i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Tim Penyusun
ii
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM
Jln. Caturwarga, Mataram, 83121, Telp. 0370-623498
Email : rsi_sitihajar@yahoo.co.id
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
NOMOR: /Y.I/RSI/DIR/PMKP/I/2022
TENTANG
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
ISLAM Siti Hajar MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
Menimbang : a. Bahwa Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat
sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan harus
mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya;
b. Bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan, dan menjaga standar
mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
c. Bahwa Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan
pasien;
d. Bahwa dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan PasienRumah
Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya Kebijakan Direktur Rumah Rumah Sakit
Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan kesahatan yang bermutu tinggi dalam
rangka keselamatan pasien di rumah sakit
iii
f. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SITI HAJAR
MATARAM NUSA TENGGARA BARAT TENTANG PEDOMAN
PENINGKATAN MUTU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
ISLAM SITI HAJAR MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
Pertama : Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Islam
Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat sebagaimana terlampir dalam
surat keputusan
Kedua : Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat sebagaimana terlampir dalam surat
keputusan inidimaksud dalam diktum pertama harus dijadikan acuan
dalam meningkatkan mutu Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa
Tenggara Barat
Ketiga : Keputusan ini berlaku selama tiga tahun sejak tanggal
ditetapkannya,dilakukan evaluasi setiap tahun.
Ditetapkan di : Mataram
Pada tanggal : 27-12-2021
Direktur Rumah Sakit Islam
Siti Hajar Mataram
iv
dr. H.Lalu Sudirman Siadi
NIK: 01.332.07.22
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
Surat Keputusan Direktur....................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................7
1. Latar belakang................................................................................................7
2. Maksud dan tujuan..........................................................................................8
3. Sasaran............................................................................................................8
4. Asas Peningkatan Mutu dan keselamatan Pasien...........................................9
5. Ruang Lingkup...............................................................................................10
6. Pegertian umum..............................................................................................11
5
BAB VIII PERTEMUAN/RAPAT.......................................................................................41
BAB IX PELAPORAN.......................................................................................................42
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
6
pasien untuk mewujudkan pelayanan yang semakin berkualitas serta aman sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
2.
2. Tujuan Khusus
a. Menyusun strategi komprehensif tentang upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pelayanan secara berkelanjutan dengan pertimbangan utama
kesejahteraan, perlindungan, keamanan dan keselamatan pasien.
b. Agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka
mencegah situasi yang dapat menimbulkan resiko bagi keselamatan pasien.
c. Mengembangkan budaya keselamatan pasien diseluruh area pelayanan.
d. Menjelaskan otoritas dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dimana melibatkan seluruh staf
rumah sakit untuk berperan aktif dalam implementasi PPMKP.
e. Memfasilitasi komunikasi, pelaporan, dan dokumen yang dibutuhkan dalam
aktifitas peningkatan mutu dan keselamatan pasien pada staf medis, non medis
dan manajemen.
C. Sasaran
Sasaran kegiatan PMKP yaitu peningkatan pada indikator mutu yang meliputi
hal – hal sebagai berikut :
1) Indikator Area Klinis (IAK),
a) Asesmen pasien
b) Pelayanan laboratorium
c) Penggunaan antibiotik
d) Kesalahan pengobatan (medication error) dan kejadian nyaris cidera
(KNC)
e) Prosedur bedah
f) Penggunaan Anestesi dan Sedasi
g) Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan pelaporan
h) Ketersediaan, isi dan penggunaan rekammedis
2) Indikator Area Manajemen,
a) Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan obat penting untuk memenuhi
kebutuhan pasien
b) Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
c) Manajemen risiko
d) Manajemen penggunaan sumber daya
e) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
f) Harapan dan kepuasan staf
g) Demografi pasien dan diagnosis klinis
h) Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan
masalah bagi keselamatan pasien, keluarga pasien, dan staf.
7
3) Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
a) Ketetapan identifikasi pasien
b) Peningkatan komunikasi yang efektif
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f) Pengurangan risiko jatuh
8
c. Kamus Profil Indikator mutu.
d. Sosialisasi indikator mutu.
e. Trial indikator mutu
f. Implementasi indikator mutu.
g. Validasi indikator mutu.
h. Pencatatan dan pelaporan indikator mutu.
i. Analisis data indikator mutu.
j. Rapat pimpinan indikator mutu baik insidentil/bulanan atau tri bulan.
k. Benchmarking indikator mutu dengan rumah sakit yang se-tipe dengan RS
Mata.
l. Publikasi data indikator mutu antara lain website, media informasi, mading
dansosialisasi baik tertulis maupun lisan.
m. Evaluasi dan tindak lanjut (monitoring dan evaluasi) indikator mutu.
n. Pelaporan ke Direksi
2. Manajemen tata kelola mutu
3. Pelaksanaan rencana kegiatan anggaran Komite Mutu
4. PPK (Panduan Praktek Klinis) dan Clinical Pathways
5. Monitoring dan evaluasi penerapan/hasil kegiatan pelaksanaan 6 (enam)
SasaranKeselamatan Pasien
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan manajemen resiko klinik
7. Pelaksanaan asesmen risiko secara proaktif :
a. Failure Mode andEffectsAnalysis (FMEA)
b. Koordinasi dan monitoring analisis kerentanan terhadap bahaya (HVA)
c. Koordinasi dan monitoring asesmen risiko dari pengendalian infeksi (ICRA)
8. Monitoring dan evaluasi pendidikan dan pelatihan PMKP
9. Monitoring dan evaluasi surveilance, PPI
10. Monitoring dan evaluasi penilaian kinerja unit
11. Monitoring dan evaluasi penilaian kinerja individu (profesi dan staf)
12. Pelaporan ke direksi dan laporan tentang kegiatan komite mutu
F. Pegertian Umum
1. Mutu adalah kondisi dinamis mengenai jasa yang menuntut untuk pemenuhan
standar, kebutuhan, harapan, dan keinginan pelanggan, yang cocok untuk
digunakan dan menjadikan pelanggan puas.
2. Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan RS
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar,
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan
norma, etika, hukum, sosial dan budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan Rumah Sakit Mata Nusa Tenggara Barat dan masyarakat konsumen.
3. Dimensi Mutu adalah meliputi keprofesian, efisiensi, keamanan pasien,
kepuasan pasien, aspek sosial budaya
4. Peningkatan mutu adalah proses pembelajaran dan perbaikan yang terus
menerus dalam proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
9
dan pihak-pihakyang berkepentingan lainnya berdasarkan siklus penjaminan
mutu yang berkelanjutan (PDSA) dan perencanaan peningkatan mutu di semua
unit pada semua tingkatan dalam sistem.
5. Upaya peningkatan mutu adalah upaya yang menggunakan pendekatan
pendidikan (edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya.
6. Input adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan pergerakan pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
7. Proses adalah aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi professional
antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini
merupakan variable penilaian mutu yang penting.
8. Output adalah jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja/rumah sakit.
9. Outcome adalah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
10. Clinical pathway adalah pedoman kolaboratif untuk merawat pasien yang
berfokus pada diagnosis, masalah klinis dan tahapan pelayanan atau dapat
diartikan sebagai suatu alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting
dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan mulai saat penerimaan
pasien hingga pemulangan pasien dimana dalam pelaksanaannya
menggabungkan standar asuhan setiap tenaga kesehatan secara sistematik.
Tindakan yang diberikan diseragamkan dalam suatu standar asuhan, namun tetap
memperhatikan aspek individu dari pasien
11. Indikator adalah suatu cara yang sensitif dan spesifik untuk menilai penampilan
dari suatu kegiatan, atau dengan kata lain merupakan variabel yang digunakan
untuk menilai perubahan
12. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas asuhan pasen dan berdampak terhadap pelayanan.
Indikator tidak dipergunakan secara langsung untuk mengukur kualitas
pelayanan, tetapi dapat dianalogikan sebagai "bendera" yang menunjuk adanya
suatu masalah spesifik dan memerlukan monitoring dan evaluasi.
13. Indikator manajemen adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk
mengukur dan mengevaluasi kualitas proses manajerial yang dan berdampak
langsung atau tidak langsung terhadap pelayanan
14. Indikator sasaran keselamatan pasien adalah ukuran kuantitas sebagai
pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi enam sasaran keselamatan pasien
15. Keselamatan / Safety adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard)
16. Hazard/bahaya adalah suatu“ Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang
dapat meningkatkan risiko pada pasien.
10
a. Keadaan adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu
“Peristiwa Keselamatan Pasien/ Patient safety event , Agent atau
Personal”
b. Agent adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan
17. Kesalahan Medis (Medication error) adalah Kesalahan yang terjadi
dalamproses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cidera pada pasien.Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu
rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atautidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (omission).
18. Harm/ cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau
penurunan fungsi tubuh dapat berupa fisik, sosial dan psikologis. Yang termasuk
Harm adalah : “Penyakit, Cedera, Penderitaan, Cacad, dan Kematian”.
a. Penyakit / Disease adalah Disfungsi fisik atau psikis
b. Cedera / Injury adalah Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent /
keadaan
c. Penderitaan / Suffering adalah Pengalaman / gejala yang tidak
menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah, depresi, agitasi,dan
ketakutan
d. Cacat / Disability adalah Segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi
tubuh, keterbatasan aktifitas dan atau restriksi dalam pergaulan sosial yang
berhubungan dengan harm yang terjadi sebelumnya atau saat ini.
19. Keselamatan Pasien / Patient Safetyadalah Pasien bebas dariharm/cederayang
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi
(penyakit, cedera fisik / sosial / psikologis, cacat, kematian dll), terkait dengan
pelayanan kesehatan.
20. Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah Suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko;
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien;
pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dan insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko.Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil
21. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang selanjutnya disebut insiden
adalahsetiap kejadian atau situasi yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan kerugian, cidera, kecacatan atau
kematian pada pasien yang tidak seharusnya terjadi. Terdiri dari Sentinel,
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensial Cedera
22. Sentinel adalah :
a. kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri)
11
b. kehilangan fungsi utama (mayor) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya
c. salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi; dan
d. penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan
orang tuanya
e. kejadian yang menyangkut outbreak (infeksi dan non infeksi) yang terjadi di
dalam lingkup RS.
23. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah :
a. Insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
b. Suatu Insiden yang mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis yang tidak dapat dicegah
24. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
25. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah
a. Insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
b. Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi, karena “keberuntungan”
(misalnya pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), karena “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan), atau “peringanan” (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
26. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensiuntuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
27. Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kejadian nyaris
cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau
kejadian lain yang menimpa keluarga pengunjung, maupun karyawan yang
terjadi di rumah sakit.
12
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas (kognitif atau perilaku
petugas yang kurang, lemahnya supervisi, kurangnya teamwork atau
komunikasi)
d. Faktor kontributor yang berhubungan dengan keadaan pasien.
30. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan
31. Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit:
a. Risiko organisasi adalah kejadian yang akan memberikan dampak negative
terhadap tujuan organisasi
b. Risiko non klinis adalah bahaya potensial akibat lingkungan
c. Risiko klinis adalah bahaya potensial akibat pelayanan klinis
d. Risiko finansial adalah risiko pada keuangan yang secara negatif akan
berdampak pada kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
32. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,menilai
dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya
33. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri
34. Failure Mode and Cause Analysis (FMEA) adalah suatu alat mutu untuk
mengkaji suatu prosedur di rumah sakit secara rinci dan mengenali model-model
adanya kegagalan/kesalahan pada suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap
tiap model kesalahan/kegagalan dan mencari solusi dengan melakukan
perbaikan desain atau prosedu
13
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
A. Gambaran Umum
Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat merupakan
Milik Yayasan Rumah sakit Islam Nusa Tenggara Barat. Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram sebagai representasi Yayasan Rumah Sakit Islam Nusa Tenggara
Barat (YARSI NTB) mempunyai tugas memberikan pelayanan social di bidang
kesehatan kepada masyarakat sesuai standar pelayanan Rumah Sakit Tipe C. Dalam
melaksanakan tugas pokok menyelenggarakan fungsi yaitu pertama penyelenggaran
pelayanan pengobatan, pemulihan kesehatan dan rujukan sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit, kedua pelaksanan tugas lain yang diberikan oleh Yayasan
RSI NTB sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Secara histories, Rumah Sakit Islam “Siti Hajara” Mataram Nusa Tenggara
Barat berdiri/izin berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
tanggal 3 september 1977 Nomor 717/YAN KES/I.0/77. Rumah Sakit Islam Siti
Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat beropersional pada tanggal 17 Agustus 1978.
Seiring tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, aman,
nyaman dan terjangkau. Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara
Barat berbenah dalam semua hal, salah satunya adalah upaya peningkatan status
rumah sakit, dari kelas D menjadi kelas C. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota
Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 200/II/2016 Tentang Pemberian Izin
Operasional Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram Nusa Tenggara Barat sebagai
Rumah Sakit Kelas C.Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram dalam kegiatan
pelayanan meliputi pelayanan UGD,Rawat Jalan,Rawat Inap,Pelayanan Penunjang
dan pelayanan khusus.
14
BAB III
A VISI
.
Dengan Ridho ALLAH SWT,Menjadi Rumah Sakit Rujukan Di Nusa Tenggara Barat
B. MISI
1. Melaksanakan pelayanankesehatan yang bernuansa islami
2. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan sarana dan prasarana RSI Secara
berkesinambungan
3. Memberikan pelayanan berorientasi kepada kepuasan pelanggan
C. FALSAFAH
Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram merupakan sarana dakwah bidang kesehatan
untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya melalui pelayanan
kesehatan yang bermutu dalam rangka membantu sesama untuk mencari ridho allah
SWT
D TUJUAN UMUM
.
Memberikan pelayanan sebagai ibadah,ikhlas dan istiqomah
E. TUJUAN KHUSUS
1. Memberikan loyalitas SDM terhadap rumah sakit islam siti hajar mataram
2. Meningkatkan profesionalisme SDM sesuai standar kompetensi
3. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan tuntunan islam
4. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna (promotif,preventif,kuratif dan
rehabilitative)
5. Meningkatkan kualitas pelayanan sesuai standar
6. Memenuhi kebutuhan pelanggan
7. Meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan
F. MOTTO
Memberikan pelayanan sebagai ibadah,ikhlas dan istiqomah
15
16
BAB IV
KOMITE – KOMITE :
TIM PKRS KOMITE MEDIK DIREKTUR
KOMITE KEPERAWATAN SPI
KOMITE MUTU
KOMITE FARMASI & TERAPI
KOMITE PPI RS
BIDANG PELAYANAN MEDIK BIDANG PENUNJANG MEDIK BAGIAN ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN
17
BAB V
18
C. Struktur Organisasi Komite Mutu
Direktur
Dr.Lalu Sudirman Siadi
Ketua Komite
Dr.Lalu Fauzan,A.Y,M.Biomed,SpB
19
a.) Hasil pengukuran data meliputi: Pencapaian semua indikator
mutu, analisis, validasi dan perbaikan yang telah dilakukan.
b) Laporan semua insiden keselamatan pasien meliputi jumlah, jenis
(kejadian sentinel, KTD, KNC, KTC, KPCS), tipe insiden dan tipe
harm, tindak lanjut yang dilakukan, serta tindakan perbaikan
tersebut dapat dipertahankan.
2.) membuat pemantauan terhadap rencana penanganan menejemen risiko setiap
6 (enam) bulan.
20
BAB VI
URAIAN JABATAN
21
e. Menyususn jadwal validasi data mutu klinik;
f. Menyusun laporan insiden eksternal dan internal serta laporan berkala kegiatan Tim
KPRS;
g. Menyusun laporan triwulan dan tahunan sesuai program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien ;
h. Mewakili Ketua Tim KPRS bila ketua berhalangan;
i. Mengkoordinir kegiatan seluruh koordinator di unit keselamatan pasien dan unit
penjaminan mutu;
j. Mengkoordinir kegiatan komite/tim terkait dengan program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien;
k. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dan program di komite/tim/unit
terkait dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
22
g. Melaksanakan pelatihan keselamatan pasien;
h. Penyususnan laporan pelaksanaan program keselamatan pasien;
23
BAB VII
Komite mutu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dapat berkoordinasi dengan
unsur komite medis,komite keperawatan,komite pencegahan dan pengendalian
infeksi,komite etik dan hukum dan unsur organisasi atau unit kerja terkait lainnya.
24
BAB VIII
PERTEMUAN / RAPAT
A. Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari bebrapa orang yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan suatu
masalah tertentu
C. Rapat Insidentil di selenggarakan pada sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal
yang perlu di bahas dan di selesaikan segera
BAB IX
PELAPORAN
1. Hasil pelaksanaan tugas dan fungsi di laporkan secara tertulis kepada kepala
atau direktur Rumah Sakit di sertai rekomendasi paling sedikit setiap 3 bulan
atau sewaktu-waktu bila di perlukan
2. Kepala atau direktur Rumah Sakit melaporkan hasil kegiatan penyelenggaran
mutu kepala pemilik rumah sakit atau dewan pengawas rumah sakit bagi
rumah sakit milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah
3. Pemilik atau dewan pengawas Rumah Sakit memberikan umban balik berupa
rekomendasi kepada kepala atau direktur Rumah Sakit Untuk Di tindak lanjuti
25
BAB IX
PENUTUP
26