Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROGRAM BK DI SMA 1N SUSUKAN

Dosen Pengampu : Abi Faizzarahman Prabawa, M.Pd.

Kelompok 6 :

1. Noki Nur Astuti 23080200032

2. Atta Nur Laily 23080200037

3. Risa Ayu Setiyaningrum 23080200038

4. Mayrizka Yogi Syahputri 23080200058

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM 2022
DAFTAR ISI

COVER I

DAFTAR ISI II

BAB I Kondisi Administrasi dan Organisasi Sekolah 1

A. Need Assesment 1

B. Pembuatan Program BK 2

C. Pelaksanaan Layanan 3

D. Pengadministrasian Layanan 4

E. Pelaksanaan Evaluasi 5

F. Jumlah Konselor dan Siswa 6

G. Struktur Organisasi 7

H. Profil Konselor 8

I. Denah Ruang BK 9

BAB II Pembahasan dan Rekomendasi 10

A. Need Assesment 10

B. Pembuatan Program BK 11

C. Pelaksanaan Layanan 12

D. Pengadministrasian Layanan 13

E. Pelaksanaan Evaluasi 14

F. Jumlah Konselor dan Siswa 15

G. Struktur Organisasi 16
H. Profil Konselor 17

I. Denah Ruang BK 18

BAB III PENUTUP 19

Kesimpulan 20

Daftar Pustaka 21

BAB I

Kondisi Administrasi Dan Organisasi Sekolah

A. Need Assesment

Kebutuhan peserta didik/konseli dapat diidentifikasi berdasarkan asumsi teoretik


dan hasil asesmen kebutuhan yang dilakukan. Dalam melaksanakan tugasnya, guru
Bimbingan dan Konseling terlebih dahulu menyusun daftar kebutuhan (Need
Assesment). Tujuan penyusunan instrumen tersebut untuk mengetahui kebutuhan dan
permasalahan siswa. Ada beberapa contoh aplikasi instrumen yang dapat digunakan
untuk mengetahui kebutuhan siswa, antara lain Daftar Cek Masalah (DCM),

Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Alat Ungkap Masalah (AUM), Analisis Tugas
Perkembangan (ATP), dan lain-lain. Selain itu pengalaman Konselor dalam
melaksanakan program pelayanan konseling dan masukan dari berbagai fihak terkait
juga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan daftar kebutuhan konseli.Angket
kebutuhan peserta didik di SMA N 1Susukan, dibuat dan disusun sendiri oleh tim guru
bimbingan dan konseling sesuai dengan lingkungan dan masalah/kebutuhan konseli di
sekolah yang berdasarkan pada SKKPD dengan pendekatan tujuan (4 bidang layanan).
Angket diolah dengan aplikasi Angket Kebutuhan Peserta Didik

B. Pembuatan Program BK

Dalam pembuatan program BK di SMAN 1 Susukan membuat program umum sesuai


dengan aturan SKKPD, yaitu program tahunan dan program semesteran (Genap dan
Ganjil), data bulanan dan harian dibuat jika diperlukan (situasional). Dan jika dalam
pelaksanaan program tahunan, program semester, bulanan maupun harian
membutuhkan anggaran dana maka dimasuk kan kedalamnnya

C. Pelaksanaan Layanan

Dalam pelaksanaan layanan guru bk membuat RPL dan juga instrument guna
memberikan layanan untuk siswa sesuai dengan kebutuhan mereka .

D. Pengadministrasian Layanan

Administrasi layanan yang dilakukan guru bk di SMAN 1 Susukan dilaksanakan secara


manual yang di catat didalam buku dan bukti foto ketika panggilan orang tua maka
orang tua hadir dan menandatangani bukti yang terdapat didalam buku dan terdapat
bukti jejak kasus ketika anak melanggar peraturan atau sering membolos sekolah ,
namun juga menyimpan di dalam file dan computer sesuai dengan situasi dan kondisi.

E. Pelaksanaan Evaluasi

Evaluasi yang terdapat di SMAN 1 Susukan terdapat 2 yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil :

1. Evaluasi proses : Memperhatikan proses layanan denganrefleksi hasil masing-


masing peserta didik dan sikap atau antusias peserta didik dalam mengikuti
kegiatan layanan.

2. Evaluasi hasil : Setelah mengikuti kegiatan klasikal, antara lain merasakan


suasana yang menyenangkan , pentingnya topic yang dibahas , cara penyampaian
yang menarik.

F. Jumlah Konselor dan Siswa


Dalam hasil observasi dan informasi yang telah kami dapatkan di SMAN 1 Susukan
jumlah konselor atau guru bk terdapat 2 anggota dengan lulusan BK dari UKSW dan
jumlah siswa nya sekitar 370 siswa.

G. Sruktur Organisasi

Struktur organisasi bk di SMA N 1 Susukan masih terbilang sederhana da nada


perubahan pada pembentukan struktur organisasi.
H. Profil Konselor

Di SMA N 1 Susukan terdapat 2 guru bk / konselor :

Nama : ANDEWI RETNO HAPSARI, S.Pd

TTL : KAB. SEMARANG, 26 AGUSTUS 1978

Alamat : SUSUKAN RT 02 RW 02 Ds. SUSUKAN KEC. SUSUKAN

Jenis Kelamin : PEREMPUAN

Kewarganegaraan : WNI

Agama : ISLAM

Email : andewikirana@gmail.com

Profil Konselor

Nama : NOVIYATI, SPd

TTL : Kab. Semarang, 30 November 1980

Alamat : Timpik RT 05 RW 09, Kec. Susukan

Jenis kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

Email : noviyati@gmail.com

I. Denah Ruang BK
Untuk ruang bk di SMA N 1 Susukan terdapat 3 ruangan yang pertama yaitu ruang
tamu , yang kedua ruang kerja guru bk dan yang ketiga ruang konseling kelompok
namun terkadang konseling kelompok dilaksanakan di ruang tamu dan ditambah kursi
lagi apabila anggota kelompok cukup banyak dan kursi kurang , dan untuk konseling
individu dilaksanakan di ruang kerja guru BK . Disebelah ruang Bk terdapat ruang multi
media yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan konferensi kasus dengan
menggunakan meja dan kursi darurat serta terkadang untuk pelaksanaan konseling
kelompok .

BAB II

PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI

A. Need Assesment
Need Assesment adalah pekerjaan konselor yang utama dan pertama dalam membuat
Program BK. Sehingga Need Asessement menjadi kunci utama dalam pengembangan
Program BK selanjutnya. Dalam pelaksanaan suatu strategi konseling, Need Assesment
memegang peranan penting dalam pengimplementasian strategi selanjutnya. Menurut
Nursalim (2013) tahap-tahap umum dalam proses konseling meliputi: Pembinaan
Hubungan (Rapport), Asesmen Masalah, Perumusan Tujuan, Seleksi Tujuan, Seleksi
Strategi, Implementasi Strategi, Evaluasi dan Tindak Lanjut dan yang terakhir adalah
Terminasi. Jelas dipaparkan di atas bahwasannya tahapan asesmen merupakan tahap
yang sangat penting sebelum menentukan tujuan dalam proses konseling.

Assesment merupakan salah satu pengukuran Dalam konteks bimbingan dan


Konseling, assessment yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilaksanakan
konselor sebelu, selama , dan sesudah konseling tersebut dilaksanakan / berlangsung
.Assesmnet dilakukan untuk menggali dinamika dan factor penentu yang mendasari
munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan assessment dalam bimbingan dan
konseling yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor untuk
menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada
maslaah konseli.

Rekomendasi : Guru BK di SMAN 1 Susukan harus bisa memanfaatkan fasilitas


disekolah untuk menganalisis kebutuhan siswa serta memanfaatkan orang-orang
sekitar seperti : orang tua, wali kelas , murid , dan guru. Namun guru BK tidak boleh
terlalu meminta bantuan dari pihak lain karena guru BK adalah tenaga professional
harus mampu bekerja mandiri tanpa tergantung dengan pihak lain.

B. Pembuatan Program BK

(Prayitno, 2004) menyatakan program Bimbingan dan Konseling merupakan isi dari
keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Program merupakan suatu
rencana keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam periode tertentu. Program BK
disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral dari
keseluruhan program sekolah. Kegiatan Program ini memuat unsur–unsur yang
terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling
dan diorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah. Setting bimbingan dan konseling berada di setiap jenjang pendidikan
mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan SMA), dan Perguruan
Tinggi. Program BK disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan
bagian integral dari keseluruhan program sekolah.

(Ridwan, 2004) mengungkapkan program bimbingan dan konseling berarti


sederatan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, sederatan kegiatan
tersebut perlu direncanakan sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah.
Selanjutnya, dalam buku Panduan Pengembangan Diri (2007) dijelaskan bahwa Program
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan layanan dan kegiatan pendukung yang
akan dilaksanakan pada periode tertentu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa program bimbingan dan konseling adalah penjabaran dari kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh seorang konselor atau guru BK yang di buat berdasarkan need
asesemen dari siswa dan dilakukan dalam periode waktu tertentu.

Rekomendasi : Menurut kelompok kami program BK di SMAN 1 Susukan disusun dan


dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik sekarang .

C. Pelaksanaan Layanan

1. Mengidentifikasi Masalah dan Kebutuhan Siswa

Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa ini adalah langkah awal dan sangat
penting yang tidak boleh ditinggalkan bagi seorang guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) yang akan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik atau siswa. Pada langkah ini, hal yang harus diperhatikan oleh seorang
guru bimbingan dan konseling (konselor sekoah) adalah mengenal dan memahami
tanda-tanda atau gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik
serta memahami kebutuhan yang dimiliki oleh para siswa. Biasanya para guru
bimbingan dan konseling (konselor sekolah) akan memberikan angket atau kuesioner
yang nantinya akan berfungsi mengungkap data masalah dan kebutuhan para siswa.

Setelah data-data dari tahap mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa


dikumpulkan, langkah yang harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) adalah mengevaluasi data tersebut untuk menemukan inti masalah
dan kebutuhan yang sedang dihadapi oleh anak didik tersebut. Sebagai contoh,
katakanlah masalah dan yang dihadapi oleh siswa adalah kurang menguasai materi
pelajaran tertentu. Dari data perkirakan masalah ini selanjutnya dapat di jadikan
sebagai acuan bagi guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah.

2. Melakukan Diagnosis

Melakukan diagnosis (dugaan awal) merupakan langkah setelah masalah dan


kebutuhan siswa dapat diidentifikasi oleh guru bimbingan dan konseling (konselor
sekolah), pada langkah diagnosis ini guru bimbingan dan konseling menetapkan
masalah tersebut berdasarkan dari analisis latar belakang yang menjadi penyebab
munculnya masalah yang dihadapi oleh siswa. Hal yang paling penting dari tahap
diagnosis ini adalah kegiatan pengumpulan data dari berbagai hal yang menjadi latar
belakang masalah yang dihadapi oleh siswa.

3. Menetapkan Prognosis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prognisis merupakan ramalan tentang
peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan penyakit atau
penyembuhan setelah operasi. Dalam konteks pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, prognosis adalah perencanaan tindakan dalam memberi bantuan kepada
siswa setelah dilakukan tahapan diagnosis terhadap permasalahan. Dalam tahap
prognosis ini, guru bimbingan dan konseling menetapkan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan bantuan kepada siswa.

4. Pemberian Bantuan (Pelaksanaan Konseling)

Pemberian bantuan (pelaksanaan konseling) merupakan langkah penting dalam proses


layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa. Setelah menetapkan
prognosis guru bimbingan dan konseling merealisasikan langkah-langkah alternatif
dalam bentuk pemberian bantuan (konseling) berdasarkan masalah yang dihadapi siswa.
Langkah pemberian bantuan atau pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini
dilakukan dengan berbagai pendekatan dan teknik agar tindakan yang dilakukan guru
bimbingan dan konseling bisa memberikan dampak yang efektif dalam membantu
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa biasanya tidak dilakukan
hanya sekali atau dua kali pertemuan saja. Jika tidak ada kemajuan seperti yang
diinginkan, maka bimbingan dan konseling kepada siswa dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Hal ini dimaksudkan supaya proses layanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan nyaman, bisa saja dibuat jadwal dan sifat pertemuan dibuat
dengan terikat. Atau, seorang guru bimbingan dan konseling menyesuaikan terhadap
siswa yang mempunyai masalah kapan dia memiliki waktu luang atau merasa nyaman
untuk melakukan pertemuan kembali untuk melakukan konseling.

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah yang baik
harus ada dilakukan evaluasi. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling
tidak akan pernah tahu tingkat keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di sekolah. Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa kali
pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses bimbingan dan konseling
berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk
melakukan evaluasi adalah data-data primer yang muncul atau terkumpul selama
pertemuan dengan siswa dan data-data sekunder yang terus dikumpulkan selama
proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

Proses pengumpulan data untuk evaluasi bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling selama proses bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi,
atau dokumentasi. Evaluasi ini biasa disebut dengan "penilaian pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling". Kemudian dari hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan
oleh guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan tindak lanjut dan
layanan remedial dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Rekomendasi : Seharusnya guru BK menyediakan buku siswa perindividu agar mudah
untuk mengakses dan jka ingin memberi evaluasi lebih terstruktur

D. Pengadministrasian Layanan

1. Mengidentifikasi Masalah dan Kebutuhan Siswa

Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa ini adalah langkah awal dan sangat
penting yang tidak boleh ditinggalkan bagi seorang guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) yang akan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik atau siswa. Pada langkah ini, hal yang harus diperhatikan oleh seorang
guru bimbingan dan konseling (konselor sekoah) adalah mengenal dan memahami
tanda-tanda atau gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik
serta memahami kebutuhan yang dimiliki oleh para siswa. Biasanya para guru
bimbingan dan konseling (konselor sekolah) akan memberikan angket atau kuesioner
yang nantinya akan berfungsi mengungkap data masalah dan kebutuhan para siswa.

Setelah data-data dari tahap mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa


dikumpulkan, langkah yang harus dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) adalah mengevaluasi data tersebut untuk menemukan inti masalah
dan kebutuhan yang sedang dihadapi oleh anak didik tersebut. Sebagai contoh,
katakanlah masalah dan yang dihadapi oleh siswa adalah kurang menguasai materi
pelajaran tertentu. Dari data perkirakan masalah ini selanjutnya dapat di jadikan
sebagai acuan bagi guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah.

2. Melakukan Diagnosis

Melakukan diagnosis (dugaan awal) merupakan langkah setelah masalah dan


kebutuhan siswa dapat diidentifikasi oleh guru bimbingan dan konseling (konselor
sekolah), pada langkah diagnosis ini guru bimbingan dan konseling menetapkan
masalah tersebut berdasarkan dari analisis latar belakang yang menjadi penyebab
munculnya masalah yang dihadapi oleh siswa. Hal yang paling penting dari tahap
diagnosis ini adalah kegiatan pengumpulan data dari berbagai hal yang menjadi latar
belakang masalah yang dihadapi oleh siswa.

3. Menetapkan Prognosis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prognisis merupakan ramalan tentang
peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan penyakit atau
penyembuhan setelah operasi. Dalam konteks pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, prognosis adalah perencanaan tindakan dalam memberi bantuan kepada
siswa setelah dilakukan tahapan diagnosis terhadap permasalahan. Dalam tahap
prognosis ini, guru bimbingan dan konseling menetapkan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan bantuan kepada siswa.

4. Pemberian Bantuan (Pelaksanaan Konseling)

Pemberian bantuan (pelaksanaan konseling) merupakan langkah penting dalam


proses layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa. Setelah
menetapkan prognosis guru bimbingan dan konseling merealisasikan langkah-langkah
alternatif dalam bentuk pemberian bantuan (konseling) berdasarkan masalah yang
dihadapi siswa. Langkah pemberian bantuan atau pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling ini dilakukan dengan berbagai pendekatan dan teknik agar tindakan yang
dilakukan guru bimbingan dan konseling bisa memberikan dampak yang efektif dalam
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa biasanya tidak dilakukan
hanya sekali atau dua kali pertemuan saja. Jika tidak ada kemajuan seperti yang
diinginkan, maka bimbingan dan konseling kepada siswa dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Hal ini dimaksudkan supaya proses layanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan nyaman, bisa saja dibuat jadwal dan sifat pertemuan dibuat
dengan terikat. Atau, seorang guru bimbingan dan konseling menyesuaikan terhadap
siswa yang mempunyai masalah kapan dia memiliki waktu luang atau merasa nyaman
untuk melakukan pertemuan kembali untuk melakukan konseling.

5. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah yang baik
harus ada dilakukan evaluasi. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling
tidak akan pernah tahu tingkat keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di sekolah. Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa kali
pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses bimbingan dan konseling
berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk
melakukan evaluasi adalah data-data primer yang muncul atau terkumpul selama
pertemuan dengan siswa dan data-data sekunder yang terus dikumpulkan selama
proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

Proses pengumpulan data untuk evaluasi bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling selama proses bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi,
atau dokumentasi. Evaluasi ini biasa disebut dengan "penilaian pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling". Kemudian dari hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan
oleh guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan tindak lanjut dan
layanan remedial dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

`Rekomendasi : Guru BK yang ada di SMAN 1 Susukan harus lebih kreatif dan inovatif
dalam melaksanakan administrasi pelayanan BK agar layana BK terstruktur dengan baik
dan sesuai dengan yang ada.

E. Pelaksanaan Evaluasi

Gibson & Mitchell menyatakan bahwa jantung hati bimbingan dan konseling adalah
program konseling. Gronlund & Linn mengungkapkan bahwa evaluasi adalah “the
systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine
the extent to which pupils are achieving instructional objectives”. Artinya suatu proses
yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan penafsiran data atau informasi untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pelajaran yang diterima oleh peserta didik.
Gibson & Mitchel, evaluasi juga merupakan suatu proses untuk menilai efektifitas
program atau aktifitas.Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program adalah
upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Penilaian yang diberikan terletak pada kondisi suatu program tertentu dengan
menggunakan standar dan kriteria evaluasi program yang ada didalam kerangka kerja
program BK komprehensif.

Menurut W.S Winkel (Sukardi [1]) evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai
efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu
program bimbingan.Fase persiapan terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi.
Dalam kegiatan ini diperlukan beberapa langkah yang harus dilalui antara lain:

1) Langkah pertama, penetapan aspek-aspek yang di evaluasi adalah:

a. Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang
akan dicapai

b. Program kegiatan bimbingan

c. Personel atau ketenagaan

d. Fasilitas teknik dan administrasi bimbingan

e. Pembiayaan

f. Partisipasi personel

g. Proses kegiatan

h. Akibat sampingan

2) Langkah kedua, penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misal, bila proses aspek
kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria yang dapat dievaluasi ditinjau dari
lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.

3) Langkah ketiga, penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misal, aspek proses
kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria langkah kedua, maka instrumen yang
harus digunakan adalah check list,observasi kegiatan, tes situasi, wawancara, dan
angket.

4) Langkah keempat, penetapan prosedur evaluasi. Seperti contoh pada langkah kedua
dan ketiga, maka prosedur evaluasinya melalui penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil
kerja, konferensi kasus, dan lokakarya.

5) Langkah kelima, penetapan tim penilaian atau evaluasi. Berkaitan dengan contoh
sebelumnya, maka yang harus menjadi evaluator dalam penilaian proses kegiatan ialah
ketua bimbingan dan koneling, kepala sekolah, tim bimbingan dan konseling dan
konselor.

b. Fase persiapan alat atau instrumen evaluasiDalam fase kedua ini, dilakukan kegiatan
-kegiatan

seperti berikut:

1) Memilih alat-alat atau instrumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.

2) Penggandaan alat-alat instrumen evaluasi yang akan digunaan.

c. Fase pelaksanaan kegiatan evaluasi.

Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu persiapan
pelaksanaan kegiatan evaluasi dan melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.

d. Fase menganalisis hasil evaluasi

Dalam fase analisis hasil evaluasi dan pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
dengan mengacu pada jenis datanya. Data-data tersebut, diantaranya tabulasi data dan
analisis hasil pengumpulan data melalui statitik atau nonstatistik.

e. Fase penafsiran atau interpretasi dan pelaporan hasil evaluasi

Pada fase ini, dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan kinerja
penilaian keberhasilan, kemudian diinterpretasikan dengan menggunnakan kodekode
tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan atau
pengembangan program layanan bimbingan konseling

Recomendasi: Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan


kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga, harus disusun secara
berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yangtertinggi. Dan
Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dankonseling perlu diadakan
penilaian secara teratur dan terarah

F. Jumlah Konselor

Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan,
mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.Layanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan secara langsung (tatap muka) antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan konseli dan tidak langsung (menggunakan media
tertentu), dan diberikan secara individual (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani
satu orang), kelompok (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satu orang),
klasikal (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satuan kelompok), dan
kelas besar atau lintas kelas (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari
satuan klasikal).

Di SMAN 1 Susukan jumlah guru BK disana sudah sesuai dan sudah memadai

Recomen: kalau dilihat dari observasi kelompok kami di SMAN 1 Susukan terdapat
370 an siswa, mungkin dari kelompok kami menyarankan guru konselor ditambah satu
lagi untuk berjaga jaga karena menurut guru bk di sana, setiap tahunnya siswa yang
masuk di SMAN 1 Susukan makin bertambah di setiap tahunnya.

G. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan


pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan yang bersangkutan. Meskipun demikian, struktur organisasi bimbingan
konseling pada setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah


satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.

2. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak


antara pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang.
Keputusan dapat dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat,
dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari
urusan birokrasi yang tidak perlu.

3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya


pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang
semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.

4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling


menunjang dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi
kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk
kepentinga peserta didik.

5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut,


sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan
konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan.

6. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari


atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).

Pola Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi
yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para
personil sekolah yang terlibat. Organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola
organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah
masing-masing.

Rekomendasi : Seharusnya pola struktur organisasi BK ada wakil kepala sekolahnya


untuk membantu kepala sekolah untuk mengkoordinir para anggota organisasinya.

H. Profil Konselor

Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan yang menunjang pelaksanaan


pendidikan si sekolah, karena program-program bimbingan dan konseling meliputi
aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya menyangkut kawasan
kematangan personal dan emosional, sosial pendidikan serta kematangan karir.

Guru BK atau Konselor Sekolah guru yang memiliki standar kualifikasi akademik
konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling atau berpendidikan
Profesi Konselor. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) telah
disusun oleh BSNP dan ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008, bagi
Konselor yang telah memenuhi SKAKK harus mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling sesuai dengan beban kerja yang diamanatkan yaitu mencakup
kegiatan; merencanakan program, melaksanakan, menilai, menganalisis serta
menindaklanjuti hasil analisis evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling.

Pengembangan Diri merupakan bagian integral struktur kurikulum satuan pendidikan


dasar dan menengah, bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru.Implementasinya kegiatan pengembangan diri ekuivalen dua jam pembelajaran.
Kegiatan pengembangan diri dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik. Pelaksana dan fasilitas kegiatan pengembangan
diri oleh Konselor Sekolah untuk kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling,
sedangkan kegiatan Ekstrakurikuler dilaksanakan oleh Guru dan atau Tenaga
Kependidikan lain, beserta Konselor Sekolah sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya.

Konselor sebagai Pendidik dan Tenaga Profesonal, bertugas mewujudkan tujuan


pendidikan, dan berfungsi untuk meningkatkan martabat serta berperan sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan pendidikan nasional.Konselor profesional
memberikan layanan berupa pendampingan (advokasi) pengkoordinasian,
mengkolaborasi dan menberikan layanan konsultasi yang dapat menciptakan peluang
yang setara dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli berdasarkan prinsip
-prinsip pokok profesionalitas.

Rekomendasi : Menurut kelompok kami profil konselor sudah sesuai dengan kriteria
guru bk karena guru bk di SMAN 1 Susukan merupakan lulusan BK .

I. Denah Ruang BK

Dalam perspektif pendidikan nasional, bimbingan dan konseling merupakan bagian


yang tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan di sekolah, yang bertujuan untuk
membantu para siswa agar dapat mengembangkan dirinya secara optimal dan
memperoleh kemandirian. Agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan
efektif dan efisien maka perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Salah satu sarana penting yang dapat menunjang terhadap efektivitas dan efisiensi
layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah ketersediaan ruang Bimbingan dan
Konseling yang representatif, dalam arti dapat menampung segenap aktivitas
pelayanan. Bimbingan dan Konseling.

Menurut kelompok kami denah ruang BK yang ada di SMAN 1 Susukan kurang
memadai dan ruangannya minimalis serta kurangnya fasilitas yang dibutuhkan untuk
proses konseling sehingga dalam proses konseling individu maupun kelompok
dilakukan ditempat yang seadanya .

Dalam hal ini, ABKIN (2007) telah merekomendasikan ruang Bimbingan dan
Konseling di sekolah yang dianggap standar, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Letak lokasi ruang Bimbingan dan Konseling mudah diakses (strategis) oleh
konseli tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-prinsip konfidensial tetap
terjaga.

2. Jumlah ruang bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan jenis


layanan dan jumlah ruangan
3. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang

4. Jenis ruangan yang diperlukan meliputi:

a. ruang kerja;

b. ruang administrasi/data;

c. ruang konseling individual;

d. ruang bimbingan dan konseling kelompok;

e. ruang biblio terapi;

f. ruang relaksasi/desensitisasi; dan

g. ruang tamu.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan kondisi yang diharapkan dari masing jenis
ruangan tersebut.

1. Ruang kerja Bimbingan dan Konseling disiapkan agar dapat berfungsi


mendukung produkltivitas kinerja guru BK/konselor. Untuk itu, diperlukan
fasilitas berupa: komputer yang dilengkapi dengan berbagai software Bimbingan
dan Konseling (akan lebih baik bila dilengkapi fasilitas internet) dan meja kerja
konselor, lemari dan sebagainya.

2. Ruang administrasi/data perlu dilengkapi dengan fasilitas berupa lemari


penyimpanan dokumen (buku pribadi, catatan-catatan konseling, dan lain-lain)
maupun berupa softcopy, Dalam hal ini harus menjami keamanan dan
kerahasiaan data yang disimpan.

3. Ruangan konseling individual merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk
terjadinya interaksi antara konselor dan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan
satu set meja kursi ata sofa, tempat untuk menyimpan majalah, yang dapat
berfungsi sebagai biblio terapi.

4. Ruangan Bimbingan dan Konseling Kelompok merupakan tempat yang aman dan
nyaman untuk terjadinya dinamika kelompok dalam interaksi antara konselor
dengan konseli dan konseli dengan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan
perlengkapan antara lain: sejumlah kursi, karpet, tape recorder, VCD dan televisi.

5. Ruangan Biblio Terapi pada prinsipnya mampu menjadi tempat bagi para konseli
dalam menerima berbagai informasi, baik informasi yang berkenaan dengan
pribadi, sosial, akademik maupun karier di masa mendatang. Ruangan ini
dilengkapi dengan perlengkapan daftar buku (katalog), rak buku, ruang baca,
buku daftar pengunjung, dan jika memungkinkan disediakan internet.

6. Ruang relaksasi/desensitisasi/sesnsitisasi yang bersih, sehat, nyaman dan aman,


yang dilengkapi dengan karpet, televisi, VCD/DVD, tempat tidur (bed rest)
beserta bantalnya.

7. Ruang tamu hendaknya berisi kursi dan meja tamu, buku tamu, jam dinding,
tulisan atau gambar yang dapat memotivasi konseli untuk berkembang

Rekomendasi : Ruangan BK yang terdapat di SMAN 1 SUSUKAN belum memenuhi


kualifikasi seperti yang ada di teori. sebaiknya bisa lebih di berikan luasa ruangan dan
lebih bisa di berikan lagi ruangan konseling individu dan bimbingan kelompok serta
ruangan blibliograf
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di SMAN 1 Susukan letaknya kurang strategis karena tempatnya terpencil dan jauh
dari transportasi umum jadi para siswa disana hanya sekitar 370 siswa dan mayoritas
siswa yang bersekolah disana hanya penduduk sekitar. Ruang BK disana kurang tertata
dengan rapih dan ruangannya kurang memadai karena ruangannya kecil , pelayanan BK
disana juga sudah cukup memadai dan fasilitas yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan siswa.
DAFTAR PUTAKA

Ahmad Juntika, N. (2012). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling . Bandung: PT.
Refika Aditama cet. ke 4.

Dea Aulia, , F. (2022). Penyusunan Program BK di Tingkat SMA. Education and Learning,
92-97.

Gibson & Marrianne H. Mitchell , R. (2011). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, edisi ke 7.

Heru dkk, M. (2010). Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press.

Salahudin, A. (2012). Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Siti Fatimah Cucu Cutini, N. (2019). PERAN DAN APLIKASI ASSESMENT DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING. FOKUS, 45-56.

Anda mungkin juga menyukai