Anda di halaman 1dari 12

Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERSTIF TIPE STAD


BAGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS V DI SDN 21 PADANG

Prima Aswirna
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Abstract: The purpose of this research is to improve the students’ leaning outcome of the fifth grade SD
(elementary School) Negeri 21 Padang. There were 32 students involved in this research. The method used in
this research was STAD Type Co-operative Learning Model. The results showed that the application of STAD,
Cooperative Learning Model can improve the students’ learning outcomes especially on the material changes:
objects and changes in the initial test items. The students who completed 216 members or 50% percentage with
classical absorption 65, 47% or an average score of 65%. In the first cycle increased students who complete 24
of them or 75% with 75.94% classical absorption At the second the increase reach 30 student or 95%
percentage with classical absorption 87.03%. Finally, and the activities of teachers and students on the first
and second cycles has sufficient and good categories while in cycle II it turned in both good and excellent
category.

Key Word: learning outcomes, science, Cooperative Learning

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 21 Padang.
Siswa yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 32 orang kelas V SD Negeri Padang tahun pelajaran 2016-
2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 21 Padang, pada materi perubahan wujud benda dan
peubahan sifat benda di tes awal : siswa yang tuntas 216 orang atau persentase 50% dengan daya serap klasikal
65,47% atau nilai rata-rata 65%. Pada Siklus I meningkat siswa yang tuntas 24 orang atau 75% dengan daya
serap klasikal 75,94%, . Dan pada siklus II meningkat siswa yang tuntas 30 orang atau persentase 95% dengan
daya serap klasikal sebesar 87,03%. dan aktivitas guru dan siswa pada tindakan siklus I pertemuan ke 21 dan
2 dalam kategori cukup dan baik dalam siklus II meningkat dalam kategori baik dan sangat baik.

Kata Kunci: Hasil Belajar, IPA, Pembelajaran Kooperatif

PENDAHULUAN kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.


Proses pembelajaran tersebut biasanya
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti hanya didominasi oleh siswa yang pandai,
bersama dengan guru bidang studi kelas V SD sementara siswa yang kemampuannya rendah
Negeri 21 Padang, diketahui bahwa dalam kurang berperan dalam mengerjakan tugas
pembelajaran IPA selama ini sebenarnya guru kelompok. Namun, suatu hal yang menarik
bidang studi IPA sudah menerapkan perhatian saat itu yakni siswa tidak mau
pembelajaran kooperatif untuk bertanya kepada gurunya tetapi terhadap
menyampaikan konsep-konsep sains. teman yang dianggap mampu, mereka mau
Beberapa tugas yang harus dikerjakan siswa menyampaikan kesulitannya. Mereka
secara kelompok seperti mengerjakan soal- berusaha bertanya untuk mengetahui apa yang
soal latihan, tugas membaca dan masih ditanyakan guru. Keterbukaan kepada teman
banyak lagi tugas lainnya. Tetapi kalau menjadi inspirasi bagi peneliti untuk
dicermati, kegiatan kelompok tersebut bukan memanfaatkannya dalam proses pembelajaran
pembelajaran kooperatif karena tujuan dari kelak.
kerja kelompok hanya menyelesaikan tugas, Pembelajaran kooperatif akan
sedangkan pembelajaran kooperatif adalah membuat suasana belajar lebih luwes,
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan fleksibel dan memungkinkan siswa
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif berinteraksi dengan sesamanya maupun
merupakan strategi belajar dengan berinteraksi dengan guru. Dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok pembelajarn kooperatif siswa akan merasa

53
54 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

bebas untuk saling membantu dalam model pembelajaran kooperatif. Permasalahan


memecahkan masalah di mana siswa akan dalam penelitian ini adalah apakah dengan
terbiasa mengeluarkan pendapat terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif
teman sekelompok. Kebiasaan siswa Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
berinteraksi dengan anggota kelompoknya siswa kelas V SD Negeri 21 Padang pada
akan membuat mereka tidak merasa takut mata pelajaran IPA? Tujuan penelitian ini
bertanya kepada guru. adalah untuk meningkatkan hasil belajar
Namun kenyataan, aktivitas yang pada siswa kelas V SD Negeri 21 Padang
ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih pada mata pelajaran IPA melalui penerapan
rendah seperti rendahnya minat siswa belajar model Kooperatif tipe STAD. Adapun
kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran manfaat penelitian yaitu a. Bagi Siswa 21)
dilapangan melalui belajar kelompok masih Memiliki keterampilan untuk berdiskusi,
jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang menyelesaikan suatu masalah, sehingga
dicapai masih rendah. Pada umumnya siswa siswa dapat terlibat secara aktif dalam
cenderung pasif, hanya menerima apa yang proses pembelajaran dan dapat
disampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan meningkatkan hasil belajar. 2) Mendorong
pendapat, bertanya, serta menjawab siswa agar termotivasi sehingga senang
pertanyaan. Jika guru mengajukan belajar IPA dan dapat memperoleh
pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, pengalaman belajar. Bagi Guru.: 1) Sebagai
jika ada itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan bahan pertimbangan dalam proses
jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. pembelajaran dalam memilih metode
Dan nilai yang diperoleh siswa masih pengajaran untuk meningkatkan hasil belajar
dibawah strandar ketuntasan belajar, dimana siswa. 2) Hasil PTK ini dapat dijadikan bahan
standar yang digunakan adalah 65. Namun masukan terhadap upaya perbaikan
masih terdapat 60% dari siswa dalam pembelajaran IPA. Bagi Peneliti, sebagai
pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah masukan pengetahuan dan dapat
standar. membandingkan dengan teori yang lain dan
Berdasarkan permasalahan di atas menerapkannya dalam pelaksanaan
maka upaya peningkatan hasil belajar siswa pembelajaran di SD.
dalam pembelajarn IPA di SD Negeri 21 Bagi sekolah, Sebagai bahan masukan
Padang merupakan masalah yang harus kepada pihak penentu kebijakan SD Negeri 21
ditanggulangi. Salah satu model Padang dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu pendidikan. Agar tidak terjadi penafsiran
model pembelajaran kooperatif. Banyak yang salah terhadap istilah-istilah yang
model pembelajaran koopertaif yang dapat digunakan dalam penelitian ini, maka perlu
digunakan dalam proses pembelajaran. penjelasan sebagai berikut: 21. Hasil belajar
Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini adalah kemampuan siswa yang dicapai oleh
di batasi pada model STAD (Student Teams siswa setelah melalui proses belajar sesuai
Achievement Divisions). dengan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
Model pembelajaran tipe STAD setiap individu harus belajar sebaik-baiknya
adalah model pembelajaran kelompok agar hasil belajar yang diperoleh juga lebih
dengan anggota yang heterogen untuk berhasil dengan baik. 2. Pembelajaran
mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD kooperatif tipe STAD merupakan suatu
ini membantu dan memotivasi semangat variasi dari metode pengajaran dimana siswa
siswa untuk berhasil memecahkan suatu bekerja sama dalam suatu kelompok kecil
masalah secara bersama. Model Pembelajarn yang saling membantu satu sama lain dalam
kooperatif tipe STAD merupakan model yang rangka mencapai tujuan.
paling sederhana, sehingga model Sebelum memperoleh pengertian hasil
pembelajaran tersebut dapat di gunakan oleh belajar yang obyektif perlu dirumuskan lebih
guru-guru yang baru memulai menggunakan dahulu pengertian belajar. Menurut Slameto
Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 55

(2003), belajar merupakan suatu proses usaha Pembelajaran kooperatif tipe STAD,
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh skor individual bukan skor akhir mutlak siswa
suatu perubahan tingkah laku yang baru pada setiap tindakan. Skor individual
secara keseluruhan, sebagai hasil merupakan poin perkembangan individu
pengalamannya sendiri dalam interaksi yang besarnya ditentukan oleh skor
dengan lingkungannya dalam memenuhi akhir siswa menyamai atau melampaui skor
kebutuhan hidupnya. Jaeng (2006) dasar mereka. Berdasarkan permasalahan
menyatakan bahwa “belajar adalah seluruh yang ada pada penelitian ini maka dapat
rangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang dikemukakan hipotesis tindakan sebagai
secara sadar (mandiri atau berinteraksi berikut “ Apabila dilakukan pembelajaran
dengan lingkungan/orang lain) yang melalui model kooperatif tipe STAD maka
mengakibatkan perubahan pada dirinya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 21
berupa penambahan pengetahuan, Padang dapat ditingkatkan terhadap pelajaran
keterampilan dan perubahan perilaku yang IPA”.
sifatnya relatf permanen.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka Pengertian Model Pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses uasaha yang dilakukan siswa untuk Model pembelajaran merupakan salah
memperoleh suatu perubahan tingkah laku satu factor penting dalam pembelajaran yang
yang baru secara keseluruhan, secara digunakan oleh guru demi tercapainya
sengaja, disadari dari perubahan tersebut keberhasilan belajar siswa. Model
relatif menetap serta membawa pengaruh pembelajaran yang sesuai akan sangat
dan manfaat yang positif bagi siswa dalam membantu dalam pembelajaran, sehingga
berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil tujuan pembelajaran akan lebih mudah
belajar adalah hasil yang telah dicapai terwujud. Soekamto, dkk. (Trianto, 2009)
oleh siswa berupa kemampuan aspek mengemukakan bahwa model pembelajaran
kognitif, afektif dan psikomotorik setelah adalah kerangka konseptual.
mengalami proses belajar dapat dilihat dari Senada dengan yang diutarakan oleh
hasil tes. Proses dalam pengertiannya Komalasari (2010) bahwa model
merupakan interaksi semua komponen atau pembelajaran merupakan bentuk
unsur yang terdapat didalam kegiatan pembelajaran yang tergambar dari awal
belajar mengajar saling berhubungan sampai akhir yang disajikan secara khas
(interdependent) dalam ikatan untuk oleh guru. Dengan kata lain, model
mencapai tujuan. (Arbiki, 2008). pembelajaran adalah wadah atau bungkus dari
Dari hasil di atas, dapat disimpulkan penerapan suatu pendekatan, metode, dan
bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan teknik pembelajaran. Berdasarkan dari
siswa terhadap materi pelajaran sebagai akibat beberapa uraian di atas, maka peneliti
dari perubahan prilaku setelah mengikuti menyimpulkan bahwa model pembelajaran
proses belajar mengajar berdasarkan tujuan adalah kerangka sistematis mengenai tata cara
pengajaran yang ingin dicapai. Hasil belajar guru dalam mengatur jalannya pembelajaran
IPA adalah kapabilitas/kemampuan yang demi terwujudnya tujuan pembelajaran.
diperoleh siswa selama proses pembelajaran Pemilihan model pembelajaran yang
IPA yang meliputi keaktifan siswa, sikap sesuai akan memudahkan guru dalam
siswa selama proses pembelajaran dan dari mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
hasil tes/ujian siswa. Menurut Slavin (Usman, Komalasari (2010) terdapat beberapa jenis
2004) pembelajaran kooperatif metode STAD model pembelajaran, yaitu:
terdiri 5 komponen utama, yaitu (1) penyajian 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
kelas, (2) belajar kelompok, (3) tes, (4) skor 2. Model Pembelajaran Kooperatif
peningkatan individu, dan (5) penghargaan 3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
kelompok. 4. Model Pembelajaran Pelayanan
5. Model Pembelajaran Berbasis Kerja
56 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

6. Model Pembelajaran Konsep siswa dalam belajar sehingga siswa dapat


7. Model Pembelajaran Nilai menemukan dan memahami konsep dalam
pemecahan masalah.
Dari beberapa jenis model Menurut Arends (2009) ciri-ciri
pembelajaran di atas, guru dapat memilih pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
model pembelajaran yang dianggap paling 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara
sesuai dalam pembelajaran di kelas. Model kooperatif untuk menuntaskan materi
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu belajar.
model yang dianggap peneliti paling tepat 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang
untuk diterapkan dalam pembelajaran guna mempunyai kemampuan tinggi,
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sedang, dan rendah.
siswa, khususnya dalam pembelajaran sains. 3. Bila memungkinkan, anggota
kelompok berasal dari ras, budaya,
Pembelajaran Kooperatif suku, jenis kelamin yang beragam.
4. Penghargaan lebih berorientasi kepada
Selanjutnya pembelajaran kooperatif kelompok.
dikenal juga sebagai pembelajaran secara
berkelompok. Menurut Slavin (2005: 10) Berdasarkan uraian di atas, dapat
semua metode pembelajaran kooperatif disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
menyumbangkan ide bahwa siswa yang adalah pembelajaran yang memerlukan
bekerja sama dalam belajar dan kerja sama antara siswa, saling
bertanggung jawab terhadap teman satu kebergantungan dalam struktur pencapaian
timnya mampu membuat diri mereka belajar tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan
sama baiknya. Tugas-tugas yang diberikan pembelajaran bergantung dari individu dalam
bukan untuk melakukan sesuatu, tetapi belajar kelompok. Jenis-jenis pembelajaran
sesuatu sebagai sebuah tim. kooperatif menurut Slavin (2005: 11) adalah
Menurut Trianto (2009) pembelajaran sebagai berikut.
kooperatif merupakan pembelajaran yang 1. Student Team Achievement Division
bernaung dalam teori konstruktivisme (STAD)
sehingga pembelajaran ini muncul dengan 2. Team Games Tournament (TGT)
konsep bahwa siswa akan lebih mudah 3. Jigsaw
menemukan dan memahami hal yang sulit 4. Cooperative Integrated Reading and
jika mereka saling membantu memecahkan Composition (CIRC)
masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan 5. Team Accelerated Instruction (TAI)
kelompok sejawat menjadi aspek utama
dalam pembelajaran kooperatif. Sama halnya Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Taniredja (2013) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif (cooperative STAD (Student Teams Achievement
learning) adalah suatu model pembelajaran Division) adalah model pembelajaran
di mana dalam sistem belajar dan bekerja kooperatif yang dikembangkan oleh Robert
dalam kelompok-kelompok kecil yang Slavin, dkk. di Universitas John Hopkins
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif pada tahun 1995. Menurut Slavin (2005),
sehingga dapat merangsang siswa lebih model pembelajaran ini merupakan model
bergairah dalam belajar. Berdasarkan pembelajaran yang paling sederhana dan
beberapa pendapat di atas, penulis paling tepat digunakan oleh guru yang baru
menyimpulkan bahwa pembelajaran mulai menggunakan pendekatan dengan
kooperatif merupakan pembelajaran yang pembelajaran kooperatif. Berdasarkan
dilakukan dengan cara mengelompokkan pernyataan Slavin (2005) penjelasan
siswa dalam jumlah kecil terdiri dari 4-6 mengenai STAD adalah sebagai berikut.
orang yang bertujuan untuk merangsang Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim
Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 57

belajar yang terdiri atas empat orang yang Berdasarkan uraian di atas, dapat
berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis ditarik kesimpulan bahwa gagasan utama
kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru dari model pembelajaran kooperatif tipe
menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja STAD adalah untuk memotivasi siswa
dalam tim mereka untuk memastikan supaya dapat saling mendukung dan
bahwa semua mengerjakan kuis mengenai membantu satu sama lain sehingga dapat
materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu meningkatkan aktivitas belajar, yang pada
mereka tidak diperbolehkan untuk saling akhirnya hasil belajar pun akan meningkat.
bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan Pelaksanaannya siswa dibagi dalam
dengan rata-rata pencapaian mereka kelompok-kelompok kecil bersifat heterogen
sebelumnya, dan kepada masing-masing tim yang bekerja sama saling membantu dengan
akan diberikan poin berdasarkan tingkat tetap memperhatikan hasil kerja kelompok
kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dan individu. Seperti halnya pembelajaran
dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD
Poin ini kemudian dijumlahkan untuk juga membutuhkan persiapan yang matang
memperoleh skor tim, dan tim yang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
berhasil memenuhi kriteria tertentu akan Menurut Trianto (2009) ada 5
mendapatkan sertifikat atau penghargaan persiapan yang harus dilakukan. Persiapan-
lainnya. persiapan tersebut antara lain:
Menurut Trianto (2009) pembelajaran 1. Perangkat pembelajaran, sebelum
kooperatif tipe STAD adalah model melaksanakan kegiatan pembelajaran
pembelajaran kooperatif dengan ini perlu dipersiapkan perangkat
menggunakan kelompok-kelompok kecil pembelajarannya, yang meliputi rencana
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku
siswa secara heterogen, yang merupakan siswa, lembar kerja siswa (LKS) beserta
campuran menurut tingkat prestasi, jenis lembar jawabannya.
kelamin, dan suku. Diawali dengan 2. Membentuk kelompok kooperatif,
penyampaian tujuan pembelajaran, menentukan anggota kelompok
penyampaian materi, kegiatan kelompok, diusahakan agar kemampuan siswa dalam
kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin kelompok adalah heterogen dan
(2005) mengemukakan terdapat tiga konsep kemampuan antarsatu kelompok dengan
penting dalam pembelajaran kooperatif tipe kelompok lainnya relatif homogen.
STAD yaitu : Apabila memungkinkan kelompok
1. Penghargaan kelompok, yang akan kooperatif perlu memerhatikan ras,
diberikan jika kelompok mencapai agama, jenis kelamin, dan latar
kriteria yang ditentukan. belakang sosial. Apabila dalam kelas
2. Tanggung jawab individual, bermakna terdiri atas ras dan latar belakang yang
bahwa kesuksesan tim bergantung pada relatif sama, maka pembentukan
pembelajaran individual dari semua kelompok dapat didasarkan pada prestasi
anggota tim. akademik. Dalam hal ini penulis
3. Kesempatan sukses yang sama, menamai masing-masing kelompok
bermakna bahwa semua siswa memberi dengan nama bunga agar memudahkan
kontribusi kepada timnya dengan cara dalam membagi kelompok.
meningkatkan kinerja mereka dari yang 3. Menentukan skor awal, Skor awal yang
sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa dapat digunakan dalam kelas
siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan kooperatif adalah nilai akhir semester
rendah semuanya sama-sama ditantang sebelumnya.
untuk melakukan yang terbaik, dan 4. Pengaturan tempat duduk, pengaturan
bahwa kontribusi dari semua anggota tim tempat duduk dalam kelas kooperatif
ada nilainya. perlu juga diatur dengan baik. Hal ini
dilakukan untuk menunjang keberhasilan
58 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

pembelajaran kooperatif apabila tidak bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan


ada pengaturan tempat duduk dapat masing-masing individu dalam
menimbulkan kekacauan yang kelompok.
menyebabkan gagalnya pembelajaran Dalam setiap model pembelajaran
pada kelas kooperatif. terdapat langkah-langkah pembelajaran yang
5. Kerja kelompok, untuk mencegah adanya diterapkan dari awal sampai akhir.
hambatan pada pembelajaran kooperatif Slavin (2005: 147-163) menyatakan
tipe STAD, terlebih dahulu diadakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe
latihan kerja sama kelompok. Hal ini STAD dapat disusun sebagai berikut.

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan memotivasi yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kooperatif. kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
Membimbing kelompok bekerja dan belajar saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi telah dipelajari atau masing- masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya
Memberikan penghargaan maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Slavin (Trianto, 2009: 71- 2. Menghitung skor kelompok


73) pemberian penghargaan atas Skor kelompok ini dihitung dengan
keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh membuat rata-rata skor perkembangan
guru dengan melakukan tahapan-tahapan anggota kelompok, yaitu dengan
sebagai berikut: menjumlah semua skor perkembangan
1. Menghitung skor individu, untuk yang diperoleh anggota kelompok dibagi
memberikan skor perkembangan dengan jumlah anggota kelompok.
individu dihitung seperti berikut. Sesuai dengan rata-rata skor
perkembangan kelompok, diperoleh
Tabel 2. Perhitungan skor perkembangan kategori
Nilai Tes Skor Tabel 3. Tingkat penghargaan kelompok
Lebih dari 10 poin di bawah skor Awal perk
0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah 10 emba
poin Rata-rata Tim P
skor awal ngan
0≤x≤5 r-
Skor awal sampai 10 poin di atas skor 20 poin 5 < x ≤ 15 TimeBaik
awal d
15 < x ≤ 25 Tim Hebat
i
Lebih dari 10 poin di atas skor Awal 30 poin 25 < x ≤ 30 Tim Super
k
Nilai sempurna (tanpa memerhatikan 30 poin a
skor awal) t
3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor
kelompok
Setelah masing-masing kelompok
memperoleh predikat, guru memberikan
Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 59

hadiah/penghargaan kepada masing-masing terdiri dari 216 orang laki-laki dan 216 orang
kelompok sesuai dengan predikatnya. perempuan. Penelitian ini melibatkan 2 orang
Menurut Adesanjaya (2011: 68) kelebihan guru sebagai pengamat. Pelaksanaan
dan kelemahan model pembelajaran penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.
kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
a. Kelebihan model pembelajaran perubahan tingkah laku yang ingin dicapai.
kooperatif tipe STAD, yaitu: Rencana tindakan yang akan dilakukan dalam
1) Memberikan kesempatan kepada penelitian meliputi: a) Perencanaan tindakan,
siswa untuk menggunakan b) Pelaksanaan tindakan, c) Observasi, dan d)
keterampilan bertanya dan Refleksi.
membahas suatu masalah. Jenis data yang akan diperoleh adalah
2) Memberikan kesempatan kepada data kuantitatif dan data kualitatif. Data
siswa untuk lebih intensif kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar
mengadakan penyelidikan mengenai siswa, sedangkanData Kualitatif dari lembar
suatu masalah. observasi. Sumber data dalam penelitian ini
3) Mengembangkan bakat adalah guru (peneliti) dan siswa: Guru, data
kepemimpinan dan mengajarkan yang diperlukan adalah kemampuan mengajar
keterampilan berdiskusi. dengan menggunakan teknik pembelajaran
4) Memberikan kesempatan kepada kooperatif tipe STAD yang diperoleh dari
siswa untuk mengembangkan rasa hasil observasi saat proses pembelajaran
menghargai, menghormati pribadi berlangsung. Tahap yang dilaksanakan dalam
temannya, dan menghargai penelitian ini mencakup (1) tahap pra
pendapat orang lain. tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan.

b. Kelemahan Model Pembelajaran HASIL DAN PEMBAHASAN


Kooperatif Tipe STAD, yaitu: Kerja Peneliti mengawali kegiatan dengan
kelompok hanya melibatkan mereka memberikan tes pengetahuan awal, yang
yang mampu memimpin dan dijadikan dasar pembentukan kelompok.
mengarahkan mereka yang kurang Materi dari tes pengetahuan awal adalah
pandai dan kadang-kadang menuntut tentang perubahan wujud benda dan
tempat yang berbeda dan gaya-gaya perubahan sifat benda. Adapun hasil
mengajar berbeda. Untuk mengatasi hal pelaksanaan tes. Dengan persentase DSK =
tersebut diperlukannya keterampilan 65,47% dan KBK = 50%, dengan siswa
guru dalam manajemen kelasnya, guru yang tuntas 216 orang dan siswa yang tidak
mampu menyatukan siswa dengan tuntas 216 orang
berbagai keanekaragamannya dalam
kelompok-kelompok kecil sehingga Pelaksanaan Tindakan Siklus I
dapat mengatasi kelemahan dalam Siklus I merupakan awal tindakan
penggunaan model pembelajaran ini. dalam penelitian ini, yang mana dalam siklus
21 ini terdiri dari 3 kali pertemuan yaitu 3x 35
METODE menit dengan perencanaan sebagai berikut:
Pelaksanaan penelitian tindakan 1) Membuat skenario pembelajaran 2)
kelas ini mengikuti tahap penelitian Membuat rencana pembelajara. 3) Membuat
tindakan kelas bersiklus. Model penelitian ini lembar kerja siswa. 4) Membuat lembar
mengacu pada yang dikemukakan oleh observasi guru dan siswa. 5) Mempersiapkan
Kemmis dan Mc. Taggart (Hartono dan tes hasil belajar siklus 2.
Legowo, 2003:212) seperti yang terlihat Pelaksaaan tindakan pada siklus I
pada gambar dibawah. Penelitian ini akan pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
dilaksanakan di kelas V SD Negeri 21 selasa tanggal 21 Agustus 2016 dan
Padang semester 21 tahun pelajaran 2016- pertemuan kedua hari kamis tanggal 21
2017 dengan jumlah siswa 32 Orang yang Agustus 20214 dikelas V. Pelaksaan
60 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

tindakan dimulai dengan menyampaikan Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan guru
tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, dalam mengelola pembelajaran dengan
mengecek kembali materi prasyarat, dan menerapkan metode tipe STAD sudah baik.
dilanjutkan dengan penyajian materi tentang
perubahan wujud benda . Setelah penyajian Hasil Tes Kemampuan Siswa Siklus I
materi, peneliti meminta siswa mengatur Berdasarkan hasil tes Siklus I pada
tempat duduk sesuai dengan kelompoknya. lampiran 215 diperoleh data bahwa siswa
Selanjutnya peneliti membagikan LKS, yang tuntas secara individu sebanyak 24
masing-masing kepada kelompoknya yang orang, tuntas klasikal 75% dengan daya serap.
sudah ditentukan. Selama siswa bekerja dalam
kelompoknya. Refleksi Tindakan Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan Berdasarkan data pengamatan
pembelajaran tindakan siklus 21 dengan diperoleh hasil penilaian kerja kelompok
proses pembelajaran, kegiatan selanjutnya dan hasil observasi aktifitas guru dan siswa
adalah memberikan tes kemampuan, sebagai pada proses pembelajaran menunjukkan rata-
akhir dari proses pembelajaran. Tes rata cukup dan baik. Selain itu dari analisis
dilakukan secara serentak dan ditempatkan hasil tes individu pada siklus I, diperoleh data
dalam satu kelas. Bentuk tes yang diberikan daya serap klasikal sebesar 75,94%. Hal ini
adalah tes isian sebanyak 210 soal. menunjukkan bahwa pada pelaksanaan tes
akhir tindakan siklus21 siswa sudah mampu
Hasil Observasi Tindakan Siklus I dalam menyelesaikan soal perubahan wujud
Observasi terhadap aktivitas siswa benda berdasarkan indikator keberhasilan
dan guru dilakukan pada saat kegiatan tindakan maka diteruskan untuk ke siklus
pembelajaran berlangsung. Guru yang II dengan materi sifat perubahan wujud
ditunjuk sebagai mitra bertindak sebagai benda. Namun demikian peneliti perlu
observer yaitu Ibu Irawaty Tahir Ali, memperbaiki teknik penyajian materinya pada
S.Pd. SD Dari hasil observasi yang Siklus II agar lebih sistematis
dilakukan selama pembelajaran, didapatkan
hasil sebagai berikut: Hasil yang diperoleh Hasil PelaksanaanTindakan Siklus II
bahwa pada pertemuan pertama 26 dan skor Berdasarkan hasil refleksi pada
maksimal 40, dengan demikian prosentase siklus I, maka dipandang masih perlu untuk
nilai rata-rata adalah 65%. Observasi pada melakukan tindakan Siklus II, hal ini
pertemuan kedua jumlah skor yang diperoleh dilakukan untuk memperoleh hasil yang baik,
adalah 30 dari skor ,maksimal 40, dengan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada
demikian prosentase nilai rata-rata 75%. Hal tanggal 221 Agustus dengan rincian
ini terlihat secara umum aspek yang diamati pertemuan adalah 3 kali pertemuan di kelas, 2
mengindikasikan bahwa aktivitas siswa dalam kali peretemuan kegiatan belajar mengajar
pembelajaran dalam kategori baik diajarkan. (KBM), dan 21 kali pertemuan tes akhir
Nilai yang diperoleh pada pertemuan 21dan 2 siklus II. Adapun materi yang dibahas dalam
Siklus I dijadikan nilai perkembangan siklus II ini adalah sifat perubahan wujud
individu dan nilai kelompok. benda.
Hasil observasi guru pada pertemuan
pertama 36 dan skor maksimal 52, dengan Perencanaan Tindakan
demikian prosentase nilai rata-rata adalah Perencanaan tindakan siklus II
69,2% atau kriteria cukup. Observasi guru disusun berdasarkan hasil refleksi pada
pada pertemuan kedua, jumlah skor yang tindakan siklus I. rincian rancangan tindakan
diperoleh adalah 40 dengan skor maksimal siklus II ini sama seperti pada Siklus I hanya
52, dengan demikian prosentase nilai rata- yang membedakan adalah materi yang
rata adalah 76,9%. Dengan demikian, hasil disajikan adalah perubahan sifat benda.
observasi aktivitas guru dalam kategori baik. Kegiatan ini terdiri dari penyajian materi
Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 61

dan model pembelajaran kooperati tipe sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
STAD. penguasaan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan metode
Pelaksanaan Tindakan tipe STAD sudah sangat baik.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini
diawali dengan penyajian materi dan Hasil Tes Kemampuan Siswa Siklus II
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kerja Berdasarkan hasil tes Siklus II pada
kelompok atau kooperatif dengan LKS. lampiran 28 diperoleh data bahwa siswa yang
Pelaksanaan penelitian ini diamati oleh tuntas secara individu sebanyak 30 orang,
seorang pengamat/observer yaitu Sareme tuntas klasikal 95% dengan daya serap
Lakampali. klasikal 87,03% ini berarti menunujukkan
Sajian materi pada siklus II ini ialah bahwa tindakan siklus II dinyatakan berhasil.
sifat perubahan wujud benda seperti tindakan Selanjutnya tindakan siklus 2 ini
siklus I sebelum memulai kegiatan dapat dilihat peningkatan kemampuan siswa
pembelajaran, peneliti selalu mengingatkan dengan baik, dari hasil perhitungan diperoleh
aturan-aturan dalam model pembelajaran hasil yang sangat memuaskan, dimana rata-
kooperatif. Selain itu juga memberikan arahan rata kelompok hebat terkecuali kelompok 21,
terhadap kelompok yang mengalami bahkan ada kelompok super yaitu kelompok
kesulitan. III.

Hasil Observasi Tindakan Siklus II Refleksi Tindakan Siklus II


Observasi terhadap aktivitas siswa dan Refleksi dilakukan berdasarkan hasil
guru dilakukan pada saat kegiatan tes perorangan, observasi dan catatan
pembelajaran berlangsung. Guru yang lapangan seorang pengamat, Peneliti sudah
ditunjuk sebagai mitra bertindak sebagai bagus dalam menggunakan waktu dalam
observer untuk mengamati aktivitas siswa penyajian materi sehingga waktu tidak
dan guru menggunakan lembar observasi banyak terbuang seperti pada siklus I, para
kooperatif yang telah disediakan. Dari hasil siswa sudah bersifat agresif untuk bertanya
observasi yang dilakukan selama dengan arah pertanyaan yang cukup bagus,
pembelajaran, yang diperoleh bahwa pada yakni mengarah pada masalah yang dibahas,
pertemuan pertama 32 dan skor maksimal 40, penerapan Pembelajaran kooperatif tipe
dengan demikian prosentase nilai rata-rata STAD membuat semua kelompok merasa
adalah 80% hal ini menunjukkan aktivitas bertanggung jawab untuk menguasai materi
siswa dalam pembelajaran kategori baik . pelajaran, siswa yang berkemampuan rendah
Observasi pada pertemuan kedua jumlah skor terlihat aktif bertanya pada teman-temannya.
yang diperoleh adalah 35 dari skor maksimal Selanjutnya sesuai dengan hasil perhitungan
40, dengan demikian prosentase nilai rata- poin peningkatan rata-rata 25 poin. Dengan
rata 87,5%. Hal ini terlihat secara umum demikian bahwa kriteria keberhasilan
aspek yang diamati mengindikasikan bahwa tindakan siklus II ini telah tercapai.
aktivitas siswa dalam pembelajaran Rendahnya perbedaan hasil belajar
meningkat yaitu kategori sangat baik. antara tes awal dengan tes individu pada
Hasil observasi guru terlihat pada tindakan siklus I dapat disebabkan oleh
pertemuan pertama 44 dan skor maksimal model pembelajaran yang diterapkan dalam
52, dengan demikian prosentase nilai rata- kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran
rata adalah 84,6% atau kriteria baik. kooperatif tipe STAD yang diterapkan di SD
Observasi guru pada pertemuan kedua, Negeri I Padang baru pertama kali, sehingga
jumlah skor yang diperoleh adalah 49 dengan baik siswa maupun peneliti masih belum
skor maksimal 52, dengan demikian baik pemahamannya tentang cara belajar
prosentase nilai rata-rata adalah 94,2%. Hal dengan model tersebut, sehingga perbedaan
ini terlihat Dengan demikian, hasil hasil belajar yang diperoleh tidak terlalu
observasi aktivitas guru dalam kategori besar. Namun bila dibandingkan dengan
62 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

hasil belajar antara tes awal, tes individu memberikan pengaruh positif terhadap jiwa
siklus I dengan hasil tes individu siklus II sosial anak didik (saling membantu,
terdapat perbedaan yang jauh lebih besar. menghargai pendapat orang lain), maka
Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah dalam kerja kelompok sikap ini selalu
memperoleh pengalaman bagaimana cara diberikan penekanan tersendiri. Beberapa
belajar dengan model pembelajaran saran yang perlu disampaikan berdasarkan
kooperatif tipe STAD. hasil penelitian ini yaitu: 1) Pada proses
Selain dapat meningkatkan hasil pembelajaran, guru hendaknya dapat
belajar IPA siswa, model pembelajaran menjadikan model pembelajaran kooperatif
Kooperatif tipe STAD juga dapat tipe STAD sebagai alternatif utuk
meningkatkan aktivitas siswa dan guru di meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya
kelas. Berdasarkan pengamatan selama pada kelas yang heterogen. Karena model
kegiatan pembelajaran di siklus I dan II, pembelajaran ini dapat melibatkan siswa
aktivitas guru pada kategori baik. Namun secara keseluruhan dalam kegiatan
demikian, pada siklus II lebih baik pembelajaran. 2) Proses pembelajaran, guru
dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan hendaknya selalu memberikan penguatan
terjadi pada pemberian motivasi. Sedangkan terhadap sikap sosial berupa penjelasan
pada aktivitas siswa selama kegiatan kepada siswa mengenai pentingnya
pembelajaran disiklus I berada pada kategori bekerjasama dan saling menghargai pendapat
baik, namun pada siklus II terjadi orang lain.
peningkatan bila dibandingkan dengan siklus
I. Peningkatan terjadi terutama pada kerja REFERENSI
sama siswa dan adanya siswa yang berani
bertanya dan mengeluarkan pendapatnya. Arbiki, L. 2008. Meningkatkan Prestasi
Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pada Siswa Kelas III SD Negeri 214
siklus II memberikan aktivitas guru dan Kendari pada pokok bahasan
siswa yang lebih tinggi. Pecahan melalui
Dari tindakan siklus I dan II dapa Pendekatan RME (Realistic
dilihat peningkatan kemampuan siswa Mathematic).
dengan baik yakni siswa telah mampu
memahami materi perubahan wujud benda Afrida, Lisa. 2013. Peningkatan Hasil Belajar
dan sifat Benda. IPS Melalui Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD
KESIMPULAN DAN SARAN (Student Teams Achievement Division)
Siswa Kelas V MIN Kaliwungu Kudus
Berdasarkan hasil dan pembahasan, Tahun Ajaran 2013/ 2014. Kudus:
maka kesimpulan yang dapat diambil dari Skripsi Universitas Muria Kudus.
penelitian ini, adalah: 1) Penggunaan model
Anni, Chatarina Tri, dkk. 2005. Psikologi
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
belajar. Semarang: UPT UNNES press.
meningkatkan aktivitas yang lebih baik
pada siswa maupun guru serta meningkatkan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 21 Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Padang pada materi perubahan wujud benda Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta.
dan perubahan sifat benda. 2) Hasil belajar
yang diperoleh siswa pada perubahan wujud Badeni.1999. Masalah Dan Solusi
benda dan sifat benda menunjukkan suatu Pembelajaran Dengan Pendekatan
peningkatan yang signifikan. Hal ini Kooperatif Learning. Jakarta: JPIS
ditunjukkan dari persentase ketuntasan
belajar secara klasikal dari 75 % meningkat Bauwens, Jeanna dan Jack. J Hourcade. 1995.
menjadi 95 %.3) Kerja kelompok dapat Cooperative Teaching. Texas: Pro.ed.
Prima Aswirna: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif... 63

Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Berbantuan Modul Terhadap Hasil


Semarang: IKIP Semarang Press. Belajar Kewirausahaan Pada Siswa
Kelas X Pemasaran SMK Negeri 1
Dianasari, Enti. 2011. Pembelajaran Batang. Semarang: Skripsi Universitas
Kooperatif Model Jigsaw dan STAD Negeri Semarang
(Student Teams Achievement
Divisions) Ditinjaudari Kemampuan Mudjiono. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
awal dan Kreativitas Siswa. Surakarta: Jakarta: Rineka Cipta.
Tesis Universitas Sebelas Maret.
Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Pembelajaran. Jakarta: rineka cipta. Bandung: Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Nofitasari, Desi. 2012. Peningkatan Prestasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-
Cipta. B MTS Negeri Ponorogo Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran
Forijad. 1989. Penelitian dan Evaluasi Kooperatif Tipe STAD Tahun
Belajar. Jakarta: Karya Bersama. Pelajaran 2011/2022. Ponorogo: Skripsi
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Jakarta:
Hartono dan legowo, G. 2003, Pnelitian
Rineka Cipta
tindakan kelas (PTK), Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:.
Ibrahim, M., F. Rachama diarti, M. Nur dan
Rieneka Cipta.
Ismono. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabay: University Press Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning
Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif
Nusa Media.
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Jakarta: Pustaka Slavin, Robert E. 2005. Cooperative
Pelajar Learning: theory, research and
practice (N. Yusron. Terjemahan).
Jaeng, M. 2006. Belajar dan Pembelajaran
London: Allymand Bacon. Buku asli
Matematika, Palu: FKIP UNTAD
diterbitkan tahun 2005.
Murdiana, I. N, 2003. Integrasi Nilai-
nilai dalam Pembelajaran Matematika. Subana, M danSudrajat. 2005. Dasar-
DasarPenelitian Ilmiah. Bandung:
Karso, Hasibuan. 1993. Dasar-Dasar
Pustaka Setia.
Pendidikan MIPA. Jakarta: Depdikbud.
Sudjana Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses
Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif:
Belajar Mengajar. Bandung :
Strategi Mengelola Kelas Secara
Sinarbaru
Efektif dan Menyenangkan. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning.
Rosdakarya.
Jakarta: Grasindo.
Sudjana Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses
Maulida, Novita. 2012. Efektivitas Model
Belajar Mengajar . Bandung: PT.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Remaja Rosdakarya.
(Student Team Achievement Divisions)
64 Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 01 2018, hlm 53-64

Sudrajat Akhmad. 2008. Pengertian Sutrisno, 2005. Stastik Penelitian,


Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Taktik dan Model Pembelajaran. Psikologi UGM
Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Syah, Muhibbin, M. Ed. 1999. Psikologi
Inovatif. Jakarta: Yuma Pustaka. Belajar: Logos Wacana Ilmu.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Trianto, 2009 Mendesain Model
Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Pembelajaran Inovatif-Progresif.
karya. Jakarta Kencana Prenada Group.
Sumantridkk. 2002. Strategi Belajar Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran
Mengajar. Jakarta: CV Maulana. Inofatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usman H.B. 2004. Strategi Pembelajaran
Kontenmporer Suatu Pendekatan
Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Model Direktorat Jenderal Pendidikan
Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Cisarua.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan
Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Winkel, WS. 1991. Psikologi Pengajaran.
Semarang: Surya Offset. Jakarta: PT Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai