FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2017
1. KONSEP SUPPLY CHAIN
Supply chain adalah suatu sistem melalui mana suatu organisasi itu menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pengadaan ini juga merupakan
jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang
tersebut. Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik.
Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan
pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern masing-masing perusahaan.
Sedangkan pada konsep baru, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang
terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh end
customer. [1]
Konsep supply chain adalah tahap-tahap mekanisme yang dijalankan perusahaan dalam
mentransformasi bahan baku menjadi barang jadi yang dibeli oleh pelanggan. Isu-isu yang
berhubungan dengan penyampaian/pengiriman barang kepada perusahaan disebut inbound
logistics. Sedangkan isu-isu yang berhubungan dengan penyampaian produk kepada pelanggan
perusahaan dan/atau distributor disebut outbound logistics. [2]
Menurut saya, konsep supply chain itu adalah tahapan sebuah proses perusahaan mulai dari
produksi barang hingga barang tersebut berada ditangan end customer. Dengan kata lain,
perusahaan memproduksi dan menjual barang untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Seperti yang dituliskan pada artikel diatas bahwa ada 2 isu perusahaan dalam konsep supply
chain yaitu inbound logistic, yang menurut saya adalah proses pengiriman seperti bahan baku
(raw material) masuk ke bisnis (untuk diolah perusahaan), dan outbound logistic yaitu
pengiriman barang juga tetapi keluar dari bisnis, dengan kata lain barang jadi yang akan dijual
ke end customer. Untuk menjalankan supply chain ini, ada beberapa pemeran atau pemain
utama pada perusahaan yaitu Suppliers, Manufacturer, Distribution, Retail outlets, dan
Customers.
Contoh penerapannya sesuai dengan kerja kelompok yang sudah dibuat sebelumnya. Pada
kerja kelompok, terdiri dari 3 role yaitu Supplier, Producer dan Customer (Reseller). Disini
saya sebagai Customer (Reseller) dengan kasus Makanan khas daerah. Adapun 5 proses bisnis
pada role Customer (Reseller), yaitu :
1) Melakukan pemesanan produk makanan
2) Melakukan pembayaran produk makanan ke producer
3) Memasarkan produk makanan yang dipesan
4) Melakukan komplain apabila barang yang dipesan rusak, tidak sesuai atau kurang
jumlah
5) Memberikan penilaian (feedback) yang diberikan oleh konsumen ke produsen atas
produknya
Dan berikut adalah uraian proses bisnis Customer (Reseller) dibentuk dengan daftar
aktivitasnya.
1) Reseller memesan/membeli produk makanan ke produsen.
2) Produsen menerima daftar pembelian produk makanan dari Reseller.
3) Produsen memproses daftar pembelian produk dari Reseller.
4) Reseller melakukan pembayaran sesuai Invoice yang diberikan Produsen.
5) Produsen mengirimkan produk yang dipesan pada Reseller.
6) Reseller menerima produk yang diantarkan oleh Produsen.
7) Reseller melakukan pengecekan/penilaian barang apakah produk tersebut cocok
dengan jumlah barang yang dipesan, ada kerusakan barang, atau tidak sesuai.
8) Jika terjadi seperti itu, Reseller melakukan komplain pada Produsen bahwa produk
tersebut kurang dari jumlah yang dipesan, rusak atau tidak sesuai pesanan.
9) Reseller akan memasarkan, mempromosi, menjual produk tersebut pada Konsumen
(End Customer).
10) Konsumen (End Customer) dapat memberikan nilai balik (feedback) pada Reseller.
Penilaian tersebut dapat berupa pelayanan atau produk makanan itu. Dan feedback
itu akan diteruskan ke Produsen sebagai masukkan dari Konsumen yang
menginginkan produk yang bervariasi sehingga dapat menarik pelanggan lebih luas
lagi.
Teknologi informasi sebagai katalisator untuk supply chain, yaitu yang mempercepat
proses dan mempermudah supply chain management yang efektif dan efisien. Keberhasilan
supply chain management tidak mungkin dapat dicapai tanpa menggunakan jasa teknologi
informasi yang harus bercirikan [1] :
• Eleminasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Reseller melakukan komplain pada Produsen bahwa produk tersebut kurang dari
jumlah yang dipesan, rusak atau tidak sesuai pesanan.
Penjelasan :
Ketika barang tersebut diterima oleh reseller dan saat melakukan pengecekan
ternyata barang tersebut rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, reseller dapat
langsung berkomunikasi dengan producer melalui sistem. Fitur komplain yang
tersedia pada sistem aplikasi merupakan layanan keluhan reseller tanpa harus
menghubungi producer.
• Simplifikasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Reseller memesan/membeli produk makanan ke produsen.
Penjelasan :
Pemesanan yang dilakukan oleh reseller tidak harus langsung mendatangi ke toko
atau ke producer cukup dengan melalui sistem aplikasi producer, reseller dapat
memesan/membeli produk makanan tersebut.
• Integrasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Konsumen (End Customer) dapat memberikan nilai balik (feedback) pada Reseller.
Penilaian tersebut dapat berupa pelayanan atau produk makanan itu. Dan feedback
itu akan diteruskan ke Produsen sebagai masukkan dari Konsumen yang
menginginkan produk yang bervariasi sehingga dapat menarik pelanggan lebih luas
lagi.
Penjelasan :
Untuk masalah feedback, diperlukannya integrasi sistem antara end customer
dengan producer. Fungsinya agar feedback tersebut langsung diterima ke producer.
Dengan adanya itu dapat juga meningkatkan kepuasan pelanggan karena adanya
fitur feedback dan producer maupun reseller mendapatkan nilai tambah dari end
customer.
Pengertian keunggulan kompetitif adalah kemampuan yang dimiliki oleh sebuah organisasi
untuk merumuskan strategi dan mengaplikasikannya pada suatu posisi yang tepat dengan
menggunakan kemampuan karakteristik dan segala sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada dua hal yang akan
mempengaruhi tercapainya keunggulan kompetitif yaitu : harga yang rendah dan keunikan
produk itu sendiri. [4]
Untuk sumber dari keunggulan kompetitif tersebut terletak pertama-tama pada kemampuan
perusahaan untuk membedakan dirinya sendiri di depan mata konsumen dari para pesaingnya
(value advantage) dan kedua dengan cara bekerja dengan biaya rendah yang dengan perkataan
lain memperoleh laba yang lebih tinggi (productivity atau cost advantage). [5]
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan/organisasi berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbaik dan unggul dengan cara berinovasi pada produk yang dihasilkan maupun dengan
pelayanan perusahaan/organisasi. Seperti penjelasan diatas dikatakan bahwa hal yang
mempengaruhi untuk tercapainya keunggulan kompetitif itu dari aspek biaya yang rendah dan
keunikan produk. Menurut saya, selain dari biaya, ada aspek lain yang mempengaruhi
keunggulan kompetitif perusahaan/organisasi yaitu kualitas (quality) dan waktu (time).
Seperti contoh kasus kelompok 5 tentang produk makanan khas daerah dengan role
Customer (Reseller). Pada proses bisnisnya, reseller memesan produk makanan dari
producer.
Kebutuhan pelanggan tidak hanya menginginkan harga yang wajar, mereka juga
mengharapkan produk dan pelayanan yang berkualitas dengan proses waktu pelayanan yang
tepat. Organisasi perusahaan mengelola value-chain untuk menciptakan value bagi
perusahaan. Value chain merupakan proses tahapan fungsi-fungsi bisnis dalam perusahaan
untuk memberikan value bagi pelanggan. Model value chain membagi kegiatan-kegiatan
generic penambah nilai organisasi perusahaan ke dalam kegiatan primer dan sekunder.
Keuntungan atau kerugian dapat terjadi pada salah satu dari lima kegiatan primer (logistic
masuk, operasi, logistic keluar, pemasaran, dan penjualan, dan jasa) atau empat kegiatan
sekunder (infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan
teknologi dan pengadaan). Kegiatan ini secara bersama-sama membentuk value chain
perusahaan. [5]
Value chain dapat juga dianalisis. Analisis itu berguna untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan perusahaan. Analisis value chain mengasumsikan bahwa tujuan ekonomis
dasar dari setiap perusahaan ialah menciptakan nilai yang diukur dengan pendapatan total
perusahaan. Analisis value chain adalah alat yang cukup baik untuk analisis SWOT (strength,
weakness, opportunity, threat). [6]
Menurut saya, aspek-aspek yang sudah dijelaskan sebelumnya pada nomor 3 yang meliputi
aspek kualitas, waktu dan biaya berhubungan dengan value chain. Tujuannya meningkatkan
keunggulan bisnis dari perusahaan/organisasi, dapat memberikan keunggulan juga dalam
menciptakan nilai terbaik bagi pelanggan. Dapat disimpulkan bahwa value chain dan
keunggulan kompetitif memperhatikan value untuk pelanggannya. Dapat dikatakan seperti itu
karena seorang pelanggan juga mengharapkan dan menginginkan produk dan pelayanan yang
berkualitas dari perusahaan/organisasi yang dapat menjadi sebuah indikator kepercayaan
pelanggan terhadap produk dan perusahaan/organisasi.
Contoh pada perusahaan pada kasus ini tentang makanan khas daerah (Bakpia) pada role
Customer (Reseller). Reseller memfokuskan pada kualitas produk dan pelayanan untuk
menghasilkan value bagi pelanggan. Kualitas produk dalam arti setelah reseller melakukan
pemesanan ke producer dan barang itu sudah diterima oleh reseller, maka reseller melakukan
pengecekan kembali. Pengecekan itu berguna apakah produk tersebut dapat dijual kembali atau
tidak. Untuk kualitas pelayanan, ketika produk mengalami kerusakan atau tidak sesuai
pesanan, producer menerima pengembalian barang. Begitu juga dengan reseller yang menjual
kebali produk itu, konsumen akhir akan memberikan feedback berupa kritik dan saran yang
membangun untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Oleh karena itu, reseller
harus melaksanakan aktivitas proses bisnis dan mengidentifikasi setiap proses value chain
yang terdiri dari aspek kualitas, waktu dan biaya dan memastikan bahwa yang terjadi hanya
untuk memberikan value-added bagi end customer (konsumen akhir), reseller dan producer.
5. STRATEGI LEAD TIME
Dari sudut pandang konsumen, lead time yaitu waktu yang dibutuhkan dari pemesanan
sampai ke pengiriman. Jelas pandangan konsumen merupakan variable persaingan yang sangat
penting ketika semakin banyak persaingan. Hal tersebut hanya menggambarkan sebagian dari
sudut pandang lead time. Hal yang tak kalah pentingnya adalah lead time yang dilihat dari
sudut pandang pemasok, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah pesanan menjadi
pemasukan dalam bentuk tunai dan juga jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan
modal usaha dari hasil pembayaran konsumen. [7]
Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Artinya adalah waktu
yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi order. Mulai dari datangnya order hingga
produk yang dipesan sampai ke tangan customer. Dari pengertian di atas bisa diuraikan
komponen atua variabel penyusun lead time, yaitu : [8]
• Waktu order, yaitu waktu yang diperlukan untuk memenuhi dokumen order,
termasuk spesifikasi teknis dari produk yang dipesan.
• Waktu persiapan bahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan
bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat produk. Biasanya dilakukan
dalam MRP (Material Requirement Planning) atau PPIC (Production Planning
& Inventory Control)
• Waktu produksi, yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat produk yang
dipesan. Termasuk di dalamnya adalah waktu untuk inspeksi atau quality
control dan perpindahan material dari mesin ke mesin.
• Waktu pengiriman, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim produk jadi
kepada customer.
Dapat disimpulkan dari penjelasan 2 sumber diatas bahwa lead time memiliki pengertian
dari 2 sudut pandang yang berbeda. Lead time dari sudut pandang Customer pastinya adalah
waktu yang diperlukan dari pemesanan hingga produk berada ditangan konsumen,
sedangkan lead time dari sudut pandang Supplier yaitu waktu yang diperlukan untuk
memproduksi sebuah produk dan mengubah pesanan sampai menerima uang tunai (hasil
pembayaran konsumen), dan uang tunai tersebut bisa menjadi pemasukkan dan modal supplier.
Dan lead time juga termasuk waktu menunggu antara sub-sub prosesnya.
Berikut adalah contoh konsep lead time yang dilihat dari sudut pandang Customer
(Reseller) sesuai dengan proses bisnisnya:
No Proses Bisnis Identifikasi Lead Time
1 Melakukan pemesanan produk makanan Rata-rata 15 menit (1/4 jam), jangka
waktu 1-30 menit (1/2 jam)
2 Melakukan pembayaran produk makanan Rata-rata 15 menit (1/4 jam), jangka
ke producer waktu 1-30 menit (1/2 jam)
3 Memasarkan produk makanan yang dipesan Rata-rata 1 hari (24 jam), jangka waktu
1-4 hari (96 jam)
4 Melakukan komplain apabila barang yang Rata-rata 30 menit (1/2 jam), jangka
dipesan rusak, tidak sesuai atau kurang waktu 1-60 menit (1 jam)
jumlah
Internal Eksternal
Tahap I : Tahap IV :
Tahap II : Tahap III :
Logistik dan Sumber Kepemimpinan Dalam
Keunggulan Internal Konstruksi Jaringan
Pembelian Industri
Penggerak (driver) Manajer Toko Kepala Cabang Bagian Marketing Tim Manajemen
Penghematan: biaya
Pendapatan yang
Keuntungan (benefit) angkutan dan biaya Kualitasi Pelayanan Memperluas pasar
menguntungkan
distribusi
Persediaan, Pemenuhan Layanan pelanggan,
Fokus (focus) Kerjasama Konsumen
Pesanan memasarkan barang
Tingkat menengah
Daerah aksi (action area) Kebutuhan Konsumen Menengah Internet
kebawah
Pemasaran, Penjualan
Model (model) Tidak ada Konsumen Antar bisnis objek
Produk
Membuat layanan terwujud adalah tantangan utama dari suatu perusahaan. Membuat
strategi untuk mewujudkan hal itu tidak mudah, namun yang lebih sukar lagi ialah
melaksanakan strategi dalam tindakan nyata. Salah satu kendala utama dari implementasi
konsep logistik adalah organisasi, yaitu struktur organisasi dan tata kerja yang kaku, yang
menghalangi konsep manajemen logistik yang terpadu. Konsep manajemen logistik terpadu
ialah bahwa arus barang dan informasi antar berbagai sumber dan pengguna dikoordinasikan
dan dikendalikan sebagai suatu sistim yang terpadu. Hal ini memang makin lama makin
disadari meskipun belum tentu dilaksanakan sepenuhnya. Memperlancar supply chain
mungkin dirasakan perlunya otoritas yang lebih tinggi berupa fungsi logistik yang
menghubungkan tugas-tugas pembelian, produksi dan distribusi. Ini kelihatannya pendekatan
yang benar, tetapi sebetulnya tidak memecahkan persoalan yang mendasar. Apalagi di masa
dimana kecenderungan organsiasi baru yang lebih datar, pendekatan tersebut tidak cocok lagi.
Yang diperlukan ialah suatu penyusunan struktur yang baru yang merubah struktur vertikal
menjadi struktur horisontal atau struktur bisnis yang menghadap ke pasar. [10]
Menurut pendapat saya, mengelola rantai pasokan dengan memodelkan struktur organisasi
sangat diperlukan perusahaan/organisasi, karena tujuan dari struktur tersebut untuk
mengidentifikasi arah fokus arus barang dan informasi dari berbagai sumber. Tetapi penerapan
model struktur organisasi ini sangat tergantung dengan situasi perusahaan/organisasi, misalnya
kondisi barang atau komoditas yang dijual, proses bisnis yang diterapkan, dan kebijakan dari
perusahaan/organisasi itu sendiri. Jadi, model organisasi apapun yang diterapkan tidak
menjamin untung atau rugi, perusahaan/organisasi bisa merubah model organisasi sesuai
dengan kondisi pasar, kebijakan pemerintah atau kebijakan pemimpin perusahaan.
Untuk contoh dari role Customer (Reseller), jika digambarkan struktur organisasinya
lebih cocok menggunakan Organisasi Horisontal karen memiliki manfaat yaitu mencapai skala
dan cakupan ekonomi, sepenuhnya berfokus pada bisnis sehingga dapat lebih berkembang dan
mengetahui pasar (market) dengan baik.
Penjelasan :
Reseller membuat skema/proses bisnis yang mana end customer dapat memberikan
feedback beripa penilaian atas produk yang diproduksi produsen dan pelayanan. Konsep ini
menurut saya hamper mirip dengan C2B (Customer to Business). Fokus organisasi horizontal
ini adalah perluasan bisnis dalam rantai pasokan. Hal ini dapat terjadi bila penilaian (feedback)
dari konsumen memuaskan atau menginginkan produk baru bisa dengan menambah aneka rasa
makanan atau mengubah bentuk makanan, sehingga dapat meningkatkan variasi produk.
Dalam supply chain management terdapat banyak strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yang akan memiliki dampak/implikasi yang secara umum yaitu : [11]
1) Pengembangan manajemen logistik
Pengelolaan terkait arus barang sejak bahan baku sampai barang jadi yang diterima
oleh pelanggan akhir, jadi terkait seluruh jaringan organisasi perusahaan dari hulu
sampai hilir.
2) Bertahap
SCM dapat terjadi melalui proses evolusi yang bertahap meliputi integrasi
(internal) dan membentuk jaringan atau networking.
2) Manajemen organisasi
• Dengan terbaginya divisi-divisi dapat membuat pekerjaan lebih efektif.
Tiap divisi saling bersinergi dan berkomunikasi agar sumber data yang
didapat sama, tidak ada kesalahpahaman. Misalnya, divisi penjualan
(sales/marketing) sudah menjual beberapa barang yang stoknya mungkin
hampir habis, maka harus mengirimkan data ke divisi pemesanan agar
dilakukan pembelian kembali ke producer.
• Dengan adanya teknologi informasi lebih mempermudah dalam
mengerjakan tugas tiap divisi dan menukar data atau informasi lebih
cepat dan lebih baik
Kemitraan bisnis adalah proses di mana pihak-pihak yang terlibat membangun dan
mempertahankan keunggulan kompetitif atas entitas serupa, melalui penyatuan sumber daya
dalam mempercayai atmosfir yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan dan
berkelanjutan. Tujuan kemitraan bisnis ini adalah memfokuskan diri pada optimalisasi yakni
optimalisasi secara keseluruhan dan bukan hanya pada satu mata rantai saja. Kemitraan bisnis
ini mempunyai prinsip-prinsip, yaitu mempunyai tujuan yang sama, saling menguntungkan,
saling mempercayai, bersifat terbuka, mempunyai hubungan jangka panjang, dan terus-
menerus melakukan perbaikan dalam mutu dan harga/biaya.[12]
Sesuai dengan proses bisnis serta uraian aktivitas dari role Customer (Reseller), sudah
memenuhi prinsip-prinsip kemitraan bisnis. Customer bukan berarti end customer. Pada kasus
ini, customer beralih menjadi reseller untuk menjual kembali produk-produk producer.
Producer mempercayai reseller dalam menjual kembali produknya ke pelanggan-pelanggan
(end customer) agar bisa menarik pelanggan lebih banyak dan memperluas jaringan penjualan
sehingga keduanya memungkinkan mendapat keuntungan. Selain itu juga, producer dan
reseller bersifat terbuka karena dalam proses transaksi pemesanan melalui sistem yang bisa
mengawasi status dan pembayaran pemesanan produk. Selain itu juga terbuka pada end
customer dengan adanya feedback (nilai balik) yang berfungsi sebagai saran dan kritik yang
membangun untuk dilakukannya perbaikan-perbaikan dalam mutu produk, pelayanan dan
biaya atau harga produk makanan tersebut.
[1] http://www.rantaipasok.com/2012/12/konsep-supply-chain.html
[2] http://ardy-web.blogspot.co.id/2016/01/konsep-dan-prinsip-dasar-scm-supply.html
[3] http://jane.blog.uns.ac.id/2009/11/17/peranan-it-dalam-organisasi-perusahaan/
[4] http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kompetitif/
[5] http://supplychainindonesia.com/new/supply-chain-cost-management/
[6] Modul Bab 2 “Supply Chain dan Keunggulan Kompetitif”, Matakuliah Manajemen
Rantai Pasok dan Hubungan Pelanggan
[7] https://manajement.info/2012/05/19/lead-time/
[8] http://deteksi.info/2009/01/lead-time-reduction/
[9] http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/968/2015/04/EMA402-6-Optimalisasi-SCM-2014-2.pdf
[10] Modul Bab 4 “Mengelola Mata Rantai Pasok”, Matakuliah Manajemen Rantai Pasok
dan Hubungan Pelanggan
[11] http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/968/2015/05/EMA402-8-Implikasi-Strategi-SCM-OL-2014-2.pdf
[12] http://thecasemo.blogspot.co.id/2013/11/pandangan-baru-terhadap-kemitraan-
bisnis.html