamil adalah tekanan darah tinggi yang
tidak normal. Pada tahap awal mungkin ibu masih merasakan gejala ini termasuk
sakit kepala. Tapi terkadang tanpa disadari ibu masih merasakan sakit kepala tapi
karena tekanan darah yang menurun dengan cepat. Perubahan tekanan darah inilah
yang kemudian bisa menjadi tanda lanjutan IUFD dan bayi sudah meninggal dalam
kandungan.
Dalam pemeriksaan kehamilan maka dokter akan menemukan bahwa detak jantung
janin sudah hilang. Detak jantung janin akan terdeteksi dengan stetoskop ketika
janin sudah berusia 24 minggu. Namun saat dokter tidak menemukan detak jantung
13
maka itu bisa jadi tanda kehamilan sudah menurun. Detak jantung sudah tidak
berbunyi atau sulit ditemukan dan itu tanda bahwa sudah terjadi IUFD.
Seharusnya dengan meningkatkan usia kehamilan dan semakin besarnya janin dalam
kandungan, maka ukuran rahim juga ikut membesar. Tapi saat sudah terjadi IUFD
maka tidak ada lagi pertumbuhan janin dalam kandungan. Maka saat itu juga ukuran
rahim akan menurun dengan cepat. Selama empat minggu jika tidak ada lagi
pertumbuhan ukuran rahim, maka itu bisa jadi tanda IUFD pada janin.
Saat bayi sudah meninggal dalam kandungan dan payudara mulai mengendur, maka
saat itu juga kolostrum bisa keluar seperti ibu yang baru saja melahirkan. Kondisi ini
biasanya terjadi ketika bayi sudah meninggal dalam kandungan selama beberapa
hari. Biasanya ibu hanya mengira sebagai tanda biasa, tapi ini adalah gangguan
kehamilan yang sangat fatal karena janin sudah meninggal dalam kandungan.
Dalam pemeriksaan USG maka dokter juga akan menemukan tulang tengkorak janin
tumpang tindih dengan bagian tubuh janin yang lain. Kemudian efeknya bisa
membuat kantung janin berisi banyak gas. Ini adalah tanda yang jelas setelah terjadi
IUFD selama satu minggu atau lebih. Dalam waktu 2 hari sejak kematian janin juga
sudah ditemukan gas dalam kantung janin. Lalu tes kehamilan selama 4 hari
Itulah beberapa tanda dan gejala dari IUFD yang harus diwapadai. Tidak semua ibu
bisa merasakan gejalanya dengan cepat atau setelah beberapa hari. Jadi mengenali tandanya
sejak awal memang sangat diperlukan. Jika itu terjadi maka segera hubungi pelayanan
1) Kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan ditemukan
gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa dialami (mual, sering
janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak adanya
untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat menunjukkan adanya
kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak janin (tanda spalding), tulang
punggung janin melengkung secara berlebihan dan adanya gas didalam janin.
Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak digunakan lagi. USG saat ini
tidak adanya aktifitas jantung janin setelah usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi
a. Ultrasonografi
Tidak ditemukan DJJ (Denyut Jantung Janin) maupun gerakan janin, seringkali
1) Tanda spalding
Tanda spalding menunjukan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
(overlaping) karena otak bayi yang sudah mencair. Hal ini terjadi setelah bayi
2) Tanda Nojosk
Tanda ini menunjukan tulang belakang janin yang saling melenting (Hiperpleksi).
Sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin yang telah mati selama lebih dari
2) Persalinan anjuran :
Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan infus
16
Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis di luar kantong
amnion.
Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi beban
c. Infus oksitosin
d. Induksi prostaglandin
Dosis :
Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam. Pg-E 2
diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg. Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah
bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu
anastomosis.
17
2.11 Penanganan IUFD
atau misoprostol
c. Kematian Janin
Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah lima hari.
USG adalah sarana penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda hidup, tidak ada denyut
Pilihlah cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu
3) Jika trombosit dalam dua minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif
18
4) Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks
prostaglandin
kateter)
Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
Catatan : jangan biarkan lebih dari 50 µg setiap kali dan jangan melebihi 4
dosis
Jika tes pembukaan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspadai koagulopati
Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
19
2.12 Askep Teoritis IUFD
a. Pengkajian
dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang
1) Biodata
Pasien mengeluh janin tidak bergerak sejak dua hari yang lalu
a) Status Emosional
b) Tradisi
6) Riwayat Menstruasi
jumlah darah yang keluar saat menstruasi, sifat darah yang keluar saat menstruasi,
8) Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan-gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan
perutnya sering menjadi keras dan terasa sakit seperti ingin melahirkan.
9) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya lama kehamilan, tidak teraba
gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi
c) Auskultasi
b. Diagnosa Keperawatan
21
BAB III
Laporan Kasus Dengan Diagnosa Intra Uterine Fetal Death Pada Ny. A Di RSUD
Ruangan /Rs : KB IGD & Ruang Kebidanan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi
1. Nama : Tn. N
2. Umur : 31 tahun
3. Hubungan dengan Klien : Suami
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Alamat : Agam
22
6. Alasan Masuk :
Klien masuk ke IGD pada tanggal 01 november 2022 dengan keluhan gerak janin
tidak terasa sejak 3 hari yang lalu,tidak ada keluar darah bercampur lender, tidak ada
nyeri ari-ari
PENGKAJIAN PRE OP
RIWAYAT KESEHATAN
24
Pola tidur saat ini : selama sakit klien sering terbangun, frekuensi tidur
kurang lebih 5 jam di malam hari
Keluhan tidak nyaman : klien mengeluh nyeri pada pinggang sampai ke ari-ari.
f) Eliminasi
Urin : 5x sehari,tidak sakit ketika BAK dan bewarna kuning.
BAB : 1x sehari, terasa keras.
Masalah khusus : tidak ada.
g) Personal hygiene
1) Mandi
Sebelum sakit klien bisa mandi sendiri 2x sehari , selama dirawat klien dibantu
keluarga untuk dilap badannya.
2) Gosok gigi
Sebelum sakit klien gosok gigi 2x1 hari, saat pengkajian dilakukan klien
mengatakan belum ada gosok gigi.
3) Mencuci rambut
Sebelum sakit klien bisa cuci rambut, sekarang belum ada.
4) Masalah khusus
Selama sakit klien tampak murung dan malas untuk melakukan aktivitas.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Tekanan darah : 121/82 MmHg
c) Nadi : 82 x/mnt
d) Suhu : 36,7
e) Pernafasan : 20 x/mnt
f) BB : 85 kg
g) Tinggi Badan : 158 cm
2. Kepala & leher
Kepala : Rambut bersih,hitam dan ikal
Mata : Konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Tidak ada sumbatan,tidak ada pembengkakan
Mulut : Mukosa bibir kering, gigi lengkap
25
Telinga : Bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
pembesaran vena jogularis,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan
Masalah khusus : Tidak ada
3. Thorakc
Jantung : Tidak ada penumpukan cairan
Paru : Tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan
Masalah khusus : Tidak ada
4. Abdomen
Tfu : 32 cm
Posisi Janin : Sunsang
Bagian Terbawah Janin : Belum masuk PAP
Leopold 1 : teraba keras dan bulat, merupakan kepala janin
Leopold 2 : teraba punggung yang keras dan datar pada sisi kanan dan
teraba ekstremitas bayi pada sisi kiri
Leopold 3 : Teraba lembut dan lunak merupakan bokong
Leopold 4 : TFU 32 cm, posisi janin belum masuk panggul (PAP)
5. Pirenium dan genetalia
Vagina : Terpasang kateter foley
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Tidak ada
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
26
6. Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kiri RL/8 jam, tidak ada edema,
tidak ada lesi dan jejas, ekstremitas tampak lengkap
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Kekuatan otot kuat, tidak ada edema, ekstremitas bawah
tampak lengkap, tidak ada lesi, jejas dan edema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Skrining nyeri
1. Laboratorium
Tgl 01/11/2022
HGB : 11,3 (g/dl)
HCT : 36,1 (%)
PT : 11,5
APTT : 27,9
HBSaG : Non Reaktif
Rapid Antigen : Non Reaktif
27
Plano Test : Positif
28
ANALISA DATA
N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
Do: Kehilangan Berduka
Pasien tampak lemas dan
tidak memiliki semangat
dalam beraktivitas
Pasien tampak sedih dan
gelisah
Pasien tampak menangisi
kematian janinnya.
Ds :
Pasien mengatakan sedih
dengan kondisinya
Pasien mengatakan merasa
sangat kehilangan atas
kematian janinnya
Keluarga pasien
mengatakan semenjak
sakit waktu dan kualitas
tidur pasien berkurang
Do: Agen pencedera fisik Nyeri akut
Pasien tampak meringis
Skala Nyeri : 6
Tekanan Darah : 121/82
mmHg
Nadi : 82 x/i
Pasien dilakukan terapi
induksi untuk merangsang
pembukaan
29
Ds :
Pasien mengatakan nyeri
pada bagian post OP
Pasien mengatakan sulit
beraktifitas karena nyeri.
Do : Faktor Psikologis Resiko Defisit Nutrisi
Pasien tampak hanya
menghabiskan ¼ porsi
makanan yang diberikan
RS.
Pasien tampak enggan
makan
Pasien tampak lemas
Pasien tampak sedih
121/82 mmHg
Nadi
82 x/mnt
Ds :
Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
Pasien mengatakan sedih
akan kondisi yang
dialaminya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
masih belum bisa menerima kondisi kehilangan janinnya, pasien tampak lemah dan
30
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dibuktikan dengan pasien
pernyataan pasien yang mengatakan tidak nafsu makan. Pasien tampak hanya
menghabiskan ¼ porsi makan yang diberikan RS. Pasien tampak terpuruk dalam
31
INTERVENSI KEPERAWATAN
35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
4 November 2022
08.00
S: Pasien mengatakan sedih atas kehilangan
janinnya, namun pasien mengatakan sudah mulai
ikhlas akan kondisinya.
O:
Pasien tampak mulai menerima
konsdisinya
Pasien tampak lemah
Pasien sudah mau mengungkapkan
perasaan dan harapannya
TD : 110/ 80 mmHg
N : 90 x/i
R : 21x/i
A: berduka belum teratasi
P: intervensi dihentikan
37
memperberat dan memperingan O:
nyeri Pasien terlihat meringis
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan Pola tidur tidak teratur
keyakinan tentang nyeri Pasien terlihat cemas
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya Kesadaran : compos mentis
terhadap respon nyeri TD : 130/90 mmHg
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri N : 98x/mnt
pada kualitas hidup
R : 25x/mnt
8. Memonitor keberhasilan terapi
Skala nyeri 6
komplementer yang sudah diberikan
A: Nyeri akut Belum Teratasi
9. Memonitor efek samping
P: Intervensi no 1, 2, 3,4, 9, 10,11, 12, 13, 16
penggunaan analgetic
dan 17
10. Memberikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri Kontrol
3 November 2022
lingkungan yang memperberat rasa
19.30 wib
nyeri
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas, nyeri
11. Memfasilitasi istirahat dan tidur
perut hilang timbul sehingga sulit beraktivitas,
12. Mejelaskan penyebab, periode, dan
O:
pemicu nyeri
13. Menjelaskan strategi meredakan Pasien terlihat meringis
nyeri Pola tidur tidak teratur
14. Menganjurkan memonitor nyri Pasien terlihat cemas
secara mandiri Kesadaran
15. Menganjurkan menggunakan compos mentis
analgetik secara tepat TD : 110/90 mmHg
16. Mengajarkan teknik N : 85x/mnt
nonfarmakologis untuk mengurangi R : 22 x/mnt
rasa nyeri Skala nyeri 5
17. Kolaborasi pemberian analgetik, A: Nyeri akut Belum Teratasi
P: Intervensi no 1, 2, 3,4,5,9,11,14,16 dan 17
dilanjutkan
38
4 November 2022
08.00 wib
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas, nyeri
perut masih ada tapi sudah berkurang, pola
aktifitas dan tidur sudah membaik
O:
Pola tidur teratur
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/ 80 mmHg
Nadi : 90 x/i
R : 21 x/mnt
Skala nyeri 3
39
9. Melakukan oral hygiene sebelum 3 November 2022
makan, jika perlu 20.00 wib
10. Memfasilitasi menentukan pedoman S: Klien mengatakan tidak nafsu makan, pasien
diet (mis: piramida makanan) mengatakan sedih atas kehilangan janinnya.
11. Mensajikan makanan secara menarik O:
dan suhu yang sesuai Porsi makan yang dihabiskan 1/3
12. Memberikan makanan tinggi serat Pasien terlihat lemah
untuk mencegah konstipasi Pasien tampak larut dalam kesedihhannya
13. Memberikan makanan tinggi kalori Pasien tampak enggan untuk makan
dan tinggi protein A: resiko deficit nutrisi belum teratasi
14. Memberikan suplemen makanan, P: intervensi no 1,4,6,7,8,18,19 dilanjutkan
jika perlu
15. Mengajarkan posisi duduk, jika 4 November 2022
mampu 08.30
16. Mengajarkan diet yang S: Keluarga pasien mengatakan nafsu makan
diprogramkan pasien sudah mulai membaik
17. Berkolaborasi pemberian medikasi O:
sebelum makan (mis: Pereda nyeri, Porsi makan yang dihabiskan 1/3
antiemetik), jika perlu Pasien terlihat lemah
18. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
Nafsu makan pasien tampak membaik
menentukan jumlah kalori dan jenis
A: resiko deficit nutrisi belum teratasi
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
P: intervensi dihentikan
40
PENGKAJIAN POST OP
RIWAYAT KESEHATAN
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a) Kesadaran : Compos Mentis
b) Tekanan darah : 110/80 MmHg
c) Nadi : 90 x/mnt
d) Suhu : 36,7
e) Pernafasan : 21 x/mnt
f) BB : 85 kg
g) Tinggi Badan : 158 cm
2. Kepala & leher
Kepala : Rambut bersih,hitam dan ikal
Mata : Konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan
Hidung : Tidak ada sumbatan,tidak ada pembengkakan
Mulut : Mukosa bibir kering, gigi lengkap
Telinga : Bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening, tidak ada
pembesaran vena jagularis,tidak ada nyeri tekan, tidak ada
nyeri saat menelan
Masalah khusus : Tidak ada
43
3. Thorakc
Jantung : Tidak ada penumpukan cairan
Paru : Tidak ada suara nafas tambahan
Payudara : Putting menonjol,tidak ada nyeri tekan
Masalah khusus : Tidak ada
4. Abdomen : Terdapat luka post op
5. Pirenium dan genetalia
Vagina : Terpasang kateter
Kebersihan : Bersih
Keputihan : Tidak ada
Jenis/warna : Tidak ada
Konsistensi : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Hemorrhoid : Tidak ada
Derajat : Tidak ada
Berapa Lama : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
6. Ekstermitas
Ekstermitas atas
Inspeksi : Terpasang infus di tangan kiri RL/8 jam, tidak ada edema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Kekuatan otot kuat, tidak ada edema
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Skrining nyeri
44
P : Nyeri disebabkan oleh post op
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri terasa menjalar dari bekas op sampai ke punggung
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri hilang timbul
1. Laboratorium
Tgl 01/11/2022
HGB : 11,3 (g/dl)
HCT : 36,1 (%)
PT : 11,5
APTT : 27,9
HBSaG : Non Reaktif
Rapid Antigen : Non Reaktif
Plano Test : Positif
45
ANALISA DATA
N MASALAH
DATA ETIOLOGI
O KEPERAWATAN
Do: Kehilangan Berduka
Pasien tampak lemas dan
tidak memiliki semangat
dalam beraktivitas
Pasien tampak sedih dan
gelisah
Pasien tampak menangisi
kematian janinnya.
Ds :
Pasien mengatakan sedih
dengan kondisinya
Pasien mengatakan sangat
sedih ketika mendengar
tangisan bayi lain
Pasien mengatakan merasa
sangat kehilangan atas
kematian janinnya
Keluarga pasien
mengatakan semenjak
sakit waktu dan kualitas
tidur pasien berkurang
Do: Agen pencedera fisik Nyeri akut
Pasien tampak meringis
Pasien post OP SC
Skala Nyeri : 6
Tekanan Darah : 120/80
mmHg
Nadi : 90 x/i
Ds :
46
Pasien mengatakan nyeri
pada bagian post OP
Pasien mengatakan sulit
beraktifitas karena nyeri.
Do : Faktor Psikologis Resiko Defisit Nutrisi
Pada jam 21.00 pasien
masih berpuasa sampai
pukul 04.00
Pasien tampak hanya
menghabiskan ¼ porsi
makanan yang diberikan
RS.
Pasien tampak enggan
makan
Pasien tampak lemas
Pasien tampak sedih
120/80 mmHg
Nadi
90 x/mnt
Ds :
Pasien mengatakan masih
berpuasa
Pasien mengatakan sedih
akan kondisi yang
dialaminya
47
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik yang dibuktikan Pasien mengatakan
nyeri pada bagian luka post operasinya.
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan pernyataan
pasien yang mengatakan tidak nafsu makan. Pasien tampak terpuruk dalam kesedihannya dan
enggan untuk makan.
48
INTERVENSI KEPERAWATAN
49
menerima tindakan induksi dengan kriteria hasi : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
persalinan dengan tujuan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
merangsang pembukaan untuk 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
mengeluarkan janin. Pasien 3. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
tampak meringis kesakitan. Pasien 4. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
mengatakan nyeri pada bagian luka 5. Nafsu makan membaik 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
post operasinya. 6. Pola tidur membaik nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
50
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
52
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
56
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Kematian janin dalam rahim adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR) atau Intra Uterine Fethal Death
(IUFD),sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah dua puluh minggu maupun sesudah
kehamilan dua puluh minggu. Berdasarkan hasil pengkajian pada 01 november 2022
didapatkan data subjektif klien mengatakan gerak janin tidak terasa sejak 3 hari yang
lalu,tidak ada keluar darah bercampur lendir dan tidak ada nyeri ari ari. Ny.A mengatakan
sedih dengan keadaan yang dialaminya dan mengatakan sangat kehilangan atas kematian
janinya,klien juga mengatakan nyeri pada bagian post operasi hal itu menyebabkan klien sulit
untuk beraktivitas kemudian klien juga mengatakan tidak nafsu makan karna rasa sedih yang
mendalam atas kondisi yang dialaminya dari hasil pemeriksaan didapatkan TD 121/82 mmhg,
nadi 82 x/i. Klien tampak lemas dan tidak memiliki semangat dalam beraktifitas, klien
terlihat sangat sedih dan gelisah klien juga selalu menangisi kematian janinya, klien tampak
meringis dengan skala nyeri 5, porsi makan yang dihabiskan hanya ¼ dari porsi yang
disediakan rs dan klien tampak enggan untuk makan. Klien terpasang infus RL/8 jam dan
hasil labor pada tanggal 01 november 2022 didapatkan hasil HGB 11.3 (g/dl), HCT 36,1 (%),
PT 11,5, APTT 27,9, HBSaG :Non Reaktif, Rapid Antigen : Non Reaktif, Plano Test Positif.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah proses keperawatan yang merupakan bagian dari
penilaian klinis tentang pengalaman atau tanggapan individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan aktual, potensial, dan proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
mendorong praktik independen perawat (misalnya, kenyamanan atau kelegaan pasien)
dibandingkan dengan intervensi dependen yang didorong oleh perintah dokter (misalnya,
pemberian obat).Diagnosis keperawatan dikembangkan berdasarkan data yang diperoleh
selama pengkajian atau asesmen keperawatan meliputi pengkajian data pribadi, pola Gordon,
dan pemeriksaan fisik head to toe. Diagnosis keperawatan mengintegrasikan keterlibatan
pasien di seluruh proses. Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
IUFD yaitu :
57
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jalan lahir
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan bayi
3. Risiko infeski berhubungan dengan ketuban pecah
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
5. Resiko defifit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
Dari gambaran pada diagnose yang ada pada konsep teoritis tidak semuanya dialami
oleh klien. Diagnosa yang di jadikan sesuai dengan data subektif dan objektif yang
didapatkan dari klien, diagnose keperawatan yang bisa ditegakkan yaitu :
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis
4.3 Intervensi
Dalam perencanaan penyusunan asuhan keperawatan kelompok menggunakan rencana
asuhan keperawatan yang sudah disusun oleh tim pokja SDKI,SLKI dan SIKI sebagai standar
asuhan keperawatan. Pada perencanaan tinjauan kasus dilakukan sejalan dengan intervensi
yang ada pada kajian teoritis. Pada tahap pelaksanaan bisa didapatkan hasil yang baik karna
proses yang ada sejalan dengan perencanaan yang telah disusun. Selain itu keberhasilan dari
tahapan ini karna adanya kerja sama yang baik antar anggota kelompok,klien dan petugas
kesehatan yang ada diruang kebidanan.
4.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawaran dimulai pada tanggal 01 november, tahap awal
kelompok membina hubungan saling percaya dengan klien. Pada pengkajian pertama klien
mengatakan sedih dengan keadaan yang dialaminya dan mengatakan sangat kehilangan atas
kematian janinya,klien juga mengatakan nyeri pada bagian post operasi hal itu menyebabkan
klien sulit untuk beraktivitas kemudian klien juga mengatakan tidak nafsu makan karna rasa
sedih yang mendalam atas kondisi yang dialaminya dari hasil pemeriksaan didapatkan TD
121/82 mmhg, nadi 82 x/i. Klien tampak lemas dan tidak memiliki semangat dalam
beraktifitas, klien terlihat sangat sedih dan gelisah klien juga selalu menangisi kematian
janinya, klien tampak meringis dengan skala nyeri 5, porsi makan yang dihabiskan hanya ¼
dari porsi yang disediakan rs dan klien tampak enggan untuk makan. Klien terpasang infus
RL/8 jam dan hasil labor pada tanggal 01 november 2022 didapatkan hasil HGB 11.3 (g/dl),
HCT 36,1 (%), PT 11,5, APTT 27,9, HBSaG: Non Reaktif, Rapid Antigen: Non Reaktif,
Plano Test Positif
58
4.5 Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kondisi klien menunjukan adanya perubahan ke
arah yang lebih baik. Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 02 november didapatkan klien
mengatakan sedih saat mengetahui didiagnosa IUFD,dan klien belumbisa menerima kondisi
yang menimpanya dan saat dilakukan evaluasi pada tanggal 4 november klien masih merasa
sedih namun sudah mulai ikhlas dengan kndisi yang dialaminya. Pada tanggal 3 november
Nyeri yang awalnya ada di skala 5 sudah mulai berkurang dengan skala nyeri 2, nafsu makan
yang pada awal pengkajian hanya ¼ porsi yang dihabiskan sudah meningkat dan sudah
membaik.
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
IUFD merupakan salah satu penyebab kematian perinatal. IUFD termasuk dalam
masalah angka kematian bayi (AKB) yang merupakan salah satu indikator paling penting
untuk menilai tingkat kesejahteraan suatu Negara. Kematian dalam Rahim (IUFD) bisa juga
disebabkan karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,
hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat menyebabkan kematian.
Begitu pula dengan anemia, kerena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu
kekurangan Fe dampak pada janin adalah irrefersible. Kerja organ-organ maupun aliran darah
janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin. Kondisi penyakit penyerta pada ibu hamil
sangat berpengaruh pada keberhasilan pelayanan obstetric yang buruk, kejadian lahir mati
merupakan tolak ukur dalam menilai pelayanan antenatal dan intranatal.
5.2 Saran
Sebenarnya factor resiko dan komplikasi IUFD dapat dicegah apabila ibu hamil rutin
memeriksakan kehamilannya pada dokter ataupun ketempat pelayanan kesehatan lainnya,
sehingga apabila ditemukan komplikasi kehamilan dapat ditangani sejak dini dan diharapkan
dapat mencegah terjadinya IUFD . Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah
atau mendekati aterm adalah ibu merasa gerak janin menurun, tidak bergerak atau gerak janin
terlalu keras,perlu dilakukan ultrasonografi.
60