Anda di halaman 1dari 19

UJIAN TENGAH SEMESTER

MANAJEMEN RANTAI PASOK & HUBUNGAN PELANGGAN

Orlando Perdana Sihombing 1117123004

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2017
1. KONSEP SUPPLY CHAIN

Supply chain adalah suatu sistem melalui mana suatu organisasi itu menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai pengadaan ini juga merupakan
jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang
tersebut. Konsep supply chain merupakan konsep baru dalam melihat persoalan logistik.
Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan
pemecahannya dititikberatkan pada pemecahan secara intern masing-masing perusahaan.
Sedangkan pada konsep baru, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas yang
terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh end
customer. [1]

Konsep supply chain adalah tahap-tahap mekanisme yang dijalankan perusahaan dalam
mentransformasi bahan baku menjadi barang jadi yang dibeli oleh pelanggan. Isu-isu yang
berhubungan dengan penyampaian/pengiriman barang kepada perusahaan disebut inbound
logistics. Sedangkan isu-isu yang berhubungan dengan penyampaian produk kepada pelanggan
perusahaan dan/atau distributor disebut outbound logistics. [2]
Menurut saya, konsep supply chain itu adalah tahapan sebuah proses perusahaan mulai dari
produksi barang hingga barang tersebut berada ditangan end customer. Dengan kata lain,
perusahaan memproduksi dan menjual barang untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Seperti yang dituliskan pada artikel diatas bahwa ada 2 isu perusahaan dalam konsep supply
chain yaitu inbound logistic, yang menurut saya adalah proses pengiriman seperti bahan baku
(raw material) masuk ke bisnis (untuk diolah perusahaan), dan outbound logistic yaitu
pengiriman barang juga tetapi keluar dari bisnis, dengan kata lain barang jadi yang akan dijual
ke end customer. Untuk menjalankan supply chain ini, ada beberapa pemeran atau pemain
utama pada perusahaan yaitu Suppliers, Manufacturer, Distribution, Retail outlets, dan
Customers.
Contoh penerapannya sesuai dengan kerja kelompok yang sudah dibuat sebelumnya. Pada
kerja kelompok, terdiri dari 3 role yaitu Supplier, Producer dan Customer (Reseller). Disini
saya sebagai Customer (Reseller) dengan kasus Makanan khas daerah. Adapun 5 proses bisnis
pada role Customer (Reseller), yaitu :
1) Melakukan pemesanan produk makanan
2) Melakukan pembayaran produk makanan ke producer
3) Memasarkan produk makanan yang dipesan
4) Melakukan komplain apabila barang yang dipesan rusak, tidak sesuai atau kurang
jumlah
5) Memberikan penilaian (feedback) yang diberikan oleh konsumen ke produsen atas
produknya
Dan berikut adalah uraian proses bisnis Customer (Reseller) dibentuk dengan daftar
aktivitasnya.
1) Reseller memesan/membeli produk makanan ke produsen.
2) Produsen menerima daftar pembelian produk makanan dari Reseller.
3) Produsen memproses daftar pembelian produk dari Reseller.
4) Reseller melakukan pembayaran sesuai Invoice yang diberikan Produsen.
5) Produsen mengirimkan produk yang dipesan pada Reseller.
6) Reseller menerima produk yang diantarkan oleh Produsen.
7) Reseller melakukan pengecekan/penilaian barang apakah produk tersebut cocok
dengan jumlah barang yang dipesan, ada kerusakan barang, atau tidak sesuai.
8) Jika terjadi seperti itu, Reseller melakukan komplain pada Produsen bahwa produk
tersebut kurang dari jumlah yang dipesan, rusak atau tidak sesuai pesanan.
9) Reseller akan memasarkan, mempromosi, menjual produk tersebut pada Konsumen
(End Customer).
10) Konsumen (End Customer) dapat memberikan nilai balik (feedback) pada Reseller.
Penilaian tersebut dapat berupa pelayanan atau produk makanan itu. Dan feedback
itu akan diteruskan ke Produsen sebagai masukkan dari Konsumen yang
menginginkan produk yang bervariasi sehingga dapat menarik pelanggan lebih luas
lagi.

2. TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI KATALISATOR

Teknologi informasi sebagai katalisator untuk supply chain, yaitu yang mempercepat
proses dan mempermudah supply chain management yang efektif dan efisien. Keberhasilan
supply chain management tidak mungkin dapat dicapai tanpa menggunakan jasa teknologi
informasi yang harus bercirikan [1] :

• Hardware dan software harus bersifat mampu digunakan antar


organisasi/perusahaan
• Clear information
• Real time POS (Point of Sales) information
• Customer and network friendly
• High level effectiveness dan efficiency, dan lainnya
Peranan teknologi informasi sebagai katalisator dalam berbagai usaha pengurangan biaya-
biaya operasional perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan. Ada 4 cara yang ditawarkan teknologi informasi untuk mengurangi biaya-biaya
kegiatan operasional yaitu [3] :
• Eleminasi Proses yaitu implementasi berbagai komponen teknologi informasi akan
mampu menghilangkan atau mengeleminasi proses-proses yang tidak perlu
• Simplifikasi Proses, yaitu proses yang panjang atau berbeli-belit dapat
disederhanakan dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi
informasi
• Integrasi Proses yaitu teknologi informasi mampu melakukan pengintegrasian
beberapa proses menjadi satu sehingga terasa lebih cepat dan praktis
• Otomatisasi Proses yaitu mengubah proses manual menjadi otomatis.
Menurut saya, dengan adanya teknologi informasi sangat dibutuhkan untuk proses supply
chain agar lebih efektif dan efisien. Selain itu juga dapat mengurangi biaya-biaya operasional
sehingga perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari biaya tersebut. Salah satu contohnya
seperti proses bisnis nomor 1 yang telah diuraikan sebelumnya pada role Customer (Reseller)
yaitu Reseller memesan/membeli produk makanan dari Produsen. Dengan adanya
teknologi informasi, pemesanan yang dilakukan oleh Reseller cukup melalui aplikasi atau
sistem yang tersedia. Reseller tidak perlu datang ke Produsen atau ke bagian pelayanan order
untuk memesan produk makanan tersebut. Dengan penjelasan ini, menurut saya sudah
menjelaskan salah satu ciri jasa teknologi informasi seperti yang tertulis pada sumber [1]
bahwa Reseller memesan atau membeli produk ke Producer melalui sistem atau aplikasi berarti
software tersebut mampu digunakan sebagai media pemesanan produk dan menjadi lebih
efektif dan efisien untuk melakukan pemesanan oleh reseller kepada producer.
Selanjutnya akan menghubungkan 4 cara yang ditawarkan dengan proses bisnis Customer
(Reseller) seperti berikut :

• Eleminasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Reseller melakukan komplain pada Produsen bahwa produk tersebut kurang dari
jumlah yang dipesan, rusak atau tidak sesuai pesanan.

Penjelasan :
Ketika barang tersebut diterima oleh reseller dan saat melakukan pengecekan
ternyata barang tersebut rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, reseller dapat
langsung berkomunikasi dengan producer melalui sistem. Fitur komplain yang
tersedia pada sistem aplikasi merupakan layanan keluhan reseller tanpa harus
menghubungi producer.

• Simplifikasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Reseller memesan/membeli produk makanan ke produsen.
Penjelasan :
Pemesanan yang dilakukan oleh reseller tidak harus langsung mendatangi ke toko
atau ke producer cukup dengan melalui sistem aplikasi producer, reseller dapat
memesan/membeli produk makanan tersebut.

• Integrasi Proses
Contoh Proses Bisnis :
Konsumen (End Customer) dapat memberikan nilai balik (feedback) pada Reseller.
Penilaian tersebut dapat berupa pelayanan atau produk makanan itu. Dan feedback
itu akan diteruskan ke Produsen sebagai masukkan dari Konsumen yang
menginginkan produk yang bervariasi sehingga dapat menarik pelanggan lebih luas
lagi.

Penjelasan :
Untuk masalah feedback, diperlukannya integrasi sistem antara end customer
dengan producer. Fungsinya agar feedback tersebut langsung diterima ke producer.
Dengan adanya itu dapat juga meningkatkan kepuasan pelanggan karena adanya
fitur feedback dan producer maupun reseller mendapatkan nilai tambah dari end
customer.

3. SUPPLY CHAIN SEBAGAI KEUNGGULAN KOMPETITIF

Pengertian keunggulan kompetitif adalah kemampuan yang dimiliki oleh sebuah organisasi
untuk merumuskan strategi dan mengaplikasikannya pada suatu posisi yang tepat dengan
menggunakan kemampuan karakteristik dan segala sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Ada dua hal yang akan
mempengaruhi tercapainya keunggulan kompetitif yaitu : harga yang rendah dan keunikan
produk itu sendiri. [4]
Untuk sumber dari keunggulan kompetitif tersebut terletak pertama-tama pada kemampuan
perusahaan untuk membedakan dirinya sendiri di depan mata konsumen dari para pesaingnya
(value advantage) dan kedua dengan cara bekerja dengan biaya rendah yang dengan perkataan
lain memperoleh laba yang lebih tinggi (productivity atau cost advantage). [5]
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan/organisasi berlomba-lomba untuk menjadi yang
terbaik dan unggul dengan cara berinovasi pada produk yang dihasilkan maupun dengan
pelayanan perusahaan/organisasi. Seperti penjelasan diatas dikatakan bahwa hal yang
mempengaruhi untuk tercapainya keunggulan kompetitif itu dari aspek biaya yang rendah dan
keunikan produk. Menurut saya, selain dari biaya, ada aspek lain yang mempengaruhi
keunggulan kompetitif perusahaan/organisasi yaitu kualitas (quality) dan waktu (time).
Seperti contoh kasus kelompok 5 tentang produk makanan khas daerah dengan role
Customer (Reseller). Pada proses bisnisnya, reseller memesan produk makanan dari
producer.

No Uraian Proses Bisnis Penjelasan


1 Reseller memesan/membeli produk Keunggulan kompetitif : Aspek Waktu
makanan ke produsen Dengan adanya sistem informasi, reseller
cukup memesan produk dari sistem,
tidak perlu datang langsung ke toko atau
producer.

2 Produsen menerima daftar pembelian Keunggulan kompetitif : Aspek Waktu


produk makanan dari Reseller. Dengan adanya otomatisasi pada sistem,
pemesanan reseller akan langsung dapat
dilihat oleh Producer.

3 Produsen memproses daftar pembelian Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas


produk dari Reseller. dan Waktu
Dari aspek kualitas, producer akan
memproduksi makanan sesuai pesanan
reseller dan mengemasnya dengan sebaik
mungkin. Dari aspek waktu, disesuaikan
dengan waktu proses pemesanan dan
produksi oleh producer.

4 Reseller melakukan pembayaran pada Keunggulan kompetitif : Aspek Waktu


Produsen sesuai Invoice yang diberikan Pembayaran dilakukan dengan
Produsen ke Reseller. transfer/banking.

5 Produsen mengirimkan produk yang Keunggulan kompetitif : Aspek Waktu


dipesan pada Reseller. Producer harus mengirimkan produk
yang dipesan oleh reseller untuk
memenuhi kebutuhan pesanan dengan
tepat waktu. Bisa dengan mengantarkan
sendiri ataupun menggunakan jasa antar.

6 Reseller menerima produk yang diantarkan Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas


oleh Produsen Reseller menerima produk dengan
memperhatikan kualitas produk dan
pelayanan yang dilakukan oleh producer.
7 Reseller melakukan pengecekan/penilaian Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas
barang apakah produk tersebut cocok Reseller harus memastikan kualitas dari
dengan jumlah barang yang dipesan, ada produk setelah produk itu diterima,
kerusakan barang, atau tidak sesuai. apakah produk itu layak atau tidak dijual.

8 Reseller melakukan komplain pada Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas


Produsen bahwa produk tersebut kurang dan Waktu Pelayanan
dari jumlah yang dipesan, rusak atau tidak JIka pada barang terdapat kerusakan,
sesuai pesanan. maka reseller harus melakukan komplain
segera ke producer untuk menukar
produk tersebut. Komplain dapat
dilakukan melalui sistem agar dapa
diproses langsung oleh Producer.

9 Reseller akan memasarkan, mempromosi, Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas,


menjual produk tersebut pada Konsumen Waktu dan Biaya
(End Customer). Reseller tidak perlu memasarkan atau
menjual produk secara manual atau
terjun ke lapangan. Cukup dengan sistem
commerce yang disediakan Producer
sehingga tidak memakan waktu dan
mengeluarkan biaya banyak untuk
pesanan yang dilakukan oleh end
customer.

10 Konsumen (End Customer) dapat Keunggulan kompetitif : Aspek Kualitas


memberikan nilai balik (feedback) pada Pelayanan
Reseller. Dengan adanya feedback akan
mempengaruhi keunggulan kompetitif
producer dan efeknya akan dipercaya
oleh end customer. Feedback tersebut
berupa nilai tambah baik dari sisi produk
maupun pelayanan.
4. VALUE CHAIN

Kebutuhan pelanggan tidak hanya menginginkan harga yang wajar, mereka juga
mengharapkan produk dan pelayanan yang berkualitas dengan proses waktu pelayanan yang
tepat. Organisasi perusahaan mengelola value-chain untuk menciptakan value bagi
perusahaan. Value chain merupakan proses tahapan fungsi-fungsi bisnis dalam perusahaan
untuk memberikan value bagi pelanggan. Model value chain membagi kegiatan-kegiatan
generic penambah nilai organisasi perusahaan ke dalam kegiatan primer dan sekunder.
Keuntungan atau kerugian dapat terjadi pada salah satu dari lima kegiatan primer (logistic
masuk, operasi, logistic keluar, pemasaran, dan penjualan, dan jasa) atau empat kegiatan
sekunder (infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan
teknologi dan pengadaan). Kegiatan ini secara bersama-sama membentuk value chain
perusahaan. [5]
Value chain dapat juga dianalisis. Analisis itu berguna untuk mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahan perusahaan. Analisis value chain mengasumsikan bahwa tujuan ekonomis
dasar dari setiap perusahaan ialah menciptakan nilai yang diukur dengan pendapatan total
perusahaan. Analisis value chain adalah alat yang cukup baik untuk analisis SWOT (strength,
weakness, opportunity, threat). [6]
Menurut saya, aspek-aspek yang sudah dijelaskan sebelumnya pada nomor 3 yang meliputi
aspek kualitas, waktu dan biaya berhubungan dengan value chain. Tujuannya meningkatkan
keunggulan bisnis dari perusahaan/organisasi, dapat memberikan keunggulan juga dalam
menciptakan nilai terbaik bagi pelanggan. Dapat disimpulkan bahwa value chain dan
keunggulan kompetitif memperhatikan value untuk pelanggannya. Dapat dikatakan seperti itu
karena seorang pelanggan juga mengharapkan dan menginginkan produk dan pelayanan yang
berkualitas dari perusahaan/organisasi yang dapat menjadi sebuah indikator kepercayaan
pelanggan terhadap produk dan perusahaan/organisasi.
Contoh pada perusahaan pada kasus ini tentang makanan khas daerah (Bakpia) pada role
Customer (Reseller). Reseller memfokuskan pada kualitas produk dan pelayanan untuk
menghasilkan value bagi pelanggan. Kualitas produk dalam arti setelah reseller melakukan
pemesanan ke producer dan barang itu sudah diterima oleh reseller, maka reseller melakukan
pengecekan kembali. Pengecekan itu berguna apakah produk tersebut dapat dijual kembali atau
tidak. Untuk kualitas pelayanan, ketika produk mengalami kerusakan atau tidak sesuai
pesanan, producer menerima pengembalian barang. Begitu juga dengan reseller yang menjual
kebali produk itu, konsumen akhir akan memberikan feedback berupa kritik dan saran yang
membangun untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Oleh karena itu, reseller
harus melaksanakan aktivitas proses bisnis dan mengidentifikasi setiap proses value chain
yang terdiri dari aspek kualitas, waktu dan biaya dan memastikan bahwa yang terjadi hanya
untuk memberikan value-added bagi end customer (konsumen akhir), reseller dan producer.
5. STRATEGI LEAD TIME

Dari sudut pandang konsumen, lead time yaitu waktu yang dibutuhkan dari pemesanan
sampai ke pengiriman. Jelas pandangan konsumen merupakan variable persaingan yang sangat
penting ketika semakin banyak persaingan. Hal tersebut hanya menggambarkan sebagian dari
sudut pandang lead time. Hal yang tak kalah pentingnya adalah lead time yang dilihat dari
sudut pandang pemasok, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengubah pesanan menjadi
pemasukan dalam bentuk tunai dan juga jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menjadikan
modal usaha dari hasil pembayaran konsumen. [7]
Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Artinya adalah waktu
yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi order. Mulai dari datangnya order hingga
produk yang dipesan sampai ke tangan customer. Dari pengertian di atas bisa diuraikan
komponen atua variabel penyusun lead time, yaitu : [8]

• Waktu order, yaitu waktu yang diperlukan untuk memenuhi dokumen order,
termasuk spesifikasi teknis dari produk yang dipesan.
• Waktu persiapan bahan, yaitu waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan
bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat produk. Biasanya dilakukan
dalam MRP (Material Requirement Planning) atau PPIC (Production Planning
& Inventory Control)
• Waktu produksi, yaitu waktu yang diperlukan untuk membuat produk yang
dipesan. Termasuk di dalamnya adalah waktu untuk inspeksi atau quality
control dan perpindahan material dari mesin ke mesin.
• Waktu pengiriman, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengirim produk jadi
kepada customer.
Dapat disimpulkan dari penjelasan 2 sumber diatas bahwa lead time memiliki pengertian
dari 2 sudut pandang yang berbeda. Lead time dari sudut pandang Customer pastinya adalah
waktu yang diperlukan dari pemesanan hingga produk berada ditangan konsumen,
sedangkan lead time dari sudut pandang Supplier yaitu waktu yang diperlukan untuk
memproduksi sebuah produk dan mengubah pesanan sampai menerima uang tunai (hasil
pembayaran konsumen), dan uang tunai tersebut bisa menjadi pemasukkan dan modal supplier.
Dan lead time juga termasuk waktu menunggu antara sub-sub prosesnya.
Berikut adalah contoh konsep lead time yang dilihat dari sudut pandang Customer
(Reseller) sesuai dengan proses bisnisnya:
No Proses Bisnis Identifikasi Lead Time
1 Melakukan pemesanan produk makanan Rata-rata 15 menit (1/4 jam), jangka
waktu 1-30 menit (1/2 jam)
2 Melakukan pembayaran produk makanan Rata-rata 15 menit (1/4 jam), jangka
ke producer waktu 1-30 menit (1/2 jam)

3 Memasarkan produk makanan yang dipesan Rata-rata 1 hari (24 jam), jangka waktu
1-4 hari (96 jam)
4 Melakukan komplain apabila barang yang Rata-rata 30 menit (1/2 jam), jangka
dipesan rusak, tidak sesuai atau kurang waktu 1-60 menit (1 jam)
jumlah

5 Memberikan penilaian (feedback) yang Rata-rata 30 menit (1/2 jam), jangka


diberikan oleh konsumen ke produsen atas waktu 1-60 menit (1 jam)
produknya

Rata-rata lead time adalah 25,5 jam,


Jumlah jangka waktu 99 jam.

6. TAHAP-TAHAP OPTIMALISASI SUPPLY CHAIN

Perusahaan/organisasi berusaha melakukan perbaikan demi perbaikan dalam menerapkan


supply chain management yang bertujuan untuk mendorong perusahaan/organisasi menjadi
lebih unggul diantara perusahaan/organisasi lainnya. Hal yang diperlukan untuk menuju
perusahaan/organisasi yang unggul atau juara adalah fokus, dedikasi, kreativitas dan kerja
keras dari semua jajaran yang ada dalam perusahaan. Terdapat empat tahapan yang harus
dilalui oleh sebuah perusahaan untuk mencapai posisi puncak dalam supply chain
management. Tahapan tersebut harus dilalui secara berurutan. Yang dapat dilakukan oleh
perusahaan adalah mempercepat proses di setiap tahapan sehingga target yang ditentukan dapat
dengan segera tercapai. Tahapan itu dibagi menjadi dua yaitu Internal (Sumber Pembelian dan
Logistik, Keunggulan Internal) dan Eksternal (Konstruksi jaringan dan Kepemimpinan dalam
Industri). [9]
Berdasarkan penjelasan diatas, menurut saya, perusahaan/organisasi perlu melakukan
optimalisasi supply chain, tetapi belum tentu proses optimasi berjalan dengan mulus. Apabila
perusahaan/organisasi mengambil keputusan yang salah untuk proses optimasi supply chain,
bisa berakibat gagalnya proses optimasi. Apalagi dalam proses optimasi supply chain tidak
berdasarkan data-data akurat, atau dengan kata lain hanya menggunakan asumsi-asumsi.
Asumsi-asumsi itulah yang menyebabkan gagalnya proses optimasi supply chain.
Berikut contoh tahapan optimalisasi supply chain pada role Customer (Reseller) :

Internal Eksternal

Tahap I : Tahap IV :
Tahap II : Tahap III :
Logistik dan Sumber Kepemimpinan Dalam
Keunggulan Internal Konstruksi Jaringan
Pembelian Industri

Penggerak (driver) Manajer Toko Kepala Cabang Bagian Marketing Tim Manajemen

Penghematan: biaya
Pendapatan yang
Keuntungan (benefit) angkutan dan biaya Kualitasi Pelayanan Memperluas pasar
menguntungkan
distribusi
Persediaan, Pemenuhan Layanan pelanggan,
Fokus (focus) Kerjasama Konsumen
Pesanan memasarkan barang

Alat (tools) Tim Tim E-commerce Tim

Tingkat menengah
Daerah aksi (action area) Kebutuhan Konsumen Menengah Internet
kebawah

Supply chain dalam


Pedoman (guidance) Lead Time Konsumen Permintaan Konsumen
perusahaan/organisasi

Pemasaran, Penjualan
Model (model) Tidak ada Konsumen Antar bisnis objek
Produk

Aliansi (alliance) Konsolidasi Produsen Tidak ada Formal Mitra Kerja

Pelatihan (training) Tidak ada Tidak ada Kemitraan Kemitraan


7. MENGELOLA MATA RANTAI PASOKAN

Membuat layanan terwujud adalah tantangan utama dari suatu perusahaan. Membuat
strategi untuk mewujudkan hal itu tidak mudah, namun yang lebih sukar lagi ialah
melaksanakan strategi dalam tindakan nyata. Salah satu kendala utama dari implementasi
konsep logistik adalah organisasi, yaitu struktur organisasi dan tata kerja yang kaku, yang
menghalangi konsep manajemen logistik yang terpadu. Konsep manajemen logistik terpadu
ialah bahwa arus barang dan informasi antar berbagai sumber dan pengguna dikoordinasikan
dan dikendalikan sebagai suatu sistim yang terpadu. Hal ini memang makin lama makin
disadari meskipun belum tentu dilaksanakan sepenuhnya. Memperlancar supply chain
mungkin dirasakan perlunya otoritas yang lebih tinggi berupa fungsi logistik yang
menghubungkan tugas-tugas pembelian, produksi dan distribusi. Ini kelihatannya pendekatan
yang benar, tetapi sebetulnya tidak memecahkan persoalan yang mendasar. Apalagi di masa
dimana kecenderungan organsiasi baru yang lebih datar, pendekatan tersebut tidak cocok lagi.
Yang diperlukan ialah suatu penyusunan struktur yang baru yang merubah struktur vertikal
menjadi struktur horisontal atau struktur bisnis yang menghadap ke pasar. [10]
Menurut pendapat saya, mengelola rantai pasokan dengan memodelkan struktur organisasi
sangat diperlukan perusahaan/organisasi, karena tujuan dari struktur tersebut untuk
mengidentifikasi arah fokus arus barang dan informasi dari berbagai sumber. Tetapi penerapan
model struktur organisasi ini sangat tergantung dengan situasi perusahaan/organisasi, misalnya
kondisi barang atau komoditas yang dijual, proses bisnis yang diterapkan, dan kebijakan dari
perusahaan/organisasi itu sendiri. Jadi, model organisasi apapun yang diterapkan tidak
menjamin untung atau rugi, perusahaan/organisasi bisa merubah model organisasi sesuai
dengan kondisi pasar, kebijakan pemerintah atau kebijakan pemimpin perusahaan.
Untuk contoh dari role Customer (Reseller), jika digambarkan struktur organisasinya
lebih cocok menggunakan Organisasi Horisontal karen memiliki manfaat yaitu mencapai skala
dan cakupan ekonomi, sepenuhnya berfokus pada bisnis sehingga dapat lebih berkembang dan
mengetahui pasar (market) dengan baik.
Penjelasan :
Reseller membuat skema/proses bisnis yang mana end customer dapat memberikan
feedback beripa penilaian atas produk yang diproduksi produsen dan pelayanan. Konsep ini
menurut saya hamper mirip dengan C2B (Customer to Business). Fokus organisasi horizontal
ini adalah perluasan bisnis dalam rantai pasokan. Hal ini dapat terjadi bila penilaian (feedback)
dari konsumen memuaskan atau menginginkan produk baru bisa dengan menambah aneka rasa
makanan atau mengubah bentuk makanan, sehingga dapat meningkatkan variasi produk.

8. IMPLIKASI STRATEGI MANAJEMEN SUPPLY CHAIN

Dalam supply chain management terdapat banyak strategi yang dapat dilakukan oleh
perusahaan yang akan memiliki dampak/implikasi yang secara umum yaitu : [11]
1) Pengembangan manajemen logistik
Pengelolaan terkait arus barang sejak bahan baku sampai barang jadi yang diterima
oleh pelanggan akhir, jadi terkait seluruh jaringan organisasi perusahaan dari hulu
sampai hilir.

2) Bertahap
SCM dapat terjadi melalui proses evolusi yang bertahap meliputi integrasi
(internal) dan membentuk jaringan atau networking.

3) Perubahan sikap mental


Kesulitan utama terletak pada saat peralihan dari tahap integrasi internal ke
pembentukan jaringan eksternal yang memerlukan perubahan mental secara gratis.

4) Pemanfaatan teknologi informasi


Teknologi informasi dapat digunakan sebagai katalisator percepatan dan
keberhasilan supply chain.

5) Menciptakan keunggulan kompetitif


Persaingan tidak lagi terjadi antar perusahaan, tetapi antara rantai pasokan yang
satu dengan rantai pasokan yang lain, atau antara jaringan perusahaan yang satu
dengan jaringan perusahaan yang lain.
Menurut saya, implikasi yang dipaparkan diatas perlu diperhatikan, dipertimbangkan dan
dilakukan sebagai pelaksanaan strategi dari manajemen supply chain dalam
perusahaan/organisasi. Dengan melihat implikasi tersebut dapat dijadikan sebagai tahapan
untuk menciptakan keunggulan perusahaan/organisasi. Untuk menciptakan keunggulan
kompetitif, perusahaan/organisasi harus mengembangkan manajemen logistiknya (arus barang
baku sampai barang jadi dan diterima oleh pelanggan akhir) bisa dari aspek kualitas, waktu
dan biaya. Dalam mengembangkan manajemen logistik harus secara bertahap dimulai dari
internal perusahaan dan kemudian membentuk jaringan untuk perluas manajemen logistik
menjadi supply chain. Dan terakhir memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah
pelanggan dan perusahaan/organisasi dalam bertransaksi jual-beli.
Berikut adalah contoh dampak role Customer (reseller) dari segi :
1) Manajemen arus barang
• Penggunaan internet dalam sistem (e-commerce) dan komunikasi via
telepon adalah bentuj pemesanan produk makanan ke producer. Dengan
adanya internet sebagai teknologi informasi saat ini diharapkan dapat
memperlancar arus barang dalam pemesanan barang.
• Pengiriman produk dilakukan oleh producer untuk memenuhi kebutuhan
pesanan reseller. Pengiriman harus memperhatikan lead time agar tidak
terganggu atau terhambat untuk menjual barang ke end customer.

2) Manajemen organisasi
• Dengan terbaginya divisi-divisi dapat membuat pekerjaan lebih efektif.
Tiap divisi saling bersinergi dan berkomunikasi agar sumber data yang
didapat sama, tidak ada kesalahpahaman. Misalnya, divisi penjualan
(sales/marketing) sudah menjual beberapa barang yang stoknya mungkin
hampir habis, maka harus mengirimkan data ke divisi pemesanan agar
dilakukan pembelian kembali ke producer.
• Dengan adanya teknologi informasi lebih mempermudah dalam
mengerjakan tugas tiap divisi dan menukar data atau informasi lebih
cepat dan lebih baik

3) Manajemen nilai tambah


• Dengan adanya feedback berupa nilai tambah dari end customer dapat
berdampak baik kepada reseller untuk nilai tambah dalam meningkatkan
pelayanan penjualan (memenuhi kebutuhan end customer) maupun juga
producer untuk meningkatkan produktivitas dan berinovasi produksi
makanan yang unik dan menarik.

9. PANDANGAN BARU TERHADAP KEMITRAAN BISNIS (ALLIANCE)

Kemitraan bisnis adalah proses di mana pihak-pihak yang terlibat membangun dan
mempertahankan keunggulan kompetitif atas entitas serupa, melalui penyatuan sumber daya
dalam mempercayai atmosfir yang berfokus pada peningkatan berkelanjutan dan
berkelanjutan. Tujuan kemitraan bisnis ini adalah memfokuskan diri pada optimalisasi yakni
optimalisasi secara keseluruhan dan bukan hanya pada satu mata rantai saja. Kemitraan bisnis
ini mempunyai prinsip-prinsip, yaitu mempunyai tujuan yang sama, saling menguntungkan,
saling mempercayai, bersifat terbuka, mempunyai hubungan jangka panjang, dan terus-
menerus melakukan perbaikan dalam mutu dan harga/biaya.[12]
Sesuai dengan proses bisnis serta uraian aktivitas dari role Customer (Reseller), sudah
memenuhi prinsip-prinsip kemitraan bisnis. Customer bukan berarti end customer. Pada kasus
ini, customer beralih menjadi reseller untuk menjual kembali produk-produk producer.
Producer mempercayai reseller dalam menjual kembali produknya ke pelanggan-pelanggan
(end customer) agar bisa menarik pelanggan lebih banyak dan memperluas jaringan penjualan
sehingga keduanya memungkinkan mendapat keuntungan. Selain itu juga, producer dan
reseller bersifat terbuka karena dalam proses transaksi pemesanan melalui sistem yang bisa
mengawasi status dan pembayaran pemesanan produk. Selain itu juga terbuka pada end
customer dengan adanya feedback (nilai balik) yang berfungsi sebagai saran dan kritik yang
membangun untuk dilakukannya perbaikan-perbaikan dalam mutu produk, pelayanan dan
biaya atau harga produk makanan tersebut.

10. GAMBAR ARCHIMATE CUSTOMER (RESELLER) DAN


KETERKAITAN 3 LAYER ARCHIMATE

Berikut adalah uraian proses bisnis dari role Customer (Reseller) :


1) Reseller memesan/membeli produk makanan ke produsen.
2) Produsen menerima daftar pembelian produk makanan dari Reseller.
3) Produsen memproses daftar pembelian produk dari Reseller.
4) Reseller melakukan pembayaran sesuai Invoice yang diberikan Produsen
5) Produsen mengirimkan produk yang dipesan pada Reseller.
6) Reseller menerima produk yang diantarkan oleh Produsen.
7) Reseller melakukan pengecekan/penilaian barang apakah produk tersebut cocok
dengan jumlah barang yang dipesan, ada kerusakan barang, atau tidak sesuai.
8) Jika terjadi seperti itu, Reseller melakukan komplain pada Produsen bahwa produk
tersebut kurang dari jumlah yang dipesan, rusak atau tidak sesuai pesanan.
9) Reseller akan memasarkan, mempromosi, menjual produk tersebut pada Konsumen
(End Customer).
10) Konsumen (End Customer) dapat memberikan nilai balik (feedback) pada Reseller.
Penilaian tersebut dapat berupa pelayanan atau produk makanan itu. Dan feedback
itu akan diteruskan ke Produsen sebagai masukkan dari Konsumen yang
menginginkan produk yang bervariasi sehingga dapat menarik pelanggan lebih luas
lagi.
Gambar Archimate Proses Bisnis Role Customer (Reseller)
Gambar Archimate Layer Customer
Penjelasan gambar archimate layer Customer (Reseller) :
Pada Customer (Reseller) mempunyai proses bisnis yang penting yaitu pada Pemesanan
Produk, untuk menjual kembali produk makanan dari Producer dan Feedback sebagai nilai
tambah untuk sebuah produk dan pelayanan yang penilaiannya berasal dari end customer.
Apablia reseller ingin melakukan pemesanan, reseller harus mengakses Purchase Order
Application, karena pada interface itu lah dilakukannya pemesanan. Reseller juga dapat
memodifikasi data pemesanan apabila ada kesalahan pesan produk pada Data Management
System, yang terintegrasi dengan CIS (Customer Information System). Selain pemesanan, nilai
balik dari end customer (feedback) akan masuk ke dalam Data Management System, dan akan
terekap di sistem tersebut. Untuk pembayaran (payment) terhubung dengan sistem keuangan
(finance) yang terintegrasi juga dengan Order Information Service.
Untuk aktivitas diatas diproses di infrastruktur service seperti Order File Service dan
Customer File Service. Untuk Order File Service, untuk menampung atau menyimpan data
pesanan reseller. Aktivitas pemesanan yang dilakukan reseller akan diproses pada Order File
Service, setelah itu akan masuk ke dalam database. Sama dengan Data Management yang akan
disimpan ke database. Sedangkan untuk Customer File Service, berupa data dan informasi
yang telah disimpan dan diproses sebelumnya pada database. Seperti bagian Financial, yang
hanya boleh mengakses keuangan hanya bagian Finance, maka melalui server akan
menginformasikan saja status yang diberikan oleh bagian Finance ke Customer.
REFERENSI

[1] http://www.rantaipasok.com/2012/12/konsep-supply-chain.html
[2] http://ardy-web.blogspot.co.id/2016/01/konsep-dan-prinsip-dasar-scm-supply.html
[3] http://jane.blog.uns.ac.id/2009/11/17/peranan-it-dalam-organisasi-perusahaan/
[4] http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-kompetitif/
[5] http://supplychainindonesia.com/new/supply-chain-cost-management/
[6] Modul Bab 2 “Supply Chain dan Keunggulan Kompetitif”, Matakuliah Manajemen
Rantai Pasok dan Hubungan Pelanggan
[7] https://manajement.info/2012/05/19/lead-time/
[8] http://deteksi.info/2009/01/lead-time-reduction/
[9] http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/968/2015/04/EMA402-6-Optimalisasi-SCM-2014-2.pdf
[10] Modul Bab 4 “Mengelola Mata Rantai Pasok”, Matakuliah Manajemen Rantai Pasok
dan Hubungan Pelanggan
[11] http://taufiqurrachman.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/968/2015/05/EMA402-8-Implikasi-Strategi-SCM-OL-2014-2.pdf
[12] http://thecasemo.blogspot.co.id/2013/11/pandangan-baru-terhadap-kemitraan-
bisnis.html

Anda mungkin juga menyukai