Kelompok 6 :
COVER I
DAFTAR ISI II
A. Need Assesment 1
B. Pembuatan Program BK 2
C. Pelaksanaan Layanan 3
D. Pengadministrasian Layanan 4
E. Pelaksanaan Evaluasi 5
G. Struktur Organisasi 7
H. Profil Konselor 8
I. Denah Ruang BK 9
A. Need Assesment 10
B. Pembuatan Program BK 11
C. Pelaksanaan Layanan 12
D. Pengadministrasian Layanan 13
E. Pelaksanaan Evaluasi 14
G. Struktur Organisasi 16
H. Profil Konselor 17
I. Denah Ruang BK 18
Kesimpulan 20
Daftar Pustaka 21
BAB I
A. Need Assesment
Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Alat Ungkap Masalah (AUM), Analisis Tugas
Perkembangan (ATP), dan lain-lain. Selain itu pengalaman Konselor dalam
melaksanakan program pelayanan konseling dan masukan dari berbagai fihak terkait
juga dapat digunakan sebagai dasar penyusunan daftar kebutuhan konseli.Angket
kebutuhan peserta didik di SMA N 1Susukan, dibuat dan disusun sendiri oleh tim guru
bimbingan dan konseling sesuai dengan lingkungan dan masalah/kebutuhan konseli di
sekolah yang berdasarkan pada SKKPD dengan pendekatan tujuan (4 bidang layanan).
Angket diolah dengan aplikasi Angket Kebutuhan Peserta Didik
B. Pembuatan Program BK
C. Pelaksanaan Layanan
Dalam pelaksanaan layanan guru bk membuat RPL dan juga instrument guna
memberikan layanan untuk siswa sesuai dengan kebutuhan mereka .
D. Pengadministrasian Layanan
E. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi yang terdapat di SMAN 1 Susukan terdapat 2 yaitu evaluasi proses dan
evaluasi hasil :
G. Sruktur Organisasi
Kewarganegaraan : WNI
Agama : ISLAM
Email : andewikirana@gmail.com
Profil Konselor
Kewarganegaraan : WNI
Agama : Islam
Email : noviyati@gmail.com
I. Denah Ruang BK
Untuk ruang bk di SMA N 1 Susukan terdapat 3 ruangan yang pertama yaitu ruang
tamu , yang kedua ruang kerja guru bk dan yang ketiga ruang konseling kelompok
namun terkadang konseling kelompok dilaksanakan di ruang tamu dan ditambah kursi
lagi apabila anggota kelompok cukup banyak dan kursi kurang , dan untuk konseling
individu dilaksanakan di ruang kerja guru BK . Disebelah ruang Bk terdapat ruang multi
media yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan konferensi kasus dengan
menggunakan meja dan kursi darurat serta terkadang untuk pelaksanaan konseling
kelompok .
BAB II
A. Need Assesment
Need Assesment adalah pekerjaan konselor yang utama dan pertama dalam membuat
Program BK. Sehingga Need Asessement menjadi kunci utama dalam pengembangan
Program BK selanjutnya. Dalam pelaksanaan suatu strategi konseling, Need Assesment
memegang peranan penting dalam pengimplementasian strategi selanjutnya. Menurut
Nursalim (2013) tahap-tahap umum dalam proses konseling meliputi: Pembinaan
Hubungan (Rapport), Asesmen Masalah, Perumusan Tujuan, Seleksi Tujuan, Seleksi
Strategi, Implementasi Strategi, Evaluasi dan Tindak Lanjut dan yang terakhir adalah
Terminasi. Jelas dipaparkan di atas bahwasannya tahapan asesmen merupakan tahap
yang sangat penting sebelum menentukan tujuan dalam proses konseling.
B. Pembuatan Program BK
(Prayitno, 2004) menyatakan program Bimbingan dan Konseling merupakan isi dari
keseluruhan organisasi bimbingan dan konseling disekolah. Program merupakan suatu
rencana keseluruhan kegiatan yang direncanakan dalam periode tertentu. Program BK
disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan bagian integral dari
keseluruhan program sekolah. Kegiatan Program ini memuat unsur–unsur yang
terdapat dalam berbagai ketentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling
dan diorientasikan pada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di
sekolah. Setting bimbingan dan konseling berada di setiap jenjang pendidikan
mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan SMA), dan Perguruan
Tinggi. Program BK disusun masing-masing guru pembimbing yang merupakan
bagian integral dari keseluruhan program sekolah.
C. Pelaksanaan Layanan
Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa ini adalah langkah awal dan sangat
penting yang tidak boleh ditinggalkan bagi seorang guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) yang akan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik atau siswa. Pada langkah ini, hal yang harus diperhatikan oleh seorang
guru bimbingan dan konseling (konselor sekoah) adalah mengenal dan memahami
tanda-tanda atau gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik
serta memahami kebutuhan yang dimiliki oleh para siswa. Biasanya para guru
bimbingan dan konseling (konselor sekolah) akan memberikan angket atau kuesioner
yang nantinya akan berfungsi mengungkap data masalah dan kebutuhan para siswa.
2. Melakukan Diagnosis
3. Menetapkan Prognosis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prognisis merupakan ramalan tentang
peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan penyakit atau
penyembuhan setelah operasi. Dalam konteks pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, prognosis adalah perencanaan tindakan dalam memberi bantuan kepada
siswa setelah dilakukan tahapan diagnosis terhadap permasalahan. Dalam tahap
prognosis ini, guru bimbingan dan konseling menetapkan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan bantuan kepada siswa.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa biasanya tidak dilakukan
hanya sekali atau dua kali pertemuan saja. Jika tidak ada kemajuan seperti yang
diinginkan, maka bimbingan dan konseling kepada siswa dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Hal ini dimaksudkan supaya proses layanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan nyaman, bisa saja dibuat jadwal dan sifat pertemuan dibuat
dengan terikat. Atau, seorang guru bimbingan dan konseling menyesuaikan terhadap
siswa yang mempunyai masalah kapan dia memiliki waktu luang atau merasa nyaman
untuk melakukan pertemuan kembali untuk melakukan konseling.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah yang baik
harus ada dilakukan evaluasi. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling
tidak akan pernah tahu tingkat keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di sekolah. Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa kali
pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses bimbingan dan konseling
berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk
melakukan evaluasi adalah data-data primer yang muncul atau terkumpul selama
pertemuan dengan siswa dan data-data sekunder yang terus dikumpulkan selama
proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Proses pengumpulan data untuk evaluasi bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling selama proses bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi,
atau dokumentasi. Evaluasi ini biasa disebut dengan "penilaian pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling". Kemudian dari hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan
oleh guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan tindak lanjut dan
layanan remedial dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
Rekomendasi : Seharusnya guru BK menyediakan buku siswa perindividu agar mudah
untuk mengakses dan jka ingin memberi evaluasi lebih terstruktur
D. Pengadministrasian Layanan
Mengidentifikasi masalah dan kebutuhan siswa ini adalah langkah awal dan sangat
penting yang tidak boleh ditinggalkan bagi seorang guru bimbingan dan konseling
(konselor sekolah) yang akan memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik atau siswa. Pada langkah ini, hal yang harus diperhatikan oleh seorang
guru bimbingan dan konseling (konselor sekoah) adalah mengenal dan memahami
tanda-tanda atau gejala awal dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh anak didik
serta memahami kebutuhan yang dimiliki oleh para siswa. Biasanya para guru
bimbingan dan konseling (konselor sekolah) akan memberikan angket atau kuesioner
yang nantinya akan berfungsi mengungkap data masalah dan kebutuhan para siswa.
2. Melakukan Diagnosis
3. Menetapkan Prognosis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prognisis merupakan ramalan tentang
peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang berhubungan dengan penyakit atau
penyembuhan setelah operasi. Dalam konteks pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling, prognosis adalah perencanaan tindakan dalam memberi bantuan kepada
siswa setelah dilakukan tahapan diagnosis terhadap permasalahan. Dalam tahap
prognosis ini, guru bimbingan dan konseling menetapkan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dalam memberikan bantuan kepada siswa.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa biasanya tidak dilakukan
hanya sekali atau dua kali pertemuan saja. Jika tidak ada kemajuan seperti yang
diinginkan, maka bimbingan dan konseling kepada siswa dapat dilakukan secara
berulang-ulang. Hal ini dimaksudkan supaya proses layanan bimbingan dan konseling
dapat berjalan dengan nyaman, bisa saja dibuat jadwal dan sifat pertemuan dibuat
dengan terikat. Atau, seorang guru bimbingan dan konseling menyesuaikan terhadap
siswa yang mempunyai masalah kapan dia memiliki waktu luang atau merasa nyaman
untuk melakukan pertemuan kembali untuk melakukan konseling.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah yang baik
harus ada dilakukan evaluasi. Tanpa adanya evaluasi guru bimbingan dan konseling
tidak akan pernah tahu tingkat keberhasilan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling terhadap siswa di sekolah. Evaluasi ini dilakukan dalam beberapa kali
pertemuan. Evaluasi dapat dilakukan selama proses bimbingan dan konseling
berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Sedangkan, bahan untuk
melakukan evaluasi adalah data-data primer yang muncul atau terkumpul selama
pertemuan dengan siswa dan data-data sekunder yang terus dikumpulkan selama
proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Proses pengumpulan data untuk evaluasi bisa dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling selama proses bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi, diskusi,
atau dokumentasi. Evaluasi ini biasa disebut dengan "penilaian pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling". Kemudian dari hasil evaluasi ini nantinya akan digunakan
oleh guru bimbingan dan konseling untuk memberikan layanan tindak lanjut dan
layanan remedial dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.
`Rekomendasi : Guru BK yang ada di SMAN 1 Susukan harus lebih kreatif dan inovatif
dalam melaksanakan administrasi pelayanan BK agar layana BK terstruktur dengan baik
dan sesuai dengan yang ada.
E. Pelaksanaan Evaluasi
Gibson & Mitchell menyatakan bahwa jantung hati bimbingan dan konseling adalah
program konseling. Gronlund & Linn mengungkapkan bahwa evaluasi adalah “the
systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine
the extent to which pupils are achieving instructional objectives”. Artinya suatu proses
yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan penafsiran data atau informasi untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pelajaran yang diterima oleh peserta didik.
Gibson & Mitchel, evaluasi juga merupakan suatu proses untuk menilai efektifitas
program atau aktifitas.Menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi program adalah
upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.
Penilaian yang diberikan terletak pada kondisi suatu program tertentu dengan
menggunakan standar dan kriteria evaluasi program yang ada didalam kerangka kerja
program BK komprehensif.
Menurut W.S Winkel (Sukardi [1]) evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai
efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu
program bimbingan.Fase persiapan terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi.
Dalam kegiatan ini diperlukan beberapa langkah yang harus dilalui antara lain:
a. Penentuan dan perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau tujuan yang
akan dicapai
e. Pembiayaan
f. Partisipasi personel
g. Proses kegiatan
h. Akibat sampingan
2) Langkah kedua, penetapan kriteria keberhasilan evaluasi. Misal, bila proses aspek
kegiatan yang akan dievaluasi maka kriteria yang dapat dievaluasi ditinjau dari
lingkungan bimbingan, sarana yang ada, dan situasi daerah.
3) Langkah ketiga, penetapan alat-alat atau instrumen evaluasi. Misal, aspek proses
kegiatan yang hendak dievaluasi dengan kriteria langkah kedua, maka instrumen yang
harus digunakan adalah check list,observasi kegiatan, tes situasi, wawancara, dan
angket.
4) Langkah keempat, penetapan prosedur evaluasi. Seperti contoh pada langkah kedua
dan ketiga, maka prosedur evaluasinya melalui penelaahan, kegiatan, penelaahan hasil
kerja, konferensi kasus, dan lokakarya.
5) Langkah kelima, penetapan tim penilaian atau evaluasi. Berkaitan dengan contoh
sebelumnya, maka yang harus menjadi evaluator dalam penilaian proses kegiatan ialah
ketua bimbingan dan koneling, kepala sekolah, tim bimbingan dan konseling dan
konselor.
b. Fase persiapan alat atau instrumen evaluasiDalam fase kedua ini, dilakukan kegiatan
-kegiatan
seperti berikut:
1) Memilih alat-alat atau instrumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan.
Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, evaluator melalui kegiatan, yaitu persiapan
pelaksanaan kegiatan evaluasi dan melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.
Dalam fase analisis hasil evaluasi dan pengolahan data hasil evaluasi ini dilakukan
dengan mengacu pada jenis datanya. Data-data tersebut, diantaranya tabulasi data dan
analisis hasil pengumpulan data melalui statitik atau nonstatistik.
Pada fase ini, dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisis data dengan kinerja
penilaian keberhasilan, kemudian diinterpretasikan dengan menggunnakan kodekode
tertentu, untuk kemudian dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan atau
pengembangan program layanan bimbingan konseling
F. Jumlah Konselor
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan,
mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya.Layanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan secara langsung (tatap muka) antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan konseli dan tidak langsung (menggunakan media
tertentu), dan diberikan secara individual (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani
satu orang), kelompok (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satu orang),
klasikal (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari satuan kelompok), dan
kelas besar atau lintas kelas (jumlah peserta didik/konseli yang dilayani lebih dari
satuan klasikal).
Di SMAN 1 Susukan jumlah guru BK disana sudah sesuai dan sudah memadai
Recomen: kalau dilihat dari observasi kelompok kami di SMAN 1 Susukan terdapat
370 an siswa, mungkin dari kelompok kami menyarankan guru konselor ditambah satu
lagi untuk berjaga jaga karena menurut guru bk di sana, setiap tahunnya siswa yang
masuk di SMAN 1 Susukan makin bertambah di setiap tahunnya.
G. Struktur Organisasi
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi
yang demikian itu secara tegas mengatur kedudukan, tugas dan tanggung jawab para
personil sekolah yang terlibat. Organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola
organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah
masing-masing.
H. Profil Konselor
Guru BK atau Konselor Sekolah guru yang memiliki standar kualifikasi akademik
konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling atau berpendidikan
Profesi Konselor. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) telah
disusun oleh BSNP dan ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008, bagi
Konselor yang telah memenuhi SKAKK harus mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling sesuai dengan beban kerja yang diamanatkan yaitu mencakup
kegiatan; merencanakan program, melaksanakan, menilai, menganalisis serta
menindaklanjuti hasil analisis evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling.
Rekomendasi : Menurut kelompok kami profil konselor sudah sesuai dengan kriteria
guru bk karena guru bk di SMAN 1 Susukan merupakan lulusan BK .
I. Denah Ruang BK
Menurut kelompok kami denah ruang BK yang ada di SMAN 1 Susukan kurang
memadai dan ruangannya minimalis serta kurangnya fasilitas yang dibutuhkan untuk
proses konseling sehingga dalam proses konseling individu maupun kelompok
dilakukan ditempat yang seadanya .
Dalam hal ini, ABKIN (2007) telah merekomendasikan ruang Bimbingan dan
Konseling di sekolah yang dianggap standar, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Letak lokasi ruang Bimbingan dan Konseling mudah diakses (strategis) oleh
konseli tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-prinsip konfidensial tetap
terjaga.
a. ruang kerja;
b. ruang administrasi/data;
g. ruang tamu.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan kondisi yang diharapkan dari masing jenis
ruangan tersebut.
3. Ruangan konseling individual merupakan tempat yang nyaman dan aman untuk
terjadinya interaksi antara konselor dan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan
satu set meja kursi ata sofa, tempat untuk menyimpan majalah, yang dapat
berfungsi sebagai biblio terapi.
4. Ruangan Bimbingan dan Konseling Kelompok merupakan tempat yang aman dan
nyaman untuk terjadinya dinamika kelompok dalam interaksi antara konselor
dengan konseli dan konseli dengan konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan
perlengkapan antara lain: sejumlah kursi, karpet, tape recorder, VCD dan televisi.
5. Ruangan Biblio Terapi pada prinsipnya mampu menjadi tempat bagi para konseli
dalam menerima berbagai informasi, baik informasi yang berkenaan dengan
pribadi, sosial, akademik maupun karier di masa mendatang. Ruangan ini
dilengkapi dengan perlengkapan daftar buku (katalog), rak buku, ruang baca,
buku daftar pengunjung, dan jika memungkinkan disediakan internet.
7. Ruang tamu hendaknya berisi kursi dan meja tamu, buku tamu, jam dinding,
tulisan atau gambar yang dapat memotivasi konseli untuk berkembang
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di SMAN 1 Susukan letaknya kurang strategis karena tempatnya terpencil dan jauh
dari transportasi umum jadi para siswa disana hanya sekitar 370 siswa dan mayoritas
siswa yang bersekolah disana hanya penduduk sekitar. Ruang BK disana kurang tertata
dengan rapih dan ruangannya kurang memadai karena ruangannya kecil , pelayanan BK
disana juga sudah cukup memadai dan fasilitas yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan siswa.
DAFTAR PUTAKA
Ahmad Juntika, N. (2012). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling . Bandung: PT.
Refika Aditama cet. ke 4.
Dea Aulia, , F. (2022). Penyusunan Program BK di Tingkat SMA. Education and Learning,
92-97.
Siti Fatimah Cucu Cutini, N. (2019). PERAN DAN APLIKASI ASSESMENT DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING. FOKUS, 45-56.