Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PELAYANAN PEDAGANG TERHADAP

KEPUASAN
KONSUMEN DI PASAR CANDI PRAMBANAN YOGYAKARTA
“Diajukan untuk memenuhi tugas makalah Kujungan Studi”

Disusun Oleh :
Ade Revi 2122010687
Delia Mustika Sari 2122010682
Ilham Nur Alif 2122010688
Pahrul Rozi 2122010683
Raisa Nurpadilah 2122010684
Reti Muslihatun 2122011093
Risma Siti Aisah 2122010685
Saepul Anwar 2122010689
Selva Dwi Aurellia 2122010679

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK SEKOLAH


TINGGI ILMU ADMINISTRAASI (STIA) BAGASASI 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas


kuliah yang berjudul “Pelayanan Pedagang Terhadap Kepuasan Konsumen di Pasar
Candi Prambanan Yogyakarta” tepat pada waktunya.
Penyusun makalah semaksimal mungkin mengupayakan dalam membuat
makalah ini dan didukung oleh orang tua dan teman-teman, sehingga dapat
memperlancar dalam penyusunannya.
Namun tidak lepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari segi penulisan,
penyusunan, bahasa dll. Oleh karena itu, penulis berharap untuk para pembaca dapat
memberikan kritik dan sarannya yang dapat membangun demi memperbaiki makalah
ini.

Bandung, 12 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL Hal

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar 1
Belakang .................................................................................... 1.2 4
Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan
Penulisan .................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
5
2.1 Pelayanan Pedagang Terhadap Kepuasan Konsumen di Pasar Candi
Prambanan Yogyakarta .......................................................................
8
BAB III PENUTUP
9
3.1 Kesimpulan .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
PAGE | 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah
satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota
di Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus
statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan
dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta
atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja
Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.
Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan
Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama.
Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit
Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta
lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebelum Indonesia
merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta
adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman.
Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman
penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman
kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja. Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian
bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813,
didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II )
kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Baik Kasultanan maupun Pakualaman,
diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah
tangga sendiri.
Semua itu dinyatakan di dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan
tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam
Staatsblaad 1941 No. 577. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI,
menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi
bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu
mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri sultan Hamengku
Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan
hukumnya adalah :
1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia.

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII
tertanggal 5 September 1945 ( yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah).

3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal
30 Oktober 1945 ( yang dibuat bersama dalam satu naskah ).

Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara
Republik Indonesia, justru dimasa perjuangan bahkan mengalami saat-saat yang
sangat mendebarkan, hampir-hampir saja Negara Republik Indonesia tamat
riwayatnya. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul
dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini.
Apalagi pemudapemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan studinya di
Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh
Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati
perjuangan Yogyakarta.
Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan
Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan
yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat
Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta. Dengan dasar pasal 18
Undang-undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Propisni Daerah Istimewa
Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah
Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan
Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.
Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa “Pembagian Daerah
Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya
ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam
Daerah-daerah yang bersifat Istimewa“. Sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi,

PAGE | 2

Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3 tahun 1950,


sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah
Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan
Daerah Pakualaman. Sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota
Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti
sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.
Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam
konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman
penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam),
Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan
untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi
semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini
juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram
yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas
kejayaan Kerajaan Mataram.
Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang
pendidikan tersedia diprovinsi ini, di Yogyakarta terdapat banyak mahasiswa dan
pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak berlebihan bila Yogyakarta disebut
sebagai miniature Indonesia. Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata
menggambarkan potensi provinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Yogyakarta
adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata
dikembangkan diwilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,
wisata pendidikan, wisata kuliner, wisata pembelanjaan, bahkan yang terbaru wisata
malam. Disamping predikat-predikat di atas sejarah dan status Yogyakarta merupakan
hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus
statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa
berkenaan dengan runutan sejarah Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam makalah ini akan kami bahas
pelayanan pedagang terhadap kepuasan konsumen dipasar candi prambanan
Yogyakarta

PAGE | 3

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan uraian pada latar belakang di atas rumusan masalah ini yaitu,
Bagaimana pelayanan pedagang terhadap kepuasan konsumen di pasar candi
prambanan Yogyakarta ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas makalah
2. Untuk mengetahui pelayanan pedagang di Yogyakarta
PAGE | 4

PAGE | 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana Pelayanan Para Pedagang Terhadap Pengunjung di Pasar Candi
Prambanan Yogyakarta ?
Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan (uang) atau jasa. Menurut AS. Moenir, pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung (Moenir 2005:16).
Kebutuhankebutuhan tersebut meliputi kebutuhan phisik, kebutuhan sosial, dan
kebutuhan psikologis (Agus Sulastiyono, 2002:41). Endar Sugiarto menyatakan
pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan orang
lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien, penumpang dan lain-lain) yang
tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang
dilayani. Perilaku pelayanan karyawan adalah tindakan individu (karyawan) untuk
memenuhi kebutuhan orang lain (tamu atau konsumen). Pelayanan optimal akan
memberikan kepuasan kapada orang lain tersebut. Tolok ukur pelayanan yang baik
melalui pemenuhan kebutuhankebutuhan dan keinginan-keinginan tamu. Penilaian
kualitas pelayanan ditentukan oleh tamu sebagai pemakai jasa pelayanan tersebut.
Menurut Kotler (2008:83), pengertian pelayanan yaitu setiap tindakan atau kegiatan
yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain pada dasarnya tidak
berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Fandy Tjiptono
(2012:4) pelayanan (service) bisa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas
dua komponen utama, yakni service operations yang kerap kali tidak tampak atau
tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan (back office atau backstage) dan
service delivery yang biasanya tampak (visible) atau diketahui pelanggan (sering
disebut pula front office atau frontstage).
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa di dalam pelayanan selalu ada aspek
interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen, meskipun pihak-pihak yang
terlibat tidak selalu menyadari. Pelayanan bukan suatu barang, melainkan suatu
proses atau aktivitas yang tidak berwujud. Pengertian pelayanan dalam konteks Biro
Perjalanan ialah memberikan pelayan sesuai dengan standar prosedur pelayanan yang
ada, dan harus dengan SALAM (Senyum Amanah Luwes Antusias Melayani) baik
dalam memberikan penjelasan alur perjalanan maupun complain pelanggan.
Menurut Kotler yang dikutip kembali oleh Fandy Tjiptono (2012:312) kepuasan
konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau
hasil) yang ia persepsikan dibandingkan dengan harapannya. Menurut Kotler dan
Keller (2009:138) kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang telah dipersepsikan
produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Menurut Day, kepuasan pelanggan
adalah evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan
sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Menurut Kotler (2005:36) mengungkapkan bahwa kepuasan adalah sebagai perasaan
suka/ tidak seseorang terhadap suatu produk setelah ia membandingkan prestasi
produk tersebut dengan harapannya. Menurut Supranto (2006:233) menyatakan
bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup
perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang diharapkan.
Pelayanan yang baik merupakan tolak ukur akan memberikan hasil kepuasan
pelanggan sehingga pelanggan tersebu merekomendasikan pelanggan lain. Pelayanan
sangat berpengaruh untuk memenuhi kebutuhan kepuasan pelanggan sesuai dengan
pendapat Hasibuan mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan pemberian jasa dari
satu pihak ke pihak lain, dimana pelayanan yang baik adalah pelayanan yang
dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi
kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima, Harbani Pasolong (2007:4), pelayanan
pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau
organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Produk
jasa berkualitas mempunyai peranan penting untuk membentuk kepuasan pelanggan
(Kotler dan Armstrong 2006). Semakin berkualitas produk dan jasa yang diberikan,
maka kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan semakin tinggi. Bila kepuasan
pelanggan semakin tinggi, maka dapat menimbulkan keuntungan. Pelanggan yang
puas akan terus melakukan pembelian. Demikian pula sebaliknya jika tanpa ada
kepuasan, dapat mengakibatkan pelanggan pindah pada produk lain.
Bagaimana Pelayanan Pedagang Terhadap Kepuasan Konsumen di Pasar Candi
Prambanan Yogyakarta ?
Pelayanan pedagang di pasar candi prambanan Yogyakarta yaitu, mereka
melayani para konsumen dengan sambutan juga keramahannya terhadap konsumen.
Nah, yang menjadi daya tarik mereka yaitu ketika para konsumen menawar sebuah
barang kepada salah satu pedagang dipasar tersebut, kebanyakan dari mereka tanpa
complain/debat terlebih dulu tetapi mereka memberikan senyuman dan memaklumi
juga kami konsumen sebagai pelajar dan mereka mengerti dan paham budget isi
dompet seorang pelajar yang tidak seberapa, di situlah mereka dengan keramahannya

PAGE | 6

tidak merasa rugi karena mungkin mereka juga sudah menata harga barang sesuai
budget para konsumen. Dimana dari situlah konsumen merasa sangat puas terhadap
pelayanan para pedangan di pasar candi prambanan Yogyakarta dengan ciri khasnya
tidak debat tawar harga juga keramahannya terhadap konsumen yang menjadikan
daya tarik serta memenuhi kepuasaan sorang konsumen.

PAGE | 7

PAGE | 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dalam makalah ini sudah dijelaskan bahwa dalam
pelayanan selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen,
meskipun pihakpihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Pelayanan bukan suatu
barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud. Pengertian
pelayanan dalam konteks Biro Perjalanan ialah memberikan pelayan sesuai dengan
standar prosedur pelayanan yang ada, dan harus dengan SALAM (Senyum Amanah
Luwes Antusias Melayani) baik dalam memberikan penjelasan alur perjalanan
maupun complain pelanggan. Seperti halnya yang dilakukan salah satu pedangan
dipasar candi prambanan Yogyakarta mereka berhasil memberikan kepuasan terhadap
konsumennya.

PAGE | 9

DAFTAR PUSTAKA
Sumber : http://dpad.jogjaprov.go.id/article/news/vieww/sejarah-singkat-
daerahistimewa-yogyakarta-1482
Sumber : http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/594/5/118320003_file5.pdf
PAGE | 10

Anda mungkin juga menyukai